Kelompok 7 :
Mohammad firdaus
Muhammad ikhsan
Aldi saputra
PARUNG BOGOR
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul: ”Pokok-
pokok Ajaran Islam”. Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari
penghabisan.
Atas bimbingan dan saran dari teman-teman maka disusunlah Makalah ini, semoga dengan
tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi tugas dari mata
kuliah Akhlak Tasawuf dan semoga segala yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan. Makalah
ini disajikan khusus dengan tujuan untuk member arahan dan tuntunan agar yang membaca bisa
menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.
1. Dosen Pembimbing mata kuliah Akhlak Tasawuf, Ust. Abdul jalil M.Pd
2. Semua pihak yang telah membantu demi terbentuknya Makalah.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat membangun
kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya
milik Allah SWT semata.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL............................................................................................. ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 5
4.1. Simpulan................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 19
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Pengembangan akhlak tasawuf sendiri merupakan salah satu misi mulia dari Nabi Muhammad
SAW. Akhlak tasawuf dari Nabi Muhammad yang prima merupakan salah satu faktor yang
mendasari kesuksesan syiar dakwah kenabiannya.
Akhlak dapat diartikan sebagai tingkah laku dari seseorang yang didasari oleh rasa ingin untuk
melakukan suatu hal baik. Akhlak sendiri berasal dari bahasa Arab yakni khuluk. Khuluk
memiliki arti sebagai tingkah laku, perangai dan juga tabiat.
Seseorang dapat dikatakan memiliki akhlak baik jika perbuatan baik dari orang tersebut
dilakukan secara berulang-ulang dan dilakukan baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Tidak
dapat dikatakan seseorang berakhlak baik jika tingkah laku baiknya hanya pada saat-saat tertentu
saja.
Akhlak haruslah sesuatu yang tidak dipaksakan dan timbul dengan sendirinya dari lubuk hati
untuk melakukan suatu kebaikan. Melakukan tindakan kebaikan tidak melalui pemikiran panjang
atau pertimbangan yang terlalu lama dalam mengambil keputusan sehingga terkesan ada unsur
keterpaksaan di dalam tindakan orang tersebut.
Tasawuf atau yang bisa juga disebut sebagai sufisme adalah sebuah ilmu untuk mendapatkan
jalan dalam penyucian jiwa, penjernihan akhlak serta membangun lahir dan batin yang bertujuan
untuk mendapatkan kebahagiaan abadi.
Tasawuf pada awal perkembangannya adalah salah satu aliran dalam islam yang bertujuan untuk
menjauhi hal-hal yang bersifat duniawi. Pada akhirnya aliran ini menghasilkan sebuah aliran atau
tradisi mistis dari islam. Awal kemunculan pemikiran sufi adalah di Timur Tengah dan sekarang
tradisi sufi telah menyebar ke seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia.
Akhlak dan Tasawuf memiliki beberapa persamaan yang saling bersinggungan satu sama lain.
Persamaan antara akhlak dan tasawuf antara lain sama-sama sejalan dengan firman Allah SWT
yakni sama-sama mengajarkan untuk berbuat baik kepada seluruh umat manusia, menjaga
lingkungan alam agar tetap lestari, saling menyayangi antar umat manusia dan tidak angkuh.
Manusia yang memiliki akhlak mulia tidak akan bersifat sombong karena kesombongan
bukanlah ajaran yang diteladankan oleh Nabi Muhammad SAW.
Begitu pula dengan tasawuf atau sufi karena di dalam aliran sufi sudah tidak lagi memikirkan
duniawi atau harta benda maka di dalam hidup para penganut sufi pun tidak ada rasa sombong
dan tinggi hati.
Perbedaan dari akhlak dan tasawuf adalah pada pengertiannya itu sendiri. Akhlak dan tasawuf
adalah dua hal yang berbeda dan tidak sama. Tasawuf adalah sebuah ilmu yang mengajarkan
tentang bagaimana manusia harus membersihkan hati dan selalu berdzikir kepada Allah SWT.
