Dosen Pengampu:
Yuliana Dethan
i
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang ,yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Hadist ini, yang alhadulillah tepat pada waktunya. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW. Kami
ucapkan Terimakasih banyak kepada IBU Yuliana Dethan selaku dosen pengampu mata
kuliah ILMU HADIST yang senantiasa membimbing kami dalam menyelesaikan tugas
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak, yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami ucapkan “ jazakumullah khairan” kepada
semua pihak yang telah berperan serta dalam menyusun makalah ini dari awal sampai
selesai. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita, Aamiin ya rabbal
‘ alamiin...
ii
Muhajirun,13 Oktober 2023
Penyusun Makalah
DAFTAR ISI
...................................................................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
A.Kesimpulan ........................................................................................... 8
iii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 9
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam ilmu hadis terdapat beberapa pembagian. Salah satunya yaitu pembagian
hadis berdasarkan jumlah perawi yang menjadi sumber adanya suatu hadis tersebut. Dan
pembagian hadis ini, para ulama membaginya menjadi dua, yaitu hadis Mutawatir dan hadis
Ahad.
Dan pada hadis– hadis itu sendiri juga terdapat pembagian macam-macam hadisnya lagi.
Seperti pada hadis Mutawatir terdapat dua macam hadis, yaitu hadis mutawatir lafzhi dan
hadis mutawatir ma’ nawi. Sedangkan pada hadis Ahad terbagi menjadi tiga macam hadis,
yaitu hadis ‘ Aziz, hadis Gharib, Dan hadis Masyhur. Yang mana ketiga macam hadis Ahad
tersebut akan menjadi materi pembahasan kami pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan hadis ‘ Mashyur ?
2. Apa yang dimaksud dengan hadis Aziz ?
3. Apa yang dimaksud dengan hadis Ghorif?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengelompokkan dari hadis-hadis ahad.
2. Untuk memahami perbedaan dari hadis gharib, hadis aziz, dan hadis masyhur.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Secara bahasa, masyhur berarti yang sudah tersebut atau yang sudah popular.
Menurut istilah, hadist masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih,
namun tidak mencapai derajat mutawatir. Contoh :
اﻧﻤﺎ اﻷﻋﻤﺎل ﺑﺎاﻧﻴﺎت وإﻧﻤﺎ ﻟﻜﻞ اﻣﺮىء ﻣﺎ ﻧﻮى: ﻗﺎل رﺳﻮل اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ
Artinya : “
اذا ﺣﻜﻢ اﻟﺤﺎﻛﻢ ﻓﺎ ﺟﺘﻬﺪ ﺛﻢ اﺻﺎب ﻓﻠﻪ اﺟﺮان واذا ﺣﻜﻢ ﻓﺎﺟﺘﻬﺪ ﺛﻢ اﺧﻄﺎ ﻓﻠﻪ اﺟﺮ
Artinya :“
ﻛﻨﺖ ﻛﻨﺰا ﻣﺨﻔﻴﺎ ﻓﺎ ﺣﺒﺒﺖ ان اﻋﺮف ﻓﺨﻠﻘﺖ اﻟﺨﻠﻖ ﻓﺒﻲ ﻋﺮﻓﻮ ﻧﻲ
Artinya :“aku
3
B.Pengertian Hadist Aziz
Secara bahasa, ‘aziz berarti mulia atau kuat. Sedangkan secara istilah, hadis aziz adalah
hadis yang diriwayatkan oleh dua perawi saja, meskipun dalam satu thabaqah (tingkatan).
Contoh :
ﻻﻳﺆﻣﻦ أﺣﺪﻛﻢ ﺣﺘﻰ أﻛﻮن أﺣﺐ إﻟﻴﻪ ﻣﻦ واﻟﺪه ووﻟﺪه واﻟﻨﺎس أﺟﻤﻌﻴﻦ )رواه اﻟﺒﺨﺎرى و ﻣﺴﻠﻢ
)
Artinya: “
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Anas bin Malik dari Rasulullah, kemudian ia
riwayatkan kepada Qatadah dan Abd Al-Aziz bin Suhaib. Selanjutnya Qatadah
meriwayatkan kepada dua orang pula, yaitu Syu’ bah dan Husain Al-Mu’ allim.
Sedangkan dari Abd Al-Aziz diriwayatkan oleh dua orang, yaitu Abd Al-Waris dan Ismail
bin ‘ Ulaiyyah. Seterusnya dari Husain diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’ id dari Syu’
bah diriwayatkan oleh Adam, Muhammad bin Ja’ far,dan juga oleh Yahya bin Sa’ id.
Sedang yang dari Ismail diriwayatkan oleh Zuhair bin Harb dan dari ‘ Abd Al- Waris
diriwayatkan oleh Musdad dari Ja’ far diriwayatkan oleh Ibnu Al-Mustana dan Ibn
Basyar, sampai kepada Bukhari dan Muslim.
Dari definisi tersebut kami menyimpulkan bahwasannya suatu hadis dapat dikatakan
hadis ‘ aziz jika pada hadis tersebut diriwayatkan oleh dua orang perawi pada
4
thabaqat(tingkatan) pertama dan thabaqat seterusnya.Namun, jika perawi melebihi
dari ketentuan tersebut maka tidak dikatakan hadis aziz. Dan hadis aziz ini adalah
yang paling kuat seperti yang ditetapkanoleh Al-Hafidh Ibnu Hajar. Sebagian Ulama
berpendapat bahwa hadis aziz adalah hadis yang diriwayatkan oleh orang atau tiga
orang. Mereka tidak membeda-bedakan kasus ini dengan hadis masyhur.
