Merujuk pada versi pertama, Sudirman Tebba, Syek Siti Jenar; pengaruh tasawuf al-hajj.
Menceritakan secara detil prosesi eksekusi Syekh Siti Jenar saat dipenggal lehernya oleh Sunan
Kalijaga. Pada awalnya mengucur darah berwarna merah, kemudian berubah menjadi putih. Saat
itulah Syekh Siti Jenar berkata: “Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-
Nya”. Kemudian tubuh Syekh Siti Jenar naik ke surga seiring dengan kata-kata: ”Jika ada
seorang manusia yang percaya kepada kesatuan selain dari Allah Yang Mahakuasa, dia akan
kecewa, karena dia tidak akan memperoleh apa yang dia inginkan”. Pada peristiwa selanjutnya,
mulai diperlihatkan kecurangan yang dilakukan oleh para ulama di Cirebon terhadap keberadaan
jenazah Syekh Siti Jenar. Dikisahkan, setelah eksekusi dilaksanakan, jenazah Syekh Siti Jenar
dimakamkan di suatu tempat yang kemudian banyak diziarahi orang. Untuk mengamankan
keadaan, Sunan Gunung Jati memerintahkan secara diam-diam agar mayat Syekh Siti Jenar
dipindahkan ke tempat yang dirahasiakan, sedangkan di kuburan yang sering dikunjungi orang
itu dimasukkan bangkai anjing hitam.
Ketika para peziarah menginginkan agar mayat Syekh Siti Jenar dipindahkan ke Jawa Timur,
kuburan dibuka dan ternyata yang tergeletak di dalamnya bukan mayat Syekh Siti Jenar
melainkan bangkai seekor anjing. Para peziarah terkejut dan tak bisa mengerti keadaan itu.
Ketika itu Sultan Cirebon memanfaatkan situasi dengan mengeluarkan fatwa agar orang-orang
tidak menziarahi bangkai anjing dan segera meninggalkan ajaran-ajaran Syekh Siti Jenar. Versi
lain mengatakan pada Serat Seh Siti Jenar gubahan Ki Sosrowidjojo, yang kemudian
disebarluaskan kembali oleh Abdul Munir Mulkan (t.t), disebutkan bahwa Syekh Siti Jenar
dijatuhi hukuman mati oleh Wali Songo. Pada saat hukuman harus dilaksanakan, para anggota
Wali Songo mendatangi Syekh Siti Jenar untuk melaksanakan eksekusi. Akan tetapi kemudian
para anggota Wali Songo tidak jadi melaksanakan hukuman tersebut, karena Syekh Siti Jenar
justru memilih cara kematiannya sendiri, dengan memohon kepada Allah agar diwafatkan tanpa
harus dihukum oleh pihak Sultan dan para Sunan, sekaligus Syekh Siti Jenar menempuh jalan
kematiannya sendiri, yang sudah ditetapkan oleh Allah.