Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ULUMUL HADITS
HADITS SHAHIH DAN HADITS HASAN

DOSEN PENGAMPU : Fadlyanur, M.Pd

Kelompok 5:

Nur Azizah (2101111812)


Qurratul Ainy (2101111814)
Maysarah (2101111833)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL FALAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARBARU
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah Swt senantiasa kami ucapkan, atas
limpahan rahmat dan karunia serta nikmat-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul “ HADITS SHAHIH DAN
HADITS HASAN ” Penulisan makalah ini merupakan tugas mata kuliah Ulumul

Hadits. Prodi Pendidikan Agama Islam, Sekolah Tinggi Agama Islam Al Falah
Banjarbaru.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mendapat bimbingan dan
pengarahan dari dosen pengampu bapak Fadlyanur, M.Pd . Oleh karena itu,
dengan hati yang tulus ikhlas kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
dosen pengampu. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan
kepada kami dengan sebaik-baik balasan. Amin ya Robbal Alamin.

Dan kami menyadari akan keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Untuk


itu, kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan dari berbagai
pihak demi peningkatan kualitas penulisan makalah ini.

Banjarbaru , 25 Mei 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................


Daftar Isi .................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................................
B. Rumusan Masalah .....................................................................................................
C. Tujuan .......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Hadis Shahih...............................................................................................................
a. Pengertian Hadis Shahih.......................................................................................
b. Syarat-syarat Menurut Muhaditsin.......................................................................
c. Klasifikasi Hadis Shahih......................................................................................
d. Martabat Hadis Shahih.........................................................................................
e. Karya-karya yang Hanya Memuat Hadis Shahih.................................................
B. Hadis Hasan................................................................................................................
a. Pengertian Hadis Hasan........................................................................................
b. Klasifikasi Hadis Hasan........................................................................................
c. Contoh Hadis Hasan..............................................................................................
d. Kehujjahan Hadis Hasan.......................................................................................
e. Kitab-kitab yang Mengandung Hadis Hasan.........................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................
B. Saran .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadits oleh umat islam di yakini sebagai sumber pokok ajaran islam sesudah Al-Qur’an.
Dalam tataran aplikasinya, hadits dapat dijadikan hujjah keagamaan dalam kehidupan dan
menempati posisi yang sangat penting dalam kajian keislaman. Secara struktural hadits
merupakan sumber ajaran islam setelah Al-Qur’an yang bersifat global. Artinya, jika kita tidak
menemukan penjelasan tentang berbagai problematika kehidupan di dalam Al-Qur’an, maka kita
harus dan wajib merujuk pada hadits. Oleh karena itu, hadits merupakan hal terpenting dan
memiliki kewenangan dalam menetapkan suatu hukum yang tidak termaktub dalam Al-Qur’an.

 Kualitas keshahihan suatu hadits merupakan hal yang sangat penting, terutama hadits-
hadits yang bertentangan dengan hadits, atau dalil lain yang lebih kuat. Dalam hal ini, maka
kajian makalah ini diperlukan untuk mengetahui apakah suatu hadits dapat dijadikan hujjah
syar’iyyah atau tidak.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Hadits Shahih dan Hadits Hasan ?

2. Apa Kriteria Hadits Shahih dan Hadits Hasan ?

3. Apa Macam – macam Hadist Shahih dan Hadits Hasan ?

4. Apa Saja Contoh dan kehujahan Hadits Shahih dan Hadits Hasan ?

5. Kitab Apa Saja Yang Memuat Hadits Shahih dan Hadits Hasan ?
C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Hadits Shahih dan Hadits Hasan

2. Mengetahui Kriteria Hadits Shahih dan Hadits Hasan

3. Mengetahui Macam – macam Hadist Shahih dan Hadits Hasan

4. Mengetahui Contoh dan kehujahan Hadits Shahih dan Hadits Hasan

5. Mengetahui Kitab Apa Saja Yang Memuat Hadits Shahih dan Hadits Hasan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadits Shahih

a. Pengertian Hadits Shahih

Sahih menurut lughat adalah lawn dari “saqim’’, artinya sehat lawan sakit, haq lawan batil.
Menurut ahli hadits, hadis, sahih adalah hadits sanadnya bersambung, dikutip oleh orang yang
adil lagi cermat dari orang yang sama, samai berakhir ada Rasulullah SAW, atau sahabat atau
tabi’in, bukan hadits syadz (kontroversi) dan terkena ‘illat yang menyebab kan cacat dalam
penerimaannya.1

