Dosen Pengampu :
Saepudin, M.Ag
i
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat –Nya, shalawat
dan salam kami sampaikan juga kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad ﷺ. Kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul, “Konsep Dasar Hadits Dari Segi Jumlah
SanadNya Dan Cara SampaiNya Kepada Kita”. Hasil kerja kelompok kami ini dengan tujuan
untuk memenuhi tugas dari dosen kami di STAI NURUL IMAN Kami telah menerima materi
dan mempelajarinya, walau tidak bertatap muka (pembelajaran jarak jauh), insya allah kami
bisa memahaminya dan kami juga menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh
dari kata sempurna, baik dari penyusunan kata-kata ataupun dari isi materi.
Dan kami sangat berharap diberi kritik dan saran dari Bapak Dosen ataupun dari teman-
teman sekalian. Berakhirnya hanyalah kepada Allah SWT. Kita kembalikan semua hanya
kepada-Nya kesempurnaan Hanyalah milik Allah SWTsemata.
Selain kami sekelompok mengerjakan makalah ini bersama, kami tidak lepas dari ketentuan
untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan Terima Kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penyusun
ii
Daftar Isi
Table of Contents
Kata Pengantar ..................................................................................................................................... ii
Daftar Isi ...............................................................................................................................................iii
BAB 1 Pendahuluan ......................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................... 1
BAB 2 Pembahasan .......................................................................................................................... 2
2.1 Pembagian Hadits, Dilihat Dari Sisi SampaiNya Hadits Kepada Kita ...................................... 2
2.2 Hadits Mutawatir .................................................................................................................. 2
2.3 Hadits Ahad ........................................................................................................................... 4
2.4 Hadits Masyhur ..................................................................................................................... 4
2.5 Hadits ‘Aziz ............................................................................................................................ 7
2.6 Hadits Gharib ........................................................................................................................ 8
2.7 Pembagian Hadits Ahad Dari Sisi Kuat LemahNya ............................................................... 10
2.8 Implikasi Kuantitas Sanad Terhadap Kualitas Sanad Dan Kehujjahan ................................. 10
BAB 3 Penutup............................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 12
3.2 Saran Dan Kritik ................................................................................................................... 12
Daftar Pustaka .................................................................................................................................... 13
iii
BAB 1 Pendahuluan
Ada beberapa ulama berupaya menaksirkan jumlah hadits As-saniy, syu’bah, yahya, Al-
qattan Ibnu mu’ih dan ahmad ibnu hambal berpendapat bahwa hadist Nabi muhammad
ﷺ, itu jumlahnya 4000 buah, sedangkan Munasir Ahsan Al-kailang cenderung
Berpendapat bahwa jumlah hadits itu mendekati 10.000 buah.
Disini lain Ibnu Al-jauzi berkata adalah jauh dari kemungkinan untuk menentukan jumlah
bilangan hadits, hanya saja ada kelompok tertentu yang berlebihan menelusuri dan
menentukan jumlah bilangannya. Pendapat ini didukung oleh Al-A’zamiy yang mengatakan
bahwa jumlah hadist Nabi muhammad ﷺ, tidak dapat ditentukan secara pasti.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pentingnya sanad bagi suatu hadits.
2. Untuk mengetahui bagaimana hadits bisa sampai pada kita.
3. Untuk mengetahui kualitas sanad bisa menentukan kualitas sanad hadits.
1
BAB 2 Pembahasan
1. Apabila suatu hadits memiliki jalan(jalur) yang jumlahnya tidak terbatas dengan
bilangan tertentu , maka itulah yang dinamakan dengan mutawatir.
2. Apabila suatu hadits memiliki jalan(jalur) yang terbatas dengan bilangan tertentu,
maka itulah yang dinamakan dengan ahad.
Masing-masing, baik itu mutawatir ataupun ahad, memiliki pembagian dan
rincian. Saya insya allah akan memaparkannya, dan saya memulainya dengan topik
mutawatir.
1
Tadrib ar-Rawi.,juz II/177
2
d. Hadits mereka disandarkan kepada panca indra. Seperti misalnya perkataan
mereka sami’na (kami telah mendengar), ra-aina(kami telah melihat), atau
lamasna(kami telah merasakan), dan jenisnya. Jika khabar mereka itu
disandarkan pada akal, seperti alam semesta ini baru(huduts), maka hadits
seperti itu tidak dinamakan mutawatir.
