Anda di halaman 1dari 13

“ILMU HADIST RIWAYAH”

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MAKALAH MATA KULIAH STUDI


HADIST

OLEH
EXSILLERI MIFTAHUL FITHRI
NIM. 12010523630
FADHILLA HEMALYA
NIM. 12010523351
FEBI MARLIZA
NIM. 12010522647

DOSEN PENGAMPU
RAFANI, Drs., M.Pd.

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020/1442 H
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan kekuatan kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul “Ilmu Hadist Riwayah”.
Tidak lupa pula sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi besar kita yakni Nabi
Muhammad SAW yang mana beliau telah membawa kita dari masa yang penuh dengan
kebodohan ke masa yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah membantu
dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang sudah memberi saran baik langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan para
pembaca terutama bagi mahasiswa dan mahasiswi Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik
dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat,
khususnya bagi kami dan para pembaca.

Pekanbaru,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................................... iii
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................................................ 5
BAB II .......................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Hadist Riwayah........................................................................................................ 6
2.2 Awal Mula Ilmu Hadist Riwayah .............................................................................................. 7
2.3 Kaidah Periwayatan ................................................................................................................... 8
2.4 Jenis-jenis Ilmu Hadist Riwayah ............................................................................................... 9
2.5 Mamfaat Mempelajari Ilmu Hadist Riwayah ........................................................................ 10
BAB III....................................................................................................................................................... 11
PENUTUP .................................................................................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................ 11
3.2 Saran .......................................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Mempelajari hadits merupakan ilmu pengetahuan yang penting dalam kehidupan kita,
karena hadits merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Hadits merupakan ilmu
pengetahuan yang membicarakan cara-cara persambungan hadits sampai kepada Nabi
Muhammad SAW, dari segi ihwal para perawinya, yang menyangkut keadilan.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW, terutama setelah bermunculan hadits- hadits palsu
barulah perhatian umat Islam terhadap hadits Nabi meningkat pesat. Ini ditandai dengan
munculnya beberapa ulama yang mulai melakukan penghimpunan hadits serta mulai merintis
ilmu – ilmu yang berkaitan dengan hadits. Ilmu ini kemudian berkembang dari masa ke masa
sampai zaman sekarang.
Perkembangan hadis dari masa ke masa telah menyebabkan munculnya ilmu-ilmu baru
yang mempelajari mengenai aspek-aspek yang ada pada hadis atau sering disebut dengan ulumul
hadis. Secara kebahasaan berarti ilmu-ilmu tentang hadis Kata ‘uliim adalah bentuk jamak dari
kata ‘ilm (ilmu).
Ulumul Hadis adalah istilah ilmu hadis di dalam tradisi ulama hadits. (Arabnya: ‘ulumul
al-hadist). ‘ulum al-hadist terdiri dari atas 2 kata, yaitu ‘ulum dan Al-hadist. Kata ‘ulum dalam
bahasa arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm, jadi berarti “ilmu-ilmu”; sedangkan al-hadist di
kalangan Ulama Hadis berarti “segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi SAW dari
perbuatan, perkataan, taqir, atau sifat.” dengan demikian, gabungan kata ‘ulumul-hadist
mengandung pengertian “ilmu-ilmu yang membahas atau berkaitan Hadis nabi SAW”.
Secara garis besar ulama hadis mengelompokkan ilmu-ilmu yang bersangkut-paut dengan
hadis Nabi SAW ke dalam dua bidang pokok, yakni ilmu hadis riwayah dan ilmu hadis
dirayah.Untuk mengetahui lebih jauh tentang ilmu hadis riwayah dan ilmu hadis dirayah akan
dijelaskan pada bab selanjutnya

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat diambil dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari Ilmu Hadist Riwayah?
2. Apa dan bagaimana awal mula Ilmu Hadist Riwayah?
3. Apa kaidah periwayatan Ilmu Hadist Riwayah?
4. Apa saja macam-macam dari Ilmu Hadist Riwayah?
5. Apa saja mamfaat mempelajari Ilmu Hadist Riwayah?