Para sufi haruslah menghindari hal-hal yang berbau kesenangan duniawi dan tidak boleh tergiur
akan daya tarik duniawi yang menyesatkan.
Akhlak adalah sebuah hasil atau refleksi dari penerapan ilmu tasawuf yang diterapkan di dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan ilmu tasawuf di dalam kehidupan diharapkan
manusia dapat berbuat lebih baik dan menghindari hal-hal negatif yang berseberangan dengan
ajaran islam.
2.2 Sejaran Dan Muncul Nya Tasawuf Abad Pertama dan Kedua Hijriah
1.1 Aliran Madinah
Di Madinah sejak awal sudah banyak bermunculan para sufi. Mereka berpegang
teguh pada Al-Quran dan Al-Hadist serta menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai
panutannya. Begitu juga dengan para sahabat, mereka sangat mencintai Allah serta
Rasul-Nya. Perkembangan tasawuf di aliran Madinah berawal dari para sahabat, antara
lain :
a. Abu Bakar
Abu bakar merupakan saudagar kaya dari quraisy. Beliau adalah sosok yang
sangat sederhana. Orang penerus rasul ini, tidak pernah sulit untuk mengeluarkan
hartanya dijalan Allah SWT. Buktinya, ketika perang tabuk, khalifah pertama ini
memberikan seluruh hartanya kepada pasukan rasul yang akan berperang. Baginya,
harta tidak ada artinya, yang berarti hanya Allah dan Rasul.
b. Umar bin Khattab
Umar adalah salah satu sahabatyang paling dekat dengan rasul. Beliau selama
jadi khalifah sangat perhatian terhadap rakyat. Iya sangat khawatir jika mendengar
ada salah satu rakyat sengsara. Jika ia melihat sendiri rakyatnya sengsara, maka ia
langsung begegas menanganinya sendiri. Sama dengan abu bakar, umar juga sosok
yang sederhana, bahkan kesederhanaanya ia terapka dikeluarganya. Karena terlalu
sederhananya, pakaian yang ia pakai sehari-hari bisa dibilang tidak pantas untuk
seorang khalifah.
c. Usman bin Affan
Khalifah satu ini punya julukan Dzu An-Nurain karena menikahi dua putri
rasul. Khalifah ketiga ini sangat berperan penting dalam pengembangan islam sejak
awal perjuangan. Sebelum masuk islam dia adalah pedagang besar yg terkenal.
Kekayaannya berlimpah ruah. Dan ketika masuk islam, ia serahkan sebagian besar
hartanya untuk pasukan perang dan kaum miskin yang teraniaya. Tingkat kesufian
khalifah ini sangat tinggi, dia tak goyah akan harta yang sejatinya hanya bersifat
duniawi saja.
d. Ali bin Abi Thalib
Ali merupakan salah satu orang yang pertama masuk islam dikalangan anak-
anak. Seperti khalifah-khalifah sebelumnya, ali juga sosok yg sederhana. Dia
berpendapat bahwa sederhana adalah mulia. Hal itulah yang menandakan ali seorang
sufi.
1.2 Aliran Basrah
a. Al-Hasan Al-Basry
Nama lengkapnya adalah Al-Hasan bin Abi Al-Hasan Abu Said. Dia lahir di
Madinah pada tahun 21 H/624 M. Beliau meninggla di Basrah pada tahun 110 H/728
M. Ia adalah putra dari Zaid bin Sabit.
b. Rabiah Al-Adawiyah
Ummu Al-Khair Rabiah binti Ismail Al-Adawiyah Al-Qisiah adalah nama
lengkapnya. Ia lahir dikeluarga yang miskin didaerah basrah pada tahun 96 H/713
M.
Semua berawal ketika dia dibeli oleh seseorang seharga 6 dirham. Selama
bekerja , ia diperlakukan dengan kasar dan bengis. Setiap malam ia sempatkan
beribadah kepada Alllah SWT. Suatu malam sang tuan mendengar doa dari Rabiah,
dan luluhlah hati sang tuang ketika mendengar doa tersebut. Pada akhirnya
dibebaskanlah Rabiah oleh tuannya.