4. PEMBAGIAN MUTAWATIR
Hadits mutawatir dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Mutawatir lafdhi, yaitu hadits yang makna dan lafadznya memang mutawatir.
Contohnya : من كذ ب علي متعمدا فليتيبوا مقعده من ا لنار
Barangsiapa berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaknya ia bersiap-
siap menempati tempatnya dineraka.
Hadits ini diriwayatkan oleh lebih dari 70 orang sahabat.
b. Mutawatir Maknawi, yaitu hadits yang maknanya mutawatir, bukan lafadznya.
Contohnya : Hadits –hadits tentang mengangkat kedua tangan ketika berdo’a.
hadits-hadits yang menggambarkan keadaan Rasulullah ﷺini ada sekitar 100
hadits. Masing-masing hadits itu menyebutkan rasulullah ﷺmengangkat
kedua tangannya ketika berdo’a, meskipun masing-masing (hadits) terkait
dengan berbagai perkara(kasus) yang berbeda-beda. Masing-masing perkara tadi
tidak bersifat mutawatir. Penetapan bahwa mengangkat kedua tangan ketika
berdo’a itu termasuk mutawatir karena pertimbangan digabungkannya berbagai
jalur hadits tersebut.3
3
Seandainya kita bandingkan jumlah hadits mutawatir dengan hadits ahad, maka
jumlah hadits mutawatir itu amat sedikit.
4
Nuzhatu an-Nadhar.,hal.26
4
b. Menurut istilah : Hadits yang diriwayatkan oleh tiga orang rawi atau lebih
disetiap tingkatannya, asalkan(jumlahnya) tidak mencapai derajat mutawatir.
2. CONTOH
ان هللا ال يقبض العلم ا نتز ا عا ينتز عه
Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu begitu saja, melainkan Dia
mencabutnya...5
3. HADITS MUSTAFIDL
a. Menurut bahasa : Merupakan isim fa’il dari istafadla, pecahan kata dari fadla al-
maa, yang berarti air yang berlimpah-limpah. Dinamakan seperti itu karena
tersebar.
b. Menurut istilah : Ada tiga pendapat yang berbeda, yaitu :
1. Menurut sinonim dari hadits masyhur.
2. Hadits mustafidl lebih spesifik dari hadits masyhur, karena pada hadits
mustafidl disyaratkan pada kedua ujung sanadnya harus sama,sedangkan
pada hadits masyhur hal itu tidak disyaratkan.
3. Hadits mustafidl lebih umum (general) dari hadits masyhur, yaitu berlawanan
dengan pendapat kedua.
5
Dikeluarkan haditsnya oleh syaikhan,Tirmidzi,Ibnu Majah dan Ahmad
6
Dikeluarkan oleh Syaikhan.
5
Contohnya :
المسلم من سلم المسلمون من لسا نه ويده
Orang muslim itu adalah orang yang menyelamatkan muslim lainnya dari
perkataan dan tangannya.7
c. Masyhur dikalangan ahli fiqih.
Contohnya :
ابغض الحالل الي هللا الطال ق
8
Perkara halal yang dibenci oleh Allah adalah talak.
d. Masyhur dikalangan ahli ushul.
Contohnya :
رفح عن امتي الخطا والنسيا ن و ما استكر هو ا عايه
Diangkat dari umatku(Dosa) atas kekeliruan, lupa, dan hal yang memaksa. 9
e. Masyhur dikalangan ahli nahwu.
Contohnya :
نعم العبد صهيب لو لم يخف هللا لم يعصه
Sebaik-baik hamba adalah shuhaib, seandainya ia tidak takut kepada Allah maka
ia tidak akan berbuat maksiat.10
f. Masyhur dikalangan masyarakat awam.
Contohnya :
العجلة من الشيطا ن
11
Tergesa-gesa itu adalah perbuatan setan.
7
Muttafaq ‘alaihi.
8
Imam al-Hakim menshahikannya dalam kitab al-Mustadrak. Imam adz-Dzahabi juga menetapkan hal yang
sama, meskipun dengan lafadz yang berbeda.