4
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Ilmu Hadist Riwayah.
2. Untuk mengetahui awal mula Ilmu Hadist Riwayah.
3. Untuk mengetahui kaidah periwayatan Ilmu Hadist Riwayah.
4. Untuk mengetahui macam-macam dari Ilmu Hadist Riwayah.
5. Untuk mengetahui mamfaat mempelajari Ilmu Hadist Riwayah.

5
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hadist Riwayah
Menurut bahasa riwayah berasal dari kata rawa, yarwi, riwayatan yang berarti an-naql
yang artinya memindahkan dan penukilan, ad- dzikir artinya penyebutan, dan al-fatl artinya
pemintalan. Dapat juga dikatakan bahwa periwayatan adalah memindahkan berita atau
menyebutkan berita dari orang tertentu kepada orang lain dengan di pertimbangkan
kebenarannya. Dalam bahasa indonesia sering di sebut bahwa riwayat adalah memindahkan
berita dari orang sumber berita kepada orang lain. Atau memindahkan sunnah dan sesamanya
dan menyandarkannya kepada orang yang membawa berita atau yang menyampaikan sinnah
kepada yang lainnya.
Menurut Al-Akfani sebagaimana yang dikutip oleh Suyuthi,bahwa pengertian ilmu
riwayah hadist adalah ilmu yang berhubungan khusus dengan riwayah yang meliputi
pemindahan (periwayatan) perkataan Nabi SAW dan perbuatannya, serta periwayatannya,
pencatatannya, dan penguraian lafal-lafalnya.
Menurut Muhammad ‘Ajjaji Al-Khatib, ilmu riwayah hadist adalah ilmu yang membahas
tentang pemindahan(periwayatan) segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi SAW,berupa
perkataan, perbuatan, taqrir(ketetapan atau pengakuan), sifat jasmaniah, atau tingkah laku
(akhlak) dengan cara yang teliti dan terperinci.
Menurut Zhafar Ahmad bin Lhatif Al-Usmani al-Tahawani didalam Oawaid fi Ulum Al-
hadist,ilmu riwayah hadist adalah ilmu yang dapat diketahui dengannya perkataan, perbuatan,
dan keadaan Rasul serta periwayatan, pencacatan dan penguraian lafaz-lafaz.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu riwayah hadist pada
dasarnya adalah membahas tentang tata cara periwayatan, pemeliharan, dan penulisan atau
pembukuan hadist Nabi SAW.
Jadi, ilmu riwayah hadist adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hadist-hadist yang
disandarkan kepada Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, tabi’at maupun tingkah
lakunya.
Objek pembahasan kajian ilmu riwayah hadist adalah hadist Nabi dari segi periwayatan dan
pemeliharaannya.Hal tersebut mencakup :

1. Cara periwayatan Hadist,baik dari segi cara penerimaan dan demikian juga cara
penyampaiannya dari seorang perawi kepada perawi lain.
2. Cara pemeliharaan Hadist,yaitu dalam bentuk penghafalan, penulisan, dan
pembukuannya.

Pada masa Nabi Muhammad saw. para sahabat dilarang menulis hadits. Dengan demikian
hadits hanya tersimpan dalam hafalan para sahabat. Meskipun demikian keaslian hadits tersebut
sejak penerimaan dari Rosulullah saw.

