Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Pembagian Hadits berdasarkan kualitasnya


Dianjurkan Untuk Memenuhi Mata Kuliah : Ulumul Hadist
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. H. M Hanafiah,M.Hum

Ditulis oleh :
Kelompok 03
Mutia Salsabilah 23.11.1509
Okta Uswatun Patonah 23.11.1501

PROGRAM STUDI AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSALAM MARTAPURA
2024

i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim

Dengan nama Allah yang banyak meanugrahi nikmat yang besar-besar, puji
syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya
dan Shalawat serta salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga
dan sahabat-sahabat, serta para pengikutnya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Pembagian Haadits berdasarkan kualitasnya” dengan
baik dan tepat waktu.

Makalah merupakan karya tulis ilmiah karena di susun berdasarkan kaidah


kaidah ilmiah yang dibuat oleh mahasiswa dalam rangka menyelesaikan studi.
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Ulumul Hadits” Untuk itu, makalah ini disusun dengan memakai bahasa yang
sederhana dan mudah untuk dipahami.

Dan pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr. M. Hanafiah, M.Hum selaku dosen pengajar dan pengampu yang telah
memberikan bimbingan, arahan, saran, dan petunjuk hingga makalah ini dapat
disusun dengan baik.

Sebagai sebuah makalah, tidak lepas dari kekurangan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang berkepentingan, guna
penyempurnaan makalah ini. Selanjutnya terima kasih kami ucapkan kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini sehingga dapat
diselesaikan. Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat digunakan oleh
pembaca dengan baik.

Martapura,25 Maret 2024

Kelompok 03

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I (PENDAHULUAN) .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 1

BAB II (PEMBAHASAN) ............................................................................... 2

A. Pembagian Hadits berdasarkan kualitasnya ......................................... 2


1. Hadits Shohih .......................................................................... 2
2. Hadits Hasan ............................................................................ 6
3. Hadits Dhaif ............................................................................. 9

BAB III (PENUTUP) ....................................................................................... 13

A. Kesimpulan .......................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHLUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hadits merupakan sumber ajaran agama Islam, pedoman hidup
kaum muslimin yang kedua setelah Al-quran, Bagi mereka yang telah
beriman kepada Al-quran sebagai sumber hukum, maka secara otomatis
harus percaya bahwa hadits sebagai sumber hukum islam juga. Apabila
hadits tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum muslimin akan
menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hal cara shalat, kadar dan ketentuan
zakat, cara haji dan lain sebagainya. sebab ayat-ayat Al-quran dalam hal itu
hanya berbicara secara global dan umum, yang menjelaskan secara
terperinci justru Sunnah Rasulullah, selain itu juga akan mendapat
kesukaran-kesukaran dalam hal menafsirkan ayat-ayat yang musytarak, dan
muhtamal, dan sebagainya yang mau tidak mau memerlukan hadits atau
sunnah untuk menafsirkannya atau menjelaskanya.
Pemahaman Umat terhadap Islam harus melalui Al-quran dan Al-
hadits. Teks Al-quran yang global memerlukan penjelasan dari Hadits. Pada
masa Nabi, Umat Islam tidak mendapat kendala dalam memahami Al-quran
maupun Hadits. Tetapi setelah Nabi wafat, timbul permasalahan berkaitan
pemahaman terhadap Al-quran ataupun Hadits. Penyelamatan terhadap Al-
quran telah lebih dahulu dilakukan yang kemudian disusul dengan
pendewanan hadits sekitar seratus tahun kemudian.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja pembagian hadits berdasarkan kualitasnya ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pembagian hadits berdasarkan kualitasnya

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembagian Hadits berdasarkan kualitasnya


