Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TASAWUF SEBAGAI MEDIA MEMAJUKAN PERADABAN


MANUSIA

Disusun untuk memenuhi mata kuliah: Akhlak dan Tasawuf

Dengan Dosen Pengampu : Drs. Amron BMS, M.Pd.I

Disusun Oleh :

Reni Miranda (10123017)

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR'AN DAN TAFSIR

SEKOLAH TINGGI ILMU SHUFFAH AL QUR'AN


ABDULLAH BIN MAS'UD ONLINE

2023
DaftarIsi

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii
BAB I ....................................................................................................................................... iii
PENDAHULUAN .................................................................................................................... iii
BAB II ...................................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 1
A.TASAWUFSEBAGAIMEDIAMEMAJUKANPERADABANMANUSIA.… … … … … 1.
POLEMIKTASAWUFH.A.R.
GIBB … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … .....

2. URGENSITASAWUFIBNUQAYYIMQALAM.........................................c...............
.................,.................

3. JALANTASAWUF..................................................................................................
..................................

4. TASAWUF SEBAGAI SPIRIT


ISLAM............................................… … … … … … … … … … … … … … ......................

5.TASAWUFDANSOSIAL.........................................................................................
................................

6.TASAWUFDANINTELEKTUALISME.....................................................................
..................................

BAB III

PENUTUP .................................................................................................................................
A
KESIMPULAN… … … ..… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
………………………………………………

B.
SARAN… … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … … …
…………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................


KATAPENGANTAR

Puji syukur kehadiratan Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada saya untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kedudukan Dan
Tujuan Tasawuf Dalam Islam tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas yang diberikan oleh Drs. Amron HMS,MPd.i selaku dosen pengampu mata
kuliah Ilmu Tasawuf. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang Kedudukan Dan Tujuan Tasawuf Dalam Islam .

Saya mengucapkan terima kasih kepada Drs. Amron HMS,Mpd.I selaku dosen
pengampu mata kuliah Ilmu Tasawuf. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang membantu proses penyusunan
makalah ini hingga selesai.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah ini.

Lampung, September 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan tasawuf merupakan corak pendidikan Islam yang bertujuan


membangun rohani dan jasamani manusia kearah yang sangat agamis.
Sebagaimanaseperti dikemukakan oleh Hamka bahwa “ Tasawuf adalah keluar
dari sifat tercela menuju sifat terpuji” .

1. Hamka berpendapat melalui Tasawuf


modernnya dan beberapa buku karangannya terkait tasawuf, telah menawarkan
konsep-konsep tasawuf yang dapat membentuk karakter seseorang menjadi
lebih baik. Konsep tasawuf Hamka sangat moderat bila dibandingkan konsep-
konsep tasawuf dari kebanyakan para sufi, khususnya di Indonesia.

2. Maka terlepas dari itu juga bahawa, dalam kajian-kajian keislaman, ilmu
tasawuf merupakan salah dimednsi spiritual dari ajaran islam. Hal ini di
sebabkan karena tasawuf memerlukan pendalaman ilmu dan bahkan
merupakan pengalaman yang bersifat rohani dan jasmani. Namun demikian
sebagian lainnya memandang tasawuf sebagai bagian dari ajaran islam yang
secara perlu di pelajara secara seksama menuju kehidupan yang hakiki.

3. Inti dari taswuf mendekatkan diri ataupun mencari jalan yang pas dalam rangka
pendekatan maupun pengabdian kepada yang maha Esa, hal ini hanya untuk
menjadikan diri di ridhai oleh Allah, sehingga kita bisa termasuk orang yang
dilindungi oleh Allah SWT.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Tasawuf Sebagai Media Memajukan Peradaban Manusia