6
sampai pada masa pembukuannya terjamin dengan baik, karena beberapa faktor:

1. Nabi Muhammad saw. menyampaikannya dengan fasih serta menggunakan bahasa yang
baik dan benar;
2. Nabi Muhammad saw. sering menyesuaikan dialeknya dengan dialek lawan bicaranya;
3. Cara Nabi Muhammad saw. berbicara perlahan-lahan, tegas, dan jelas, serta sering
mengulangnya hingga tiga kali;
4. Para sahabat sangat mengidolakan dan sangat hormat kepada Nabi Muhammad saw.
sehingga mereka yakin betul apa yang beliau ucapkan mengandung makna. Karena itulah
para sahabat mendengarkan sabdanya dengan tekun;
5. Orang-orang Arab memiliki kemampuan menghafal yang sangat luar biasa; dan
6. Pada tingkat tabi’in, periwayatan hadits dan keasliannya terjamin oleh anggapan mereka
bahwa apa yang diterima itu semuanya adalah sesuatu yang berharga.
Tujuan dan Urgensi dari ilmu riwayah hadist adalah pemeliharaan terhadap hadist Nabi SAW
agar tidak lenyap dan sia-sia,serta terhindar dari kekeliruan dan kesalahan dalam proses
periwayatannya atau dalam penulisan dan pembukuannya. Dengan demikian, hadist-hadist Nabi
SAW dapat terpelihara kemurniaannya dan dapat diamalkan hukum-hukum dan tuntunan yang
terkandung didalamnya. Hal ini sejalan dengan perintah Allah yaitu untuk menjadikan Nabi
Muhammad sebagai suri tauladan dalam kehidupan ini.

2.2 Awal Mula Ilmu Hadist Riwayah


Ilmu riwayah hadist sudah ada semenjak Nabi SAW masih hidup,yaitu bersamaan dengan
mulainya periwayatan hadist itu sendiri. Para sahabat Nabi menaruh perhatian yang tinggi
terhadap hadist Nabi. Mereka rupanya dalam memperoleh hadist-hadist Nabi dengan cara
mendatangi majelis Rasul,serta mendengar dan menyimak pesan atau nasha yang disampaikan
Beliau. Sedemikian besar perhatian mereka, sehingga kadang-kadang mereka berjanji satu sama
lain untuk saling bergantian terus menghadiri majelis Nabi tersebut. Manakala ada diantara
mereka yang berhalangan, hal tersebut sama seperti yang dilakukan oleh Umar Ra, yang
menceritakan “aku beserta seseorang tetanggaku dari kaum Ansar,yaitu Bani Umayyah bin Zaid
secara bergantian menghadiri majelis nabi.Apabila giliranku yang hadir,maka aku akan
menceritakan kepadanya apa yang aku dapatkan dari Rasul pada hari itu,dan sebaliknya”.
Para sahabat juga sangat memperhatikan dengan seksama apa yang dilakukan oleh
Rasul,baik dalam beribadah maupun dalam aktivitas sosial serta akhlak nabi sehari-hari.Semua
mereka terima dan dengar dari Nabi,mereka pahami secara baik,dan mereka pelihara melalui
hafalan mereka. Tentang hal ini,Anas bin Malik mengatakan : “Manakala kami berada di majelis
Nabi, kami mendengarkan hadist dari beliau,dan apabila kami berkumpul sesama kami,kami
akan saling mengingatkan hadist-hadist yang kami miliki sehingga kami menghafalnya”.
Apa yang telah dihafal dan dimiliki oleh para sahabat dari hadist-hadist Nabi
Muhammad, selanjutnya mereka sampaikan dengan hati-hati kepada sahabat lain yang kebetulan
belum mengetahuinya.Atau kepada para tabi’in.Para tabi’in pun melakukan hal yang sama, yaitu
memahami, memelihara, dan menyampaikan hadist-hadist Nabi SAW.

