Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PEMBAGIAN ILMU HADIS

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Abu Azzam al-Hadi,M. Ag

Tim Penyusun :

Afifah Dwi cahyanti (05020222034)

Naura Syalaisha E (05010222020)

Amanda Putri Rahmita Aulia (05010222006)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2022

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................

A. LATAR BELAKANG.................................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................................3
C. TUJUAN MASALAH.................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................
A. HADIS DI TINJAU DARI SEGI KUANTITAS.......................................................4
B. PEMBAGIAN HADIS DARI SEGI KUALITAS.....................................................5
C. HADIS DI TINJAU DARI PENISBATAN DAN PEMBICARANYA....................8

BAB III PENUTUP...................................................................................................................


A. KESIMPULAN...........................................................................................................10

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hadis merupakan sumber hukum islam yang kedua setelah Al-Qur‟an. Sebelum
menerapkan sesuatu yang baru dalam hidup ada kalanya kita harus tau asal muasal kualitas
dari sesuatu perkataan juga perbuatan dari Nabi Muhammad ditulis dalam hadis. Hadis atau
al-hadits menurut bahasa al-Jadid yang artinya sesuatu yang baru. Hadis sering disebut
dengan al-Khabar yang berarti berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari
seseorang kepada orang lain.

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan banyak bermunculan penelitian tentang


kajian keilmuan islam, terutama dalam hadis banyak sekali bahasan dalam ilmu hadis yang
sangat menarik dan sangat penting untuk dibahas dan dipelajari, terutama masalah ilmu hadis.
Maka sebelum memakai hadis adakalanya kita harus tau kualitas dan kuantitasnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pembagian ilmu hadis?


2. Apa saja macam-macam hadis ditinjau dari segi kuantitasnya?
3. Apa saja macam-macam hadis ditinjau dari segi kualitasnya?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mendeskripsikan pembagian hadis secara kuantitas dan kualitas


2. Untuk mengkategorikan pembagian hadis dari segi kuantitas pada mutawatir dan ahad
3. Untuk mengkategorikan pembagian hadis dari segi kualitas, hasan, dan da‟if

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hadis Ditinjau Dari Segi Kuantitas

Penggolongan hadist dari segi kuantitasnya adalah pembagian hadist yang dilihat dari
banyaknya rawi yang meriwayatkannya yang memiliki sifat :

1. Hadits Mutawatir

Secara bahasa mutaawatir adalah isim fa’il dan dari bentuk dasar tawatur yang berarti
terus menerus atau berkesinambungan.mutawatir yakni suatu hadits yang di riwayatkan oleh
sekelompok orang dengan jumlah tertentu yang menurut kebiasaan mustahil bersepakat untuk
berdusta (Khatib al-Bagdadi). Dimana hadits mutawatir di bagi menjadi 2 macam , yakni:

A) Mutawatir Lafdzi :

Hadits mutawatir yang di riwayatkan oleh rawi yang banyak dan mencapai syarat-syarat
mutawir dengan makna hadits yang sama antara riwayat satu dengan lainnya. Contoh:

Rasulullah SAW. Bersabda,” barang siapa yang sengaja berdusta atas namaku, maka
hendaklah ia mempersiapkan tempat duduk di neraka”. Hadis ini diriwayatkan lebih dari 70
sahabat nabi, serta tiap tabah kok sanadnya diriwayatkan dari banyak periwayat (Mahmud Al
– Tahhan, Taisir Muatalah, 20)

B) Menurut ma‟nawi :

Hadits yang mempunyai tingkat susunan yang berbeda antara rawi satu dengan
lainnya.namun isi kandungannya sama.

C) Menurut amali :

Hadits yang mudah diketahuu bahwa hal itu berasal dari agama dan zelah mutawatir
diantara kaum muslim bahwa nabi melakukannya untuj melalukam hal yang serupa.