1 Polemik Tasawuf H.A.R. Gibb,

pakar sejarah peradaban Islam terkemuka, mengemukakan bahwa kaum Muslim dari
kalangan ini memandang tasawuf sebagai “ pelestarian takhayul” , “ kemunduran
budaya” , atau penyimpangan dari “ Islam sejati” . Gibb tampaknya cukup sensitif
dengan realitas tasawuf sampai-sampai memahami bahwa sikap semacam ini
cenderung “ memupuskan ekspresi pengalaman keagamaan paling autentik” dari
Dunia Islam. Dalam perkembangannya, tasawuf sering menjadi obyek kritikan keras
baik dari muslim atau non-muslim. Kritik ini diargumentasikan dari sebagian para
pengikut tasawuf yang terlalu jauh tenggelam dalam dunia tasawuf sehingga terkesan
‘ lari’ dari kehidupan dunia. Bersifat a-sosial; bersifat terlalu spiritualistik, dengan
melupakan segi-segi kesalehan sosial atau substansial. Tasawuf juga sering
disejajarkan dengan spiritualisme isolatif; spiritualisme orang-orang yang lemah dan
egois, yang tidak tahan menghadapi kejahatan dan bahaya, kemudi.an lari ke `uzlah
tanpa mengindahkan aspek-aspek sosial. Dikalangan kaum Muslim berpendidikan
Barat dan berkecenderungan politik, tasawuf menjadi kambing hitam bagi
“ kemunduran” Islam. Menurut pendapat ini, tasawuf menjadi agama kaum awam
dan mengandung unsur-unsur takhayul yang diambil dari agama-agama lain atau
budaya-budaya lokal. Karena itu, agar Islam kembali berjaya-yang menurut para
pengkritik seperti itu mencakup sains dan tekhnologi modern- tasawuf haruslah
dienyahkan. Dari sini tasawuf sering diidentikkan dengan pelarian dari dunia kasat
mata menuju ke dunia spiritual, pelakunya menjadi individu yang egois, lari dari dunia
yang penuh dengan kebengisan, kedzaliman dan kejumudan. Tanggung jawab
tasawuf bukanlah dengan melarikan diri dari kehidupan dunia nyata, sebagaimana
dituduhkan oleh sementara orang yang kurang setuju terhadap tasawuf, akan tetapi ia
adalah suatu usaha untuk mempersenjatai diri dengan nilai-nilai rohaniah yang baru,
yang akan membentengi diri saat menghadapi problema hidup dan kehidupan yang
serba materialistik.

2. Urgensi Tasawuf Ibnu Qayyim Qalam

menyebut para pembahas ilmu ini telah sependapat bahwa tasawuf adalah moral.
Barang siapa di antara kamu semakin bermoral tentu jiwamu semakin bening.
Berawal dari moral yang baik, maka peradaban akan terbentuk suatu peradaban yang
lebih beradab. Contohnya pada saat Nabi Muhammad SAW membangun suatu
peradaban Islam di Madinah. Selanjutnya Syaikhul Islam Zakaria Al-Anshari
menyebutkan tasawuf adalah ilmu yang menerangkan hal-hal tentang cara
mensucikan jiwa, tentang cara pembinaan kesejahteraan lahir dan batin untuk
mencapai kebahagiaan yang abadi. Apabila hati telah bersih dari noda, seorang sufi
akan merefleksikan kebenaran sebagaimana adanya. Pandangannya akan terhindar
dari gangguan angan-angan, kesalahan, cinta diri (self love), atau kehendak mencari
keuntungan pribadi (profit seeking). Dalam keadaan hati yang bersih itu seorang sufi
akan mampu mempergunakan akal universal atau kesadaran hati
(heart-counsiosness) yang secara potensial sudah ada dalam dirinya.

Dengan demikian, nampak jelas bahwa tasawuf sebagai ilmu agama, khusus
berkaitan dengan aspek-aspek moral serta tingkah laku yang merupakan subtansi
Islam. Hakikat tasawuf adalah perpindahan sikap mental, keadaan jiwa dari suatu
keadaan kepada keadaan lain yang lebih baik, lebih tinggi dan lebih sempurna, suatu
perpindahan dari alam kebendaan kepada alam alami.