7
Demikianlah periwayatan hadist dan pemeliharaannya berlangsung hingga usaha
penghimpunan hadist secara resmi dilakukan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Aziz
(memerintah 99 H/717 M – 102 H/720 M).Usaha tersebut diantaranya dipelopori oleh Abu Bakar
Muhammad bin Syihab Al-Zuhri (51 H/671 M – 124 H/742M).Al-Zuhri dengan usahanya
tersebut dipandang sebagai pelopor Ilmu Riwayah Hadist.Dan didalam sejarah perkembangan
hadist, dia dicatat sebagai ulama pertama yang menghimpun hadist Nabi SAW atas perintah
Khalifah Umar bin Abd Al-Aziz.
Usaha penghimpunan, penyeleksian, penulisan, dan pembukuan hadist secara besar-
besaran terjadi pada abad ke-3 H, yang dilakukan oleh para ulama seperti : Al-Bukhari, Imam
Muslim, Imam Abu Daud, Imam Al-Tarmidzi,dan lain-lain. Dengan telah dibuktikan hadist-
hadist Nabi oleh para ulama diatas dan buku-buku mereka pada masa selanjutnya telah menjadi
rujukan bagi para ulama yang datang pada masa sesudahnya.
2.3 Kaidah Periwayatan
Nabi Muhammad saw dalam menyampaikan hadist tidak menggunakan satu cara saja,
namun beliau menyampaikan dalam berbagai macam, sesuai dengan bentuk-bentuk hadis yang
terdiri dari perkataan atau sabda, perbuatan, taqrir dan hal ikhwal atau keadaan Nabi, serta situasi
dan kondisi yang ada.
Berikut ini dikemukakan cara-cara Nabi menyampaikan hadis sebagai berikut:
a. Hadis dalam bentuk perkataan
1) Nabi menyampaikan hadis dengan lisan.
Hadis yang disampaikan Nabi dengan lisan dilaksanakan dengan cara-cara
sebagai berikut:
a) Cara lisan dimuka orang banyak yang terdiri kaum laki-laki.
b) Pengajian rutin dikalangan kaum laki-laki.
c) Pengajian diadakan juga dikalangan kaum wanita setelah kaum wanita
memintanya
Selain itu masih ada riwayat lain yang menyatakan cara-cara Nabi menyampaikan
hadisnya melalui yaitu :
a) Dengan lisan dan perbuatan di hadapan orang banyak, dan disampaikan di
masjid pada waktu malam dan subuh.
b) Hadis Nabi disampaikan dengan cara lisan, tidak di hadapan orang yang
banyak, berisi jawaban yang diajukan oleh sahabat dan bentuk jawaban Nabi
itu berupa tuntutan tekhnis suatu kegiatan yang berkaitan dengan agama.
c) Cara Nabi juga menyampaikan hadisnya selain cara lisan juga secara
permintaan penjelasan terhadap sahabat, berupa takrir atas amalan ibadah
sahabat yang belum dicontohkan langsung oleh Nabi.
d) Riwayat lain juga mengatakan cara Nabi menyampaikan hadisnya dengan
bentuk tulisan.
2) Nabi menyampaikan hadis dalam bentuk tertulis
Cara seperti ini dilakukan Nabi misalnya ajakan ajakan Nabi untuk memeluk agama
Islam kepada berbagai kepala Negara dan pembesar daerah yang non Islam lewat surat,
perjanjian-perjanjian yang dilakukan Nabi dengan orang-orang musyrik di Mekah dan dan
penduduk Madinah, seperti perjanjian Hudaibiyah dan piagam Madinah.
b. Hadis yang berupa perbuatan

8
Nabi menyampaikan hadis selain dengan cara lisan juga dalam bentuk perbuatan. Jadi
nabi tidak hanya menyapaikan hadist saja namun nabi juga mengamalkannya dengan perbuatan
di dalam kehidupan nabi sehari-hari. Contohnya, pada saat nabi shalat di masjid orang-orang pun
mengikuti beliau dan kemudian shalat di belakang nabi.

