Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh:
ILMU HUKUM
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul : Pembagian hadist ditinjau dari
segi kualitas hadist ( sahih, hasan dan dha’if ). Kami berharap dapat menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya dalam pembagian hadist.
Secara struktural hadits merupakan sumber ajaran islam setelah Al-Qur’an yang bersifat
global. Artinya, jika kita tidak menemukan penjelasan tentang berbagai problematika
kehidupan di dalam Al-Qur’an, maka kita harus dan wajib merujuk pada hadits.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama
proses penyusunan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii
BAB I ........................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................................. 1
BAB II ....................................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 2
A. PENGERTIAN HADIST................................................................................................................... 2
B. PEMBAGIAN HADIST ................................................................................................................... 2
1. HADIST SHAHIH ....................................................................................................................... 2
2. HADIST HASAN ........................................................................................................................ 4
3. HADIST DHAIF ......................................................................................................................... 5
BAB III ...................................................................................................................................................... 8
PENUTUP ................................................................................................................................................. 8
A. KESIMPULAN ............................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadits, oleh umat Islam diyakini sebagai sumber pokok ajaran Islam sesudah Al-
Qur’an. Dalam tataran aplikasinya, hadits dapat dijadikan hujjah keagamaan dalam
kehidupan dan menempati posisi yang sangat penting dalam kajian keislaman. Secara
struktural hadits merupakan sumber ajaran Islam setelah Al-Qur’an yang bersifat
global. Artinya, jika kita tidak menemukan penjelasan tentang berbagai problematika
kehidupan di dalam Al-Qur’an, maka kita harus dan wajib merujuk pada hadits. Oleh
karena itu, hadits merupakan hal terpenting dan memiliki kewenangan dalam
menetapkan suatu hukum yang tidak termaktub dalam Al-Qur’an.
Ditinjau dari segi kualitasnya, hadits terbagi menjadi dua yaitu, hadits Maqbul (hadits
yang dapat diterima sebagai dalil) dan haditst Mardud (hadits yang tertolak sebagai
dalil). Hadits Maqbul terbagi menjadi dua yaitu hadits Shahih dan Hasan, sedangkan
yang termasuk dalam hadits Mardud salah satunya adalah hadits Dha’if. Semuanya
memiliki ciri dan kriteria yang berbeda.
Kualitas keshahihan suatu hadits merupakan hal yang sangat penting, terutama hadits-
hadits yang bertentangan dengan hadits, atau dalil lain yang lebih kuat. Dalam hal ini,
maka kajian makalah ini diperlukan untuk mengetahui apakah suatu hadits dapat
dijadikan hujjah syar’iyyah atau tidak.
B. RUMUSAN MASALAH
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN HADIST
B. PEMBAGIAN HADIST
1. HADIST SHAHIH
1
Dikutip dari buku Memahami Ilmu Hadits oleh Asep Herdi
2
Oleh Ibnu Ash Shalah
2
Imam Al-Suyuti juga mendefinisikan hadits shahih dengan “hadits yang
bersambung sanadnya, dfiriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhobit, tidak
syadz dan tidak ber’ilat”.3
3
Oleh Imam Al-Suyuti
3
5. Hadits yang diriwayatkan orang lain memenuhi persyaratan Al-Bukhari
saja,
6. Hadits yang diriwayatkan orang lain memenuhi persyaratan Muslim saja,
7. Hadits yang dinilai shahih menurut ulama hadits selain Al-Bukhari dan
Muslim dan tidak mengikuti persyaratan keduanya, seperti Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan lain-lain.
2. HADIST HASAN
4
Perbedaan hadits Shahih dan hasan terletak pada kedhabithannya. Jika hadits
Shahih tingkat dhabithnya harus tinggi, maka hadits hasan tingkat
kedhabithannya berada di bawahnya. Contoh hadits Hasan adalah seperti hadits
yang diriwayatkan oleh Muhammad bin Amr bin al-Qamah, dari Salamah, dari
Abu Hurairah. Dalam hadits ini, hadits dikategorikan hasan dikarenakan
Muhammad bin Amr bin al-Qamah dikenal tingkat hafalannya yang tidak luar
biasa.4
3. HADIST DHAIF
4
Prof. Dr. Muhammad Alawi Al-Maliki (2006). Ilmu Ushul Hadits. Yogyakarta
5
dengan beberapa syarat: hadits tersebut berisi kisah, nashat-nasihat, atau
keutamaan amalan, dan tidak berkaitan dengan sifat Allah, akidah, halal-
haram, hukum syariat, bukan hadits maudhu’, dan tidak terlalu dhaif.”
Setiap hadis yang tingkatannya berada dibawah hadits hasan (tidak memenuhi
syarat sebagai hadis shahih maupun hasan) maka disebut hadits dho'if dan
hadis (seperti) ini banyak sekali ragamnya.
