Anda di halaman 1dari 14

ULUMUL HADIST

ILMU RIWAYAH DAN ILMU DIROYAH

DOSEN PENGAMPU
H. Miskari, Lc, M. HI

DISUSUN OLEH

FIRDA USMAWATI 11823048

JAKIAH TUNISA 11823064

WULAN SARI 11823141

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAH SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONTIANAK
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali

yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta

hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “ILMU RIWAYAH DAN ILMU DIROYAH”.

Dalam penyusunannya, kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu

Ulumul Hadist yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar.

Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit

kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Saya berharap isi makalah ini ada manfaat bagi yang membacanya. Oleh karena itu,

kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata kami mengucapkan terimakasih, semoga makalah kami ini bermanfaat.

Pontianak,05 Maret2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG..................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................................1
C. TUJUAN MASALAH..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ILMU RIWAYAH............................................................................2


B. PENGERTIAN ILMU DIRAYAH.............................................................................2
C. MANFAAT MEMPELAJARI KEDUANYA............................................................4
D. KAIDAH PERIWAYATANYA..................................................................................6

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN...........................................................................................................10
B. SARAN........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dalam hidupnya membutuhkan berbagai macam pengetahuan.
Sumber dari pengetahuan tersebut ada dua macam yaitu Aqli dan Naqli. Sumber
naqli ini merupakan pilar sebagian besar ilmu pengetahuan yang dibutuhkan oleh
manusia. Dan sumber yang sangat otentif bagi ummat Islam dalam hal ini adalah Al-
Quran dan Hadits.
Hadits dan Sunnah, baik secara struktural maupun fungsional disepakati oleh
mayoritas kaum Muslim dari berbagai madzhab Islam sebagai sumber ajaran Islam.
karena dengan adanya hadits dan sunnah itulah ajaran Islam menjadi jelas, rinci, dan
spesifik. Sepanjang  sejarahnya, hadits-hadits yang tercantum dalam dalam berbagai
kitab hadits yang ada telah melalui proses penelitian ilmiah yang rumit, sehingga
menghasilkan kualitas hadits yang diinginkan oleh para penghimpunnya..
Dalam penelitiannya, para ulama hadits itu menggunakan dua pendekatan,
yaitu kritik sanad dan matan, sehingga melahirkan teori-teori yang berkaitan
dengannya. Kedua pendekatan tersebut bukan suatu yang baru dalam pendekatan
studi hadits karena bila ditelusuri ke zaman sahabat, pendekatan ini sudah digunakan.
Secara garis besar menurut kajian muta’akhirin ilmu hadis terbagi menjadi dua, yaitu
ilmu hadist Riwayah dan ilmu hadist Dirayah.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengetian ilmu riwayah?
2. Apakah pengertian ilmu diroyah?
3. Apakah manfaat mempelajari keduanya?
4. Bagaimana kaidah periwayatannya?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian ilmu riwayah.
2. Mengetahui pengertian ilmu dirayah.
3. Mengetahui manfaat mempelajari keduanya.
4. Mengetahui kaidah periwayatannya.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu Riwayah

Menurut bahasa riwayah berasal dari kata rawa,yarwi,riwayatan yang berarti


an-naql yang artinya memindahkan dan penukilan, ad- dzikir artinya penyebutan, dan
al-fatl artinya pemintalan. Dapat juga dikatakan bahwa periwayatan adalah
memindahkan berita atau menyebutkan berita dari orang tertentu  kepada orang lain
dengan di pertimbangkan kebenarannya. Dalam bahasa indonesia sering di sebut
bahwa riwayat adalah memindahkan berita dari orang sumber berita kepada orang
lain. Atau memindahkan sunnah dan sesamanya dan menyandarkannya kepada orang
yang membawa berita atau yang menyampaikan sinnah kepada yang lainnya.
Menurut ibnu Al-Akhfan ilmu  hadis riwayah adalah ilmu yang membahas
ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan Nabi SAW, periwayatannya, pencatatannya,
dan penelitian lafadz-lafadznya. 
Menurut Dr. Shubhi Ash- Shalih ilmu hadis riwayah adalah ilmu yang
mempelajari tentang periwayatan secara teliti dan berhati-hati bagi segala sesuatu
yang di sandarkan kepada Nabi SAW baik berupa perkataan, pebuatan, persetujuan,
dan maupun sifat serta segala sesuatu yang di sandarkan kepada sahabat tabi’in.[1]
Menurut ‘itr ilmu hadis riwayah adalah ilmu yang membahas ucapan,
perbuatan,ketetapan,dan sifat-sifat Nabi SAW, periwayatannya, dan penelitian lafadz-
lafadznya.
Defenisi lain mengatakan ilmu hadis riwayah adalah ilmu yang mempelajari
tentang segala perkataan kepada Nabi SAW seagala perbuatan beliau,
periwayatannya, batasan-batasannya, dan ketelitian segala redaksinya.
Ulama yang di pandang sebagai pelopor ilmu hadis riwayah adalah “ Abu
Bakar Muhammad Bin Syihab Az- Zuhri beliau adalah seorang imam dan ulama besar
di Hedzjaz (hijaz) dan syam ( suriah ). Beliau juga tercatat sebagai ulama pertama
yang mengimpun hadis pada pemerintahan imar bin abdul azis.