c. Hadis dalam bentuk taqrir


Nabi menyampaikan hadis dalam bentuk taqrir dengan cara meminta penjelasan dari
sahabat, dan berupa taqrir berupa dalam amalan ibadah sahabat yang belum pernah dicontohkan
langsung oleh Nabi.
d. Hadis dalam bentuk hal ihwal.
Hadis dalam bentuk hal ihwal ini dengan cara berupa keadaan Nabi sesungguhnya bukan
merupakan aktifitas Nabi, karena menyampaikan hadis Nabi bersikaf pasif saja, pihak aktif
adakah para sahabat Nabi, dalam arti sebagai perekam terhadap keadaan Nabi tersebut.
2.4 Jenis-jenis Ilmu Hadist Riwayah
Hadist Riwayah terbagi menjadi 2 diantaranya:
a. Hadist Riwayah Bil-lafdzi (Lafal)
Meriwayatkan hadits dengan lafadz adalah meriwayatkan hadits sesuai dengan lafadz yang
mereka terima dari Nabi saw dan mereka hafal benar lafadz dari Nabi tersebut. Atau dengan kata
lain meriwayatkan dengan lafadz yang masih asli dari Nabi SAW. Riwayat hadits dengan lafadz
ini sebenarnya tidak ada persoalan, karena sahabat menerima langsung dari Nabi baik melalui
perkataan maupun perbuatan, dan pada saat itu sahabat langsung menulis atau menghafalnya.
Ciri-ciri hadits yang diriwayatkan secara lafal ini, antara lain:
1. dalam bentuk muta'abad (sanadnya memperkuat hadits lain yang sama sanadnya),
misalnya hadits tentang adzan dan syahadat.
2. hadits-hadits tentang doa; dan
3. tentang kalimat yang padat dan memiliki pengertian yang mendalam (jawaami' al-
kalimah)
b. Hadist Riwayah Bil-ma’na (Makna)
Meriwayatkan hadis dengan makna adalah meriwayatkan hadis berdasarkan kesesuaian
maknanya saja sedangkan redaksinya disusun sendiri oleh orang yang meriwayatkan. Dengan
kata lain apa yang diucapkan oleh Rasulullah hanya dipahami maksudnya saja, lalu disampaikan
oleh para sahabat dengan lafaz atau susunan redaksi mereka sendiri. Hal ini dikarenakan para
sahabat tidak sama daya ingatannya, ada yang kuat dan ada pula yang lemah. Di samping itu
kemungkinan masanya sudah lama, sehingga yang masih ingat hanya maksudnya sementara apa
yang diucapkan Nabi sudah tidak diingatnya lagi.
Periwayatan hadis dengan makna tidak diperbolehkan kecuali jika perawi lupa akan lafaz tapi
ingat akan makna, maka ia boleh meriwayatkan hadis dengan makna.
Sedangkan periwayatan hadis dengan makna menurut Luis Ma’luf adalah proses
penyampaian hadis-hadis Rasulullah SAW dengan mengemukakan makna atau maksud yang
dikandung oleh lafaz karena kata makna mengandung arti maksud dari sesuatu
Menukil atau meriwayatkan hadis secara makna ini hanya diperbolehkan ketika hadis-hadis
belum terkodifikasi. Adapun hadis-hadis yang sudah terhimpun dan dibukukan dalam kitab-kitab
