Anda di halaman 1dari 13

MENGENAL HADITS SHOHIH

Ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah:

ULUMUL HADITS

Dosen Pengampu:

Dr. Rafid Abbas, M.A

Disusun Oleh:

1. Fauzan Mustofa 221102020002

FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ
JEMBER TAHUN AJARAN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas
berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya.
Makalah ini membahas mengenai “Hadis Shahih”.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ulumul Hadis. Kami juga berharap semoga pembuatan makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu kami ucapakan terimakasih kepada Bapak Rafid Abbas selaku
dosen pengampu. Serta pihak-pihak lain yang turut membantu memberikan
referensi buku.
Tiada gading yang tak retak, itu kata pepatah tiada satupun manusia yang luput
dari kesalahan, oleh karena itu kami berharap pemberian maaf yang sebesarnya-
besarnya. Atas kekurangan dan kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Saran dan kritik sangat kami harapkan agar kami dapat memperbaiki
makalah-makalah selanjutnya.

Penulis Makalah

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... 1


KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
C. Tujuan penulisan ....................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 5
A. Pengertian Hadis Shahih.............................................................................5
B. Syarat Syarat Hadis Shahih…………...……………...…………………...5
C. Klasifikasi Hadis Shahih………………………………………….………7
D. Kitab-kitab Hadis Shahih……...……………………………………...…..9
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 12
A. Kesimpulan ............................................................................................... 12
B. Saran…………………………………………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hadis adalah sumber hukum kedua setelah Al Quran, sehingga umat
islam dalam menentukan hukum taklifi musti berdalil dan beragumentasi
dengan menggunakan Al Quran dan jika tidak ada keterangan yang jelas di
dalam Al Quran biasanya mengambil dari hadis. Dalam mengambil dalil dari
hadis ada klasifikasi hadis yang bisa dijadikan hujjah untuk menentukan
masalah aqidah atau keimanan dan menentukan halal atau haram dan ada yang
bisa dijadikan dalil untuk anjuran untuk meninggalkan hal-hal yang makruh
atau tarhib. Dalam bab ini disajikan klasifikasi hadis yang bisa dijadikan hujjah
yaitu sahih li ghairihi dan shahih li dhatihi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hadis shahih?
2. Apa saja syarat syarat hadis shahih?
3. Bagaimana klasifikasi hadis shahih?
4. Bagaimana kitab-kitab hadis shahih?

C. Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui pengertian hadis shahih
2. Untuk mengetau syarat syarat hadis shahih
3. Untuk mengetahui klasifikasi hadis shahih
4. Untuk mengetahui kitab-kitab hadis shahih

4
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Hadist Shahih
Kata shahih berasal dari bahasa Arab as-shahih, bentuk pluralnya
ashihha’ dan berakal kata pada shahha. Dari segi bahasa, kata ini memiliki
beberapa arti di antaranya :
1. Selamat dari penyakit
2. Bebas dari aib/cacat

Dan pengertian hadist adalah khabar (berita) atau segala perkataan,


perbuatan dan ketetapan Nabi Muhammad SAW. Dari segi istilah, para ulama
berpendapat bahwa hadis sahih adalah: “hadist yang sanadnya bersambung (sampai
kepada Nabi Muhammad), diriwayatkan oleh (periwayat) yang ‘adil dan dhabith
sampai akhir sanad, (di dalam hadis itu) tidak terdapat kejanggalan (syadz) dan cacat
(‘illat).
Dari definisi diatas dikemukakan Ibn as-Shalah oleh an-Nawawi “Hadis
shahih adalah hadis yang sanadnya bersambung sampai Nabi dan diriwayatkan oleh
orang-orang yang adil dan dhabith serta tidak terdapat dalam hadis itu kejanggalan
(syadz) dan cacat (‘illat).1
Dan juga menurut Ibn Hajar al-Atsqolani dalam Nuzhaz al-Nazhar Syarh
Nukhbah al-Fikar lebih ringkas mendefinisikan hadist shahih adalah “Hadist yang
diriwarayatkan oleh orang yang adil, sempurna kedhabitannya, bersambung sanadnya,
tidak ber illat dan tidak ber syadz.

