Oleh :
Dosen Pengampu :
MARSAID, MA.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………. ii
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………… 3
C. Hadits Hasan………………………………………………………………………… 7
A. Kesimpulan……………………………………………………………………… 16
B. Saran ………………………………………………………………………………….16
A. Latar Belakang
Hadits, oleh umat islam diyakini sebagai sumber pokok ajaran islam sesudah Al-
Qur’an. Dalam tataran aplikasinya, hadits dapat dijadikan hujjah keagamaan dalam
kehidupan dan menempati posisi yang sangat penting dalam kajian keislaman. Secara
struktural hadits merupakan sumber ajaran islam setelah Al-Qur’an yang bersifat global.
Artinya, jika kita tidak menemukan penjelasan tentang berbagai problematika kehidupan
di dalam Al-Qur’an, maka kita harus dan wajib merujuk pada hadits. Oleh karena itu,
hadits merupakan hal terpenting dan memiliki kewenangan dalam menetapkan suatu
hukum yang tidak termaktub dalam Al-Qur’an.
Ditinjau dari segi kualitasnya, hadits terbagi menjadi dua yaitu, hadits Maqbul
(hadits yang dapat diterima sebagai dalil) dan haditst Mardud (hadits yang tertolak
sebagai dalil). Hadits Maqbul terbagi menjadi dua yaitu hadits Shahih dan Hasan,
sedangkan yang termasuk dalam hadits Mardud salah satunya adalah hadits Dha’if.
Semuanya memiliki ciri dan kriteria yang berbeda.
Kualitas keshahihan suatu hadits merupakan hal yang sangat penting, terutama
hadits-hadits yang bertentangan dengan hadits, atau dalil lain yang lebih kuat. Dalam
hal ini, maka kajian makalah ini diperlukan untuk mengetahui apakah suatu hadits dapat
dijadikan hujjah syar’iyyah atau tidak.
B. Rumusan masalah.
C. Manfaat Penulisan.
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu sebagai sarana untuk menambah ilmu
pengetahuan yang telah kita miliki terutama tentang ilmu hadits mengenai Hadits
Shahih, Hasan dan Dhoif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadits
Hadits merupakan kalimat musytaq dari kalimat hadatsa secara bahasa yaitu
baru, terjadi, sedangkan secara istilah adalah
ِض َام
َ في
ْ َ ىل
َ َْ َّ ل ِّى ي ِْ ْل
َّى ي َ مىي َس
َ ُ ِىَ ِي ْل ْ َِّ ْى ْر َِّ َ َ َِ ْْ ِى ْر
َ ََ َّةَ ْف َ َ َِ ٍ َ ِر ْقي َِق َ َ َِ ٍْ ِل َو َ َ َِ ٍَ َِ َو ْا ِن
Apa yang disandarkan kepada nabi saw baik berupa perkataan, perbuatan,
persetujuan dan shifat tabiat dan akhlaqnya. Didalam pembahasan ilmu mustholahul
hadits ada satu pembahasan mengenai khobar (hadits) terdapat yang maqbul dan
mardud. Khobar maqbul adalah kebenaran orang yang menyampaikan khobarnya itu
lebih kuat/terpercaya (rajih) serta wajib dijadikan sebagai hujjah (dalil) dan
mengamalkanya. Sedangkan khobar mardud adalah kebenaran orang yang
menyampaikan khobarnya itu tidak kuat/terpercaya serta tidak boleh dijadikan sebagai
hujjah (dalil). Adapu khobar maqbul ditinjau dari perbedaan derajat dibagi atas dua yaitu
shahih dan hasan.
B. Hadits Shahih
C. Hadits Hasan
D. Hadits Dhoif
1) Hadits Munqathi
Hadits yang gugur sanadnya di satu tempat atau lebih, atau pada sanadnya
disebutkan nama seseorang yang tidak dikenal.
2) Hadits Mu’allaq
Hadits yang rawinya digugurkan seorang atau lebih dari awal sanadnya secara berturut-
turut.
3) Hadits Mursal
Hadits yang gugur sanadnya setelah tabi’in. Yang dimaksud dengan gugur di sini, ialah
nama sanad terakhir tidak disebutkan. Padahal sahabat adalah orang yang pertama
menerima hadits dari Rasul saw.
1) Mursal al-Jali
Hadits yang tidak disebutkannya (gugur) nama sahabat dilakukan oleh tabi’in besar.
2) Mursal al-Khafi
Pengguguran nama sahabat dilakukan oleh tabi’in yang masih kecil. Hal ini terjadi
karena hadits yang diriwayatkan oleh tabi’in tersebut meskipun ia hidup sezaman
dengan sahabat, tetapi ia tidak pernah mendengar sebuah hadits.
4) Hadits Mu’dhal
Hadits yang gugur rawinya, dua orang atau lebih, berturut-turut,
baik sahabat Bersama tabi’i, tabi’I Bersama tabi’ al tabi’in maupun dua orang sebelum s
hahabiy dan tabi’iy.
5) Hadits Mudallas
Hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan bahwa hadits itu tidak
terdapat cacat.
A. Kesimpulan
Derajat suatu hadits itu memiliki beberapa kemungkinan, bisa saja kita katakan
shahih, hasan, ataupun dhaif itu tergantung kepada 2 hal yaitu keadaan sanadnya dan
keadaan perawinya. Akan tetapi oleh para ulama telah diberikan kemudahan bagi para
peneliti hadits untuk mengetahui derajat hadits tersebut dalam kitab-kitab hadits seperti
yang paling terkenal adalah kitab “tahzibul kamal fi asmaail rijal” yang menerangkan
tentang keadaan perawinya, apakah dia itu pendusta, bid’ah, fasiq dan yang lainnya.
Akan tetapi semua ulama telah sepakat tentang keshahihan hadits yang dikeluarkan
oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim sehingga kita tidak perlu lagi untuk meneliti atas
kedaan sanad dan perawinya akan tetapi yang mesti ingat hadits-hadits selain dari
imam bukhari dan imam muslim mesti kita telaah kembali akan keshahihannya.
B. Saran-saran