Contoh hadis mutawatir :

Dari Anas bin Malik ra, ia berkata: "Nabi SAW tidak mengangkat kedua tangannya dalam
doanya, kecuali dalam sholat istisqa'. Sesungguhnya beliau mengangkat kedua tangannya
hingga terlihat putih ketiaknya." (HR. Bukhari Muslim)

2. Hadis Ahad

Secara bahasa,lafadz ahad merupakan bentuk jama‟ dari kata ahad yang berarti satu.
Yakni hadist yang diriwayatkan dari satu jalur perawi.sedangkan menurut istilah adalah
hadist yang mencangkup banyak hadis tanpa mencapai derajat mutawatir. Macam-macam
hadist ahad sebagai berikut:

4
A) Hadist mashur :

Secara bahasa mashhur yang sama dengan muntashir yaitu sesuatu yang telah banyak
diketahui(popular).sedangkan menurut istilah hadist yang diriwayatkan lebih dari dua perawi
tanpa mencapai hadist mutawatir

B) Hadist „aziz

Hadist aziz jika secara bahasa adalah yabg sedikit wujudnya,yang sulit diperoleh,yang
mulia dan yang kuat.sedangkan secara istilah adalah hadist yang diriwayatkan dengan dua
jalur periwayatan,walaupun hal tersebut hanya ada pada tabaqah saja.pada salah satu hadist
yang diriwayarkan oleh anas ibn malik mwnceritakan bahwa kepada kami ya'qub bin ibrahim
berkata „Abd al-'aziz bin Suhaib dari anas dari nabi saw bersabda: „tidaklah beriman seorang
dari kalian hingga aku lebih dicintainya dari pada orang tuanya anaknya dan dari manusia
seluruhnya'

Dan selanjutnya diriwayatkan oleh empat oranv perawi yaitu dari Qaradah
diturunkan dua orang yakni shu'bah dan Husayn al-Mu'alim.dan dari abd al-aziz diriwayatkan
kepada dua orang pula yakni „abd al-warith dan ismail. Dan diriwayatkan kepada perawi
lebih banyak lagi.

A) Hadist Gharib

Hadist Gharib jika secara bahasa adalah asing,jauh dari negri,dan kalimat yang sulit
dipahami.Sedangkan secara istilah adalah hadist yang diriwayatkan hanya lewat satu jalur
perawi.contoh salah satu hadist gharib yakni hadist yang diriwayatkan oleh al-bukhari dan
muslim dari sumber abu hurayrah tentang cabang-cabang imam, Hadist ini diriwayatkan
melalui sahabat abu hurayrah kemudian diturunkan kepada Abu al-Salih.dan riwayat terakhir
diturunkan kepada al-bukhari.

Hadist ahad dibagi menjadi tiga bagian. Tidak terkait dengan shaih dan daif-nya
hadist.dan dapat diamalkannya atau tidak hadist tsb.tetapi tujuan hadist inj hanyaenjelaskan
sedikit atau banyaknya jalur periwayatan yang ada.

B. Pembagian Hadis Dari Kualitas

sedangkan dari segi kualitas sanad dan matannya, hadis dapat dibagi menjadi tiga,
yaitu hadis sahih, hasan, dan da‟if.

1. Hadis Sahih :

Hadis Sahih menurut difinisi Amr Ibn Al-Salah ialah hadis yang musnad yang sanadnya
berhubung melalui periwayatan orang yang „adil dan dabit(Ibn Hajar, 1984). „Adil
bermaksud orang lurus agamanya, baik pekertinya dan bebas dari kefasiqan dan hal yang
menjatuhkan keperwarakannya. Manakala dabit pula bermaksud orang yang benar-benar
sadar ketika menerima hadis, faham ketika mendengarnya dan menghafalnya sejak menerima

5
sampai menyampaikannya dengan penjagaan tulisannya dari perubahan, penggantian atau
penambahan dan terpeliharadaripada lupa. 1 Tidak boleh terdapat shaz yaitu hadis yang
diriwayatkan oleh seorang perawi thiqah bertentangan dengan orang yang lebih thiqah
darinya dan tidak terdapat ‘illat atau kecacatan. Hadis sahih dibedakan menjadi dua macam,
yaitu :

A) Sahih Lil Dzatti :

Ialah hadis yang sahih dengan sendirinya, artinya semua persyaratan sudah terpenuhi semua
syarat dan kriteria diatas.