9
Ibnu Hibban dan al-Hakim menshahikannya.
10
Ini tidak ada asal muasalnya.
11
Dikeluarkan oleh Tirmidzi, dan dihasankan olehnya.
6
c. Tamyisu at-thayyib min al-khabits fima yaduru ‘ala Alsinati an-Nas min al-Hadits.
karya ibnu ad-daiba’ as-Syaibani.
2. PENJELASAN
Maksudnya adalah dimasing-masing tingkatan (thabaqat) sanad tidak boleh kurang
dari dua orang perawi. Jika disebagian thabaqatnya dijumpai tiga orang atau lebih
rawi, hal itu tidak merusak (statusnya sebagai) hadits ‘aziz, asalkan didalam thabaqat
lainnya meskipun Cuma satu thabaqat terdapat dua orang perawi. Sebab, yang
dijadikan patokan adalah jumlah minimal rawi didalam thabaqat sanad.
Ini adalah definisi yang paling kuat seperti yang ditetepkan oleh al-Hafidh Ibnu
Hajar. 12Sebagian ulama berpendapat : Bahwa hadits ‘aziz adalah hadits yang
diriwayatan oleh dua orang atau tiga orang. Mereka tidak membedakan dalam kasus
ini dengan hadits masyhur.
3. CONTOH
Diriwayatkan oleh syaikhan dan hadits Anas, dan bukhari dari hadits Abu Hurairah,
Bahwa Rasulullah ﷺbersabda :
ال يو من احد كم حتي اكون احب اليه من و الده وو لده والناس اجمعين
Tidak beriman salah seorang diantara kalian hingga aku lebih dicintai dari bapaknya,
dari anaknya, dan manusia seluruhnya. 13
Hadits tersebut diriwayatkan dari Anas Qatadah dan Abdul Aziz bin Shuhaib, dari
Qatadah Syu’bah dan Said, dari Abdul aziz ismail bin ‘Ulayyah dan Abdul Warits, dan
masing-masing kelompok.
12
Lihat kitab an-Nukhbah dan syarahnya.,hal.21 dan 24.
13
Bukhari dan Muslim.
7
2.6 Hadits Gharib
1. DEFINISI
a. Menurut bahasa : Merupakan sifat musyabbahah yang bermakna al-
munfarid(sendiri), atau jauh kitab kerabat.
b. Menurut istilah : Hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi, Sendirian.
2. PENJELASAN
Hadits yang diriwayatkan oleh seorang rawi, sendirian. Bisa disetiap thabaqatkan
dari seluruh thabaqat sanadnya, atau disebagian thabaqat sanad, malahan bisa pada
satu thabaqat saja. Adanya jumlah rawi lebih dari seorang pada thabaqat lainnya
tidak merusak hadits gharib, karena yang dijadikan sebagai patokan adalah yang
paling minimal.
4. JENIS-JENISNYA
Dilihat dari aspek tempat menyendirinya perawi, hadits gharib dibagi dua :
a. Hadits gharib mutlak atau fard mutlak.
1. Definisinya : Jika gharib (kesendirian)nya terdapat pada asal sanad, dengan
kata lain,hadits yang diriwayatkan oleh rawi secara sendirian pada asal
sanadnya.15
2. Contohnya :
انما اال عما ل با النيا ت
Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya.16
14
Nuzhatu an-Nadhari.,hal.28
15
Asal sanad adalah puncak sanad, yaitu para sahabat. Para sahabat merupakan satu kelompok dari kelompok-
kelompok sanad. Apabila seorang sahabat secara sendirian meriwayatkan sebuah hadits, maka hadits itu
dinamakan gharib mutlak.
16
Dikeluarkan oleh syaikhan.
8
Hadits ini diriwayatkan oleh Umar bin khatab ra, seorang diri. Hal ini terus
berlanjut (kesendiriannya) hingga akhir sanad. Hadits ini juga telah
diriwayatkan kesendiriannya oleh sejumlah rawi.
b. Hadits gharib nisbi atau fard nisbi.
1. Definisinya : Kegharibannya terletak ditengah-tengah sanad, dengan kata
lain, hadits yang diriwayatkan oleh lebih dari seorang rawi pada asal
sanadnya, kemudian diriwayatkan oleh seorang rawi.
