PENDIDIKAN ISLAM
DI MADINAH
A. Pendidikan Islam pada masa Rasulullah di Madinah
Di Madinah, Rasul disambut dengan baik oleh
masyarakat Madinah yang tulang punggung utamanya
adalah kelompok Aus dan Khazraj. Di bawah
kepemimpinan Nabi bersatulah Muhajirin (orang-orang
yang datang dari Mekkah) dan Ansar (orang-orang
Madinah yang menjadi pengikut Rasul). Di Madinah ini,
Rasul berperan sebagai pemimpin masyarakat Madinah
termasuk di dalamnya juga orang orang Yahudi, sesuai
dengan bunyi Piagam Madinah.
Ayat ayat yang turun di Madinah telah menyentuh
soal soal yang di luar akidah dan ibadah, telah banyak
muncul ayat ayat sosial kemasyarakatan, yang
maknanya ajaran Islam telah mencakup berbagai
dimensi selain dari akidah, ibadah, dan akhlak.
Kebutuhan masyarakat pun sudah semakin meluas.
Di Madinah, kaum Muslimin memiliki kedaulatan
yang berdiri sendiri dan lepas dari tekanan kaum
Quraisy Mekkah. Mereka sudah bebas menentukan
nasibnya sendiri. Karena itu pulalah dalam pendidikan,
aktivitasnya telah lebih banyak yang dapat dilakukan
secara terbuka. Kedaulatan dalam bidang politik dan
sosial yang dialami masyarakat Muslim mempunyai
pengaruh besar terhadap perkembangan pendidikan
Islam.
1. Aktivitas Nabi di Madinah
Pada periode ini, tahun 622–632 M atau tahun 1–
11 H. Ada dua aktivitas yang sangat penting yang
dilakukan oleh Rasulullah setelah tiba di Madinah.
Berbeda dengan periode di Makkah, pada periode
Madinah Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran
Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat
banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad juga
mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala
agama, tetapi juga sebagai kepala Negara.
Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran
pendidikan agama Islam di Madinah adalah sebagai
berikut:
a. Pembentukan dan pembinaan masyarakat
baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-
dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu
secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan
disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu
kesatuan politik). Dasar-dasar tersebut adalah:
1) Nabi Muhammad saw mengikis habis sisa-sisa
permusuhan dan pertentangan anatara suku,
dengan jalan mengikat tali persaudaraan
diantara mereka.
2) Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Nabi
Muhammad menganjurkan kepada kaum
Muhajirin untuk berusaha dan bekerja sesuai
dengan kemampuan dan pekerjaan masing-
masing seperti waktu di Makkah.
3) Untuk menjalin kerja sama dan saling
menolong dalam rangka membentuk tata
kehidupan masyarakat yang adil dan makmur,
turunlah syari’at zakat dan puasa, yang
merupakan pendidikan bagi warga masyarakat
dalam tanggung jawab sosial, baik secara
material maupun moral.
4) Suatu kebijaksanaan yang sangat efektif dalam
pembinaan dan pengembangan masyarakat
baru di Madinah, adalah disyari’atkannya
media komunikasi berdasarkan wahyu, yaitu
shalat juma’at yang dilaksanakan secara
berjama’ah dan adzan.
Rasa harga diri dan kebanggaan sosial tersebut
lebih mendalam lagi setelah Nabi Muhammad
SAW mendapat wahyu dari Allah untuk
memindahkan kiblat dalam shalat dari Baitul
Maqdis ke Baitul Haram Makkah, karena dengan
demikian mereka merasa sebagai umat yang
memiliki identitas.
Setelah selesai Nabi Muhammad
mempersatukan kaum muslimin, sehingga
menjadi bersaudara, lalu Nabi mengadakan
perjanjian dengan kaum Yahudi, penduduk
Madinah. Dalam perjanjian itu ditegaskan, bahwa
kaum Yahudi bersahabat dengan kaum muslimin,
tolong- menolong , bantu-membantu, terutama
bila ada serangan musuh terhadap Madinah.
b. Pendidikan Sosial Politik dan
Kewarganegaraan
Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan
Islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran
yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang
dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan di
sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun selama
periode Madinah.
