Arifin C. Noer
Bram Adrianto...
Kol. Untung
Syu'bah Asa...
DN. Aidit
Ade Irawan...
Nyonya Nasution
Amaroso Katamsi...
Maj. Jen. Suharto
Omar Khayyam...
Presiden Sukarno
Dani Marsuni
Didi Sadikin...
Col. Sarwo Edi
Charlie Sahetapy
Kies Slamet...
Brig. Gen. Soepardjo
Sofia W.D.
Musik oleh :
Embie C. Noer
Sinematografi oleh :
Hasan Basri
Film ini adalah versi resmi pemerintah Orde Baru tentang peristiwa yang terjadi pada
malam 30 September dan pagi 1 Oktober 1965 di Jakarta. Pada malam dan pagi hari itu
terjadi pergolakan politik di Indonesia yang kemudian berujung pada pergantian rezim
dari Soekarno ke Soeharto. Pihak Orde Baru di bawah pimpinan Soeharto mengatakan
bahwa Partai Komunis Indonesia melakukan pemberontakan yang kemudian digagalkan
oleh Soeharto sendiri. Inilah yang menjadi dasar film tersebut.
RESENSI FILM
(Penumpasan Penghianatan G30S PKI)
Penghianatan G30S PKI adalah film pertama di Indonesia yang di rilis secara
komersial, di sutradarai oleh Arifin C.Noer dan di Produseri G. Dwi Payana
Dikerjakan selama dua tahun dan berhasil di rilis tahun 1984 dengan biaya
anggaran Rp.800.000.000 kala itu,
Film ini masuk Nominasi dari tujuh penghargaan Vestival Film 1984, memenangkan
satu.
Alur film
1. di awali dengan keadaan Presiden Soekarno yang sedang sakit parah, dan di
tambah keadaan negara yang bisa di bilang keadaan demokrasinya sedang gagal.
"di gambarkan dengan gelandangan sana sini yang tidur di pinggir jalan"
dengan keadaan membludaknya kemiskinan inilah PKI yang mempunyai kekuatan
politik besar mendapat dukungan dari rakyat politik dan dengan cepat mempunyai
jutaan anggota pada tahun 1965
2. Presiden Soekarno yang sedang sakit parah juga di manipulasi PKI dengan
merekayasa cerita. berdasarkan dokumen Gilchirist yang palsu, bahwa. dewan jendral
sedang mempersiapkan kudeta bila Ir.Soekarno mati, Kemudian PKI berencana
melakukan ini sebagai alasan dalam menjalankan kudetanya.
"di perlihatkan dalam film ini, pelatihan prajurit-prajurit PKI untuk melakukan kudetanya"
3. Pada malam 30 september - 1 Oktober, Tujuh unit anggota dikirim untuk menculik ke
Tujuh jendral yang di bilang terkait dengan Dewan Jendral, ke 6 jendral dan 1 perwira di
tangkap, disiksa dengan keji, di bunuh, dan di buang ke sumur kecil di Lubang buaya
"jakarta",
hanya satu jendral yang lolos dari penculikan, yaitu jendral Nasution (lolos dengan
melompati pagar).
4. Selanjutnya, semua unit anggota Letnan Kolonel Untung (PKI) mengambil alih kantor
RRI (Radio Republik Indonesia) dan memaksa staf di sana untuk membaca pidato
Untung yang menyatakan bahwa G30S telah bergerak untuk mencegah kudeta oleh
"Dewan Jenderal" dan mengumumkan pembentukan "Dewan Revolusi". Anak buah
G30S/PKI lain pergi ke istana untuk mengamankan presiden tapi menemukan bahwa
presiden telah pergi meninggalkan istana. Pidato radio lain kemudian segera
dibacakan, menguraikan komposisi Dewan Revolusi yang baru dan mengumumkan
perubahan hirarki Angkatan Darat. Para pemimpin G30S mulai merencanakan pelarian
mereka dari Halim, yang harus dilakukan secepatnya.
6. Seharto kemudian segera dipanggil ke istana kedua di Bogor untuk berbicara dengan
Pres. Soekarno. presiden mengatakan bahwa ia telah menerima jaminan dari Marsekal
Udara bahwa Angkatan Udara tidak terlibat dalam kudeta ini. Soeharto membantah
pernyataan tersebut, mencatat bahwa persenjataan gerakan ini adalah seperti orang-
orang dari Angkatan Udara. Pertemuan ini akhirnya menghasilkan konfirmasi
pengangkatan Soeharto sebagai pemimpin Angkatan Darat, bekerja sama dengan
Pranoto Rekso samodra. Dalam investigasi mereka terhadap peristiwa kudeta ini,
Angkatan Darat menemukan kamp di Lubang Buaya - termasuk tubuh para jenderal,
yang dikeluarkan dari sumur sembari Soeharto menyampaikan pidato menggambarkan
kudeta ini dan peran PKI di dalamnya. Jenazah para jenderal kemudian dimakamkan di
tempat lain dan Soeharto memberikan pidato hagiografi, di mana ia mengutuk G30S
PKI dan mendesak masyarakat Indonesia untuk melanjutkan perjuangan jenderal-
jenderal yang telah meninggal tersebut.