Anda di halaman 1dari 2

Date: December, 13 2020

PLAGIARISM SCAN REPORT

0% 100% 842 6215


Plagiarised Unique Words Characters

Exclude Url : None

Content Checked For Plagiarism


Ada beberapa faktor yang menyebabkan umat Islam mengalami kemunduran dalam pengembangan iptek, yaitu: Runtuhnya Dinasti
Abbasiyah, Dinasti Abbasiyah dapat dikatakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan bagi umat islam. Banyak ilmuwan dan filsuf yang lahir
di era ini. Didukung dengan maraknya penerjemahan buku-buku yang berasal dari berbagai wilayah dan adanya tempat diskusi sekaligus
pendidikan bagi para cendekiawan yang dinamakan Bayt Al-Hikmah yang terletak di Baghdad ini menjadikan sebuah enabler ilmu
pengetahuan. Sejak Dinasti Abbasiyah dihancurkan oleh kaum Mongol, Kota Baghdad yang merupakan pusat ilmu pengetahuan pun
hancur, banyak sumber ilmu pengetahuan seperti buku maupun karya-karya ilmuwan dimusnahkan oleh kaum mongol dengan cara dibakar
maupun dihanyutkan. Sejak saat itulah awal mula kemunduran dalam pengembangan iptek bagi umat islam. Pola pikir umat islam yang
sekarang ini memisahkan ilmu pengetahuan dan ilmu agama. Umat islam sekarang ini seperti memisahkan esensi ilmu pengetahuan dan
ilmu agama. Ilmu pengetahuan dianggap seperti ilmu keduniawian yang kental dengan pemikiran yang kompleks, sangat terstruktur dan
cenderung dikuasai oleh orang barat, sementara ilmu agama kental dengan nuansa rohani dan kehidupan batin semata (Nasbi,2016).
Padahal pada Dinasti Abbasiyah, yang menyebabkan ilmu pengetahuan maju adalah karena banyaknya ilmuwan dan filsuf yang
berdasarkan Al-Quran dan hadist sebagai rujukan karyanya, Minimnya Penelitian Iptek yang dilakukan umat islam. Sekarang ini, penelitian
iptek banyak dilakukan oleh orang barat karena sumber ilmu pengetahuan terpusat disana baik tacit maupun explicit. Umat islam seolah
kehilangan taringnya dalam melakukan penelitian iptek dan cenderung lebih banyak mempelajari ilmu agamanya saja. Mungkin salah satu
penyebabnya adalah karena sumber pengetahuan yang bersifat tacit dan explicit sekarang ini masih belum gencar dilakukan
penerjemahan oleh masing-masing wilayah yang didiami umat islam. Padahal pada Dinasti Abbasiyah, penelitian gencar dilakukan oleh
umat islam. Tidak, perkembangan ilmu pengetahuan tidak dapat menghapuskan keberadaan agama, karena pada dasarnya agama adalah
salah satu kebutuhan manusia yaitu kebutuhan rohani. Hati nurani dapat terbentuk dari nilai-nilai yang diajarkan dalam agama. Agama
menjadi acuan bagi manusia dalam melakukan perbuatan yang berpotensi bermanfaat maupun merugikan. Kekacauan dapat terjadi jika
tidak adanya agama, karena sejauh ini, belum ada ajaran moral yang dihasilkan oleh pemikiran manusia (hedonisme, utilitarianisme,
pragmatisme, imperatif kategoris) yang dapat menandingi ajaran moral dari banyak agama (Wijaya, 2006). Sejatinya hubungan ilmu
pengetahuan dan Islam saling selaras, banyak ilmu pengetahuan yang ditemukan pada zaman modern ternyata sudah dijelaskan dalam Al-
Quran. Jika diteliti lebih dalam dari segi kebahasaan dalam Al-Quran, banyak makna-makna Al-Quran yang menjelaskan tentang ilmu
sains. Berdasarkan buku Quran and Modern Science yang ditulis oleh Dr. Maurice Bucaille, banyak pengetahuan modern yang ditemukan