Setelah dibebaskan, ia lebih mendekaktkan diri pada Allah dengan tidak memilih
hidup miskin dan menjauhi kegemerlapan dunia. Saat itulah ia dihormati oleh orang-
orang zuhud dimasanya serta dianggap seorang sufi perempuan pertama.
c. Malik bin Dinar
Ibnu Khallikan menjelaskan bahwa Malik adalh seorang ilmuan yang asketik
dan rendah hati, bahkan ia adalah seorang yang suka merendah dan tidak mau
makan kecuali darihasil kerjanya sendiri. Ia bekerja sebagai penulis mushaf dengan
diupah. Asy-Sya’rani mengemukakan bahwa malik makan dari hasil kerja mencari
pelepah kurma.
Corak tasawuf yang menonjol pada aliran basrah adalah rasa takut yang
berlebih, kata Ibnu Taimiyah. Hal itu dikarenakan adanya kompetisi antara mereka
dan para sufi kuffah.
1.3 Aliran Kuffah
Aliran kuffah bercorak idealistis, menyukai hal aneh dalan nahwu, imajinasi dalam
puisi, dan harfiah dalam hadist. Mereka cendrung pada aliran syiah dan murjiah. Hal itu
dikarenakan syiah adalah aliran kalam yang pertama kali muncul di Kuffah. Berikut
beberapa tokoh syiah di Kuffah, antara lain :
a. Sufyan Ast-Sauri
Nama lengkapnya adalah Abdullah Sufayyan bin Said bin Masruq Asy-Sauri Al-
Kufi. Dia seorang tabi’in pilihan dan seorang zahid yang jarang ada tandingannya,
bahkan merupakan seorang hadist terkenal.
Sufyan Ast-Sauri selam hidupnya diisi dengan pengabdian secara tasawuf dan
aktif mengjarkan ilmu yang ia miliki. Pendiriannya sangat teguh dan tidak mau
mendekati penguasa. Suatu ketika ia dipanggil menhadap oleh khalifah Al-Manshur
untuk mempertanggung jawabkan sikapnya terhadap penguasa. Ia tetap lantang
pembicaraannya dihadapan khalifah, sehingga banyak orang yang mengira bahwa
ia pasti dipenjara, namun hal itu tidak terjadi.
b. Ar-Rabi’ bin Khatsim
Dia pernah berkata pada saudaranya, bahwa seseorang harus bisa melindungi
dirinya sendiri, jika tidak akan hancur. Apabila yang dilakukan bukan karena
mengharap karunia Allah, maka sia-sia. Dia lebih suka menjadikan dirinya
tertimpa cobaan hidup, ketimbang cobaan akhirat.
1.4 Aliran Mesir
Ada beberapa tokoh sufi Maesir abad pertama Hijriah, antara lain : 1. Salim bin
Atar At-Tajibi 2. Abdurrahman bin Hujairah 3. Nafi’ 4. Lais bin Saad 5. Hayyan bin
Suraih 6. Abdullah bin Wahab
Pada abad pertama para sufi hanya berada di kota sekitar kota madinah.
Contohnya, Mekah, Kuffah, Basrah dan kota lainnya.
Pada abad pertama dan kedua tasawuf memiliki karakteristik secara umum, antara
lain :
1. Menjauhi hal yang bersifat duniawi demi meraih pahala.
2. Praktis, maksudnya hidup dalam ketenangan dan kesederhanaan, sedikit
makan dan minum, banyak beribadah dan berserah diri pada Allah SWT.
3. Motivasi tasawuf adalah rasa takut kepada Allah SWT.
Upaya untuk mengembangkan ajaran tasawuf diluar kota bagdad, diplopori oleh
beberapa ulama’ tasawuf yang terkenal alimnya, antara lain:
1. Musa al Al-shary
2. Abu Hamid bin Muhammad Ar Rubazi
3. Abu Zain Al Adamy
4. Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahhab Asy Syaqofy
Ciri-ciri lain yang terdapat pada abad ini adalah semakin kuatnya unsur filsafat
yang mempengaruhi corak tasawuf karena banyaknya buku filsafat yang tersebar di
kalangan umat islam.