B. Penyebab Kedhaifannya
1. Terputusnya rantai periwayatan (sanad)
2. Adanya kelemahan/cacat pada seorang atau beberapa orang penyampai
riwayat (perawi) hadis tersebut.5 (Perawi yang sering berbohong, fasiq,
pelaku bid’ah dan tidak dikenali).
5
Mahmûd al-Ṭaḥḥân, Taysîr Muṣṭalah al-Ḥadîts, [Riyadh: Maktabah Maarif, 2010], h. 76-155.)
6
Muqadimmah Ibnu Shalah
6
(menyembunyikan sanad) dan tadlis Syuyukh (menyembunyikan
personal).
5. Mu'an'an: Hadis yang dalam sanadnya menggunakan lafal fulan 'an fulan
(riwayat seseorang dari seseorang).
6. Mudhtharib (guncang): Hadis yang diriwayatkan melalui banyak jalur dan
sama-sama kuat, masing-masingnya dengan lafal yang
berlainan/bertentangan (serta tidak bisa diambil jalan tengah).
7. Syadz (ganjil): Hadis yang menyelisihi riwayat dari orang-orang yang
tsiqah (terpercaya). Atau didefinisikan sebagai hadis yang hanya
diriwayatkan melalui satu jalur namun perawinya tersebut kurang
tepercaya jika ia bersendiri dalam meriwayatkan hadis.
8. Munkar: Hadis yang diriwayatkan oleh perawi kategori lemah yang
menyelisihi periwayatan rawi-rawi yang tsiqah.
9. Matruk: Hadis yang di dalam sanadnya ada perawi yang tertuduh berdusta.
10. Maudhu'(Hadis palsu): Hadis yang dipalsukan atas nama Nabi, di dalam
rawinya ada rawi yang diketahui sering melakukan kedustaan dan
pemalsuan.
11. Bathil: Sejenis Hadis palsu yang (jelas-jelas) menyelisihi prinsip-prinsip
syariah.
12. Mudraj: Perkataan yang diucapkan oleh selain Nabi yang ditulis
bergandengan dengan Hadits Nabi. Sehingga dapat dikira sebagai bagian
dari hadis. Umumnya berasal dari perawi hadisnya, baik itu sahabat
ataupun yang di bawahnya, diucapkan untuk menafsirkan, menjelaskan
atau melengkapi maksud kata tertentu dalam lafal hadis.
ف ِعبَ َادةْ َوإِنْ َكا َْن ََنئِ ًما َعلَ ْى فَِر ِاشِْه
ْ ِ لصائِ ُْم
َّ
Artinya : “Orang yang berpuasa itu tetap dalam ibadah meskipun dia tidur di
atas kasurnya“. (HR. Muhammad bin Ahmad bin Sahl).
Orang ini termasuk pemalsu hadits, sebagaimana diterangkan oleh Imam adz-
Dzahabi dalam kitab ad-Dhu’afa dalam kitab Silsilah ad-Dha’îfah wal
Maudhû’ah, no. 653 dan kitab Faidhul Qadîr, no. 5125.
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Derajat suatu hadits itu memiliki beberapa kemungkinan, bisa saja kita katakan
shahih, hasan, ataupun dhaif itu tergantung kepada 2 hal yaitu keadaan sanadnya dan
keadaan perawinya. Akan tetapi oleh para ulama telah diberikan kemudahan bagi para
peneliti hadits untuk mengetahui derajat hadits tersebut dalam kitab-kitab hadits
seperti yang paling terkenal adalah kitab “tahzibul kamal fi asmaail rijal” yang
menerangkan tentang keadaan perawinya, apakah dia itu pendusta, bid’ah, fasiq dan
yang lainnya. Akan tetapi semua ulama telah sepakat tentang keshahihan hadits yang
dikeluarkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim sehingga kita tidak perlu lagi
untuk meneliti atas keadaan sanad dan perawinya akan tetapi yang mesti ingat hadits-
hadits selain dari Imam Bukhari dan imam muslim mesti kita telaah kembali akan
keshahihannya.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://news.detik.com/berita/d-5588482/pengertian-hadits-menurut-bahasa-fungsi-dan-
kedudukannya
https://www.merdeka.com/jatim/mengenal-macam-macam-hadist-dan-pengertiannya-dalam-
agama-islam-kln.html
https://www.popbela.com/career/inspiration/romi-subhan/kumpulan-hadits-pendek/1
https://id.wikipedia.org/wiki/Hadits_Hasan#cite_ref-IuH_2-0
https://brainly.co.id/tugas/35068572
https://id.wikipedia.org/wiki/Hadis_Daif#
https://almanhaj.or.id/3950-hadits-hadits-dhaif-maudhu-yang-banyak-beredar-pada-bulan-
ramadhan.html