b. Syarat –syarat Shahih Menurut Muhaditsin

1. Rawinya bersifat adil

Menurut Ar-Razi, keadilan adalah tenaga jiwa yang mndukung untuk selalu bertindak
takwa, menjauhi dosa-dosa besar, menjauhi kebiasaan yang dilakukan dosa-dosa kecil,
meninggalkan perbuatan-perbuatan mubah yang menodai muru ‘ah, seperti makan sambil berdiri
di jalanan,buang air (kencing) d temat yng bukan disediakan untuknya, dan bergurau yang
berlebihan.
Menurut Syahudi Ismail,kritra-kriteria periwayat yang berlebihan.
a. Makan sambil berdiri di jalanan
b. Buang air (kencing) di tempat yang tidak di sediakan
c. Bergurau yang berlebihan

1
M.Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis,(Bandung:CV.PUSTAKA SETIA 2008), ke-3, hal.
141
Menurut syuhu di ismail kriteria – kriteria perawat yang adil :
a. Beragama islam
b. Bersatatus muqalaf (Al- Mukallaf)
c. Melaksanakan ketentuan agama
d. Memelihara muru’ah2

2. Rawinya bersifat dhabit

Dhabit adalah bahwa rawi yang bersangkutan dapat menguasai haditsnya dengan baik, baik
dengan hafalan yang kuat atau dengan kitabnya, lalu ia mampu mengungkapkan nya kembali
ketika meriwayatkan nya.

- Dhabtu shadri yaitu adalah seseorang yang memiliki ingatan yang kuat, sejak menerima hingga
menyampaikan kepada orang lain dan ingatannya itu sanggp dikeluarkan kapan dan dimana saja
dikehandaki.
- Dhabtu kitab apabila yang disampaika itu berdasarkan buku catatan.

3. Sanadnya bersambung
Yang di maksud dengan ketersambungan sanad adalah bahwa setiap rawi hadits yang
bersangkutan benar-benar menerimanya dari rawi yang berada diatasnya dan begitu selanjutnya
sampai kepada pembicaraan yang pertama. Untuk mengetahui bersambung atau tidak nya suatu
sanad, biasanya ulama hadits menempuh kata kerja penelitian kata berikut:
- Mencatat semua nama rawi dalam sanad yang diteliti
- Mempelajari sejarah hidup masing-masing rawi
- Meneliti kata-kata yang menghubungkan antara para rawi dan rawi yang
terdekat dengan sanad.

4. Tidak ber-‘illat

2
Ibid, hal. 142
Yakni hadist itu terbebas dari sifat-sisat samar yang membuatnya cacat, meskipun tampak
bahwa hadist itu tidak menunjukkan adanya cacat tersebut.

5. Tidak Syadz (janggal)

Kejanggalan hadis terletak pada adanya perlawanan antara suatu hadits yang di riwayatkan
olh rawi maqbul (yang dapat di terima periwayatannya) dengan hadis yang di riwayatkan oleh
rawi yang lebih kuat(rajah) dari padanya, disebabkan kelebhan jumlah sanad dalam ke-dhabit-an
atau adanya segi-segi tarjih yang lain.3
Jadi, hadis sahih adalah hadis yang rawinya adildan sempurna ke dhabit-annya,
sanadnya muttashil,dan tidak cacat matannya marfu’, tidak cacat dan tidak janggal.

c. Klasifikasi Hadis Shahih

Hadis shahih terbagi menjadi dua, yaitu sahih li dzatih dan sahih li ghairih. Sahih li dzatihi
adalah hadis sahih yang memenuhi syarat-syaratnya secara maksimal, Adapun hadis sahih li
ghairih adalah hadis sahih yang tidak memenuhi syarat-syaratnya secara maksimal. Misalnya,
rawinya yang adil tidak sempurna ke-dhabit-annya (kapasitas intelektualnya rendah). Bila jenis
ini dikukuhkan oleh jalur lain semisal,ia menjadi sahih li ghairih. Dengan demikian, shahih li
ghairih adalah hadis yang kesahihannya disebabkan oleh factor lain karena tidak memenuhi
syarat-syarat secara maksimal. Misalnya, hadis hasan yang diriwayatkan melalui beberapa jalur,
bisa naik derajat dari hasan ke derajat sahih.

 contoh dari hadits shahih lidzatihi:


Hadits Shahih Tentang Nabi ‫ ﷺ‬membaca surat ath-Thur saat shalat Maghrib,
Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam Shahihnya, ia berkata :

3
Ibid, hal. 142-144
”Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yusuf, ia berkata, ‘Telah mengabarkan
kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari
ayahnya, ia berkata, ”Aku pernah mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam shalat Maghrib
membaca “Ath-Thur.”

