Anda di halaman 1dari 3

Nama : Taruna Remaja Muhammad Dede Saputra

Notar : 2102244
Kelas : MTJ 2.13

Resume Film Penghianatan G 30 S/PKI

Penghianatan G 30 S/PKI merupakan salah satu peristiwa penting di Indonesia, dimana


terjadi beberapa aksi-aksi anarkis ketidak manusiawi oleh para PKI.PKI menginginkan
mereka tetap berkuasa.
Ketika subuh pagi pada tanggal 13 januari 1965 di desa kanigoro, terjadi sebuah
penyerangan oleh ribuan kelompok PKI, mereka menyerang pusat clining center pelajar
indonesia yang baru saja melaksanakan shalat subuh kecuali melakukan pemukulan seorang
kiayi dan beberapa staf pengajar meraka menginjak injak kitab suci Al-Quran.
Aksi- aksi sepihak yang dilakukan oleh PKI ini juga di Indramayu, Klaten, Boyolali
dan berbagai tempat di Indonesia lainnya. Sebenarnya pada bulan desember 1964 terungkap
adanya dokumen tentang perebutan kekuasaan yang akan dilakukan PKI, namun pihak PKI
membantahnya dan menuduh ada yang memfitnah dan menuduh lawan politiknya.
Padatanggal15 januari 1965 di suatu desa juga di daerah kediri ribuan PKI menyerang p
ara petani sudarno dengan dalih persengketaan tanah sawah, kepala desa yang berusaha
melerai tak luput daripengeroyokan, pada tahun yang sama di Sumatra Utara pihak PKI yang
dikenal sebagai peristiwa bandar bensin, persengketa tanah dengan milik negara dengan
petani yang menggarap tidak sah dan sebenarnya persoalannya telah diselesaikan dengan baik
namun pihak BTIPKI menghasut untuk meggarap kembali tanah itu secara sepihak melawan
pemerintah dalam peristiwa ini seorang petugas tewas, S.Soedjono tewas karena dikeroyok.
Istana Negara Bogor,rombongan team dokter RRC sedang mengobati soekarno
karenaPresiden Sedang sakit. Setelah selesai Dokter RRC mengatakn kepada D.N Aidit
bahwa keadaanPresiden dalam keadaannya kritis yang memiliki 2 kemungkinan lumpuh atau
meninggal . padamasa itu terjadi krisis ekonomi. Di Daerah lubang buaya, disana ada sebuah
latihan militer yangdi pimpin oleh sukwan dan sukwati anggota pemuda rakyat dan gerwani.
Peristiwa G30S PKI bermula pada tanggal 1 Oktober. Dimulai dengan kasus
penculikan 7 jendral yang terdiri dari anggota staff tentara oleh sekelompok pasukan yang
bergerak dari Lapangan Udara menuju Jakarta daerah selatan. Tiga dari tujuh jenderal
tersebut diantaranya telah dibunuh di rumah mereka masing-masing, yakni Ahmad Yani,
M.T. Haryono dan D.I. Panjaitan.
Sementara itu ketiga target lainya yaitu Soeprapto, S.Parman dan Sutoyo ditangkap
secara hidup-hidup. Abdul Harris Nasution yang menjadi target utama kelompok pasukan
tersebut berhasil kabur setelah berusaha melompati dinding batas kedubes Irak.
Meskipun begitu, Pierre Tendean beserta anak gadisnya, Ade Irma S. Nasution pun
tewas setelah ditangkap dan ditembak pada 6 Oktober oleh regu sergap. Korban tewas
semakin bertambah disaat regu penculik menembak serta membunuh seorang polisi penjaga
rumah tetangga Nasution. Abert Naiborhu menjadi korban terakhir dalam kejadian ini. Tak
sedikit mayat jenderal yang dibunuh lalu dibuang di Lubang Buaya.
Sekitar 2.000 pasukan TNI diterjunkan untuk menduduki sebuah tempat yang kini
dikenal dengan nama Lapangan Merdeka, Monas. Walaupun mereka belum berhasil
mengamankan bagian timur dari area ini. Sebab saat itu merupakan daerah dari Markas
KOSTRAD pimpinan Soeharto.
Jam 7 pagi, Radio Republik Indonesia (RRI) menyiarkan sebuah pesan yang berasal
dari Untung Syamsuri, Komandan Cakrabiwa bahwa G30S/PKI telah berhasil diambil alih di
beberapa lokasi stratergis Jakarta beserta anggota militer lainnya. Mereka bersikeras bahwa
gerakan tersebut sebenarnya didukung oleh CIA yang bertujuan untuk melengserkan
Soekarno dari posisinya.
Tinta kegagalan nyaris saja tertulis dalam sejarah peristiwa G30S/PKI. Hampir saja pak
Harto dilewatkan begitu saja karena mereka masih menduga bahwa beliau bukanlah seorang
tokoh politik.
Selang beberapa saat, salah seorang tetangga memberi tahu pada Soeharto tentang
terjadinya aksi penembakan pada jam setengah 6 pagi beserta hilangnya sejumlah jenderal
yang diduga sedang dicuilik. Mendengar berita tersebut, Soeharto pun segera bergerak ke
Markas KOSTRAD dan menghubungi anggota angkatan laut dan polisi.
Soeharto juga berhasil membujuk dua batalion pasukan kudeta untuk segera
menyerahkan diri. Dimulai dari pasukan Brawijaya yang masuk ke dalam area markas
KOSTRAD. Kemudian disusul dengan pasukan Diponegoro yang kabur menuju Halim
Perdana Kusuma.
Karena prosesnya yang berjalan kurang matang, akhirnya kudeta yang dilancarkan oleh
PKI tersebut berhasil digagalkan oleh Soeharto. Sehingga kondisi ini menyebabkan para
tentara yang berada di Lapangan Merdeka mengalami kehausan akan impresi dalam
melindungi Presiden yang sedang berada di Istana.
G30S PKI bisa berakhir pada jam 7 malam, pasukan pimpinan Soeharto berhasil
mengambil alih atas semua fasilitas yang sebelumnya pernah dikuasai oleh G30S PKI. Jam 9
malam Soeharto bersama dengan Nasution mengumumkan bahwa sekarang ia tengah
mengambil alih tentara yang pernah dikuasai oleh PKI dan akan tetap berusaha untuk
menghancurkan pasukan kontra-revolusioner demi melindungi posisi Soekarno.
Soeharto melayangkan kembali sebuah ultimatum yang kali ini ditujukan khusus
kepada pasukan di Halim. Tak berapa lama kemudian, Soekarno meninggalkan Halim
Perdana Kusuma untuk segera menuju istana Presiden lain yang ada di Bogor. Ketujuh jasad
orang yang terbunuh dan terbuang di Lubang Buaya pada tanggal 3 Oktober berhasil
ditemukan dan dikuburkan secara layak pada tanggal 5 Oktober.
Nama-nama Pahlawan Revolusi Korban Kekejaman G30S PKI 1965