Tenggelamnya aliran kedua pada abad kelima disebabkan berjayanya aliran teologi
ahlussunnah wal jama’ah karena keunggulan imam Abu Al-Hasan Asy’ari atas aliran-alira
lainnya, dengan kritikannya yang keras terhadap keekstreman taswuf Abu Yazid Al-Bustami
dan Al-Hallaj ataupun para sufi lain yang ungkapannya ganjil. Oleh karena itu, tasawuf di
abad kelima cenderung mengadakan pembaharuan, yaitu dengan mengembalikannya pada
landasan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
a. Al Qusyairi
Al Qusyairi adalah seorang tokoh sufi utama dari abad kelima Hijriah.
Kedudukannya demikian penting mengingat karya-karyanya tentang para sufi dan
tasawuf aliran sunni pada abad ketiga dan keempat Hijriah, menyebabkan
terpeliharanya pendapat dan khazanah tasawuf pad masa itu, baik dari segi teoretis
atau praktis.
a. As-Suhrawardi Al-Maqtul
Nama lengkapnya adalah Abu Futuh Yahya bin Hasby bin Amrak, ia bergelar
Syihabuddin dan juga dikenal sebagai Al-Hakim. Ia wafat karna terbunuh di
Halb oleh kerena itulah, ia dikenal denagn Al-Maqtul(yang terbunuh), untuk
membedakan dengan sufi lainnya.
Ia mula-mula belajar filsafat dan ushul fiqih pada Asy-Syekh Al-Imam
Majdudin Al-Jilly di Alepon. Bahkan, sebagian besar ulama’ dari berbagai
disiplin ilmu agama di negeri itu, telah ia kunjungi untuk menimba ilmu
pengetahuannya.
Dalam ajaran tasawufnya, ia berpendirian bahwa Allah SWT adalah
Nur(cahaya) dari segala nur. Dari Dialah keluar nur-nur yang lain, baik alam
fisik maupun alam rohani.
Ia mengklasifikasikan pencipta ilmu pengetahuan itu menjedi tiga macam,
yaitu:
1. Penganut hikmah dengan menggunakan akal semata yang dinamai filsuf,
2. Penganut hikmah yang bertujuan mencari kebenaran Tuhan, yang dinamainya
sufi,
3. Penganut hikmah yang menggunakan akal mementingkan rasa untuk
mendapatkan Tuhannya, yang dinamai filsuf ketuhanan. Inilah yang
dianggapnya sebagai nilai yang paling tinggi,
Ia pun megatakan bahwa segala segala ma’rifat adalah ilham. Untuk
mencapainya, manusia harus memperkuatkan perasaan batinnya, denagn cara
mengurangi makan dan memperbanyak bangun malam.
b. Al- Ghaznawy
Ia merupakan pelanjut ajaran tasawuf dari Abu Sa’id Al-Khurasany yang
dikanal sebagai sufi yang aktif mengajarkan ilmu nahwu pada abad kelima
Hijriah.
Al-Ghazawy mengamalkan ajaran tasawufnya dengan melakukan zikir,
dengan diikuti oleh murid-muridnya yang duduk melingkarinya sambil
menggoyang-goyangkan badannya.
Sebagai murid Abu Sa’id, ia pun menganut ajaran Wihdatul Wujud, lalu
ajaran itu diajarkan lagi pada murid-muridnya, sistem yang digunakan adalah
syair-syair yang gubahnya. Pada abad kelima Hijriah, Imam Al-Ghazali telah
mengembalikan citra ahli tasawuf di kalangan umat islam, dengan
memepertemukan ilmu dzhir (ilmu syariat) dengan ilmu batin (ilmu tasawuf).