Sementara dari segi kualitas, ia membagi hadits menjadi dua macam,
yaitu hadits yang maqbul dan hadits yang mardud. Kategori yang pertama
yakni maqbul dibagi menjadi dua, yaitu shahih dan hasan. Shahih pun
terbagi lagi, ada yang shahih lidzatihi dan shahih lighairi dzatihi. Begitupun
dengan hasan, ada yang hasan lidzatihi dan hasan lighairi dzatihi.
Sedangkan pada kategori mardud, terbagi kepada dua yaitu mardud yang
disebabkan oleh keterputusan sanad dan mardud yang disebabkan oleh
kecacatan pada rawi.1
1. Hadits Shohih
a. Pengertian Hadits Shohih
Dari segi bahasa Shahih berarti dhiddus saqim, yaitu
lawan kata dari sakit. Sedangkan dari segi istilahnya, hadis
shahih adalah hadis yang sanadnya bersambung,
diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari sejak
awalhingga akhir sanad, tanpa adanya syadz dan illat.
‫سنَا ُدهُ بنَ ْقدل‬ ُ ‫ْث الصَّح ْي ُح َف ُه َو ا ْلحَدي‬
ْ ‫ْث ا ْل ُم‬
ْ ‫سنَ ُد الَّذ ْي يَتَّص ُل ا‬ ُ ‫اَ َّما ا ْلحَدي‬
‫ضابط عَن ا ْلعَدْل الضَّابط الَى ُم ْنتَحَاةُ َو ََل تَك ُْو ُن شَاذًا َو ََل ُمعَل ًل‬
َّ ‫ا ْلعَدْل ال‬
Artinya : “Adapun hadist shahih ialah hadist yang
sanadnya bersambung (sampai kepada Nabi), diriwayatkan
oleh (perawi) yang adil dan dhabit sampai akhir sanad, tidak
ada kejanggalan dan berillat”.2

1
Wely Dozan, Muhamad Turmuzi, dan Arif Sugitanata, “KONSEP SANAD DALAM PERSPEKTIF ILMU
HADITS (Telaah terhadap Kualitas dan Kuantitas Hadits Nabi,” t.t.
2
Sintia Paramita, “PEMBAGIAN HADIS BERDASARKAN KUALITAS DAN KUANTITAS SANAD,” t.t.

2
b. Syarat-syarat Hadits Shohih
Menurut ta‟rif muhadditsin, maka dapat difahami
bahwa suatu hadits dapat dikatakan shahih, apabila telah
memenuhi lima syarat :
1. Sanadnya bersambung Yang dimaksud sanad
bersambung adalah tiap–tiap periwayatan dalam sanad
hadits menerima periwayat hadits dari periwayat terdekat
sebelumnya, keadaan ini berlangsung demikian sampai
akhir anad dari hadits itu.
2. Periwayatan bersifat adil Adil di sini adalah periwayat
seorang muslim yang baligh, berakal sehat, selalu
memelihara perbutan taat dan menjauhkan diridari
perbuatan – perbuatan maksiat.
3. Periwayatan bersifat dhabit Dhabit adalah orang yang
kuat hafalannya tentang apa yang telah didengarnya dan
mampu menyampaikan hafalannya kapan saja ia
menghendakinya.
4. Tida Janggal atau Syadz Adalah hadits yang tidak
bertentangan dengan hadits lain yang sudahdiketahui
tinggi kualitas ke-shahih-annya.
5. Terhindar dari „illat (cacat) Adalah hadits yang tidak
memiliki cacat, yang disebabkan adanya hal – hal yang
tidak bak, yang kelihatannya samar samar.3
c. Contoh Hadits Shohih
Adapun contoh hadits shahih di antara hadits-hadits
shahih adalah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan
Muslim, 42 mereka berdua berkata:

3
Sarbanun Sarbanun Sarbanun, “MACAM - MACAM HADITS DARI SEGI KUALITASNYA,” Ath Thariq
Jurnal Dakwah dan Komunikasi 2, no. 2 (1 Januari 2019): 345,
https://doi.org/10.32332/ath_thariq.v2i2.1292.