tertentu (seperti sekarang), tidak diperbolehkan merubahnya dengan lafaz/matan yang lain
meskipun maknanya tetap.
9
Dengan kata lain bahwa perbedaan sehubungan dengan periwayatan hadis dengan makna itu
hanya terjadi pada masa periwayatan dan sebelum masa pembukuan hadis. Setelah hadis
dibukukan dalam berbagai kitab, maka perbedaan pendapat itu telah hilang dan periwayatan
hadis harus mengikuti lafaz yang tertulis dalam kitab-kitab itu, karena tidak perlu lagi menerima
hadis dengan makna.
Pada umumnya para sahabat Nabi membolehkan periwayatan hadis secara makna, seperti:
Ali bin Abi Talib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud, Anas bin Malik, Abu Darda’, Abu
Hurairah dan Aisyah istri Rasulullah. Para sahabat Nabi yang melarang periwayatan hadis secara
makna, seperti: Umar bin Al-khattab, Abdullah bin Umar bin al-Khattab dan Zaid bin Arqam.
Terjadinya periwayatan secara lafaz disebabkan beberapa faktor berikut:
1. Adanya hadis-hadis yang memang tidak mungkin diriwayatkan secara lafaz, karena tidak
adanya redaksi langsung dari nabi Muhammad SAW, seperti hadis fi’liyah, hadis
taqririyah, hadis mauquf dan hadis maqthu’. Periwayatan hadis-hadis tersebut adalah
secara makna dengan menggunakan redaksi perawi sendiri.
2. Adanya larangan nabi untuk menuliskan selain Alquran. Larangan ini membuat sahabat
harus menghilangkan tulisan-tulisan hadis. Di samping larangan, ada pemberitahuan dari
nabi tentang kebolehan menulis hadis
3. Sifat dasar manusia yang pelupa dan senang kepada kemudahan, menyampaikan sesuatu
yang dipahami lebih mudah dari pada mengingat susunan kata-katanya.
Menurut ijma menjelaskan syariat Islam kepada orang ajam (selain Arab) boleh
menggunakan bahasa mereka. Jika hal itu diperbolehkan, tentu boleh menggunakan sinonim
dalam meriwayatkan hadis. Sehubungan dengan itu Rasulullah pernah mengirim surat ke
berbagai negeri dalam rangka berdakwah. delegasinya dan berbagai Surat itu dianta para
mereka menerjemahkan ke bahasa selain Arab.
Sementara itu, periwayatan hadis secara lafal tetap harus dilakukan demi menjaga
orisinalitas teks hadis. Rasulullah percaya dengan hafalan sahabat yang dapat memelihara
hadis, sedangkan bagi mereka yang kurang kuat hafalannya boleh memiliki catatan pribadi
sebagai alat bantu. Begitu pula dengan para sahabat junior yang mengadakan rihlah untuk
mencari hadis atau mengonfirmasi hadis yang meragukan. Adapun bagi mereka yang lupa
dengan teks hadis, boleh meriwayatkan secara makna tanpa mengurangi isi hadis tersebut
2.5 Mamfaat Mempelajari Ilmu Hadist Riwayah