1.2 Syarat-syarat Hadits Shahih

1. Sanadnya bersambung
Yang dimaksud dengan ketersambungan sanad adalah bahwa setiap
rawi hadis yang bersangkutan benar-benar menerimanya dari rawi yang

1
M.Alfatih Suryadilaga, Ulumul Hadis, (Yogyakarta:Kalimedia,2009), h.244.

5
berada di atasnya dan begitu selanjutnya sampai kepada pembicara yang
pertama.
Untuk mengetahui bersambung atau tidaknya suatu sanad, biasanya
ulama hadis menempuh tata kerja penelitian berikut:
a. Mencatat semua nama rawi dalam sanad yang teliti.
b. Mempelajari sejarah hidup masing-masing rawi.
c. Meneliti kata-kata yang menghubungkan antara para rawi dan rawi
yang terdekat dengan sanad.

Jadi, suatu sanad hads dapat dinyatakan bersambung apabila :


1) Seluruh rawi dalam sanad itu benar-benar tsiqat (adil dan dhabit)
2) Antara masing-masing rawi dengan rawi terdekat sebelumnya dalam
sanad itu bnar-benar telah terjadi hubungan periwayatan hadis secara
sah menurut ketentuan tahamul wa ada al-hadis.2
2. Rawinya bersifat adil
Menurut Ar-Razi, keadilan adalah tenaga yang mendorong untuk selalu
bertidak takwa, menjauhi dosa-dosa besar, menjauhi kebiasaan melakukan
dosa-dosa kecil, dan meninggalkan perbuatan-perbuatan mubah yang
menodai muru’ah, seperti makan sambil berdiri di jalan, buang air
(kencing) di tempat yang terbuka disediakan untuknya, dan bergurau yang
berlebihan.
Menurut Syuhudi Ismail, kriteria-kriteria periwayan yang bersifat adil,
adalah:
a. Beragama Islam .
b. Berstatus mukalaf (Al-Mukallaf)
c. Melaksanakan ketentuan agama
d. Memelihara muru’ah (memelihara kehormatan dirinya).
3. Rawinya bersifat dhabith

2 Dr. H. Abdul Majid khon, M.A.g, Buku Ulumul Hadits ditrbitkan oleh Hamzah, tahun 2012 hal 169-
170

6
Dhabit adalah bahwa rawi yang bersangkutan dapat menguasai
hadisnya dengan baik, baik dengan hafalan yang kuat atau dengan kitabnya,
lalu dia mampu mengungkapkannya kembali ketika meriwayatkannya.
Kalau seseorang mempunyai inggatan yang kuat, sejak menerima hingga
menyampaikan kepada orang lain dan inggatannya itu sanggup
dikeluarkan kapan dan dimana saja dikehendaki, orang itu dinamakan
dhabtu shadri .Kemudian, kalau apa yang disampaikan itu berdasarkan
pada buku catatannya (teks book) ia disebut dhabtu kitab. Rawi yang ‘adil
dan sekaligus dhabith disebut tsiqat.

4. Tidak ber-illat
Maksudnya bahwa hadis yang bersangkutan bebas dari cacat
kesahihannya, yakni hadis itu terbebas dari sifat-sifat samar yang
membuatnya cacat.
5. Tidak syadz (janggal)
Kejanggalan hadis terletak pada adanya perlawanan antara suatu hadis
yang diriwayatkan oleh rawi yang maqbul (yang dapat diterima
periwayatannya) dengan hadis yang diriwayatkan oleh oleh rawi yang lebih
kuat (rajih) dari padanya, disebabkan kelebihan jumlah sanad dalam ke-
dhabit-an atau adanya segi-segi tarjih yang lain.
Jadi, hadis sahih adalah hadis yang rawinya adil dan sempurna ke-
dhabit-annya, sanadnya muttashil, dan tidak cacat matannya marfu’, tidak
cacat dan tidak janggal.