B. Pengertian Ilmu Diriyah


Kata dirayah berasal dari akar kata dara, yadri, daryan,dirayatan yang artinya
pengetahuan. Sedangkan menurut istilah dirayah adalah ilmu yang mempelajari
tentang hakikat  periwayatan, syarat-syaratnya, hukum-hukumnya, keadaan para

2
perawi,syarat-syarat mereka, macam-macam periwayatn,dan hal-hal yang berkaitan
dengannya.

Untuk mempelajari defenisi di atas maka dapat dirinci sebagai berikut:


a. Maksud hakikat periwayatan adalah memindahkan berita dalam
sunnah atau sesamanya dan menyandarkannya kepada orang yang
membawa berita
b. Syarat-syarat periwayatan maksudya kondisi perawi ketika menerima
periwayatan hadits. Apakah menggunakan metode as-sama’, al-qira’ah
atau al- ijazah
c. Macam-macamnya yakni macam-macam periwayatan apakah bertemu
langsung atau putus
d. Keadaan ara perawi maksudnya adalah seorang perawi ketika
menerima dan menyampaikan hadits apakah ‘adil ataui tidak.
e. Macam-macam periwayatan maksudya adalah hadis macam-macam
betuk pembukuannya apakah musnad, mu’jam, ajza’.
Istilah ilmu hadis dirayah menurut As- suyuthi, muncul setelah masa Al-
khatib Al- Bagdadi yaitu pada masa Al-akfani. Ilmu ini terkenal juga dengan
sebutan ilmu ushul al-hadits, ‘ulumul al-hadits, musthalah al-hadits,dan qawaid al-
tahdits. Menurut ‘izzuddin  ilmu hadis dirayah  ilmu hadis dirayah bin jama’ah ilmu
hadis dirayah adalah ilmu yang membahas pedoman-pedoman yang dengannya dapat
diketahui keadaan sanad dan matannya.[2]
Pendiri ilmu hadits dirayah adalah “Al-qadhi Abu Muhammad Al- hasan bin
Abdurrahman bin Khalad Ar-Ramarhurmuzi ( w. 360)”. Ilmu hadits dirayah
mempunyai nama lain seperti ‘ulum Al- Hadits,’ushul Al- Hadits, 'ushul Al- Riwayah,
dan mushthalah Al- Hadits.masing-masing nama tersebut mempunyai filsafat makna
yang berdekatan antara satu dengan yang lain. Ilmu hadits dirayah artinya secara
sederhana adalah pengeahuan tentang hadits baik berkaitan dengan sanad maupun
matan.ulumul hadits, ‘ulum bentuk floral dari ilmu berarti mencakup beberapa ilmu
hadits yang berserakan, seperti ilmu tentang biografi periwayat hadits (‘ilmu Rijal Al-
hadits).’ushul Al- hadits adalah kaidah yamh dijadikan parameter dalam menilai
hadits diterima atau tidak suatu periwayatan hadits. Mushtalah Hadits adalah istilah-
istilah yang di sepakati oleh ulama hadits.[3]

