BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Dari pihak Kristen, sebagian menentang akulturasi antara Islam dan kristen (mozarab). Mereka
menginginkan umat Kristen yang murni yang melepaskan diri dari pengaru Arab. Mereka melakukan
pemberontakan di Kordova, di mana sejumlah warga kristen mengorbankan diri mereka sendiri
sebagai aksi protes terhadap pemerintahan Islam.[1]
Di atas puing-puing kehancuran Daulah Umayah muncullah kerajan-kerajaan kecil yang terus
bertikai. Pada paruh pertama abad ke-11, tidak kurang dari 20 negara berumur pendek banyak
bermunculan dikota-kota atau propinsi dibawah pimpinan kepala suku atau raja kecil. Periode ini
dikenal dengan Muluk al-Thawaif (dalam bahasa Arab), atau dalam bahasa Spanyol Reyes
DeTaifas (raja-raja kelompok) (antara 1030-1090).
Pada tahun 1086 di Cordova, keluarga Jahwariyah mengepalai sejenis republik, yang kemudian
diambil alih oleh keluarga Bnau Abbad di Seville. Granada merupakan pusat kekuasaan rezim
Ziriyah. Namanya rezim ini diambil dari nama pendirinya yang berkebangsaan Berber, Ibn Ziri (10121019), dan rezim ini dihancurkan oleh kelompok al-Murabbhitun Maroko pada 1090. Di Malaga, dan
distrik-distrik di sekitarnya, kekuasaan dinasti Hamudiyah, yang pendirinya dan dua penerusnya
menjadi khalifahKordova, berakhir sampai 1057. Setelah kekuasaan Ziriyah berakhir, Malaga akhirnya
berada di bawah cengkraman al-Murabbhitun.Tahta Toledo diduduki oleh Banu dzu al-Nun (10321085), sebuah keluarga Berber kuno yang sering memberontak hingga dhancurkan oleh Alfonso VI
dari Leon dan Castile. Di Saragossa, Banu Hud berkuasa dari 1039 sampai dikalahkan oleh orang
Kristen pada 1141. Di antara raja-raja kecil ini, pemerintahan Abbadiyah di Seville adalah yang paling
kuat.
Banu Abbad (1023-1091) yang mengaku sebagai keturunan raja Lakhmi kuno dari
Hirah. Leluhur Spanyol mereka dulunya adalah perwira yang bergabung dalam resimen Emessa pada
pasukan Suriah. Pelopor dinasti Abbad adalah seorang qadhi cerdik dari Seville.
Pada tahun 1042 ia menggantikan ayahnya sebagai pengurus rumah tangga kerajaan di bawah sang
khalifah palsu, yang mirip Hisyam, tetapi dia kemudian menyingkap topeng penipu itu dan mengambil
alih kekuasaan dengan gelar al-Mutadhid, dan mengakhiri drama komedi yang dipentaskan ayahnya.
Setelah al-Mutadhid wafat, dia digantikan anaknya al-Mutamid (1068-1091). Dia adalah khalifah
yang paling besar, terkenal dan paling kuat di antara semua raja itu. Dia berhasil menghancurkan rezim
Banu Jahwar dan memasukkan Kordova ke dalam kerajaannya.[2]
Ciri umum dari pemerintahan Muluk at-Tawaif adalah dinasti yang kuat selalu menyerang
tetangganya yang lemah diantaranya bahkan meminta bantuan kepada orang Kristen, seperti pendapat
P. D Gayangos yang dikutip dalam Islam Andalusia:[3]
....untuk sementara mereka menyatukan kekuatan mereka, dan bahkan mengundang orang-orang
dari negeri-negeri yang jauh untuk melakukan penyerangan. Para penguasa mislim andalusia sama
sekali tak peduli, atau munkin malah diam-diam merasa bahagia, melihat wilayah-wilayah kekuasaan
tetangga pesaingnya terbuka lebar bagi pengrusakan yang (akan) dilancarkan oleh musuh-musuh
kristen mereka.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Ada pun dinasti-dinasti yang penting pada periode Muluk al-Thawaif adalah sebagai berikut.[4]
Hammudiyah di Malaga dan Algeciras (400-409 H/1010-1057 M)
Abbadiyyah di Seville (414-484 H/1023-1091 M)
Ziriyyah di Granada (403-483 H/1012-1090 M)
Banu Yahya di Niebla (414-443 H/1023-1051 M)
Banu Muzayn di Silves, Algarve (419-445 H/1028-1053 M)
Banu Razin di Albarracin, La Sahla (402-500 H/1011-1107 M)
Banu Qasim di Alpuente (420-485 H/1029-1092 M)
Jahwariyyah di Cordova (442-461 M/1031-1069 M)
Afthasiyyah atau Banu Maslama di Badajoz (413-487 H/1022-1094 M)
10.