Adapun manfaat mempelajari ilmu hadis riwayah adalah :

1. Memelihara hadits secara berhati-hati dari segala kesalahan dan kekurangan dalam
periwayatannya
2. Memelihara kemurnian syari’ah islamuyah karena sunnah atau hadits adalah sumber
hukum islam setelah al-qur’an
3. Menyebarluaskan sunnah kepada seluruh ummat islam
4. Mengikuti dan meneladani akhlakNabi SAW sesuai denga yang telah terperinci dalam
hadits
5. Melaksanakan hukum-hukum islam serta memelihara etika-etikanya karena seseorang
tidak mungkin mampu memelihara hadis tanpa mempelajari ilmu hadis riwayah.

10
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut bahasa riwayah berasal dari kata rawa, yarwi, riwayatan yang berarti an-naql
yang artinya memindahkan dan penukilan, ad- dzikir artinya penyebutan, dan al-fatl artinya
pemintalan. Dapat juga dikatakan bahwa periwayatan adalah memindahkan berita atau
menyebutkan berita dari orang tertentu kepada orang lain dengan di pertimbangkan
kebenarannya. Dalam bahasa indonesia sering di sebut bahwa riwayat adalah memindahkan
berita dari orang sumber berita kepada orang lain. Atau memindahkan sunnah dan sesamanya
dan menyandarkannya kepada orang yang membawa berita atau yang menyampaikan sinnah
kepada yang lainnya.
Ilmu riwayah hadist sudah ada semenjak Nabi SAW masih hidup,yaitu bersamaan dengan
mulainya periwayatan hadist itu sendiri. Para sahabat Nabi menaruh perhatian yang tinggi
terhadap hadist Nabi. Mereka rupanya dalam memperoleh hadist-hadist Nabi dengan cara
mendatangi majelis Rasul,serta mendengar dan menyimak pesan atau nasha yang disampaikan
Beliau. Sedemikian besar perhatian mereka, sehingga kadang-kadang mereka berjanji satu sama
lain untuk saling bergantian terus menghadiri majelis Nabi tersebut. Manakala ada diantara
mereka yang berhalangan, hal tersebut sama seperti yang dilakukan oleh Umar Ra, yang
menceritakan “aku beserta seseorang tetanggaku dari kaum Ansar,yaitu Bani Umayyah bin Zaid
secara bergantian menghadiri majelis nabi.Apabila giliranku yang hadir,maka aku akan
menceritakan kepadanya apa yang aku dapatkan dari Rasul pada hari itu,dan sebaliknya”.
Hadist Riwayah terbagi menjadi 2 diantaranya:
a. Hadist Riwayah Bil-lafdzi (Lafal)
Meriwayatkan hadits dengan lafadz adalah meriwayatkan hadits sesuai dengan lafadz yang
mereka terima dari Nabi saw dan mereka hafal benar lafadz dari Nabi tersebut. Atau dengan kata
lain meriwayatkan dengan lafadz yang masih asli dari Nabi SAW. Riwayat hadits dengan lafadz
ini sebenarnya tidak ada persoalan, karena sahabat menerima langsung dari Nabi baik melalui
perkataan maupun perbuatan, dan pada saat itu sahabat langsung menulis atau menghafalnya.
b. Hadist Riwayah Bil-ma’na (Makna)
Meriwayatkan hadis dengan makna adalah meriwayatkan hadis berdasarkan kesesuaian
maknanya saja sedangkan redaksinya disusun sendiri oleh orang yang meriwayatkan. Dengan
kata lain apa yang diucapkan oleh Rasulullah hanya dipahami maksudnya saja, lalu disampaikan
oleh para sahabat dengan lafaz atau susunan redaksi mereka sendiri. Hal ini dikarenakan para
sahabat tidak sama daya ingatannya, ada yang kuat dan ada pula yang lemah. Di samping itu
kemungkinan masanya sudah lama, sehingga yang masih ingat hanya maksudnya sementara apa
yang diucapkan Nabi sudah tidak diingatnya lagi.

11
Adapun manfaat mempelajari ilmu hadis riwayah adalah :

1. Memelihara hadits secara berhati-hati dari segala kesalahan dan kekurangan dalam
periwayatannya
2. Memelihara kemurnian syari’ah islamuyah karena sunnah atau hadits adalah sumber
hukum islam setelah al-qur’an
3. Menyebarluaskan sunnah kepada seluruh ummat islam
4. Mengikuti dan meneladani akhlakNabi SAW sesuai denga yang telah terperinci dalam
hadits
5. Melaksanakan hukum-hukum islam serta memelihara etika-etikanya karena seseorang
tidak mungkin mampu memelihara hadis tanpa mempelajari ilmu hadis riwayah.

3.2 Saran
Alhamdulillah akhirnya makalah ini selesai kami buat. Kami yakin dalam makalah yang
kami buat masih terdapat banyak kekurangan baik dalam segi isi, susunan, serta penulisan dari
makalah yang kami buat. Untuk itu kami meminta kritik dan saran dari berbagai pihak, karena
sesungguhnya kesempurnaan itu hanya milik allah semata dan gudang kesalahan itu ada pada
umatnya. Semoga makalah ini dapat memberikan mamfaat khususnya bagi kami selaku penulis
dan umumnya bagi pembaca semua. Terima kasih

12
DAFTAR PUSTAKA

http://dolmaprinting.blogspot.com/2019/03/makalah-hadits-riwayah-dan-hadits.html?m=1
https://www.kampusdunia.com/2020/05/makalah-ilmu-riwayah-
hadis.html#:~:text=Menurut%20Muhammad%20'Ajjaji%20Al%2DKhatib,cara%20yang%20telit
i%20dan%20terperinci
http://qoidkiddoida.blogspot.com/2016/10/iat3-ilmu-hadis-riwayah-dan-dirayah.html?m=1
https://nawafil-memajukan-bangsa.blogspot.com/2017/05/makalah-hadits-riwayah-dan-
dirayah.html?m=1

13

Anda mungkin juga menyukai