1.3 Klasifikasi Hadis Shahih

1. Hadis Shahih Li Dzhatihi


Adalah hadis yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh rijalu
Alhadis yang adil dan sempurna kedabitannya, tidak Shadh dan tidak
ber’illat. 3

3
Tim Guru Provinsi Jawa Timur, Hadis, (Surabaya:Mutiara Ilmu Mojosari Mojokerto,
2012), h.52.

7
Contohnya :
‫ف قَا َل أخبر نا ما لك عن ابن شها ب عن مح ّمد بن خبير بن مطعم عن أبيه قل سمعت رسو‬ ِ ‫َح َد ثَنَا عَب ُد ه‬
َ ُ‫َّللا ب ُن يُو س‬
‫ل هللا صلى هللا عليه وسلم قر أ في المغر ب با لطُّو ر‬
Hadis ini dinamakan hadis shahih li dzhatihi karena:
a. Sanadnya muttasil : semua periwayatnya mendengar hadis langsung
dari gurunya.
b. Para periwayatnya semua adil, sempurna dhabitnya, dan menjaga
muruah(kehormatan)
• Abdullah bin yusuf dijuluki oleh ulama hadis sebagai rijal yang
thiqah dan muttaqin.
• Malik bin anas adalah imam muhadditsin dan fuqaha’, alhafis, dan
amiru al-mukminin fi alhadis (hafal semua hadis yang jumlah lebih
dari 300.000 hadis).
c. Ibnu shihab az-zuhri adalah faqih, muttaqin, amiru al-mu’minin fi al
hadis.
d. Muhammad bin Jabir adalah thiqat.
e. Jabir bin muth’im adalah sahabat yang adil dan dhabit.
f. Hadisnya tidak bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh rijal
yang lebih thiqah.
g. Tidak terdapat cacat yang menjelekkan kesahihhan hadis.
2. Sahih li ghairihi
Hadis shahih ligharih adalah hadis yang sahihnya lantaran dibantu oleh
keterangan yang lain. Jadi, pada diri hadis itu belum mencapai kualitas
shahih, kemudian ada petunjuk atau dalil lain yang menguatkannya
sehingga hadis tersebut meningkat menjadi shahih li ghairihi.4
Syuhudi Ismail memberikan contoh sebagai berikut :
Misalnya, 2 hadis yang semakna dan sama-sama berkualitas hasan
lidzatih atau sebuah hadis hasan lidzatih kemudian ada ayat yang
bersesuaian benar dengan hadis tersebut maka kualitas hadis itu meningkat
menjadi hadis hasan lidzatih li ghairih. Demikian juga bila ada hadis hasan

4 Dr. H. Abdul Majid khon, M.A.g, Buku Ulumul Hadits ditrbitkan oleh Hamzah, tahun 2012 hal 170

8
lidzatih maka dilihat dari jurusan hadis yang tadinya berkualitas hasan
tersebut menjadilah ia hadis shahih li ghairih. Sedang yang berkualitas
shahih lidzatih tetap berkualitas sebagaimana asalnya.
: ‫ل ْول أ ْن أشُقَّ على أُ َّمتي َلمرْ تُ ُه ْم بالسواك عنْد كُل ُوضُوء‬

(sekiranya tidak akan memberatkan kepada umatku, niscaya akan ku


perintahkan untuk siwakan setiap menjelang shalat).
Salah seorang perawi dari sanad hadis ini ada yang bernama
Muhammad ibn Amr ibn ‘Alqamah, dia termasuk orang yang kepercayaan,
tetapi hapalannyaoleh ulama diperselisihkan kesempurnaannya. Tetapi
rawi-rawi yang lain yang lain pada saat itu semuanya tsiqah. Karenanya,
kualitas hadis tersebut termasuk hasan lidzatih. Kemudian, ada sanad lain
yang membuat hadis tersebut. Alhasil, hadis tersebut meningkat derajatnya
menjadi hadis shahih lighairih5.

