Anda di halaman 1dari 10

KARYA SENI LUKIS

Disusun oleh :

Kelompok 3 :

Devi Wahyu Nengsi


Nur Hikma
Siti Chairah Dyna Fitri
Ade Putri Astuti
Abidah Nur Rahma
A.Nurul Atika. F. M

Kelas :

XI Mipa 4

SMA NEGERI 1 POLEWALI

POLEWALI MANDAR

2019
1. Raden Saleh

Deskripsi :

Judul : Penangkapan Diponegoro (1857)

Tema : -

Aliran : Romantisme

Teknik: -

Makna : Pangeran Diponegoro dan pengikutnya tampak tidak membawa


senjata pada lukisan ini. Keris di pinggang, ciri khas Diponegoro, pun tak ada.
Tampaknya Raden Saleh ingin menunjukkan, peristiwa itu terjadi di bulan
Ramadhan. Meskipun Saleh tidak sedang berada di Hindia Belanda pada
peristiwa itu, ketika pulang ia langsung mencari pelbagai informasi mengenai
berita penangkapan tersebut. Pangeran Diponegoro dan pengikutnya datang
untuk berunding, namun gagal. Diponegoro ditangkap dengan mudah karena
jenderal De Kock tahu bahwa musuhnya sedang tidak siap untuk berperang di
bulan Ramadhan. Meskipun tampak tegang, Pangeran Diponegoro tetap
digambarkan berdiri dalam pose siaga. Wajahnya yang bergaris keras tampak
menahan emosi, tangan kirinya menggenggam tasbih yang mungkin ingin
menunjukan Beliau tetap bersabar dan tidak lupa pada yang Maha Kuasa
ketika musibah menimpanya. Dalam lukisan itu tampak Raden Saleh
menggambarkan sosok yang mirip dengan dirinya sendiri. Sosok itu
menunjukan sikap empati menyaksikan suasana tragis itu bersama pengikut
Pangeran Diponegoro yang lain. Jenderal De Kock pun kelihatan tampak
sangat segan dan menaruh hormat saat menangkap Pangeran Diponegoro
menuju ke tempat pembuangan.
2. Basuki Abdullah

Deskripsi :

Judul : Adik dan Kakak

Tema : Kasih Sayang dan Kemanusiaan

Aliran : Romantisme

Teknik : -

Makna : Dengan pencahayaan dari samping, figur “Adik dan Kakak” yang
dalam gendongan terasa mengandung ritme drama kehidupan. Dengan
penguasaan proporsi dan anatomi, lukisan ini menggambarkan gerak tubuh
mereka yang mengalunkan perjalanan sunyi. Suasana itu, seperti ekspresi
wajah mereka yang jernih tetapi matanya menatap kosong. Dengan pakaian
mereka yang bersahaja dan berwarna gelap, sosok kakak-beradik ini dalam
selubung keharuan.
3. Barli Sasmitawinata

Deskripsi :

Judul : Pejuang Napitupulu (1946)

Tema : Nasionalisme

Aliran : Realisme

Teknik : -

Makna : Tampak sesosok pria yang mengenakan seragam militer zaman


kolonial. Lengkap dengan sabuk yang sekaligus mengikat granat
genggam dan senjata. Kumis yang klimis merupakan salah satu ciri khas
zaman kolonial yang belakangan menjadi trend juga hari ini di kalangan
anak muda. Napitupulu adalah salah satu marga batak yang berasal dari
sub-suku Toba.