3
C. Manfaat Mempelajari Keduanya
Adapun beberapa manfaat dalam mempelajari Ilmu Riwayah dan Ilmu
Dirayah:
1. Ilmu Riwayah
a. Mengetahui Perbedaan Hadist Dari Sumbernya
Dengan mempelajari ilmu hadist riwayat, maka sesugguhnya kita juga
belajar mengenai perbedaan dan macam-macam hadist yang ditinjau
dari seumbernya, yaitu Rasulullah SAW. Adapun perbedaannya, maka
ada hadist qouliyah, hadist fi’liyah, hadist taqririyah, dan hadist sifat.
b. Mengetahui Makna Utama Dalam Sebuah Hadist
Dalam ilmu hadisr riwayah, kia pun akan belajar mengenai isi dan
makna yang terkandung dalam sebuah hadist, yaitu makna kontekstual
yang paling ditekankan dalam mengamalkan sebuah hukum dalam
hadist. Tentu saja, untuk mengetahui sebuah maknda kontekstual
dalam sebuah hadist, perlu diperkuat dengan hukum-hukum dalam
hadist lain dan beberapa pendapat ulama.
c. Mampu Mengqiyaskan Hukum Dalam Sebuah Hadist Dengan
Pemikiran Bijak dan Dinamis
Selain mengetahui makna kontekstual dalam sebuah hadist,
mempelajari ilmu hadist riwayah dapat menumbuhkan pemikiran
secara dinamis dalam memkanai sebuah hadist. Sehinga, sebuah
hukum dalam diqiyaskan (disamakan) dari beberapa riwayat dan
maqolah yang saling menguatkan.
d. Tidak Menafsiri Hadist Dengan Pemikiran Yang Keliru
Terkait melanjutkan pembahasan pada poin kedua dan ketida diatas,
maka sudah jelas bahwa salah satu manfaat dan peran penting
memepelajari ilmu hadist riwayah adalah mencegah pemikiran yang
keliru dalam memaknai sebuah hadist.
e. Mengenalkan Isi Kandungan Hadist Secara Tepat
Dalam perkembangan agama islam, banyak kelompok yang mengaku
sebagai “ahlus sunnah”, namun prilaku dan amalan mereka cukup
menyimpang dari sunnah. Misalnya saja kelompok yang melarang
berziarah kubur bahkan melarang berziarah makan Nabi Muhammad
SAW, kelompok radikal yang anti non muslim seolah melarang

4
Berhubungan sosial dengan non muslim, kelompok yang dengan
mudahnya mengkafirkan, membid’ahkan, dan mengkalim sesat pada
seseorang, dan lain sebagainya.
Salah satu penyebabnya adalah mereka lebih cenderung berdsar pada
satu atau dua hadist saja, memaknai hadist dari segi tekstual, dan
memaknai hadist dengan pemikiran yang keliru. Padahal, kita hidup
dalam ekadaaan yang nyaman, di mana penafsiran hukum-hukum
dalam berbagai macam hadist sesudah dinyatakan oleh para ulama
yang ahli dalampendapatnya, baik pada masa dulu hingga saat ini.
f. Menentukan Titik Temu Hukum Pada Dua Hadist Yang Bertentangan
Kita mengetahui bahwa ada beberapa perdebatan di kalangan para
ulama, mereka tentu saja idak menyatakan sebuah hukum berdasarkan
pemiran pribadi, tetapi salah satunya berdasarkandari hadist-hadist
yang berbeda hukumnya. Dengan demikian, untuk menyikapi
perbedaan tersebut kita bisa mengambilnya sebagai sebuah hikmah
yaitu mengikuti salah satu pendapat ulama yang berkesesuaian dengan
kondisi pribadi, lingkungan, budaya, dan semacamnya.
g. Menjaga Kemurnian Makna Hadits
Dengan mengetahui keenam manfaat mempelajari ilmu riwayah diatas,
tentu saja hal penting lainnya adalah menjaga kemurnian makna hadist
dari pemikiran-pemikran yang cenderung bersifat kaku.
2. Ilmu Dirayah