Tujuan pembinaan adalah agar secara
berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi
Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di
Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan
bangsa Arab maupun dalam kehidupan bangsa-
bangsa di seluruh dunia.
c. Pendidikan Anak dalam Islam
Dalam Islam, anak merupakan pewaris ajaran
Islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad
saw dan generasi muda muslimlah yang akan
melanjutkan misi menyampaikan Islam ke seluruh
penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-
peringatan dalam Alquran berkaitan dengan itu.
Diantara peringatan-peringatan tersebut antara
lain:
Pada surat At-Tahrim ayat 6 terdapat
peringatan agar kita menjaga diri dan anggota
keluarga (termasuk anak-anak) dari
kehancuran (api neraka)
Pada surat An-Nisa ayat 9, terdapat agar
janagan meninggalkan anak dan keturunan
dalam keadaan lemah dan tidak berdaya
menghadapi tantangan hidup.
Pada surat Al-Furqan ayat 74, Allah SWT
memperingatkan bahwa orang yang
mendapatkan kemuliaan antara lain adalah
orang-orang yang berdo’a dan memohon
kepada Allah SWT, agar dikaruniai keluarga
dan anak keturunan yang menyenangkan hati.
Adapun garis-garis besar
materi pendidikan anak
dalam Islam yang
dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW
sebagaimana yang
diisyaratkan oleh Allah
SWT dalam surat Luqman
ayat 13-19 adalah sebagai berikut:
1) Pendidikan Tauhid
2) Pendidikan Shalat
3) Pendidikan adab sopan dan santun dalam
bermasyarakat
4) Pendidikan adab dan sopan santun dalam
keluarga
5) Pendidikan kepribadian
6) Pendidikan kesehatan
7) Pendidikan Akhlak
d. Pembentukan Negara Madinah
Aktivitas yang dilakukan Nabi Muhammad
selanjutnya adalah membina dan mengembangkan
persatuan dan kesatuan masyarakat Islam yang
baru tumbuh tersebut, dalam rangka mewujudkan
satu kesatuan sosial dan politik. Kaum anshor dan
kaum muhajirin yang berasal dari daerah yang
berbeda dengan membawa
adat kebiasaan yang
berbeda pula sebelum
bersatu membentuk
masyarakat Islam.
e. Mendirikan Masjid
Masjid
Quba merupakan masjid pertama yang
dijadikan Rasulullah sebagai institusi pendidikan.
Melalui pendidikan masjid ini, Rasulullah
memberikan pengajaran dan pendidikan Islam.
Ayat-ayat Al Qur’an yang diterima di Madinah
sebanyak 22 surat, sepertiga dari isi Al Qur’an.
1. Kurikulum
Kurikulum pada lembaga pendidikan Islam di
masa Klasik pada mulanya berkisar pada bidang studi
tertentu. Namun seiring perkembangan sosial dan
kultural, materi kurikulum semakin luas (Hanun
Asrohah, 1999:73). Perkembangan kehidupan
intelektual dan kehidupan keagamaan dalam Islam
membawa situasi lain bagi kurikulum pendidikan
Islam. Maka diajarkanlah ilmu-ilmu baru seperti
tafsir, hadits, fikih, tata bahasa, sastra, matematika,
teologi, filsafat, astronomi, dan kedokteran.
Pada masa kejayaan Islam, dalam (Hanun
Asrohah, 1999:73) mata pelajaran bagi kurikulum
sekolah tingkat rendah adalah Al-Qur'an, dan Agama,
membaca, menulis, dan syai'ir. Dalam berbagai kasus
ditambahkan nahwu, cerita, dan berenang. Dalam
kasus-kasus lain dikhususkan untuk membaca Al-
Qur'an dan mengajarkan sebagai Prinsip-prinsip
pokok agama. Sedangkan untuk anak-anak amir dan
penguasa, kurikulum tingkat rendahnya sedikit
berbeda yaitu ditegaskan pentingnya pengajaran
khitabah. ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara
pergaulan, disamping ilmu-ilmu pokok seperti Al-
Quran, syair, dan fiqih.