1. Jenderal TNI Anumerta Ahmad Yani


Juga dieja Achmad Yani; lahir di Purworejo, Jawa Tengah, 19 Juni 1922
meninggal di Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965 pada umur 43 tahun adalah
seorang pahlawan revolusi dan nasional Indonesia. Beliau dikenal sebagai seorang
tentara yang selalu berseberangan dengan PKI (Partai Komunis Indonesia). Ketika
menjabat sebagai Menteri/Panglima Angkatan Darat sejak tahun 1962, ia menolak
keinginan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani.
Karena itulah beliau menjadi salah satu target PKI yang akan diculik dan dibunuh di
antara tujuh petinggi TNI AD melalui G30S (Gerakan Tiga Puluh September).
Kronologis singkat korban kebiadapan PKI. Pada malam hari ditembak di ruang
makan di rumahnya,Jalan Lembang D58,Menteng pada jam 04.35 tanggal 1 Oktober
1965. Mayatnya kemudian ditemukan di Lubang Buaya.
2. Letjend TNI Anumerta Mas Tirtodarmo Haryono (MT Haryono)
Beliau lahir di kota Pahlawan, Surabaya pada tanggal 20 Januari 1924. Letjend
MT Haryono memiliki kemampuan berkomunikasi dalam 3 bahasa asing. Sama
halnya dengan DI Pandjaitan dan tentara-tentara lainnya, beliau diculik lalu dibunuh
di Lubang Buaya.

3. Letjend TNI Anumerta Suprapto


Terlahir di Purwokerto, 20 Juni 1920, beliau juga mengalami hal serupa dengan
MT Haryono. Diculik lalu dibantai di Lubang Buaya. Letjen Soeprapto pernah
berjasa dalam meredam beberapa pemberontakan PKI di wilayah-wilayah tertentu,
seperti Medan dan Semarang.

4. Kapten Anumerta Pierre Tendean


Dari sekian korban tentara korban G30 S PKI yang ada, Pierre Tendean adalah
satu-satunya pahlawan revolusi yang tidak memiliki pangkat jenderal.
Meskipun begitu, keberanian ajudan A.H. Nasution ini patut diacungi jempol
dalam melawan pemberontak komunis.Dengan keberaniannya, beliau mengaku
sebagai A.H. Nasution demi meloloskan ajudannya tersebut.

5. Letjen TNI Anumerta S. Parman


Berbeda dengan perwira lainnya, S. Parman merupakan tentara intel yang
sebenarnya akrab dengan PKI. Sehingga ia tahu apa saja aktivitas rahasia partai
komunis tersebut.
Meskipun dekat, ia justru menolak untuk memeluk faham komunis yang
ditawarkan oleh anggota PKI tersebut. Alhasil, ia pun dimasukkan dalam nama-
nama target pembunuhan PKI lantaran sudah mengetahui berbagai hal yang
tersimpan rahasia. Kakaknya, Ir. Sakirman yang pada saat itu menjabat sebagai
petinggi PKI dengan kejam membantai adiknya sendiri S. Parman tepat di Lubang
Buaya.

6. Mayjend. TNI Anumerta Donald Isaac Pandjaitan


Beliau merupakan salah satu perintis dibalik lahirnya TNI. Dibantu dengan
sekumpulan anak-anak muda lainnya, ia menggagas Tentara Keamanan Rakyat
(TKR) sebelum TNI.Suatu ketika para gerombolan PKI menyerbu rumah Donald
Issac Pandjaitan. Mereka langsung membunuh ajudan beserta para pelayannya.
Seakan tahu jika detik-detik kematiannya tiba, Donald Isaac Pandjaitan menemui
gerombolan tersebut dengan seragam militer atribut lengkap. Seketika itu ia
langsung diberondong timah panas dan mayatnya dibuang di Lubang Buaya.

7. Mayjen TNI Anumerta Sutoyo Siswomiharjo


Beliau diculik dalam rumahnya, kemudian dibantai saat berada di Lubang
Buaya. Awalnya, tentara yang lahir di Kebumen tanggal 23 Agustus ini dibujuk oleh
para penculik dengan dalih dipanggil oleh Presiden RI, Soekarno.

Anda mungkin juga menyukai