3
‫حدشنا قتيبة بن سعيد حدشنا جريرعن عمارة بن القعقاع عن ابى‬
‫ جاءرجل الى رسول ﷲ صل ﷲ عليه‬:‫زرعةعن ابى ھريرة قال‬
.‫ امك‬:‫ يا رسول ﷲ من احق بحسن صحا بتى؟ قال‬:‫وسلم فقل‬
‫ قال شم من؟قال ثم ابوك‬.‫ امك‬:‫ شم من؟ قال‬:‫ قال‬.‫ امك‬:‫ قال‬:‫قال‬
Artinya :
“Meriwayatkan kepada kami Qutaibah bin Sa’id, ia
berkata: “meriwayatkan kepada kami Jarir dari ‘Umarah
bin Al-Qa’qa dari Abu Zur’ah dari Abu Hurairah, ia
berkata: datang seorang laki-laki kepada Rasulullah saw.,
lalu berkata: Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling
berhak mendapatkan perlakuanku yang baik? Rasulullah
menjawab: Ibumu. Orang itu bertanya: kemudian siapa?
Rasulullah menjawab: Ibumu. Orang itu bertanya lagi:
kemudian siapa? Rasulullah menjawab: Ibumu. Orang itu
bertanya lagi: kemudian siapa? Rasulullah menjawab:
kemudian bapakmu.”4
d. Pembagian Hadits Shohih
Para ulama‟ ahli hadits membagi hadits–hadits
menjadi dua macam yaitu :
1. Hadits Shahih Li-Dzatih
Ialah hadits shahih dengan sendiriya, artinya hadits
shahih yang memiliki lima syarat atau kiteria
sebagaimana disebutkan pada persyaratan di atas, atau
hadits shahih adalah : “hadist yang melengkapi setinggi-
tinggi sifat yang mengharuskan kita menerimanya”
Dengan demikian penyebutan hadist shahih li dzatih
dalam pemakaiannya sehari-hari pada dasarnya cukup
memakai sebutan dengan hadist shahih.
Adapun contoh hadist Li-dzatih , yang artinya

4
Dozan, Turmuzi, dan Sugitanata, “KONSEP SANAD DALAM PERSPEKTIF ILMU HADITS (Telaah
terhadap Kualitas dan Kuantitas Hadits Nabi.”

4
“Dari Ibnu Umar ra. Rasulullah SAW bersabda: “Dasar
(pokok) Islam itu ada lima perkara : mengakui tidak ada
tuhan selain Allah dan mengaku bahwa Muhammad
adalah Rasul Allah , menegakkan Sholat (sembahyang),
membayar zakat, menunaikan puasa dibulan Ramadhan
dan menunaikan ibadah haji” (HR. Bukhari dan
Muslim).
2. Hadist Shahih Li-Ghairih.
Yang dimaksud dengan hadist Li-Ghairih adalah Hadist
yang keshahihannya dibantu adanya keterangan lain.
Hadist pada kategori ini pada mulanya memiliki
kelemahan pada aspek kedhabitannya.Sehingga
dianggap tidak memenuhi syarat untuk dikategorikan
sebagai Hadist shahih. Contoh hadist shahih LiGhairihi :
Artinya : “Dari Abu Hurairah Bahwasahnya Rasulullah
SAW bersabda: “sekiranya aku tidak menyusahkan
ummatku tentulah aku menyuruh mereka bersunggi
(menyikat gigi) disetiap mengerjakan Sholat.”(HR.
Bukhari dan Tirmidzi)
3. Kehujjahan Hadits Shohih
Kehujjahan Hadist Shahih Para Ulama‟ sependapat
bahwa hadist ahad yang shahih dapat dijadikan hujjah
untuk menetapkan syariat islam, namun mereka berbeda
pendapat, Apabila hadist kategori ini dijadikan untuk
menetapkan soal-soal aqidah.
Perbedaan di atas berpangkal pada perbedaan
penilaian mereka tentang faedah yang diperoleh dari
hadist ahad yang shahih, yaitu apakah hadist semacam
itu member faedah qoth‟i sebagaimana hadist mutawatir,
maka hadist-hadist tersebut dapat dijadikan hujjah untuk
menetapkan masalah-masalah aqidah.Akan tetapi yang

5
menganggap hanya member faidah zhanni, berarti
hadist-hadist tersebut tidak dapat dijadikan hujjah untuk
menetapkan soal ini.

