OLEH:
KELOMPOK I
Abdullah a
Wafurul Wadud
Sadili Ali
Suyuti Ali
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, taufik,
dan inayahnya kepada kita semua. Sehingga kami bisa menjalani kehidupan ini
sesuai dengan ridhonya. Syukur Alhamdulillah kami dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan rencana. Makalah ini kami beri judul ”Nasikh-
Mansukh” dengan tujuan untuk mengetahui bagaimanakah sebenarnya”Nasikh-
Mansukh”.
Pamekasan , 21 November
2021
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover............................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................ ii
Daftar Isi....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah..........………............................................... 2
C. Tujuan Penulisan...................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan................................................................................ 15
B. Saran........................................................................................... 16
Daftar Pustaka............................................................................................. 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C.TUJUAN
PEMBAHASAN
1. Pengertian Nasakh
Artinya: Ayat mana saja yang kami nasakhkan, atau kami jadikan (manusia) lupa
kepadanya, kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang
sebanding dengannya. Tidakkah kamu mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu?.
c. Menjelaskan yang mubham dan mujmal dengan penjelasan yang datang kemudian.
1). Naskh adalah mengangkat hukum syar`i dengan dalil yang syar`i yang datangnya
belakangan. Definisi ini dipilih oleh Qadhi Abu Bakr al-Baqillani, Ibnu Hajib, dan
as-Subki.
2). Naskh adalah khitab yang menunjukkan atas terangkatnnya hukum yang telah
ditetapkan dengan khitab yang datang belakangan, yang kalaulah tidak datang
khitab itu niscaya hukum yang pertama tetap berlaku. Definisi ini diucapkan oleh
Imam al-Ghazali, as-Sairafi, Abu Ishaq asy-Syirazi, dan al-Amidi.
3). Naskh adalah keterangan berakhirnya hukum syar`i dengan cara yang syar`i yang
datangnya belakangan. Definisi ini diucapkan oleh al- Baidhawi.
2. Pengertian Mansukh
a. Membatalkan hukum yang telah diperoleh dari nas yang telah lalu dengan suatu
nas yang baru datang. Seperti cegahan terhadap ziarah kubur oleh Nabi, lalu Nabi
membolehkannya.
b. Mengangkat nas yang umum, atau membatasi kemutlakan nas seperti dalam Surat
Al-Baqarah ayat 228
3. Antara dua dalil nasikh dan mansukh harus ada pertetangan yang nyata
(kontradiktif).
2. Kesepakatan umat bahwa ayat ini nasikh dan yang itu mansukh.
3. Mengetahui mana yang terlebih dahulu dan mana yang kemudian dalam perspektif
sejarah.
b. Nasikh, yaitu: Allah SWT, karena Dia-lah yang membuat hukum dan Dia pula
yang membatalkannya, sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh sebab itu, nasikh itu
hakikatnya adalah Allah SWT.
ٍ َرQ َر إِ ْخQصيَّةً ألَ ْز َوا ِج ِهم َّمتَاعًا إِلَى ْال َحوْ ِل َغ ْي
َ Qَ َرجْ نَ فَالَ ُجنQَإ ِ ْن خQَاج ف
احQ ِ َوالَّ ِذينَ يُتَ َوفَّوْ نَ ِمن ُك ْم َويَ َذرُونَ أَ ْز َواجًا َو
٢٤٠ : َزي ُُز َح ِكي ُُم – البقرة ِ ُوف َوهللاُ ع ٍ َعلَ ْي ُك ْم فِي َما فَ َع ْلنَ فِي أَنفُ ِس ِه َّن ِمن َّم ْعر
ا َح َعلَ ْي ُك ْمQQََوالَّ ِذينَ يُتَ َوفَّوْ نَ ِمن ُك ْم َويَ َذرُونَ أَ ْز َواجًا يَتَ َربَّصْ نَ بِأَنفُ ِس ِه َّن أَرْ بَ َعةَ أَ ْشه ٍُر َو َع ْشرًا فَإ ِ َذا بَلَ ْغنَ أَ َجلَه َُّن فَالَ ُجن
٢٣٤ : البقرة- * ُوف َوهللاُ بِ َما تَ ْع َملُونَ َخبِي ُر ِ فِي َما فَ َع ْلنَ فِي أَنفُ ِس ِه َّن بِ ْال َم ْعر
2. Naskh Al-Qur’an dengan As-Sunnah. (Dalam hal ini para ulama membatasi hanya
denga sunnah mutawatiroh, sebagaimana menurut imam Maliky, Abu Hanifah,
mazhab al-Asy’ary dan Mu’tazilah), dan naskh ini ditolak oleh mazhab syafi’ih,
dengan alasan ayat Al-Baqarah : 106, bahwa Al-Qur’an tidak lebih baik
kedudukannya dengan as-sunnah.[7]
Jumhur berpendapat, Qur’an tidak boleh dinasakh oleh hadis ahad, sebab
Al Qur’an adalah mutawatir dan menunjukkan yakin, sedang hadis ahad zanni,
bersifat dugaan, di samping tidak sah pula menghapus sesuatu yang ma’lum(jelas
diketahui) dengan yang maznun(diduga)
Nasakh jenis ini dibolehkan oleh Malik, Abu Hanifah dan Ahmad dalam
satu riwayat, sebab masing-masing keduanya adalah wahyu.Dasarnya adalah
firman Allah dalam surah an Najm ayat 3-4.