1.4 Kitab-kitab Hadis Shahih


Kitab-kitab shahih ialah kitab-kitab yang memuat hadis-hadis yang
shahih saja. Di antara kitab-kitab hadis yang oleh para ulama hadis diakui dan
dinilai sebagai paling sahih adalah :
1. Kitab Shahih al-Bukhari yang aslinya berjudul al-Jami’as-Shahih al-
Musnad min Hadist Rasulillahi Shallallah ‘alaihi wa sallama wa Sunanihi
wa Ayyamih atau al-Jami’ al-Musnad as-Shahih al-Mukhtashshar min
Umar Rasulillah Shallallah ‘alaih wa Sallama wa Sunannih wa Ayyamih
karya Imam Muhammad bin Ismailmbin Ibrahim al Bukhari (w.256 H/870
M)
2. Shahih al-Mujarrad al-Musnad ila Rasulillah yang lebih popular dengan
nama al-Jami’ as-Shahih Muslim karya Imam Abu al-Husain Muslim bin
Hajjal al-Qusyairi an-Naisaburi (w.261 H/875 M).

5 Dr. Nawir Yuslem, MA, Buku Ulumul Hadits tahun 2016 halaman 218

9
3. Di samping Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, masih ada sejumlah
kitab yang disebut shahih seperti as-Shahih karya Ibnu Khuzaimah (w.313
H), at-Taqsim wa al-Anwa’ karya Ibnu Hibban (w. 304 H), shahih-nya Ibnu
as-Sakan (w.353 H), shahih-nya Ibnu as-Syarqi (seorang murid imam
Muslim yang wafat tahun 325 H).
a. Shahih al-Bukhari
Kitab ini merupakan kitab hadis pertama yang menghimpun hadis-
hadis shahih. Kitab yang diselesaikan selama 16 tahun berisi hadis-hadis
tentang masail fiqhiyah, al-fadhail, berita-berita masa lampau dan masa
datang, adab (etika biasa), dan lain-lain. Karena mencangkup berbagai
persoalan maka dinamakan al-Jami’.
Semua hadis yang terangkum di dalam al-Jami’ ini secara umum
berkualitas shahih, dan tidak ada yang dha’if. Sebagaimana dinyatakan
sendiri oleh al-Bukhari :”Saya tidak memasukan dalam kitab saya ini selain
hadis yang shahih”.
Shahih al-Bukhari (al-Jami’) juga bersifat mukhtadsar, yakni bahwa
tidak semua hadis shahih yang diriwayatkannya di himpun dalam kitab
tersebut. Sebagaimana di nyatakan sendiri oleh beliau :”Saya telah
menghafal 100.000 hadis shahih dan 200.000 hadis yang tidak shahih”.
Namun, saya tidak memasukkan dalam kitab ini kecuali yang shahih saja,
dan sesungguhnya masih banyak hadis shahih lainnya yang tidak saya
masukkan dalam kitab ini.“
b. Kitab Shahih Muslim
Judul asli kitab Shahih Muslim adalah as-Shahih al-Mujarrad al-
Musnad Illa Sholallohu ‘alaihi wa sallama yang lebih popular dengan nama
al-Jami’ as-Shahih Muslim6. Imam Muslim bernama lengkap Abu al-
Husein Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Kusyaz al-Qusyairi an-
Naisaburi, lahir pada 204 H. ada juga yang mengatakan 206 H. Dan wafat
[ada Senin 25 Rajab 261 H dalam usia 55 tahun. Ia mulia belajar hadis sejak
berusia 15 (ada juga yang mengatakan 18 tahun) dengan mengunjungi