2. Contohnya :
ما لك عن الز هر ي عن انس رضي هللا عنه ان النبي ﷺ دخل مكة وعلى راسه المغفر
Hadits Malik dari az-Zuhri, dari Anas ra, bahwa Nabi Muhammad ﷺ
memasuki kota makkah sementara diatas kepalanya terdapat penutup.17
6. PEMBAGIAN LAIN
Para ulama juga membagi hadits gharib dilihat dari sisi gharibnya sanad dan matan,
Yaitu :
a. Hadits Gharib matan dan sanad : Hadits yang matannya diriwayatkan oleh
seorang rawi saja.
17
Dikeluarkan oleh syaikhan.
18
Tidak ada pemisalan lain, sebagai sebuah ringkasan.
9
b. Hadits Gharib matan, bukan sanad : Seperti hadits yang matannya diriwayatkan
oleh sekelompok sahabat, namun diriwayatkan secara menyendiri dari sahabat
lainnya. Dalam perkara ini Imam Tirmidzi berkata : Hadits ini gharib dilihat dari
aspek ini.
Jika Hadits mutawatir, masyhur, ‘aziz, dan gharib pada artikel ini dimasukkan kedalam
pembagian hadits berdasarkan tinjauan kuantitas sanad, maka ada sebagian ulama
yang memasukkan bahasan tersebut berdasarkan tinjauan kesahihan dan keda’ifan
hadits. As-salih misalnya membahas tentang hadits mutawatir pada bahasan
pembagian hadis sahih, dan hadits ahad pada bahasan hadits yang musytarak dalam
10
hadits sahih, hasan dan da’if. Demikian pula yang dilakukan oleh al-khatib ketika
membahas hadits gharib, ‘aziz, dan masyhur.
Indikasi keterlibatan kuantitas sanad juga terlihat pada konsep dan terma-terma,
asahhul-asanid, al-ali wan-nazil, mahfuz wal-matruk, ma’ruf wal-munkar, asy-syaz,
asy-syahid wal-mutabi’, ar-rajih wal-marjuh, al-i’tibar, istikhrajul-hadits atau al-
kutubul-mustakhrajah, bahkan kedabitan seorang perawi, disamping dapat diketahui
melalui tawatur, syuhrah, tapi juga indikator, dan yang terakhir ini adalah hasil
kesimpulan dari banyak atau sedikitnya seorang perawi menyendiri dan
bermukhalafah, sehingga dalam maratibul-jarh dikenal dengan istilah “lahu manakir”,
maksudnya ia beberapa kali menyendiri dan bermukhalafah dari para perawi siqah
lainnya, sehingga haditsnya disebut hadits munkar, dan karenanya pula kedabitan
orang tersebut perlu diragukan.
Wallahu A’lam.
11
BAB 3 Penutup
3.1 Kesimpulan
Cara sampai hadits kepada kita itu ditinjau dari kuantitas sanad atau jumlah jalurnya,
Menurut para ulama ditinjau dari kuantitas sanadnya terbagi menjadi dua :
1. Mutawatir, yaitu memiliki banyak perawinya, hadits ini dihukumi (al-‘ilmu ad-
daruri) atau meyakinkan dan seluruh isinya diterima tanpa meragukan para
perawinya, jadi mustahil para perawinya, berdusta.
Hadits ini terbagi menjadi dua yaitu :
1. Lafdhi yang makna dan lafadznya mutawatir.
2. Maknawi yang maknanya mutawatir, sedangkan lafadznya bukan mutawatir.
2. Hadits Ahad (wahid) artinya berita yang disampaikan suatu orang atau istilahnya
hadits yang perawinya terbatas, hukumnya hadits ahad yaitu, pengetahuan yang
didasari teori dan dalil, Hadits ahad terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Hadits Masyhur diriwayatkan tiga orang rawi.
2. Hadits ‘Aziz diriwayatkan oleh dua orang rawi.
3. Hadits Gharib yang perawinya sendiri.
12
Daftar Pustaka
Abu ‘Abdillah Saidi Muhammad ibn Abil-Faid Maulana ja’far al-Husaini al-Idrisiy asy-
(Berut: Daru-Fikr,1989).
13