3. Jalan Tasawuf

Dalam tasawuf terhadap prinsip-prinsip positif yang mampu mengembangkan masa


depan manusia, seperti melakukan instropeksi (muhasabah) baik kaitannya dengan
masalahmasalah vertikal maupun horisontal, kemudian meluruskan hal-hal yang
kurang baik. Termasuk juga melakukan serangkaian kegiatan mental yang berat
seperti riyadhoh, mujahadah, khalwat, uzlah, muraqabah, suluk dan sebagainya.
Rumusan ajaran tasawuf klasik, khususnya yang menyangkut konsep zuhud sebagai
maqam yang diartikan sebagai sikap menjauhi dunia dan isolasi terhadap keramaian
duniawi, karena semata-mata ingin bertemu dan ma’ rifat kepada Allah SWT.
Tasawuf pada satu sisi memang tampak demikian, eksesif (berlebih-lebihan dan
menimbulkan ekses/negatif) dan eksklusif (bersifat tertutup dan terpisah dari yang
lain). Tetapi para sufi berkata bahwa kamu tidak akan mengerti tasawuf tanpa
menjalani praktek-praktek sufi, mengamalkan amalanamalan sufi. Gambaran utuh
tentang tasawuf hanya bisa dimengerti dengan kearifan hati yang mampu memahami
sesuatu dari berbagai segi. Diperlukan pengalaman ruhani yang tidak bergantung
pada metode indra dan pemikiran, tetapi dengan melatih amalan sedikit demi sedikit
sampai memunculkan cahaya pembimbing dalam hati. Cahaya ini akan semakin
terang ketika ia dapat membebaskan dirinya dari keterikatan dunia. Dalam tasawuf
terkandung makna yang luas dan dalam. Proses yang ketat, latihan yang istiqomah
dan tekad yang kuat dalam beramal akan menemukan makna hakikinya, makna
tasawuf secara positif. Adapun zuhud merupakan aspek praktis tasawuf yang pada
masa awalnya tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Ia
tampil dalam rangka memberikan solusi spiritual terhadap problema sosial, politik,
ekonomi dan budaya. Zuhud hakikatnya bukan menjahui dunia, tapi tiada keterkaitan
hati dengannya. Atau dalam ungkapan Abbas al-‘ Aqqad, seorang zuhud adalah yang
tidak dikuasai harta, walau dia memiliki harta. Imam Ghazali sendiri dalam Ihya
mengatakan, tidak ada seorangpun yang berpendapat bahwa zuhud berarti tidak
boleh memiliki harta. Yang ditekankan adalah tidak terkaitnya hati dengan harta.
Adapun untuk memasuki pintu tasawuf, atau sufi, ada beberapa tahapan yang lebih
tinggi dari sekedar membersihkan atau mengosongkan diri (takhali), mengisinya
kembali dengan nilai-nilai ilahiyah (tahalli) dan kemudian tajalli, atau merasakan
manifestasi Ilahi dalam kehidupan dunia ini.

4. Tasawuf Sebagai Spirit Islam

Tasawuf merupakan sebagai perwujudan dari ihsan, yakni penghayatan seseorang


terhadap agamanya. Dalam hadis diatas Rosulullah SAW menempatkan Al-Ihsan pada
posisi terakhir, yakni setelah Al-Iman dan Al-Islam. Hal ini memberi pengertian bagi
kita, bahwa derajat Al-Ihsan, yang bisa juga disebut dengan tasawuf, dapat dicapai
oleh seseorang jika ia telah beriman dengan sungguh-sungguh dan mengamalkan
islam secara sempurna. Karena AlIhsan merupakan perwujudan dari kuatnya Tauhid
dalam hati seseorang. Ihsan secara

terminologis mempunyai banyak makna yang berupa, indah, baik dan sempurna.
Makna yang terkandung secara terminologis tersebut tidak hanya berlaku pada
kondisi hubungan internal seorang individu dengan Tuhannya tetapi termanifestasikan
dalam bentuk hubungan antar manusia lewat etika dan moral. Tasawuf mengajarkan
bahwa perbuatan manusia didorong oleh bisikan hati. Itu sebabnya hati harus
dibersihkan dari hal-hal yang buruk, kemudian diisi dengan hal-hal yang baik. Kalau
hati terbiasa dengan hal-hal yang baik, maka bisikan hatinya akan baik, sehingga akan
melahitkan perbuatan yang baik pula. Sebaliknya, bila hati terbiasa dengan hal-hal
buruk, maka bisikan hatinya menjadi buruk, yang kemudian mendorongnya kepada
perbuatan buruk pula.

5. Tasawuf dan Sosial

Di dalam tasawuf ada ajaran-ajaran yang sangat berkaitan dengan kehidupan konkrit
yang menata hubungan antarsesama manusia. Esklusivitas dalam dunia tasawuf
adalah satu bagian stigma yang harus dipugar menjadi tasawuf yang lebih ramah
pada realitas, sehingga kemudian terciptalah satu tasawuf yang inklusif. Nilai-nilai
yang terkandung dalam tasawuf adalah nilai-nilai Islam, dalam hal ini termasuk ajaran
yang disebut futuwwah dan Itsar. Doktrin ini sangat prinsipil dalam tasawuf, yakni mau
mengorbankan apa saja yang dimilkinya. Sejalan dengan futuwwah ialah al-Itsar, yaitu
mementingkan orang lain daripada diri sendiri. Sepintas lalu nilai itsar tidak mengenal
kompetisi, karena kompetesi mengandung nilai yang kebalikannya, yaitu
mendahulukan diri sendiri daripada orang lain. Jika futuwwah mempunyai banyak titik
berat pada dampak perseorangan, maka alItsar mempunyai dampak sosial. Sikap
menyantuni kaum lemah, mendorong untuk melakukan tindakan yang mencerminkan
solidaritas sosial. Bersamaan dengan kecintaan kepada orang miskin ini ada sikap
lain yang mnyertainya, yakni sikap menahan diri untuk tidak hidup mewah. Sikap-sikap
seperti itu, hanya ada pada diri seorang (sufi) yang telah benar-benar menghayati
agama Islam.