1.2 Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketujuh Hijriah
Ada beberapa ulama’ yang berpengaruh pada abad ini, diantaranya.
a. Ibnu Faraidh
Ibnu Faridh lahir di siria dan wafat di mesir. Ia adalah pelanjut ajaran
Wihdatul Wujud yang telah diajarkan oleh Muhyyidin Ibnu Arabipada abad
sebalumnya. Dalam kitab karangannya, yang terdiri atas gubahan-gubahan
syair yang berjudul Ath-Thaiyatul Kubra, terdapat kesamaan tekanan
uraiannya dengan kitab karangan Al-Arabi. Ia menguraikan bahwa cintalah
yang membakar jiwanya sehingga ia selalu ingin ittishal (berhubungan) dan
ittihad (bersatu) dengan Tuhannya dalam tasawuf.
b. Ibnu Sabi’in
Ibnu Sabi’in lahir di Spanyol dan wafat di Mekah. Semula ia dikenal
sebagai ulam’ fiqh, kemudian ia berpindah pada tasawuf, sampai ia erhasi
menduduki posisi imam (syekh tasawuf) pada masa itu. Ia sering
mengeluarkan pemikiran yang terlalu bebas dan di anggap ganjil oleh syariat.
Pemikiran-pemikiran yang telah di kemukakan antar lain:
1. Mengapa Muhammad bin Abdillah mempersempit alam yang luasini,
dengan mengatakan bahwa tidak ada lagi sesudahnya.
2. Orang-orang yang bertawaf keliling Ka’bah seperti keledai yang
berputar- putar mengelilingi kilangan.
Karena terdapatnya ajaran tasawuf yang menyimpang dan beberapa
ulamu menentangnya agar tidak menyebar pada masyarakat. Dan di
kabarkan bahwa tuduhan terhadap Ibnu Sabi’in sangat membahayakan
agama islam, akhirnya ia bunuh diri karena tidak dapat menghindari
dan memeela dirinya dari tuduhan dan hinaan.
1.3 Perkembangan Tasawuf pada Abad Kedalapan
Memasuki abad kedelapan, tidak terdenagn lagi perkembangan dan pemikiran
baru dalam tasawuf. Meskipun banyak pengarang kaum sufi yang mengemukakan,
mereka kurang dapat perhatian sehingga boleh dibilang, nasib tasawuf ketika itu sama
dengan yang sebelumnya. Di antara pengarang tasawuf pada abad ini.
a. Al-Kisany
b. Abdul Karim Al- Jily, pengarag kitab Al-Insan Al-Kamil
Pada abad kelima Hijriah Imam Al-Ghazali dikenal sebagai tokoh muslim yang
pernah memurnikah ajaran tasawuf dari unsur-unsur filsafat, pada abad ini Ibnu
Taimiyyah yang berfungsi seperti Al-Ghazali.
Ajaran tasawuf yabg dominana ketika itu adalah Ibnu Arobi, tapi Ibnu taimiyah
memendang bahwa ajaran tersebut meneyesatkan masyarakat, ia berusaha untuk
memeberantasnya melalui kegiatang belajar mengajar.
PENUTUP
4.1 Simpulan
Tasawuf berawal dari masa khalifah, Namun pada saat itu hanya tersirat tanpa ada teori
dan lebih ke tingkah perbuatan sehari-hari. Abad selanjutnya mulai di bentuk aturan-aturan,
prinsip-prinsip tentang tasawuf. Lalu muncullah berbagai macam karya tentang tasawuf.
Sedangkan pada abad kelima, tasawuf makin berkembang, terbukti dengan adanya alirian
tasawuf sunni dan semifilosofis. Pada abad ini, lebih aktif memikirkan pembaharuan-
pembaharuan dengan tetap mengebalikan pada Al-Quran dan Hadist. Abad-abad selanjutnya
lebih sering menyebarkan apa itu tasawuf kepada masyarakt luang tanpa harus
meninggalkan dunia sufi merek.
DAFTAR PUSTAKA
Yukbelajar.id
www.bacaanmadani.com