 Contoh Hadits Shahih Lighairihi :


Hadits tentang orang yang paling berhak mendapat kebaktian terbaik,
Imam Ahmad meriwayatkan di dalam Musnad-nya, dia berkata :

“Telah bercerita kepada kami Yahya bin Sa’id, ia berkata,’Telah bercerita kepada
kami Bahz bin Hakim,’ Ia berkata,’Ayahku telah menceritakan kepadaku dari kakekku, ia
berkata, ”Aku bertanya,
”Wahai Rasulullah ! Siapakah orang yang aku harus paling berbakti kepadanya?”
Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab, ”Ibumu.” Aku bertanya lagi, ”kemudian siapa?” Rasulullah ‫ﷺ‬
menjawab, ”Kemudian Ibumu.”
Aku bertanya lagi, ”Lalu siapa lagi?” Rasulullah ‫ ﷺ‬menjawab, ”Ibumu kemudian
ayahmu kemudian yang paling dekat kekerabatannya denganmu dan yang di bawah itu.”
Hadits ini sanadnya bersambung, tidak ada syadz di dalamnya serta tidak ada ‘illah yang
merusak karena tidak terdapat dalam rangkaian ini ikhtilaf apa pun di antara para perawi
dan tidak pula dalam matan.
Imam Ahmad dan syaikhnya, yaitu Yahya bin Sa’id Al-Qathan adalah dua orang imam
yang agung. Bahz bin Hakim termasuk orang yang jujur dan memelihara diri (Ahlus
Shidqi wa Ash -Shiyanah) sehingga Ali bin Al-Madini, Yahya bin Ma’in, An-Nasai dan
yang lainnya menyatakannya sebagai orang yang tsiqah.
Namun para ulama mendapati adanya masalah dalam sebagian hadits yang dia
riwayatkan sehingga Syu’bah bin Al-Hajjaj berbicara tentang dirinya disebabkan oleh hal
tersebut.
Namun hal ini tidak menghilangkan sifat dhabth. Hanya dirasakan dhabth-nya kurang.
Al-‘Ajliyy dan Ibnu Hibban menyatakan Hakim ayah Bahz itu orangnya tsiqah. An-
Nasa’i berkata, ”Laisa bihi Ba’sun.” (ini ungkapan dalam Jarh dan Ta’dil yang kurang
lebih berarti: tidak ada masalah dengan dirinya.)

Maka hadits Bahz tersebut menjadi Shahih lighairihi.

d. Martabat Hadis Shahih

Hadis sahih yang paling tinggi derajatnya adalah hadis yang bersanad ashahul asanid,
kemudian berturut-turut sebagai berikut:
1. Hadis yang disepakati oleh Bukhari Muslim
2. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari sendiri.
3. Hadis yang diriwayatkan olh Imam Muslim sendiri
4. Hadis sahih yang diriwayatkan menurut syarat-syarat Bukhari dan Muslim
5. Hadis sahih menurut syarat Bukhari, sedagkan Imam Bukhari
6. Hadis sahih menurut syarat Muslim
7. Hadis sahih yang tidak menurut salah satu syarat dari kedua Imam Bukhari dan
Muslim. Ini berarti si pen-takhrij tidak mengambil hadis dari rawi-rawi atau guru-
guru Bukhari dan muslim,yang telah beliau sepakati bersama atau yang kenamaan.
Misalnya Shahih yang terdapat pada Shahih Ibnu Huzaimah, Shahih Ibnu Hibban,
dan Shahih Al-Hakim.4

e. Karya - karya yang hanya memuat Hadis Shahih


Diantara karya – karya yang hanya memuat hadis sahih adalah:

 Shahih Bukhari
 Shahih Muslim
 Mustadrak Al-Hakim
 Shahih Ibnu Hibban
 Shahih Ibnu Khuzaimah

4
Ibid, hal. 144
B. HADITS HASAN

a. Pengertian Hadits Hasan

Hasan, menurut lughat adalah sifat musybahah dari ‘Al-Husna’, artinya bagus.5
Menurut Ibnu Hajar, Hadits Hasan adalah khabar ahad yang dinukil oleh orang yang adil,
kurang sempurna hapalannya, bersambung sanadnya, tidak cacat dan tidak syadz.

b. Klasifikasi Hadits Hasan

Hadits hasan terbagi menjadi 2 yaitu hasan li dzatih dan hasan li ghairih.

