KELOMPOK 8
44 Ira Fazira
59 Fikri Ainul Y
79 Saskia Bintang N
83 Yani Harisa A
A. Definisi Zakat Binatang Ternak
Zakat binatang ternak atau juga disebut zakat an'am adalah zakat
yang dihasilkan dari hewan ternak. Zakat ini dikeluarkan oleh orang
yang memiliki hewan ternak. Zakat ini termasuk ke dalam zakat mal
(harta) dan dibayarkan apabila telah mencapai syarat dan
ketentuannya. Menurut kesepakatan para ulama hewan ternak yang
wajib dikeluarkan zakatnya antara lain, unta, kerbau, sapi, kambing,
domba, ayam, burung, dan ikan. Terdapat hewan lain yang
memunculkan perbedaan pendapat diantara para ulama tentang
wajib atau tidaknya hewan tersebut dikeluarkan zakatnya. Hewan
tersebut antara lain kuda, keledai, dan khimar.
Ada ulama yang menyebutkan bahwa kuda tidak wajib
zakatnya karena kuda adalah hewan yang dipelihara hanya
untuk mencukupi kebutuhan pemiliknya, dipelihara untuk
diambil tenaganya ataupun sebagai perhiasan saja. Namun,
Abu Hanifah memiliki pendapat lain bahwa kuda wajib
dikeluarkan zakatnya. Hal tersebut diperkuat dengan dasar
bahwa kuda mengandung sifat subur dan dapat berkembang
biak dengan cara diternakkan.
B. Haul dan Nishab Zakat Binatang
Ternak
“Pada zakat ghanam (domba/kambing) pada ghanam yang bersifat sa’imah. Jika
jumlahnya 40-120 ekor, maka zakatnya satu ekor syah (kambing/domba). Jika
jumlahnya lebih dari 120 hingga 200 ekor, maka zakatnya dua ekor syah. Jika
jumlahnya lebih dari 200 hingga 300 ekor, maka zakatnya tiga ekor syah. Jika
jumlahnya lebih dari 300 ekor, maka pada setiap seratus ekor zakatnya satu ekor
syah. Jika jumlah sa’imah seseorang kurang satu ekor saja dari empat puluh,
maka tidak ada zakatnya, kecuali jika pemiliknya menghendaki (untuk
bersedekah).” (HR. Al-Bukhari no. 1454)
Dalil Zakat Unta
Hadits Mu’awiyah bin Haidah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
“Pada setiap unta yang bersifat sa’imah untuk setiap empat puluh ekor unta
zakatnya bintu labun2… dst.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan An-Nasa’i, dari
Bahz bin Hakim dari ayahnya dari kakeknya Mu’awiyah bin Haidah, dishahihkan
oleh Al-Hakim dan dibenarkan oleh Adz-Dzahabi. Al-Albani berkata dalam Irwa’
Al-Ghalil [3/264]: “Hadits ini hanya hadits hasan, karena adanya khilaf yang
telah diketahui tentang Bahz bin Hakim.”)
D. Kriteria Binatang Ternak yang Wajib
Dizakati