Contoh hadis sahih lil dzatti :

Dari Ibnu Umar ra. Rasulullah SAW bersabda : “Dasar (pokok) Islam itu ada lima perkara :
mengakui tidak ada tuhan selain Allah dan mengaku bahwa Muhammad adalah Rasul Allah
,menegakkan Sholat (sembahyang), membayar zakat, menunaikan puasa dibulan Ramadhan
dan menunaikan ibadah haji”

(HR Bukhari dan Muslim)

B) Hadis Sahih Li Ghayrih

Ialah hadis yang mulanya berstatus hasan, namunterdapat jalur sanad yang lain. Atau
dengan kata lain ia adalah kumpulan beberapa hadis-hadis yang secara kualitas sama atau
lebih kuat darinya.

Contoh hadis sahih li ghayrih :

Dari Muhammad bin Amru dari Abu Salamah dari Abu Hurairah, Nabi saw bersabda,
“Sekiranya tidak memberatkan umatnya niscaya aku akan menyuruh mereka bersiwak setiap
kali salat.
(HR Tirmidzi)

Ibnu Shalah menjelaskan, Muhammad bin Amru bin „Aqlamah terkenal jujur dan sopan
akan tetapi ia bukan orang yang kuat hafalannya. Karena itu, sebagian ulama men-dhaif-kan
dia karena daya ingatnya buruk dan sebagian lainnya me-stiqah-kannya sebab kejujuran dan
kemuliaannya. Maka hadis yang demikian dinamakan hadis hasan. Akan tetapi tatkala
digabung dengan sanad yang berasal dari riwayat lain, yaitu hadis riwayat Imam Bukhari dan

1
Kamarul Azmi Jasmi,Hadis Sahih

6
Imam Muslim meriwayatkan dari jalur Abi al-Zinad dari al-A‟raj dari Abu Hurairah. Maka
kualitas hadis yang tadinya hasan bisa berubah menjadi hadis shahih li ghairihi.

2. Hadis Hasan

Hadis hasan hampir sama dengan hadis sahih, yaitu hadis yang rangkaian sanadnya
bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit, tidak terdapat syadz dan „illah.
Perbedaan dari kedua jenis hadis ini adalah kualitas hafalan perawi hadis hasan tidak sekuat
hadis sahih

Contoh hadis hasan :

“Sifat parfum laki-laki, baunya nampak sedangkan warnanya tersembunyi. Adapun sifat
parfum wanita, warnanya nampak namun, baunya tersembunyi.”

(HR. Tirmidzi, no. 2787; An-Nasa‟i, no. 5120)

3. Hadis Daif

Para ulama berbeda dalam mendifinisikan hadis daif, namun secara bahasa mereka
menyepakati bahwa daif itu lawan dari qawy (kuat)2, jadi hadis daif adalah hadis lemah.
Ulama memiliki perbedaan dalam mengistilahkan hadis daif. Ibn Salah sebagaimana dikutip
oleh Ahmad Dahlan dalam kumpulan tulisan ilmu sanad hadis sebagai “hadis yang tidak
memenuhi syarat hadis sahih dan hasan” 3, namun definisi ini dibantah oleh Zain al-Din al-
Iraqi yang mengatakan bahwa cukup menyebutkan hadis hasan tanpa menggunakan hadis
sahih, karena kalau hadis hasan tidak sampai derajat sahih4. Sedangkan, Muh Zuhri
mendifinisikan hadis daif sebagai “hadis yang tidak memenuhi syarat hasan karena sanadnya
ada yang terputus serta periwayatnya tidak dikenal dikalangan ulama hadis” 5

Para ulama berbeda dalam mendefinisikan hadis daif, namun dapat disimpulkan
bahwasanya hadis daif adalah hadis yang tidak sampai derajat hasan karena kelemahan, atau
karena sanadnya yang terputus, atau diantara periwayatnya ada yang cacat.