2. Metode Pengajaran
Metode pengajaran, terjadi proses internalisasi
dan pemilikan ilmu, pelajar akan dengan mudah
menyerap ilmu yang disampaikan guru-gurunya.
Menurut Rahmawati (2005:73). Pada masa
Abbasiyah, pengajaran yang diberikan kepada murid-
murid dilakukan seorang demi seorang dan belum
berkelas-kelas seperti sekarang. Jadi guru harus
mengajar muridnya dengan berganti-ganti. Mereka
belajar dengan duduk bersila mengelilingi gurunya
atau yang disebut berhalaqah. Cara halaqah ini
merupakan metode mengajar yang dipakai di
lembaga pendidikan tingkat tinggi. Sedangkan
menurut Hanun Asrohah, (1999:77) metode
pengajaran pada masa Daulah Abbasiyah dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu lisan,
hafalan, dan tulisan. Metode lisan bisa berupa dikte,
ceramah, qira'at, dan diskusi. Dikte (imlaq) adalah
metode untuk menyampaikan pengetahuan yang
dianggap baik dan aman karena pelajar mempunyai
catatan. Metode ini dianggap penting karena pada
masa itu buku-buku cetak sangat sulit dimiliki.
Metode ceramah juga disebut Al-sama' sebab dalam
metode ini guru menjelaskan sedangkan siswa
mendengarkan.
Metode hafalan dipakai pada masa lalu juga
sangat khas dan merupakan ciri umum pendidikan
masa kini. Sedangkan metode tulisan dianggap
sebagai metode yang paling penting dalam proses
belajar mengajar pada masa itu karena merupakan
metode pengkopian karya-karya ulama. Dalam
Rahmawaty (2005:18) yang dikutip dari Charles
Michael Stanton menjelaskan bahwa sebelum guru
menyampaikan materi, ia terlebih dahulu menyusun
ta'liqah tenaga pengajar atau guru berdasarkan
catatan perkuliahannya, hasil bacaan, dan
pendapatnya tentang materi yang bersangkutan.
Ta'liqah memuat rincian jumlah pelajaran dan dapat
disampaikan dalam jangka waktu 4 tahun.
3. Murid
Komponen atau faktorlain yang mendukung
kemajuan sistem pendidikan Islam pada masa
Abbasiyah yaitu kehidupan muridnya. Menurut
Rahmawaty (2005:80) ciri utama kehidupan murid
pada sekolah dasar masa itu bahwa ia diharuskan
belajar membaca dan menulis bahan pengajaran yang
berupa syair. Mereka tidak hanya 12 belajar
membaca saja, melainkan juga menghafalkan Al-
Qur'an. Murid-murid yang berhasil menghafal
seluruh Al-Qur'an lebih cepatakan diberi
keistimewaan dengan diperbolehkan libur. Mereka
yang berhasil lulus dengan hasil gemilang akan
dikirab dengan naik unta dan di sepanjang jalan
mereka dilempari buah almond. Belajar di tingkat
dasar tidak ditentukan lamanya, melainkan
tergantung dari kemampuan anak. Murid yang cerdas
otaknya akan cepat selesai, sedang murid yang
kurang mampu akan lambat dan lama belajarnya.
4. Konsep Pendidikan Islam
Konsep pendidikan yang ditemukan pada masa
Daulah Abbasiyah khususnya pada masa
kekhalifahan Al-Ma'mun ,yaitu konsep dasar
pendidikan multikultural. Penerapan konsep ini di
institusi Bayt al-Hikamah dengan institusi lain
berbeda. Adapun penerapan konsep dasar pendidikan
multikultural di Bayt al-Hikmah bersifat eksternal
dan umum, yaitu semua orang bebas berekspresi,
terbuka, toleransi dan kesetaraan dalam mencari
ilmu, menerjemahkan, beribadah, bekerja, dan
melakukan segala kegiatan yang bermanfaat.