Gharib menurut bahasa berarti al-munfarid (menyendiri) atau al-ba’id an aqaribihi (jauh dari
kerabtnya). Sedangkan menurut ulama ahli hadis, hadis gharib adalah hadis yang
diriwayatkan oleh seorang perawi yang menyendiri dalam menriwayatkannya.
Penyendirian rawi dalam meriwayatkan hadis itu, dapat mengenai personalia-nya, yakni
tidak ada orang lain yang meriwayatkannya selain rawi itu sendiri. Juga dapat mengenai
sifat atau keadaan sirawi. Artinya sifat atau keadaan sirawi itu berbeda dengan sifat dan
keadaan rawi-rawi lain yang juga meriwayatkan hadis tersebut.
اﻷﻋﻤﺎل ﺑﺎ ﻟﻨﻴﺎت
Artinya: Amal-amal itu (bergantung) kepada niatnya.
(اﻟﺤﺎﻛﻢ( اﺧﺒﺮ ﻧﺎ اﺳﻤﺎ ﻋﻴﻞ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻓﻀﻞ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ اﻟﻤﺴﻴﺐ ﻗﺎل ﺣﺪﺛﻨﻲ ﺟﺪي ﻗﺎل ﺣﺪﺛﻨﺎ
اﺑﻦ اﺑﻲ ﻣﺮﻳﻢ ﻋﻦ ﻳﺰﻳﺪ ﺑﻦ اﺑﻲ ﺣﺒﻴﺐ ﻗﻞ اﺧﺒﺮ ﻧﻲ اﺑﻮا ﻟﺤﺼﻴﻦ اﻻﺷﻌﺮي ﻋﻦ اﺑﻲ رﺣﻴﺎﻧﺔ واﺳﻤﻪ
ﺷﻤﻌﻮن ان رﺳﻮل اﻟﻠﻪ ص ﻧﻬﻰ ﻋﻦ اﻟﻤﺸﺎﻏﺒﺔ
5
Artinya: (Berkata Hakim): telah mengkhabarkan kepada kami, Ismail bin Muhammad bin Fadl
bin Muhammad bin Musaiyab, ia berkata: telah menceritakan kepada kami, Ibnu Abi Maryam,
dari Yazid bin Abi Habib, ia berkata telah mengkhabarkan kepadaku, Abul Hushain al-Asy’ ari,
dari Abi Raihanah, namanya Syam’ un, bahwa Rasulullah SAW. Melarang bergaduh dan
berfitnah.
Jadi hadis ini dikatakan sanad dan matannya sekali Gharib. Karena ia hanya mempunyai satu
sanad saja, sebagaimana tersebut, dan matannya tidak ada yang meriwayatkan, melainkan
Syam’ un.
Ditinjau dari bentuk penyendirian rawi seperti penjelasan di atas, maka hadis gharib terbagi
menjadi dua macam :
Dikatakan gharib mutlak, jika dalam salah satu tingkatan sanadnya terdapat hanya seorang
perawi yang meriwayatkan. Contohnya :
Gharib Nisbi yaitu apabila penyendirian itu mengenai sifat-sifat atau keadaan tertentu dari
seorang rawi. Contoh :
6
Adapun hadis gharib, jika dilihat dari sisi gharib sanad dan matan, maka para ulama
memambaginya menjadi tiga :
a. Hadis gharib pada matan dan sanad sekaligus. Hadis yang matannya diriwayatkan oleh
satu orang perawi saja. Bila suatu hadis telah diketahui sanadnya gharib maka matannya
juga berstatus gharib. Namun jika sanadnya tidak gharib, maka matannya bisa tidak gharib
dan juga bias gharib. Contohnya :
b. Hadis gharib pada sanadnya saja. Maksudnya, hadis yang dikenal matannya telah
diriwayatkan oleh sejumlah sahabat, kemudian ada seorang perawi yang meriwayatkan dari
salah seorang sahabat lain.
c. Hadis gharib pada sebagian matan. Seperti hadis tentang zakat fitrah :
ذﻛﺮ أو أﻧﺜﻰ،ﻓﺮض رﺳﻮل اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ زﻛﺎة اﻟﻔﻄﺮ ﻣﻦ رﻣﻀﺎن ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺣﺮ أو ﻋﺒﺪ
ﻓﺰاد ﻣﺎﻟﻚ ﻓﻲ ﻫﺬا اﻟﺤﺪﻳﺚ. ﺻﺎﻋﺎ ﻣﻦ ﺗﻤﺮ أو ﺻﺎﻋﺎ ﻣﻦ ﺷﻌﻴﺮ:ﻣﻦ اﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ
Dengan menambah : ﻣﻦ اﻟﻤ ﺴﻠﻤ ﻴﻦ
BAB
PENUTUP
7
KESIMPULAN
Dari penjelasan mengenai hadis diatas dapat kami simpulkan bahwa untuk
menentukan suatu hadis tersebut termasuk dalam hadis ahad yang didalamnya
terdapat pembagian berupa hadis aziz, hadis gharib dan hadis masyhur. Yang harus
diperhatikan adalah berapa jumlah perawi dalam hadis tersebut, sehingga hadis
tersebut dapat dikatakan sebagai salah satu dari hadis yang telah disebutkan tadi.
Namun tidak hanya dilihat dari jumlah perawinya saja, akan tetapi isi kandungan dari
hadis tersebut termasuk zhanny atau qath’i. Bila dia termasuk dalam zhanny berarti dia
termasuk dalam hadis ahad.
8
DAFTAR PUSTAKA