Contoh hadis daif :

Hadis da‟if karena terputusnya sanad di antaranya adalah hadis munqati‟,misalnya hadis yan
diriwayatkan oleh al-Nasa‟I dan Ibn Majah ;

2
Ma’sum Zein, Memahami Hadis Nabi
3
Muhammad Alfatih Suryadilaga (Ed), Ilmu Sanad Hadis
4
Muhammad Alfatih Suryadilaga (Ed), Ilmu Sanad Hadis
5
Muh. Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologinya

7
Muhammad bin Ubayd mengabarkan kepada kami, Muhammad bin 'Ubayd mengabarkan
kepada kami, katanya Ibn „Ayyash telah menceritakan kepada kami dari Mughirah dari al-
Harith al-„Ukli dari In Nujay dia berkata bahwa 'Ali ra, berkata, 'Aku mempunyai dua
kesempatan dari Rasulullah saw. untuk menemuinya, yaitu kesempatan di malam hari dan
kesempatan di siang hari. Apabila aku menemuinya di waktu malam, beliau berdehem
kepadaku"
Menurut Ibn Main dan al-Daruqutni, hadis ini mungati; karena ada persoalan pada seorang
rawi yang bernama „Abd Allah bin Nujay bin Salamah bin Jishm. Ia dinilai thiqah oleh al-
Nasä‟I dan Ibn Hibban. Namun sejatinya ia tidak mendengar langsung dari „Ali bin Abi-
Thalib, melainkan melewati bapaknya.

C. Hadis dari segi Penisbatannya di bagi menjadi empat yakni

1. Hadis Qudsi

Adalah hadis yang di sandarkan kepada Rasulullah Saw dan oleh beliau disandarkan
kepada AlahAllah SWT contohnya;

8
2. Hadits marfu'

Adalah hadis yang dikaitkan kepada Rasulullah SAW. Beberapa ulama menyatakan

dengan Al Hadith Al Nabawi, suatu pernyataan yang disandarkan kepada Rasulullah SAW
atau bersumber darinya, contohnya yakni;

3. Hadis mauquf

Adalah suatu hadits yang disandarkan kepada para sahabat Ra namun tidak sampai
kepada Rasulullah SAW atau pernyataan yang murni dari lisan para sahabat nabi seperti
ucapan Umar bin Al Khattab yang diriwayatkan oleh Al Tirmidzi : diriwayatkan dari „umar

ibn Al – Khattab, katanya,hitunglah diri kalian sebelum kalian dihitung persiapkanlah diri
kalian untuk hari semua dihadapkan (kepada Rabb yang Maha Agung), hisab (perhitungan)
akan ringan pada hari kiamat bagi orang yang selalu menghisap dirinya ketika di dunia.

4. Hadis maqtu’

9
Adalah riwayat yang dikaitkan kepada generasi setelah sahabat, yakni ketetapan
murni dari lisan generasi tabi‟in, tabi' Al - tabi‟in dan generasi setelahnya.contohnya :

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembagian hadis bila diti jau dati kuantitas perawinya dapat dibagi menjadi dua,yaitu
hadis mutawatir dan hadis ahad.Untuk hadis mutawatir juga dibagi lagi menjadi 3 bagian
yaitu:mutawatir ma'nawi dan mutawatir „amali.Sedangkan hadis ahad dibagi menjadi dua
macam,yaitu masyhur dan ghairu masyhur,sedangkan ghairu masyhur dibagi lagi menjadi
menjadi dua dua bagian yaitu,aziz dan ghairu „aziz.Sedangkan hadis bila ditinjau dari segi
kualitas hadis dapat dibagi menjadi dua macam yaizu hadis maqbul dan hadis mardud.Hadis
maqbul terbagi menjadi dua macam yaitu hadis mutawatir dan hadis ahad yang shahih dan
hasan,sedangkan hadis mardud adalah hadis yang dahif.

10
11

Anda mungkin juga menyukai