Adapun manfaat dan peran penting ilmu hadits dirayah atau yang
lebih dikenal dengan ilmu musthalah hadits, maka beberapa poin berikut
ini akan menjelaskannya :

a. Mengetahui Kualitas Hadist


Dalam ilmu riwayah kita akna belajar mengenai berbagai macam hadits
yang diseppakati oleh para ulama hadits mengenai diterima atau
ditolaknya hadist tersebut. Tentu saja ini berkaitan dengan kualitas
haditsitu sendri baik hadits shih, hadits hasan, maupun hadits dhaif.
b. Mengetahui Kualitas Sanad dan matan Hadits
Dari pengertian ilmu dirayah sabagaimana di jelaskan sebelumnya,
maka kita akan mengetahui bagaiman gambaran disiplin ilmu ini yaitu

5
mempelajari tentang seluk beluk hadist yang berkaitan dengan kualitas
sanad dan matannya.
c. Mengetahui Bagian dan Macam-Macam Hadits
Para ulama ahli hadits telah merumuskan macam-macam hadits yang
dilihat dari segi yang berkaitan dengan hadits, baik kualitas matan,
kualitas sanadnya, jenis-jenis riwayatnya, dan shighat dalam
meriwayatkannya.
d. Mengetahui Keadaan Para Rawi
Dengan mempelajari ilmu hadits dirayah, maka kita akan mengetahui
beberapa keadan rawi, apakah rawinya adalah seorang yang dhait, adil
ataukah tidak keduanya.
e. Menjaga Kemurnian Kalimat Hadits
Salah satu peran penting terwujudnya ilmu hadits dirayah adalah
menjaga kemurnian hadits dari segala macam yang tidak bersumber
dari Nabi Muhammad SAW. Pasalnya, banyak kelompok atau individu
yang mengada-ada dalam membuat hadits palsu.

D. Kaidah Periwayatannya

Nabi Muhammad saw dalam menyampaikan hadist tidak menggunakan satu


cara saja, namun beliau menyampaikan dalam berbagai macam,  sesuai dengan
bentuk-bentuk hadis yang terdiri dari perkataan atau sabda, perbuatan, taqrir dan hal
ikhwal atau keadaan Nabi, serta situasi dan kondisi yang ada.[7]

Berikut ini dikemukakan cara-cara Nabi menyampaikan hadis sebagai berikut:

a. Hadis  dalam bentuk perkataan:


1. Nabi menyampaikan hadis dengan lisan.
Hadis yang disampaikan  Nabi dengan lisan dilaksanakan dengan cara-cara
sebagai berikut:
a) Cara lisan dimuka orang banyak yang terdiri kaum laki-laki.
b) Pengajian rutin dikalangan kaum laki-laki.
c) Pengajian diadakan juga dikalangan kaum wanita setelah kaum wanita
memintanya[8]

6
Selain itu masih ada riwayat lain yang menyatakan cara-cara Nabi
menyampaikan hadisnya melalui yaitu :

a) Dengan lisan dan perbuatan di hadapan orang banyak, dan  disampaikan  di


masjid pada waktu malam dan subuh.
b) Hadis Nabi disampaikan dengan cara lisan, tidak di hadapan orang yang
banyak, berisi jawaban yang diajukan  oleh sahabat dan bentuk jawaban
Nabi itu berupa tuntutan tekhnis suatu kegiatan yang berkaitan dengan
agama.
c) Cara Nabi juga menyampaikan hadisnya selain cara lisan juga secara
permintaan penjelasan terhadap sahabat, berupa takrir atas amalan ibadah
sahabat yang belum dicontohkan langsung oleh Nabi.
d) Riwayat lain juga mengatakan cara Nabi menyampaikan hadisnya dengan
bentuk tulisan.
2. Nabi menyampaikan hadis dalam bentuk tertulis

Cara seperti ini dilakukan Nabi misalnya ajakan ajakan Nabi untuk
memeluk agama Islam kepada berbagai  kepala Negara dan pembesar daerah
yang non Islam lewat surat, perjanjian-perjanjian yang dilakukan Nabi dengan
orang-orang musyrik di Mekah dan dan penduduk Madinah, seperti perjanjian
Hudaibiyah dan piagam Madinah.

b. Hadist yang berupa perbuatan

Nabi menyampaikan hadis selain dengan cara lisan juga dalam bentuk
perbuatan. Cara ini dilakukan di depan orang banyak  di masjid pada waktu
malam dan subuh. Contoh:

‫صلَّى‬ َ ‫أَ َّن َرس‬ : ُ‫ب قَا َل أَ ْخبَ َرنِي عُرْ َوةُ أَ َّن عَائِ َشةَ أَ ْخبَ َر ْته‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬ ُ ‫َح َّدثَنَا يَحْ يَى بْنُ بُ َكي ٍْر قَا َل َح َّدثَنَا اللَّي‬
ٍ ‫ْث ع َْن ُعقَ ْي ٍل ع َْن ا ْب ِن ِشهَا‬
‫صاَل تِ ِه فَأَصْ بَ َح النَّاسُ فَت ََح َّدثُوا فَاجْ تَ َم َع أَ ْكثَ ُر‬
َ ِ‫صلَّى ِر َجا ٌل ب‬ َ َ‫صلَّى فِي ْال َم ْس ِج ِد ف‬ َ َ‫ف اللَّ ْي ِل ف‬ ِ ْ‫هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم خَ َر َج َذاتَ لَ ْيلَ ٍة ِم ْن َجو‬
‫صلَّوْ ا‬ َ ِ ‫صلَّوْ ا َم َعهُ فَأَصْ بَ َح النَّاسُ فَتَ َح َّدثُوا فَ َكثُ َر أَ ْه ُل ْال َم ْس ِج ِد ِم ْن اللَّ ْيلَ ِة الثَّالِثَ ِة فَ َخ َر َج َرسُو ُل هَّللا‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ف‬ َ َ‫ِم ْنهُ ْم ف‬
ِ َّ‫ضى ْالفَجْ َر أَ ْقبَ َل َعلَى الن‬
‫اس فَتَ َشهَّ َد‬ َ َ‫ْح فَلَ َّما ق‬
ِ ‫صاَل ِة الصُّ ب‬َ ِ‫َت اللَّ ْيلَةُ الرَّابِ َعةُ َع َجزَ ْال َم ْس ِج ُد ع َْن أَ ْهلِ ِه َحتَّى خ ََر َج ل‬
ْ ‫صاَل تِ ِه فَلَ َّما َكان‬ َ ِ‫ب‬
ُ‫قَا َل أَبُو َعبْد هَّللا ِ تَابَ َعهُ يُونُس‬ ‫ض َعلَ ْي ُك ْم فَتَ ْع ِج ُزوا َع ْنهَا‬
َ ‫يت أَ ْن تُ ْف َر‬ َّ َ‫ثُ َّم قَا َل أَ َّما بَ ْع ُد فَإِنَّهُ لَ ْم يَ ْخفَ َعل‬
ُ ‫ي َم َكانُ ُك ْم لَ ِكنِّي خَ ِش‬

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair berkata, telah


mengabarkan kepada kami Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab berkata, telah
mengabarkan kepadaku 'Urwah bahwa 'Aisyah radliallahu 'anha mengabarkan

7
kepadanya, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu malam
keluar di tengah malam untuk melaksanakan shalat di masjid, orang-orang
kemudian mengikuti beliau dan shalat dibelakangnya. Pada waktu paginya orang-
orang membicarakan kejadian tersebut. Kemudian pada malam berikutnya orang-
orang yang berkumpul bertambah banyak lalu ikut shalat dengan Beliau. Dan
pada waktu paginya orang-orang kembali membicarakan kejadian tersebut.
Kemudian pada malam yang ketiga orang-orang yang hadir di masjid semakin
bertambah banyak lagi, lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam keluar untuk
shalat dan mereka shalat bersama beliau. Kemudian pada malam yang keempat,
masjid sudah penuh dengan jama'ah hingga akhirnya beliau keluar hanya untuk
shalat Shubuh. Setelah beliau selesai shalat Fajar, beliau menghadap kepada
orang banyak membaca syahadat lalu bersabda: "Amma ba'du, sesungguhnya aku
bukannya tidak tahu keberadaan kalian (semalam). Akan tetapi aku takut shalat
tersebut akan diwajibkan atas kalian, sementara kalian tidak mampu." Abu
'Abdullah Al Bukhari berkata, "Hadits ini dikuatkan oleh Yunus." (HR.Bukhari :
872).

c. Hadist dalam bentuk taqrir

Nabi menyampaikan hadis dalam bentuk  taqrir dengan cara meminta


penjelasan dari sahabat, dan berupa taqrir berupa dalam amalan ibadah sahabat
yang belum pernah dicontohkan langsung  oleh Nabi. Contoh lain adalah sebuah
riwayat tentang tindakan ‘Amr bin al-‘Ash yang mimpi bersenggama  dan keluar
sperma. Ketika masuk waktu subuh, ia lalu bertayammum dan tidak mandi
janabah karena udara terlalu dingin. Dia menjadi imam shalat pada hari itu. Para
sahabat kemudian melaporkan peristiwa itu kepada Nabi. Nabi segera meminta
penjelasan dari ‘Amr perihal tindakan itu  ‘Amir menjawab, bahwa ia
bertayammum karena udara terlalu dingin, kemudian ‘amir menyatakan, bahwa ia
mendengar firman Allah swt dalam surah An-Nisa ayat 29:

‫َوال تَ ْقتُلُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم إِ َّن هَّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha


Penyayang kepadamu.”

8
Mendengar penjelasan tersebur ’Amr bin al-Ash tersebut Nabi hanya diam saja
dan tidak memberi komentar apa-apa.

d. Hadist dalam bentuk

Hadis dalam bentuk hal ihwal ini dengan cara berupa keadaan Nabi
sesungguhnya bukan merupakan aktifitas Nabi, karena menyampaikan hadis Nabi
bersikaf pasif saja, pihak aktif adakah para sahabat Nabi, dalam arti sebagai
perekam terhadap keadaan Nabi tersebut. Contoh:

‫ َكانَ َرسُو ُل‬ : ‫ك أَنَّهُ َس ِم َعهُ يَقُو ُل‬ ِ ‫ك ع َْن َربِي َعةَ ْب ِن أَبِي َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ع َْن أَن‬
ٍ ِ‫َس ب ِْن َمال‬ ٍ ِ‫ت َعلَى َمال‬ ُ ‫َح َّدثَنَا يَحْ يَى بْنُ يَحْ يَى قَا َل قَ َر ْأ‬
‫ق َواَل بِاآْل د َِم َواَل بِ ْال َج ْع ِد ْالقَطَ ِط َواَل بِال َّسبِ ِط‬
ِ َ‫ض اأْل َ ْمه‬
ِ َ‫ْس بِاأْل َ ْبي‬
َ ‫ير َولَي‬
ِ ‫ص‬ ِ َ‫ْس بِالطَّ ِوي ِل ْالبَائِ ِن َواَل بِ ْالق‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم لَي‬
َ ِ ‫هَّللا‬
‫ْس فِي َر ْأ ِس ِه‬
َ ‫س ِستِّينَ َسنَةً َولَي‬ ْ
ِ ‫س أَرْ بَ ِعينَ َسنَةً فَأَقَا َم بِ َم َّكةَ َع ْش َر ِسنِينَ َوبِ ْال َم ِدينَ ِة َع ْش َر ِسنِينَ َوت ََوفَّاهُ هَّللا ُ َعلَى َرأ‬
ْ
ِ ‫بَ َعثَهُ هَّللا ُ َعلَى َرأ‬
َ ‫و َح َّدثَنَا يَحْ يَى بْنُ أَي‬ : ‫ْضا َء‬
‫ُّوب َوقُتَ ْيبَةُ بْنُ َس ِعي ٍد َو َعلِ ُّي بْنُ حُجْ ٍر قَالُوا َح َّدثَنَا إِ ْس َم ِعي ُل يَ ْعنُونَ ا ْبنَ َج ْعفَ ٍر‬ َ ‫َولِحْ يَتِ ِه ِع ْشرُونَ َش ْع َرةً بَي‬
‫ح و َح َّدثَنِي ْالقَا ِس ُم بْنُ زَ َك ِريَّا َء َح َّدثَنَا خَالِ ُد بْنُ َم ْخلَ ٍد َح َّدثَنِي ُسلَ ْي َمانُ بْنُ بِاَل ٍل ِكاَل هُ َما ع َْن َربِي َعةَ يَ ْعنِي ا ْبنَ أَبِي َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ع َْن‬
‫س َو َزا َد فِي َح ِديثِ ِه َما َكانَ أَ ْزه ََر‬ ٍ َ‫ك ْب ِن أَن‬ ِ ِ‫ث َمال‬ ِ ‫ك بِ ِم ْث ِل َح ِدي‬ ِ ‫أَن‬
ٍ ِ‫َس ْب ِن َمال‬