6. Tasawuf dan Intelektualisme

Intelektualisme adalah ruh peradaban Islam. Tak sulit melacak peran serta kaum sufi
dalam ranah intelektual. Tokoh-tokoh fikih seperti Imam Syafii, Imam Malik dan para
mujtahid lainnya adalah kaum sufi seperti al-Nawawi yang dikenal sebagai Quthbil
Aqthab pada masanya, tak kalah pula Imam Subki, Abdul Wahab As Sya’ rani dan
tokoh lainnya. Dalam literatur Islam ditemukan banyak fakta bahwa tasawuf sejalan
dengan ilmu pengetahuan dan semangat intelektualisme. Dalam sejarah ilmu
pengetahuan Islam, al-Farabi adalah sufi yang brilian. Konon, dia membaca buku fisika
Ariestoteles tidak kurang dari 40 dan De Animenya Ariestoteles 200 kali. Ia menulis
Ihshan al-Ulum(ensiklopedi sains yang pertama). Ia menulis Madinah al-Fadhilah
(buku sosiologi dan politik). Al-Farabi adalah seoang raksasa dalam sains Islam,
tetapi hal itu tidak pernah mengahmbatnya menjadi sufi. Salah seorang murid
al-Farabi mendirikan kelompok pecinta ilmu pengetahuan di Baghdad pada tahun 970
Kelompok ini menghidupkan tradisi intelektual yang mulai terancam di zaman itu. Tiga
belas tahun kemudian, mungkin diilhami oleh kelompok murid al-Farabi ini, di Bashrah
berdiri Ikhwan al-Shafa yang ingin memperbaiki umat Islam, menyucikan mereka
secara moral, spiritual dan politik. Ikhwan alShafa adalah semacam gerakan sufi
sebagai gerakan ilmu pengetahuan. Mereka berkumpul,

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tasawuf ialah usaha melatih jiwa yang dilakukan dengan sungguh-sungguh,


yang dapat membebaskan manusia dari pengaruh kehidupan duniawi untuk
bertaqarrub kepada Tuhan sehingga jiwanya menjadi bersih, mencerminkan akhlak
mulia dalam kehidupannya, dan menemukan kebahagiaan spiritualitas.

Setiap agama memiliki potensi untuk melahirkan bentuk keagamaan yang


bersifat mistik. Dalam Islam, keagamaan yang bersifat mistik itu dikenal dengan nama
tasawuf. Kaum orientalis menyebutnya sufisme. Kajian-kajian tasawuf tidak lain
adalah mementingkan aktivitas untuk kebersihan batin dan kesucian jiwa,
mementingkan aktivitas untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT (taqarrub) dan
sampai kepada-Nya.

Tujuan akhir dari sufisme adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak
mutlak Tuhan, karena dialah penggerak utama dari semua kejadian di ala mini dan
penanggalan secara total semua keinginan pribadi dan melepas diri dari sifat-sifat
buruk yang berkenaan dengan kehidupan duniawi serta pemusatan diri pada
perenungan terhadap Tuhan semata, tiada yang dicari kecuali dia.

B. Saran
Kami mengharapkan kepada pembaca untuk lebih mempelajari secara
mendalam tentang kedudukan dan tujuan tasawuf dalam Islam, karena kami merasa
makalah ini kurang lengkap dan kurang sempurna. Untuk itu kami sebagai pemapar
makalah sangat mengharapkan kritikan atau saran dari kawan-kawan demi
membaiknya makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Munandar, Siswoyo Aris. "TASAWUF SEBAGAI KEMAJUAN PERADABAN: STUDI PERKEMBANGAN


SOSIAL DAN EKONOMI TAREKAT IDRISYYIAH DI TASIKMALAYA." 22.1 (2023): 208-233.

Anda mungkin juga menyukai