 Hadits hasan li dzatih adalah hadis yang memenuhi segala syarat-syarat hadis
hasan. Syarat untuk hadis hasan adalah sebagaimana syarat untuk hadis sahih,
kecuali bahwa para rawinya hanya termasuk kelompok keempat (shaduq) atau
istilah lain yang setaraf atau sama dengan tingkatan tersebut.
 Hadis hasan li ghairih adalah hadis dhaif yang bukan dikarenakan rawinya
pelupa, banyak salah dan orang fasik, yang mempunyai mutabi’ dan syahid. Hadis
dhaif yang karena rawinya buruk hapalannya (su’u al-hifdzi), tidak dikenal
identitasnya (mastur) dan mudallis (menyembunyikan cacat) dapat naik
derajatnya menjadi hasan li ghairihi karena dibantu oleh hadis-hadis lain yang
semisal dan semakna atau karena banyak rawi yang meriwayatkannya.6

c. Contoh Hadis Hasan :

 Contoh Hadis Hasan li Dzatihi :

5
Ibid, hal. 145
6
Ibid, hal. 146
(Kata Tirmidzi): “Telah menceritakan kepada kami, Abu Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Abdah bin Sulaiman, dari Muhammad bin Amr, dari
Abi Salamah, dari Abi Hurairah ia berkata: telah bersabda Rasulullah saw, “Jika
aku tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak
pada saat setiap hendak shalat.”
 Contoh Hadis Hasan li Ghairihi :

(kata Tirmidzi): Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani’, telah menceritakan kepada
kami Husyaim, dari Yazid bin Abi Ziyad, dari Abdurrahman bin Abu Laila, dari al-Bara’ bin
`Azib, ia berkata, telah bersabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya satu kewajiban atas orang-
orang Islam mandi pada hari Jum’at.”7

d. Kehujjahan hadis hasan

Ada ulama yang mensyaratkan bahwa hadis hasan dapat digunakan sebagai hujjah,
bilamana memenuhi sifat-sifat yang dapat diterima. Sifat-sifat yang dapat diterima itu ada yang
tinggi, menengah, dan rendah. Hadis yang sifat dapat diterimanya tinggi dan menengah adalah
hadis shahih, sedangkan hadis yang sifat dapat diterimanya rendah adalah hadis hasan.

e. Kitab-kitab yang mengandung Hadis Hasan

 Jami’ At-Tirmidzi, dikenal dengan Sunan At-Tirmidzi, merupakan sumber untuk


mengetahui hadis hasan.
 Sunan Abu Dawud.
 Sunan Ad-Daruquthi.8

7
https://www.facebook.com/permalink.php?
id=244466825583652&story_fbid=654098981287099
8
M. Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, op. Cit., h. 147
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Derajat suatu hadits itu memiliki beberapa kemungkinan, bisa saja kita katakan
shahih,ataupun hasan itu tergantung kepada 2 hal yaitu keadaan sanadnya dan keadaan
perawinya. Akan tetapi oleh para ulama telah diberikan kemudahan bagi para peneliti hadits
untuk mengetahui derajat hadits tersebut dalam kitab-kitab hadits seperti yang paling terkenal
adalah kitab “ahzibul kamal fi asmaail rijal” yang menerangkan tentang keadaan perawinya,
apakah dia itu pendusta, bid’ah, fasiq dan yang lainnya. Akan tetapi semua ulama telah sepakat
tentang keshahihan hadits yang dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim sehingga kita
tidak perlu lagi untuk meneliti atas kedaan sanad dan perawinya akan tetapi yang mesti ingat
hadits-hadits selain dari imam bukhari dan imam muslim mesti kita telaah kembali akan
keshahihannya.

B. Saran
Tentu dalam penulisan makalah ini banyak kekurangannya, oleh karena itu  kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Setelah kita mengetahui tentang identifikasi dan asesmen pada anak berkebutuhan
khusus di atas, kita semakin bertambah pengetahuan, maka dari itu agar pengetahuan kita
bermanfaat mari kita sama-sama mengamalkan pengetahuan yang kita peroleh agar bermanfaat
bagi orang lain dan khususnya  untuk diri kita sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

 Solahudin, M.Agus , Suyadi Agus, Ulumul Hadis, Bandung 2008.


 https://www.facebook.com/permalink.php?
id=244466825583652&story_fbid=654098981287099

Anda mungkin juga menyukai