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya aku membaca Hadits
Malik dari Rabi'ah bin Abu 'Abdur Rahman dari Anas bin Malik; Anas berkata;
dia mendengar; Nabi Shallallahu'alaihi wasallam adalah orang yang tingginya
sedang, tidak terlalu pendek dan tidak terlalu tinggi, tidak terlalu putih dan tidak
terlalu coklat. Rambutnya berombak, tidak keriting dan tidak lurus. Allah
mengutusnya pada umur empat puluh, beliau tinggal di Makkah sepuluh tahun
dan di Madinah sepuluh tahun juga. Dan Wafat pada umur enam puluh tahun,
jumlah uban di kepala dan jenggotnya tidak lebih dari dua puluh. Dan telah
menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah bin Sa'id dan 'Ali bin
Hujr berkata; Telah menceritakan kepada kami Isma'il yaitu Ibnu Ja'far;
Demikian juga diriwayatkan dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepadaku
Al Qasim bin Zakaria; Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad;
Telah menceritakan kepadaku Sulaiman bin Bilal keduanya dari Rabi'ah yaitu
Ibnu 'Abdur Rahman dari Anas bin malik dengan Hadits yang serupa Malik bin
Anas, hanya ada tambahan pada Hadits keduanya; 'beliau putih bercahaya.' (HR.
Muslim : No. 4330)

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Objek kajian ilmu hadis riwayah lebih tertuju pada pribadi Nabi Muhammad
SAW, Sedang Objek kajian ilmu hadis dirayah lebih tertuju pada Sanad dan
Matan Hadis.
 Faedah ilmu hadits riwayah adalah untuk menghindari kesalahan dalam
penukilan atau pengutipan sebuah hadits yang bersumber dari Nabi
Muhammad SAW. Sedang faedah dari ilmu hadis dirayah adalah : (a)
mengetahui pertumbuhan dan perkembangan hadis dan ilmu hadis dari masa
kemasa sejak masa Rasulullah SAW, sampai sekarang (b) dapat mengetahui
tokoh-tokoh serta usaha-usaha yang telah mereka lakukan dalam
mengumpulkan, memelihara, dan meriwayatkan hadis, (c) menegtahui kaidah-
kaidah yang digunakan oleh para ulama dalam mengklasifikasikan hadis lebih
lanjut dan (d) dapat menegtahui istilah-istilah, nilai-nilai dan criteria-kriteria
hadis sebagai pedoman dlam berinstinbat
 Kaidah periwayatan hadis Nabi muhammad dengan cara : Hadis  dalam
bentuk perkataan, Hadis yang berupa perbuatan, Hadis dalam bentuk taqrir,
Hadis dalam bentuk hal ihwal.
 Pokok ilmu dirayah yaitu rijal al-sanad dan jarah-ta’dil, Selain itu ilmu hadis
dirayah juga memiliki cabang-cabang ilmu yang berkaitan dengan matan hadis
diantaranya : `Ilm Gharib al-Hadits  dan `Ilm Asbab Wurud al-Hadits.

B. Saran
Alhamdulillah, atas selesainya makalah ini Semoga  dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.  Tiada gading yang tak retak, tentu tidak menutup kemungkinan,
banyak persoalan seputar tema yang diangkat yang belum tuntas, sehingga perlu
tinjauan kembali dari teman-teman, dan lebih khusus dosen pemandu untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini .

10
DAFTAR PUSTAKA
- Al-Khatib, Muhammad Ajjaj. as-Sunnah qablat-Tadwin. Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2001
- Soetari, Endang. Ulumul Hadis. Bandung : Amal Bakti Press,1997.
- http://qoidkiddoida.blogspot.com/2016/10/iat3-ilmu-hadis-riwayah-dan-
dirayah.html
- http://lilisokviyani1001.blogspot.com/2013/01/hadits-riwayah-hadits-dirayah-
dan.html
- Studi Ilmu-Ilmu Quran, terjemahan dari Mabaahits fii ‘Uluumil Quraan, Manna’
Khaliil al-Qattaan, pustaka media; semarang.

11

Anda mungkin juga menyukai