ٌ ِه طَال
ع ْ م ي َُق
ِ م َعلَ ْي ْ ََج ْو ُز إِ َذا ل َ ان ْاآل
ُ خ ِر ي َ نم
َ َك ْ
ي َ
ف د
ِ ارَ ُ
م ْ َل ِمن
ال ٍّ ُ اع
ك ُ إِ ْي َق
ِ
ِ ش ْر
عي َ
Artinya :
Mendudukkan dua muradhif itu pada tempat yang sama itu diperbolehkan jika tidak ditetapkan oleh
syara’
Pengertian musytarak
Musytarak ialah satu lafadh yang menunjukkan dua makna atau lebih. Maksudnya satu lafadh yang mengandung makna
Contoh musytarak :
1. lafadh ‘ainun bisa berarti mata, sumber mata air, dzat, harga, orang yang memata-matai dan emas
3. Kata sanatun dapat berarti tahun untuk hijriyah, syamsiyah, bisa pula tahun masehi.
Kaidah musytarak :
Jadi, menetapkan salah satu makna dari suatu lafadh musytarak tidak dibatasi. Beberapa
makna musytarak tersebut boleh dipergunakan.
Sebab – sebab terjadinya musytarak :
1. Terjadinya perbedaan kabilah-kabilah arab di dalam menggunakan suatu kata untuk menunjukkan
terhadap satu makna
2. Terjadinya makna yang berkisar/ keragu-raguaan antara makna hakiki dan majaz
3. Terjadinya makna yang berkisaran/keragu-raguaan antara makna hakiki dan makna istilah
Pengertian Mutlaq
Muhamad al- Khodhuri Beik memberikan definisi : Mutlaq ialah lafadz yang memberi petunjuk
terhadap satu atau beberapa satuan yang mencakup tanpa ikatan yang terpisah secara lafdzi.
Al- Amidi memberi definisi :Lafadz yang memberi petunjuk kepada madlul (yang diberi petunjuk )
yang mencakup dalam jenisnya.
Abu Zahrah mengajukan definisi : Lafadz mutlaq adalah lafadz yang memberi petunjuk terhadap
maudhu’nya (sasaran penggunaan lafadz) tanpa memandang kepada satu, maupun banyak,
tetepi memberi petunjuk kepada hakekat sesuatu menurut apa adanya.
Khairul Uman memberikan definisi: Mutlaq adalah lafadz yang menunjukan arti sebenarnya tanpa
dibatasi oleh suatu hal yang lain.
Pengertian Muqayyad
Muqayyad adalah lafadz yang menunjukan arti sebenarnya, dengan dibatasi oleh suatu hal dari
batasan – batasan tertentu.
Ketentuan Mutlaq dan Muqayyad
Apabila lafadz itu mutlaq, maka mengandung ketentuan
secara mutlaq (tidak dibatasi), dan apabila lafadz ityu
muqayyad, maka mengandung arti ketentuan secara
muqayyad (dibatasi)
Maksudnya lafadz yang mutlaq harus diartikan secara
mutlaq dan lafadz yang muqayyad harus diartikan secara
muqayyad pula dan tidak boleh dicampur adukan satu
dengan yang lainnya. Maka hukumnyapun harus berbeda.
Hubungan Antara Mutlaq dan Muqayyad
Apabila ada satu lafadz disatu tempat berbentuk mutlaq, sedangkan pada tempat yang lain
berbentuk muqayyad, maka ada beberapa kemungkinan dari ketentuannya.
Persaman sebab dan hukumnya
Apabila kedua lafadz itu bersamaan dalam sebab dan hukumnya, maka salah satunya harus
diikutkan pada yang lain, yakni yang muqyyad. Artinya lafadz mutlaq tadi jiwanya sudah tidak
mutlaq lagi, karena ia harus tunduk kepada muqayyad, dan harus diartikan secara muqayyad.
Jadi, kedua lafadz tadi sekalipun berbeda dalam bentuknya namun sama saja cara
mengartiknnya. Oleh karena itu yang muqayyad merupakan penjelasan yang mutlaq.
Sebabnya berbeda tetapi hukumnya sama
Apabila dua lafadz itu berbeda dalam sebab, tetapi sama dalam hokum, maka bagian ini
diperselisikan antara ulama ushul. Menurut sebagian ulama, yang mutlaq harus diikutkan kepada
yang muqayyad, sadang Ulama yang lain mengatakan bahwa yang mutlaq tetap pada
kemutlaqannya.
Perbedaan hukum dan sebab
Apabila terjadi perbedaan hukum dan sebab, maka yang mutlaq tidak boleh diikutkan kepada
yang muqayyad. Misalnya dalam hal saksi diharuskan adil, sedangkan dalam hal membunuh
dengan tidak sengaja diharuskan memerdekakan budak. Keduanya berlainan hokum dan
sebabnya, yang satu harus adil (muqayyad) dan yang lainnya, diharuskan memerdekakan
budak (mutlaq). Yang satu soal saksi dan yang satu soal pembunuhan, maka sudah jelas
persoalannya. Oleh karena itu, tidak boleh diikutkan satu kepada yang lain, artinya dalam hal
budak tidak harus budak yang adil sebagai mana dalam hal saksi.
Apabila terjadi perbedaan dalam hukumnya saja maka tidak ada perselisihan antara ulama
ushuk bahwa yang mutlaq tidak boleh diikutkan kepada yang muqayyad. Contohnya lafadz :
belilah budak dan merdekakanlah budak mukmin. Karena keduanya ini berbeda dalam
hukumnya, yang yang satu harus membeli budak dan yang lainnya harus memerdekakan
budak. Oleh karena itu, yang satu tidak boleh diikutkan pasa yang lain.
Penggunaan lafadz mutlaq dan muqayyad
jika terdapat dua lafadz yang sesuai sebab dan hukumnya, maka
gabungkanlah mutlaq kepada muqayyad. Jikalu terdapat sutu tuntutan yang
mutlaq dalam suatu lafadz dan muqayyad pada lafadz yang lain. Seperti hadis
tentang kafarah puasa. صم شهرين متتبعين متفق عليه
Artinya : mutlaq tidak digabungkan dengan muqayyad apabila tidak bersesuaian pada
sebab.
Seperti contoh antara lafadz zhihar dengan kafarat membunuh. Firman Allah yang
artinya : “mereka yang menzhihar istrinya, kemudian mereka hendak menarik (kembali)
apa yang mereka ucapkan, maka wajib atasnya memerdekakan seorang hamba
sahaya sebelum kedua suami istri itu bercampur.
Dengan firman Allah yang artinya: “barang siapa yang membunuh orang mukmin
bersalah, maka hendaklah memerdekakan seorang hamba sahaya yang mukmin.
Kalau ayat ini berisikan hukum yang sama (sama – sama membebaskan budak),
sedangkan sebabnya berlainan, yang pertsama karena zhihar dan yang kedua karena
membunuh dengan tak sengaja, maka mutlaq tidak dapat digabungkan kepada
muqayyad.
KESIMPULAN
Lafadz mutlaq adalah lafadz yang mencakup pada jenisnya tetapi tidak
mencakup seluruh aprod di dalamnya. Di sinilah diantara letak perbedaan
lafadz mutlaq dengan lafadz ‘aam, meskipun terdapat istilah “meliputi
afrodnya”
Dan dalam masalah ini masih banyak para ulama ushul fiqih berbeda pendapat .