Serta Surah An Nahl ayat 44. Artinya “Dan kami turunkan kepadamu
Qur’an agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka”.Dan nasakh itu sendiri merupakan salah satu penjelasan.
Sementara itu Asy Syafi’I, Zhahiriyah dan Ahmad dalam riwayatnya yang
lain menolak nasakh seperti ini, berdasarkan firman Allah dalam surah Al
Baqarah ayat 106:
Artinya :Apa saja ayat yang kami nasakhan, atau kami jadikan
(manusia) lupa kepadanya, kami datangkan yang lebih baik atau yang
sebanding denganya…..[8]
3.Naskh As-Sunnah dengan Al-Qur’an. (Naskh dalam semacam ini disepakati oleh
jumhur ulama, dalam hal ini nabi memrintahkan kaum muslimin dalam
menghadap kiblat Baitul Maqdis kemudian dinaskh oleh Al-Qur’an dalam surat al
Baqarah ; 144) atau kewajiban puasa Asyura’, yang ditetapkan berdasarkan
Sunnah kemudian dinaskh oleh firman Allah QS. Al-Baqarah : 185.
ُ َر ِام َو َحيQط َر ْال َم ْس ِج ِد ْال َح
ا ُكنتُ ْم فَ َولُّواQQْث َم ْ ك َش َ َضاهَا فَ َو ِّل َوجْ ه َ َّك فِي ال َّس َمآ ِء فَلَنُ َولِّيَن
َ ْك قِ ْبلَةً تَر َ ب َوجْ ِه َ ُّقَ ْد نَ َرى تَقَل
َونQQQُ ٍل َع َّما يَ ْع َملQQQِا هللاُ بِغَافQQQق ِمن َّربِّ ِه ْم َو َم َ وا ْال ِكتQQQُط َرهُ َوإِ َّن الَّ ِذينَ أُوت
ُّ QQQونَ أَنَّهُ ْال َحQQQاب لَيَ ْعلَ ُمQQQَ ْ QQQوهَ ُك ْم َشQQQُُوج
)١٤٤ : (البقرة
Artinya: Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit,
maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.Dan di mana saja kamu berada,
palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan
Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa
berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Rabb-nya; dan Allah sekali-
kali tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan. (QS. Al-Baqarah /2:144)
Dan ulama menyepakati dalam tiga bentuk yang pertama, sedang bentuk
keempat dalam perselisihan pendapat.
G. Macam-macam Naskh
15. dan (terhadap) Para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada
empat orang saksi diantara kamu (yang menyaksikannya). kemudian apabila
mereka telah memberi persaksian, Maka kurunglah mereka (wanita-wanita itu)
dalam rumah sampai mereka menemui ajalnya, atau sampai Allah memberi jalan
lain kepadanya. 16. dan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji di
antara kamu, Maka berilah hukuman kepada keduanya, kemudian jika keduanya
bertaubat dan memperbaiki diri, Maka biarkanlah mereka. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Dinaskh dengan An Nur : 2
ِونَ بِاهللQQُةٌ فِي ِدي ِن هللاِ إِن ُكنتُ ْم تُ ْؤ ِمنQَا َر ْأفQQذ ُكم بِ ِه َمQ
ْ Q َد ٍة َوالَتَأْ ُخQةَ َج ْلQَا َمائQQ ٍد ِّم ْنهُ َمQ َّل َوا ِحQال َّزانِيَةُ َوال َّزانِي فَاجْ لِدُوا ُك
)٢( ََو ْاليَوْ ِم ْاألَ ِخ ِر َو ْليَ ْشهَ ْد َع َذابَهُ َما طَآئِفَةٌ ِّمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِين
Atau dengan didera 100 kali dan diasingkan bagi yang belum menikah ( gadis ),
dan di dera 100 kali dan dirajam, bagi yang telah menikah, sebagaimana
disebutkan dalam firman Allah SWT :
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengertian Nasakh
2. Pengertian Mansukh
6. Macam-macam Naskh
B. Saran
Semoga makalah ini bisa di bahas dan di pelajari serta menjadi suatu motivasi
belajar yang mendorong mahasiswa untuk membaca dan sekaligus memahami isi
dari makalah, dan kepada kita selaku penyusunnya supaya bisa bermanfaat di
kemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA