PENDAHULUAN
Generasi dimana Nabi Saw, diutus adalah generasi para sahabat. Mereka
adalah sebaik-baiknya generasi, dari aspek keimanan mereka sangat memegang
teguh ajaran Islam, dan mencintai Allah SWT dan RasulNya melebihi dari
segalanya. Hal ini bisa dilihat dari kisah para sahabat dalam mempertahankan
aqidah mereka, meskipun harus disiksa dan didera oleh berbagai siksaan dan
cacian dari kafir quraisy. Mereka adalah generasi yang patut kita jadikan teladan,
baik dari kuatnya keimanan, pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebarkan ajaran Islam kepada yang lainnya.
Terlepas dari segala keutamaan yang dimiliki oleh para sahabat. Para
ulama berbeda pendapat mengenai keabsahan segala hal yang sampai pada kita
dari sahabat baik itu berupa perkataan, perbuatan ataupun fatwa sebagai salah satu
sumber pengambilan hukum dalam Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian mazhab shahabi?
2. Bagaimana keadaan para sahabat setelah Rasulullah wafat?
3. Bagaimana kehujjahan mazhab shahabi?
4. Jelaskan bentuk-bentuk Madhab Sahabi !
5. Apa dasar hukum Madhab Sahabi ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian mazhab shahabi.
2. Untuk mengetahui keadaan para sahabat setelah Rasulullah wafat.
3. Dapat menjelaskan macam-macam mazhab shahabi.
4. Untuk mengetahui kehujjahan mazhab shahabi.
5. Permasalahan dalam kehidupan Masyarakat
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Rahman Dahlan,M.A,Ushul Fiqh, Cet.1, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm.225
2
permasalahan kepada fatwa mereka sebelum kembali kepada qiyas, kecuali kalau
hanya pendapat perseorangan yang bersifat ijtihadi bukan atas nama umat Islam.2
Dari uraian di atas, tidak diragukan lagi bahwa pendapat para sahabat
dianggap sebagai hujjah bagi umat Islam, terutama dalam hal-hal yang tidak bisa
dijangkau oleh akal. Karena pendapat mereka bersumber langsung dari Rasulullah
SAW., seperti ucapan Aisyah,”Tidaklah berdiam kandungan itu dalam perut
ibunya lebih dari dua tahun, menurut kadar ukuran yang dapat mengubah
bayangan alat tenun”.3 Dan seperti yang dikatakan Ibnu Mas’ud bahwa sekurang-
kurangnya masa haid adalah 3 hari.
Adanya perselisihan biasanya terjadi pada ucapan sahabat yang keluar dari
pendapatnya sendiri sebelum ada kesepakatan dari sahabat yang lain. Abu Hanifah
menyetujui pernyataan tersebut dan berkata,”Apabila saya tidak mendapatkan
hukum dalam Al-Qur’an dan Sunnah, saya mengambil pendapat para sahabat
yang saya kehendaki, dan saya meninggalkan pendapat orang yang tidak saya
2
Prof. Dr. H. Rachmat Syafe’i, M.A., Ilmu Ushul Fiqh, (Bandung: Penerbit PUSTAKA SETIA
Bandung), hal. 141
3
Dr. Abdul Wahhab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Bandung: Penerbit Risalah,1985),
hal. 142
3
kehendaki. Namun, saya tidak keluar dari pendapat mereka yang sama dengan
yang lainnya.”
4
Pendapat seorang shahabi tidak harus diikuti oleh shahabat lainnya.4
Seperti saat Ali diminta oleh Qadli Syuraih mengemukakan saksi, maka beliau
mengemukakan seorang budaknya yang telah dimerdekakan dan anaknya Hasan.
Syuraih menolak Al Hasan. Ali berpendapat bahwa seorang anak dapat dijadikan
saksi. Hal ini merupakan suatu dalil bahwa pendapat sahabat tidak menjadi hujjah.
Ali pun tunduk kepada putusan Syuraih.Akhirnya Yahudi yang menuduh Ali itu
mengaku, bahwa yang dipertengkarkan itu benar milik Ali.5
4
Imam as-Shan’ani, Subulussalam, hal.94
5
Asy-Syatibi, Al-Muwafaqot, hal 40
6
Asy-Syaukani, Irsyadul Fuhul, hal.214, Imam Ghazali, Al-Mustashfa, hal. 260
7
M. Hasbi Ashiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqih, (Jakarta, PT Bulan Bintang, 1993), hal. 182
5
a. Perkataan sahabat terhadap hal-hal yang tidak termasuk objek ijtihad.
Dalam hal ini para ulama semuanya sepakat bahwa perkataan sahabat bisa
dijadikan hujjah. Karena kemungkinan sima’ dari Nabi SAW sangat besar,
sehingga perkataan sahabat dalam hal ini bisa termasuk dalam kategori al-Sunnah,
meskipun perkataan ini adalah hadits mauquf. Pendapat ini dikuatkan oleh Imam
as-Sarkhasi dan beliau memberikan contoh perkataan sahabat dalam hal-hal yang
tidak bisa dijadikan objek ijtihad seperti, perkataan Ali bahwa jumlah mahar yang
terkecil adalah sepuluh dirham, perkataan Anas bahwa paling sedikit haid seorang
wanita adalah tiga hari sedangkan paling banyak adalah sepuluh hari.
Dalam hal ini perkataan sahabat adalah hujjah karena masuk dalam kategori ijma’.
c. Perkataan sahabat yang tersebar di antara para sahabat yang lainnya dan tidak
diketahui ada sahabat yang mengingkarinya atau menolaknya.
Dalam hal inipun bisa dijadikan hujjah, karena ini merupakan ijma’ sukuti,
bagi mereka yang berpandapat bahwa ijma’ sukuti bisa dijadikan hujjah.
8
Abdul Karim Zaedan, Al-Wajiz Fi Ushul Fiqh (Terj), (Beirut: Muassasah Ar-Risalah, 1996),
hlm. 260-261
6
a. Perkataan Khulafa ar-Rasyidin dalam sebuah permasalahan. Dalam hal ini para
ulama sepakat untuk menjadikannya hujjah. Sebagaimana diterangkan dalam
sebuah hadits, ”Hendaklah kalian mengikuti sunnahku dan sunnah para
Khulafa ar-Rasyidin setelahku”
b. Perkataan seorang sahabat yang berlandaskan pemikirannya dan ditentang oleh
sahabat yang lainnya. Dalam hal ini sebagian ulama berpendapat bahwa
perkataan sahabat ini tidak bisa dijadikan hujjah. Akan tetapi sebagian ulama
lainnya dari kalangan Ushuliyyin dan fuqaha mengharuskan untuk mengambil
perkataan satu sahabat.
1. Apa yang disampaikan oleh Sahabat itu adalah yang didengarnya dari Nabi
Muhammad SAW. tetapi tidak menyatakan bahwa berita itu adalah sunnah
Rasul,
2. Apa yang disampaikan Sahabat adalah sesuatu yang didengarnya dari Nabi
SAW. tapi orang itu tidak menjelaskan bahwa yang didengarnya berasal dari
Nabi SAW.
3. Sesuatu yang disampaikan itu adalah hasil pemahaman Sahabat terhadap ayat
Al-Qur’an yang orang lain tidak memahaminya.
4. Sesuatu yang disampaikan oleh Sahabat itu telah disepakati oleh
lingkungannya.
5. Merupakan hasil pemahaman atas dalil-dalil, karena kemampuannya dalam
bahasa dan penggunaan dalil-dalil.
E. Dasar Hukum Madhab Shahabi
Pendapat sahabat tidak menjadi hujjah atas sahabat lainnya. Hal ini telah
disepakati. Namun yang masih diperselisihkan ialah, apakah pendapat sahabat
bisa menjadi hujjah atas tabi’n dan orang-orng setelah tabi’in. Ulama ushul
memiliki tiga pendapat, di antaranya adalah:9
9
Khairul Umam, dkk, Ushul Fiqih I, cet. 2, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hal. 182
7
a. Satu pendapat mengatakan bahwa mazhab Sahabat (qaulussshahabi) dapat
menjadi hujjah
Pendapat ini berasal dari Imam Maliki, Abu bakar ar-Razi, Abu Said
shahabat Imam Abu Hanifah, begitu juga Imam Syafi’i dalam madzhab qadimnya,
termasuk juga Imam Ahmad Bin Hanbal dalam satu riwayat.
Ayat ini merupakan kitab dari Allah untuk sahabat-sahabat agar mereka
menganjurkan ma’ruf, sedangkan perbuatan ma’ruf adalah wajib, karena itu
pendapat para sahabat wajib diterima.
Alasan yang kedua adalah hadits Rasul yang artinya; “Sahabatku bagaikan
bintang-bintang siapa saja di antara mereka yang kamu ikuti pasti engkau
mendapat petunjuk”.
8
Pendapat ini berasal dari jumhur Asya’iyah dan Mu’tazilah, Imam Syafi’i
dalam mazhabnya yang jadid (baru) juga Abu Hasan al-Kharha dari golongan
Hanafiyah.
ار ِه ْم أِل َ َّو ِل ْال َح ْش ِر ۚ َما ِ َب ِم ْن ِدي ِ ين َكفَرُوا ِم ْن أَ ْه ِل ْال ِكتَا َ هُ َو الَّ ِذي أَ ْخ َر َج الَّ ِذ
ظَنَ ْنتُ ْم أَ ْن يَ ْخ ُرجُوا ۖ َوظَنُّوا أَنَّهُ ْم َمانِ َعتُهُ ْم ُحصُونُهُ ْم ِم َن هَّللا ِ فَأَتَاهُ ُم هَّللا ُ ِم ْن
ُون بُيُوتَهُ ْم ِبأ َ ْي ِدي ِه ْم
َ ب ۚ ي ُْخ ِربَ ف فِي قُلُوبِ ِه ُم الرُّ ْع ُ َحي
َ ْث لَ ْم يَحْ تَ ِسبُوا ۖ َوقَ َذ
ار
ِ ْص َ ين فَا ْعتَبِرُوا يَا أُولِي اأْل َبَ َِوأَ ْي ِدي ْال ُم ْؤ ِمن
Artinya:“Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari
kampung-kampung mereka pada saat pengusiran yang pertama. Kamu tidak
menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-
benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; maka Allah
mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-
sangka. Dan Allah melemparkan ketakutan dalam hati mereka; mereka
memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan
orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai
orang-orang yang mempunyai wawasan”. (QS. al-Hasyr: 2)
c. Ulama Hanafiyah, Imam Malik, qaul qadim Imam Syafi’i dan pendapat terkuat
dari Imam Ahmad bin Hanbal Menyatakan bahwa pendapat sahabat itu
menjadi hujjah dan apabila pendapat sahabat bertentangan dengan qiyas maka
pendapat sahabat didahulukan.
9
Alasan yang mereka kemukakan antara lain adalah firman Allah dalam surat at-
Taubah ayat 100:
Dalam ayat ini menurut mereka, Allah secara jelas memuji para sahabat
karena merekalah yang pertama kali masuk Islam. Sabda Rasulullah yang
diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Imran bin Hushain yang berbunyi: “Sebaik-baik
kamu (adalah yang hidup pada) masaku, kemudian generasi berikutnya, kemudian
generasi berikutnya”.
Dari segi alasan logika, pendapat sahabat dijadikan hujjah karena terdapat
kemungkinan bahwa pendapat meraka itu berasal dari Rasulullah. Disamping itu
karena mereka sangat dekat dengan Rasulullah dalam rentang waktu yang lama,
hal ini memberikan pengalaman yang sangat luas kepada mereka dalam
memahami ruh syari’at dan tujuan-tujuan persyari’atan hukum syara’. Dengan
bergaul dengan Rasulullah berarti mereka merupakan murid-murid langsung dari
beliau dalam menetapkan hukum, sehingga diyakini pendapat mereka lebih
mendekati kebenaran. Oleh karena itu, jika pendapat mereka bertentangan dengan
al-Qiyas, maka sangat mungkin ada landasan hadits yang mereka gunakan untuk
itu. Sebagaimana diketahui, mereka adalah generasi terbaik (memiliki sifat
al-‘Adalah), yang sangat sulit diterima menurut kebiasaan jika melahirkan
pendapat syara’ tanpa alasan, sebab hal itu terlarang menurut syara’.
10
Kemudian Imam Ibnu Qayyim di dalam kitabnya I’lamul Muwaqqi’in berkata
bahwa fatwa sahabat tidak keluar dari enam bentuk10 :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
11
Rasulullah. Pendapat para Ulama pun sangat beragam mengenai pendapat para
Sahabat ini. Ada yang menggunakannya sebagai hujjah dan ada yang tidak
menggunakannya. Dan untuk kita boleh memilih pada siapa kita akan ittiba’.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
12