Pada lukisan ini dapat dilihat bagaimana pendidikan di Eropa


mempengaruhi teknis dan estetika Barli. Warna bumi (earthtone)
digunakan untuk memahat detail lukisan. Efek cahaya yang dramatis
juga membangun suasana dari lukisan. Pose bertolak pinggang
dilengkapi pandangan mata yang sangar mnunjukan sisi dominan pria
agar tampak kontras dengan perempuan. Semua ciri-ciri tersebut sangat
akrab dijumpai pada lukisan-lukisan Eropa zaman kolonial. Disini sudah
tampak salah satu ciri khas Barli yang tidak ragu untuk menggunakan
garis tegas pada sebagian tepian objek lukisannya, meskipun tampak
realistik adalah targetnya.
4. Affandi Koesoema

Deskripsi :

Judul : Ibuku

Tema : -

Aliran : Naturalisme

Teknik : -

Makna : Lukisan berjudul “Ibuku” belum menggunakan ciri khas Affandi


yang membuatnya terkenal. Namun lukisan ini menjadi catatan yang penting,
bahwa meskipun Affandi mengabaikan teknik pada karya ekspresionisnya, ia
dapat melakukan teknik lukis realistik (naturalis tepatnya). Sosok ibunya
sendiri yang sudah tua digambarkan mengenakan pakaian sehari-harinya.
Namun ibunya berpose anggun seperti pada lukisan-luksan era renaisans –
romantisisme. Tangannya ditaruh di pundaknya, menunjukkan bahwa Affandi
mengerti mengenai pose potret yang dianggap indah untuk menunjukkan
sosok potret perempuan berdasarkan teknik lukis Barat.

Sapuan kuasnya sudah tampak sangat berani dan menunjukkan bahwa


ia sudah terbiasa untuk melukis lukisan yang tampak natural dan mirip aslinya.
Ekspresi wajahnya menimbulkan enigma yang selalu mempertanyakan
perasaan apa yang sedang dirasakan oleh sang Ibu. Sedih? Marah? Atau
memang raut wajahnya saja yang sudah menggambarkan manis-pahitnya
kehidupan yang telah dijalaninya.
5. Itji Tarmizi

Deskripsi :

Judul : Lelang Ikan

Tema : Realitas Sosial

Aliran : -

Teknik : -

Makna : Lukisan ini menggambarkan seorang tengkulak yang dikelilingi


nelayan, seorang ibu berkutang dengan bawahan kain dan anaknya tanpa
pakaian kemungkinan istri salah satu nelayan, kuli panggul, hingga nelayan
lain di belakang si tengkulak menatap tajam sambil memegang parang. Para
nelayan itu seakan pasrah ikan-ikannya dibeli sang tengkulak dengan harga
yang tidak diharapkan.

Itji menggambarkan tengkulak itu ditemani anak atau cucunya yang


mengenakan pakaian bagus lengkap dengan kalung mutiara. Dia mengenakan
peci hitam, berkulit terang, berpakaian ala penguasa tapi juga mengenakan
bawahan kain, lengkap dengan ikat pinggang besar.
6. Hendra Gunawan

Deskripsi :

Judul : Laskar (Pasukan Gerilya)

Tema : -

Aliran : -

Teknik : -

Makna : Lukisan ini dibuat pada masa revolusi, dimana Hendra sedang
bergabung di kelompok Pelukis Front. Hendra menampilkan para pejuang
gerilya lengkap dengan atributnya di masa itu. Mereka tampak memegang
senjata, membawa granat dan mengenakan pakaian seadanya untuk
memaksimalkan mobilitas dalam strategi gerilya. Adegan yang diusung
tampaknya ketika mereka berdiskusi untuk menentikan strategi perang.
Hendra masih menggunakan palet warna tanah pada karyanya yang satu ini.
Penggambaran anatomi yang meliuk-liuk dan tampak gemulai tidak terlalu
kental disini. Mungkin karena disesuaikan untuk menggambarkan pasukan
yang sedang siap berperang, atau ia belum banyak menggunakan ciri khasnya
disini. Meskipun figur yang dihadirkan cukup banyak, namun ia tetap
membuat fokus yang baik melalui dua prajurit yang tengah berdiskusi.
7. Henk Ngantung

Deskripsi :

Judul : Memanah

Tema : -

Aliran : Naturalisme

Teknik : -

Makna : Lukisan ini menggambarkan tentang seseorang sedang


memanah. Memanah melatih emosi untuk meletakkan ‘target’ pada satu
tujuan. Bila emosi kita terganggu, udah tentu tujuan bakal mudah melenceng.

Anda mungkin juga menyukai