pada abad 19 maupun 20 telah dijelaskan dalam Al-Quran jika diteliti lebih dalam tentang makna katanya. Salah satu contohnya adalah Al-
Quran lebih dulu menjelaskan tentang bulan yang tidak menghasilkan cahaya melainkan memantulkan cahaya melalui matahari seperti
pada surat Nuh ayat 16, Al-Qur'an membedakannya dengan menggunakan kata yang berbeda: bulan menggunakan kata cahaya (noor),
dan matahari menggunakan kata lampu (siraaj). Allah menciptakan manusia dibekali dengan akal pikiran dan hawa nafsu. Kedua hal
tersebut yang menjadikan manusia unik dibanding makhluk bumi lainnya, sehingga selain untuk beribadah kepada Allah, manusia juga di
perintahkan sebagai khalifah di muka bumi. Realita banyaknya manusia yang tidak beribadah kepada Allah, karena manusia tersebut
belum mendapat hidayah dari Allah dan juga terperangkap dengan hawa nafsunya. Allah bisa saja membuat manusia agar hanya
melakukan ibadah saja, tetapi jika seperti itu, maka tidak ada bedanya dengan malaikat. Allah menciptakan segala sesuatu itu pasti ada
alasannya, Surga dan Neraka pun diciptakan Allah dengan fungsi yang berbeda, Surga untuk tempat orang beriman dan neraka untuk
orang kafir. Allah memilih menguji manusia terlebih dahulu di bumi untuk menyeleksi manusia sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya
seperti yang dijelaskan dalam surat An-Najm ayat 31. Jika dianalogikan seperti halnya kita menjadi seorang CEO perusahaan, maka
pastinya kita akan menyeleksi terlebih dahulu calon karyawan yang layak bekerja di perusahaan kita atau tidak, karyawan dengan
kepribadian baik pasti cenderung lebih besar dipilih dibanding dengan yang tidak baik. Menurut Quraish Shihab, Allah mengizinkan setan
untuk menggoda manusia memiliki dua manfaat yang pertama sebagai pelajaran untuk mengetahui keburukan dan kebaikan. Kita tidak
akan pernah bersyukur jika tidak tahu apa itu musibah. Kedua adalah sebagai salah satu ujian untuk meningkatkan derajat ketaqwaan
pada Allah. Jika ujian tersebut berhasil dilalui dengan baik, maka semakin kuat iman dan ibadah manusia kepada Allah. Jika dianalogikan
adalah seperti halnya kita memiliki mengikuti suatu kejuaraan programming, pastilah ada lawan tandingnya. Jika kita berhasil mengalahkan
lawan tanding kita, maka kita dapat menjadi juara programming dan semakin solid ilmu yang kita miliki. Allah menciptakan hawa nafsu
kepada manusia agar membedakannya dengan malaikat dan hewan. Malaikat memiliki akal tapi tidak memiliki hawa nafsu. Manusia
memiliki akal dan hawa nafsu. Hewan memiliki hawa nafsu tapi tidak berakal. Tidaklah mengherankan jika malaikat tidak pernah melawan
perintah Allah karena tidak memiliki hawa nafsu, tetapi alangkah luar biasanya manusia yang tidak melawan perintah Allah karena memiliki
hawa nafsu, seperit yang dijelaskan dalam surat Al-Qashash: 50. Hawa nafsu memang kerap sulit dikendalikan dan dapat menjadi
ancaman bagi manusia dalam beribadah, tapi jika berhasil menaklukan hawa nafsu, maka manusia tersebut menjadi istimewa. Jika
dianalogikan seperti halnya kita belajar suatu ilmu, jika kita berhasil memahaminya (menaklukannya) maka alangkah besar manfaat yang
dapat diperoleh.

Anda mungkin juga menyukai