6 Dr. Nawir Yuslem, MA, Buku Ulumul Hadits tahun 2016 halaman 218

10
hampir seluruh pusat-pusat pengajaran hadis, seperti Mekah, Irak, Syiria,
Hijaz, dan Mesir. Diantara beberapa gurunya: Zuhair bin Harb, Ibnu Abi
Syaibah, Syaiban bin Farkh, Ibnu Ma’in, al-Bukhari, Muhammad bin
Musanna, Harun bin Sa’id al-Ayli, Qutaibah bin Sa’id dan lain-lain.
Meskipun Muslim tidak menyatakan secara eksplisit mengenai
syarat criteria hadis shahih, namun melalui kajian secara intes terhadap
kitab dan syarah-syarahnya, para ulama hadis menyimpulkan beberapa
syarat yang dipegangi oleh Imam Muslim dalam menerima sebuah hadis
dari perawi, antara lain:
1) Para perawi hadis harus adil, kuat hafalannya, dan dapat dipertanggung
jawabkan kejujurannya, amanah dan daya ingatnya.
2) Sanadnya harus lengkap, muttashil, terbatas dari Syadz dan ‘illat serta
marfu (sampai kepada Rasulullah).
Namun demikian, beliau juga menerima periwatan dari perawi yang
memiliki sifat-sifat lebih rendah dari pada sifat-sifat tersebut. Karenanya
ia tetap menerima beberapa hadis (misalnya:dari perawi tingkat ketiga)
yang oleh al-Bukhari tidak dicantumkan dalam shahihnya. Ini berarti
bahwa Muslim tidak selamanya berpegang pada ketentuan yang dipakai
oleh al-Bukhari yang menerima hadis dari murid-muridnya (perawi).

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hadis Sahih adalah hadis yang sehat dan benar tidak terdapat penyakit
dan cacat. Hadis Sahih dibagi menjadi dua yaitu sahih lidhatihi dan sahih li
ghairihi. Kitab-kitab Hadis Sahih antara lain Sahih Bukhari, Sahih Muslim,
Sahih Ibnu Khuzaimah, Sahih Ibnu Hibban, Sahih Ibnu As Sakan, Sahih Ibnu
As Syarqi.

B. Saran
Puji dan syukur untuk Allah, Pencipta dan Pengatur seluruh alam, karena
dengan berkat rahmat dan ‘inayah-Nya Makalah Ulumul Hadis Sahih ini telah
dapat kami selesaikan. Maka sampai disini Makalah Ulumul Hadis Sahih di
habisi dan ditamatkan.
Mengingat manusia itu tidak luput dari kekhilafan, tentu saja di samping
yang di sengaja ditinggalkan, ada pula yang tinggal tidak dengan sengaja.
Walaupun demikian, jika terjadi hal serupa itu, kami berbaik sangka bahwa
mereka yang mengetahui mengenai Hadis Sahih untuk menelaah kembali di
buku yang lain.Atau di antara para pembaca dapat bermurah hati untuk
menambahkan jika ada yang kurang dalam Makalah ini sehingga apa yang
menjadi kekurangan kami dalam menyusun Makalah ini bisa tercukupi.
Sebagai ucapan terakhir, dengan ini kami mengharapkan banyak maaf atas
segala kekhilafan dan kelupaan yang terdapat dalam Makalah ini dari awal
sampai akhir. Untuk itu atas perhatian pembaca, kami mengucapkan banyak
terima kasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Suryadilaga, M.Alfatih, Ulumul Hadis, Yogyakarta:Kalimedia, 2009


Provinsi Jawa Timur, Tim Guru, Hadis, Surabaya:Mutiara Ilmu Mojosari
Mojokerto, 2012
Dr. H. Abdul Majid khon, M.A.g, Buku Ulumul Hadits ditrbitkan oleh Hamzah,
tahun 2012
Dr. Nawir Yuslem, MA, Buku Ulumul Hadits tahun 2016

13

Anda mungkin juga menyukai