11.
12.
13.
B.
pakaian dan tembaga. Andalusia juga menjalin perdagangan dengan Tunisia dan Mesir, yang
mengimpor wol, rami, dan bahan-bahan celupan yang datang ke Mesir dari Iran, Arabia, India, dan
Cina. Muslim Spanyol juga berdagang dengan umat Kristen di wilayah Utara, yang kemakmurannya
tengah berkembang pengaruhnya terhadap negara-negara baru yang menciptakan pangsa pasar secara
lebih luas. Dengan kata lain, pada masa ini, rakyat atau masyarakat mengalami kemakmuran dan
sejahtera.
Granada dari penguasanya, Abdullah bin Bulakkin adalah wilayah yang pertama kali di kuasai
oleh Yusuf ibn Tasyfin. Setelah wilayahnya semakin lua, para ulama menyarankan agar meminta restu
dari khalifah di Baghdad dan ulama pun akan patuh kepadanya. Ia mendapatkan pengukuhan atas
kekuasaannya setelah mendapatkan restu dari al-Mutadi, dengan gelar Amir alMuslimin. Ia melakukan invasi ke Spanyol pada tahun 1090, dapat menaklukkan kota Murcia dan
berencana menuju ke Sevilla. Al-Mutadi, yang ingin mempertahankan kota Seville, terpaksa meminta
bantuan kepada Alfonso VI, untuk melawan al-Murabbhitun. Dalam peperangan tersebut, alMurabbhitun menang, dan al-Mutadi dipenjara di kota Agmat hingga meninggal pada 1095 M. AlMurabbhitun kemudian melakukan invasi sampai ke Badajoz pada 1096 M, dan akhirnya seluruh
Andalusia dapat dikuasainya dalam waktu tiga tahun, kecuali di wilayah Saragossa, dan La Sahla,
karena mereka mendapat perlindungan dari Eropa.[10]
BAB III
PENUTUP
Setelah kekuasaan umayah mengalami perpecahan maka berdirilah kerajan-kerajan kecil yang
merdeka. Mereka dipimpin oleh penguasa-penguasa dari berbagai macam golongan dan suku bangsa.
Selain itu kekuatan Kristen pun mulai bangkit dan mulai menggoyahkan kekuatan Islam dan
mencaplok kekuasaanya. Periode di namakanMuluk al-Thawaif. Pada periode ini lebih dari dua puluh
kerajaan kecil yang merdeka menjammur di Spanyol.
Pada masa ini kemajuan dalam berbagai bidang yang dipelopori oleh penguasa-penguasa kecil
mewarnai peradaban eropa. yang mengalami perkembangan yang pesat adalah kemajuan dalam bidang
sastra. Selain itu rakyat mengalami kemakmuran dan kesejahteraan, karena hubungan dagang, baik
regional maupun internasional, mengalami perkembangan yang pesat.
Dinasti kecil-kecil ini tidak lama berkuasa, mereka dikalahkan oleh kelompok al-Murabbhitun.
Mereka pada mulanya hanya dimintai bantuan untuk melawan kekuatan Kristen. Namun dengan
keynggulan militer ahirnya al-Murabbhitun dapat menguasi sebagian wilayah Andalusia.
DAFTAR PUSTAKA
Lapidus, Ira M. 1999. Sejarah Sosial Umat Islam: Bagian Dua, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hitti, Philip K. 2005. History Of the Arabs, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
Dwi, Cahyani erika. 2012 makalah Sejarah Islam di Andalusia, Fakultas Adab UIN Sunan Kalija
Yogyakarta.
Suheb, Sonhaji Ahmad. 2012 Makalah Sejarah Islam di Andalusi , Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
[1] Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam: Bagian Dua (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada),
hlm. 587-588.
[2] Philip K. Hitti, History Of the Arabs (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2005), hlm. 683-685.
[3] Ahmad Suheb Sonhaji, Makalah Sejarah Islam di Andalusi (Fakultas Adab UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2003), hlm. 3.
[4] Erika Dwi cahyani, makalah Sejarah Islam di Andalusia (Fakultas Adab UIN Sunan Kalija
Yogyakarta, 2012), hlm 4-5.
[5] Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, hlm. 591-592.
[6] Philip K. Hitti, History Of Arabs, hlm. 686.
[7] Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, hlm. 592-593.
[8] Ibid, hlm. 589-590.
[9] Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, hlm. 591-592.
[10] Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam: Bagian Dua, hlm. 591.
Diposkan oleh muhammad muhaimin di 01.29