Para ulama dalam hal ini berbeda pendapat, sebagai


berikut :

Pertama : menurut sebagian ulama bahwa hadist shahih


tidak memberi faidah qath‟i sehingga tidak bisa
dijadikan hujjah untuk menetapkan soal aqidah.

Kedua : menurut An-Nawawi bahwa hadist-hadist shahih


yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim memberikan
qaidah qath‟i.

Ketiga : Pendapat Ibn Hazm, bahwa semua hadist shahih


memberikan faidah qath‟i, tanpa dibedakan apakah
diriwayatkan oleh kedua ulama di atas atau bukan jika
memenuhi syarat ke shahih-hannya, adalah sama dalam
memberikan faidahnya.5

2. Hadits Hasan
a. Pengertian Hadits Hasan
Menurut bahasa, hasan merupakan sifat
musyabbahah dari kata al-husn, yang berarti al-jamal
(bagus). Sedangkan menurut istilah para ulama memiliki
definisi yang berbeda-beda megenainya, karena melihat
bahwa hadits hasan itu berada di tengah-tengah antara hadits
shahih dan hadits dhaif. Sebagian ulama cenderung
mendefinisikannya dengan mencakup salah satu dari dua
kategori tersebut. Akan tetapi, patokan umum definisi hadits
hasan adalah mengacu pada makna,

5
Sarbanun, “MACAM - MACAM HADITS DARI SEGI KUALITASNYA.”

6
‫الحدیث الحسن ھو الحد یث الذى اتصل سنده بنقل عدل خف ضبطھ غیر شا ذ وال‬
‫معلل‬

Yakni, hadits hasan adalah hadits yang bersambung


sanad-nya, diriwayatkan oleh rawi yang adil, yang rendah
tingkat kekuatan daya hafalnya, tidak rancu dan tidak cacat.6
b. Syarat-syarat Hadits Hasan
Syarat-syarat hadist hasan dapat dirinci sebagai berikut :
1. Sanadnya bersambung
2. Perawinya adil
3. Perawinya dhabit, tetapi ke dhabit-tanyaa di bawah ke
dhabitan perawi hadist hasan
4. Tidak terdapat kejanggalan (syadz)
5. Tidak ada illat (cacat)7
c. Pembagian Hadits Hasan
Para ulama hadist membagi Hasan menjadi dua
bagian yaitu :
1. Hadist Hasan Li-Dzatih
Yang dimaksud hadist hasan Li-Dzatih adalah
hadist hasan dengan sendirinya, yakni hadist
yang telah memenuhi persyaratan hadist hasan
yang lima. Menurut Ibn Ash-Shalah, pada hadist
hasan Li-Dzatih para perawinya terkenal
kebaikannya, akan tetapi daya ingatannya atau
daya kekuatan hafalan belum sampai kepada
derajat hafalan para perawi yang shahih.40
Contoh Hadist Hasan Li-Dzatih adalah sebagai
berikut :
Artinya :”Dari Ibnu Umar r.a. Rasulullah SAW
bersabda :Barang siapa menuntut ilmu
pengetahuan karena selain Allah atau bertujuan
selain Allah maka, tempatnya di dalam Neraka”.
2. Hadist Hasan Li-Ghairih Hadist Hasan Li-
Ghairih adalah hadist yang sanadnya tidak sepi
dari seorang mastur-tak nyata keahliannya, bukan
pelupa yang banyak salahnya, tidak tampak
adanya sebab yang menjadikannya fasik dan
matan hadistnya adalah baik berdasarkan
pernyataan yang semisal dan semakna dari

6
Dozan, Turmuzi, dan Sugitanata, “KONSEP SANAD DALAM PERSPEKTIF ILMU HADITS (Telaah
terhadap Kualitas dan Kuantitas Hadits Nabi.”
7
Paramita, “PEMBAGIAN HADIS BERDASARKAN KUALITAS DAN KUANTITAS SANAD.”

7
sesuatu segi yang lain”. Hadist Hasan Li-Ghairihi
ialah Hadist Hasan yang bukan dengan
sendirinya, artinya Hadist yang menduduki
kualitas Hasan, karena dibantu oleh keterangan
Hadist lain yang sanadnya Hasan. Jadi Hadist
yang pertama itu terangkat derajatnya oleh Hadist
yang kedua, dan yang pertama itu disebut Hadist
Hasan.
Contoh sebagai berikut : Rasulullah SAW,
bersabda :Hak bagi seorang Muslim mandi di
hari Jum‟at, hendak mengusap salah seorang
dari mereka wangi-wangian keluarganya, jika ia
tidak memperoleh airpun cukup dengan
wangiwangian”.(H.R.Ahmad)
Hadist dapat menjadi Hadist Hasan Li-Ghairih,
karena dibantu oleh Hadist yang lain semakna
dengannya atau karena banyak yang
meriwayatkannya.
3. Kehujjahan Hadist Hasan
Sebagaimana Hadist Shahih, menurut para ulama
ahli Hadist, bahwa Hadist Hasan, baik Hasan Li-
dzatihi maupun Hasan Li-Ghairihi, juga dapat
dijadikan hujjah untuk menetapkan suatu hukum,
harus diamalkan. Hanya saja terdapat perbedaan
pandangan diantara mereka dalam soal
penempatan Rutbah (urutannya), yang
disebabkan oleh kualitasnya masing-masing.8
d. Contoh Hadits Hasan
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, 45 ia
berkata, “Yahya bin Sa’id meriwayatkan hadits kepada kami
dan Bahz bin Hakim, ia mengatakan, “Meriwayatkan hadits
kepadaku, Bapakku dari kakekku, aku bertanya:
‫ قال‬.‫ ثم امك‬:‫ثم من؟ قال‬:‫ قال قلت‬.‫ امك‬:‫یارسول ﷲ من ابر؟ قال‬
‫ ثم من؟ قال امك ثم اباك ثم اال قرب فاالقرب‬:‫قلت‬
“Ya Rasulullah, kepada siapakah aku harus
berbakti? “Rasulullah menjawab, kepada ibumu. Aku
bertanya, lalu kepada siapa? Rasulullah menjawab, lalu
kepada ibumu, aku bertanya, lalu kepada siapa? Rasulullah,
Ibumu, kemudian bapakmu, kemudian kerabat terdekat dan
selanjutnya.”

8
Sarbanun, “MACAM - MACAM HADITS DARI SEGI KUALITASNYA.”

8
3. Hadits Dhaif
a. Pengertian Hadits Dhaif
Kata Dhaif menurut bahasa yang berarti lemah,
sebagai lawan dari Qawiy yang kuat. Sebagai lawan dari
kata shahih, kata Dhaif secara bahasa berarti Hadist yang
lemah, yang sakit atau yang tidak kuat.42 Secara
Terminilogis, para ulama mendefinisikan secara berbeda-
beda. Akan tetapi pada dasarnya mengandung maksud
yang sama, Pendapat An-Nawawi : “Hadist yang
didalamnya tidak terdapat syarat-syarat Hadist Shahih dan
syarat-syarat Hadist Hasan.
b. Pembagian Hadits Dhaif
1. Pembagian hadis dhaif ditinjau dari segi
terputusnya sanad
a. Hadis Muallaq
Hadis muallaq secara bahasa adalah isim
maf”ul dari kata ‘allaqa, yang berarti
“menggantungkan sesuatu pada sesuatu yang
yang lain hingga ia menjadi tergantung”.
Secara istilah hadis muallaq adalahhadis yang
dihapus dari awal sanadnya seorang perawi
atau lebih secara berturut turut.
Contoh hadis muallaq:
Hadis yang diriwayatkan oleh bukhari pada
mukaddimah bab mengenai “menutup paha”,
‘berkata abu musa,’”rasulullah saw menutupi
kedua kedua lutut beliau ketika utsman
masuk.”
b. Hadits Mursal
adalah hadis yang gugur dari akhir sanadnya,
seorang perawi sesudah thabi’i. Kata mursal
secara bahasa beerarti terlepas atau
terceraikan dengan cepat atau tanpa ada
halangan. Kata ini kemudian digunakan hadis
tertentu yang periwayatnya melepaskan hadis
tanpa terlebih dahulu mengaitkannya kepada
sahabat yang menerima hadis itu dari Nabi.
c. Hadits Munqhati’
1. Beberapa definisi tentang hadis
munqathi’ para ulama berbeda
pendapat sebagai berikut: Hadis
munqati’ adalah hadis yang sanadnya
terputus di bagian mana saja, baik

9
sanad terakhir atau periwayat pertama
(sahabat) maupun bukan sahabat
(selain periwayat pertama).
2. Hadis munqathi’ adalah hadis yang
bagian sanadnya sebelum sahabat
(periwayat sesudahnya) hilang atau
tidak jelas orangnya.
d. Hadits mu’an’na dan muannan.
Di samping hadis itu, hadis yang termasuk
kategori hadis dhaif karena sanadnya diduga
mengalami keterputusan adalah hadis al
mu’an’an dan almuannan. Kata al-mu’an’na
merupakan bentuk maful dari kata ‘an’ana
yang berarti periwayat berkata (dari....dari....)
secara bahasa berarti pernyataan periwayat:si
anu dari si anu. Kata al-muannan berasal dari
kata annana yang berarti periwayat berkata
(bahwa...bahwa...) yang menunjukkan bahwa
periwayat meriwayatkan hadis dari periwayat
lain dengan menggunakan metode.
e. Hadits mu’dhal.
Jika keterputusan secara bertutut-turut dan
terjadi di tengah sanad, maka hadisnya
dinamakan hadis mu’dhal. Kata mu’dhal
berasal dari kata kerja ‘adhala yang berarti
melemahkan, melelahkan, menutup rapat.
Atau menjadi bercacat. Kata mu’dhal
digunakan untuk jenis hadis tertentu karena
pada hadis itu ada bagian sanadnya yang
lemah, tertutup, atau cacat. Secara
terminologi, menurut Muhammad ‘Ajjaj al-
khathib, hadis mu’dhal adalah hadis yang
gugur dua orang sanadny atau lebih secra
berturut-turut.
f. Hadits mawquf dan hadis maqthu.
Hadis mawquf adalah hadis yang disandarkan
kepada sahabat nabi taua hadis yang
diriwayatkan dari para sahabat berupa
perkataan, perbuatan, atau persetujuannya.
Dilihat dari bahasa, kata mawquf berasal dari

10
kata waqafa yaqifu yang berarti di hentikan
atau diwakafkan. Maksudnya, hadis jenis ini
dihentikan penyandarannya kepada sahabat
dan tidak sampai kepada nabi.
2. Pembagian hadis dhaif karena periwayatnya tidak
adil
a. Hadits mawdhu
Hadits mawdhu adalah hadits dusta yang
dibuat-buat dan dinisbahkan kepada
rasulullah. Secara bahasa, mawdhu berarti
sesuatu yang digugurkan (almasqath), yang
ditinggalkan (al-matruk), dan diada-adakan
(al-muftara). Menurut istilah, hadits mawdhu
adalah pernyataan yang dibuat seseorang
pada nabi saw. Hadits mawdhu diciptakan
oleh pendusta disandarkan kepada rasulullah
untuk memperdayai.
b. Hadits matruk
Hadits matruk adalah hadits yang
diriwayatkan oleh periwayat yang tertuduh
sebagai pendusta. Menurut mahmud al-
Thahhan, sebab periwayat tertuduh dusta
adalah:
• Hadits yang diriwayatkan tidak
diriwayatka kecuali dari periwayat itu
dan bertentangan denga kaidah-kaidah
yang telah diketahui
• Diketahui periwayat berdusta dalam
pembicaraan kesehariaan, tetapi
belum terbukti pernah berdusta
tentang hadits nabi.
c. Hadits munkar
Hadits munkar berasal dari kata al-inkar
(mengingkari) lawan dari aliqrar
(menetapkan). Kata munkar digunakan untuk
hadits yang seakan mengingkari atau
berlawanan dengan hadits lain yang lebih
kuat. Dikalangan ulama hadits, hadits munkar
didefinisikan dengan:

11
• Hadits yang dalam sanatnya terdapat
periwayat yang mengalami
kekeliruan,kesalahan dan pernah
berbuat fasik.
• Hadits yang diriwayatkan oleh
periwayat yang dha’if bertentangan
dengan riwayat periwayat yang tsiqoh.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sementara dari segi kualitas, ia membagi hadits menjadi dua macam,
yaitu hadits yang maqbul dan hadits yang mardud. Kategori yang pertama
yakni maqbul dibagi menjadi dua, yaitu shahih dan hasan. Shahih pun
terbagi lagi, ada yang shahih lidzatihi dan shahih lighairi dzatihi. Begitupun
dengan hasan, ada yang hasan lidzatihi dan hasan lighairi dzatihi.
Sedangkan pada kategori mardud, terbagi kepada dua yaitu mardud yang
disebabkan oleh keterputusan sanad dan mardud yang disebabkan oleh
kecacatan pada rawi.
1. Hadits Shohih
Dari segi bahasa Shahih berarti dhiddus saqim, yaitu lawan kata dari
sakit. Sedangkan dari segi istilahnya, hadis shahih adalah hadis yang
sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari
sejak awalhingga akhir sanad, tanpa adanya syadz dan illat.
Ada 3 pembagian hadits Shohih :
a. Hadits Shohih Li-Dzatih
b. Hadist Shahih Li-Ghairih.
c. Kehujjahan Hadits Shohih
2. Hadits Hasan
Menurut bahasa, hasan merupakan sifat musyabbahah dari kata al-
husn, yang berarti al-jamal (bagus). Sedangkan menurut istilah para ulama
memiliki definisi yang berbeda-beda megenainya, karena melihat bahwa
hadits hasan itu berada di tengah-tengah antara hadits shahih dan hadits
dhaif.
Pembagian Hadits Hasan ada 3 :
a. Hadist Hasan Li-Dzatih
b. Hadist Hasan Li-Ghairih.
c. Kehujjahan Hadits Hasan
3. Hadits Dhaif
Kata Dhaif menurut bahasa yang berarti lemah, sebagai lawan dari
Qawiy yang kuat. Sebagai lawan dari kata shahih, kata Dhaif secara bahasa

13
berarti Hadist yang lemah, yang sakit atau yang tidak kuat.42 Secara
Terminilogis, para ulama mendefinisikan secara berbeda-beda. Akan tetapi
pada dasarnya mengandung maksud yang sama, Pendapat An-Nawawi :
“Hadist yang didalamnya tidak terdapat syarat-syarat Hadist Shahih dan
syarat-syarat Hadist Hasan.
Pembagian Hadits Dhaif ada 2 :
1. Pembagian hadis dhaif ditinjau dari segi
terputusnya sanad
2. Pembagian hadis dhaif karena periwayatnya tidak
adil

14
DAFTAR PUSTAKA
Dozan, Wely, Muhamad Turmuzi, dan Arif Sugitanata. “KONSEP SANAD
DALAM PERSPEKTIF ILMU HADITS (Telaah terhadap Kualitas dan
Kuantitas Hadits Nabi,” t.t.
Paramita, Sintia. “PEMBAGIAN HADIS BERDASARKAN KUALITAS DAN
KUANTITAS SANAD,” t.t.
Sarbanun, Sarbanun Sarbanun. “MACAM - MACAM HADITS DARI SEGI
KUALITASNYA.” Ath Thariq Jurnal Dakwah dan Komunikasi 2, no. 2 (1
Januari 2019): 345. https://doi.org/10.32332/ath_thariq.v2i2.1292.

15

Anda mungkin juga menyukai