Anda di halaman 1dari 27

AKHLAQ MADZMUMAH

MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi Tugas pada kuliah : Hadits I
Dosen : Bpk Pepep, M.Pd

Disusun Oleh :

Dhiya Syauqi Sobari 021.011.0146 PAI/ 3 A

Solihanisa Barkiah R 021.011.0010 PAI/ 3 A

JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) SILIWANGI
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wa rahmatullahi Wa barakatuh.

Alhamdulillahhirobbil’alamin segala puji dan syukur kami panjatkan ke


hadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang telah
memberikan kesehatan, kemaslahatan, kelancaran berupa kesempatan dan
pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya. Solawat serta
salam tak luput kami curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw,
kepada keluarganya, sahabatnya, serta kepada kita sebagai umatnya hingga akhir
jaman.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi membantu dan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat, menambah


pengetahuan, dan membawa kemaslahatan bagi para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jika ada kesalahan dan kekurangan kami mohon maaf sebesar – besarnya.

Wassalamualaikum Wa rahmatullahi Wa barakatuh.

Cimahi, 19 November 2022


Penyusun
4

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Masalah..............................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1. Pengertian Akhlak.........................................................................................5
2.2 Pengertian Akhlak Mazmumah......................................................................6
2.3 Macam-macam Akhlak Mazmumah..............................................................7
2.4 Hadits mengenai macam-macam akhlak Mazmumah....................................8
A. Hadits Tentang Buruk Sangka.....................................................................8
B. Hadits tentang sopan santun duduk dijalanan............................................10
C. Hadits tentang Ghibah................................................................................14
D. Hadits Tentang Larangan Berbuat Boros...................................................17
2.5 Menghindari Akhlak Mazmumah................................................................20
BAB III..................................................................................................................22
PENUTUP..............................................................................................................22
Kesimpulan.........................................................................................................22
Saran...................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehadiran islam dimuka bumi sebagai pedoman hidup manusia dan untuk
memberikan solusi yang tegas terhadap berbagai persoalan kemanusiaan. Salah
satu persoalan kemanusiaan yang perlu mendapat perhatian besar dari umat islam
adalah persoalaan akhlak. Akhlak adalah puncak keberagamaan seorang muslim.
Hal ini sejalam dengan hadist Nabi SAW Yang mengatakan bahwa beliau di utus
ke dunia tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak. Berislam yang tidak
membuahkan akhlak adalah sesuatu yang sia-sia. Akhlak atau tingkah laku
menjadi sesuatu yang sangat sentral yang harus di miliki oleh semua orang dalam
menapaki kehidupannya. Masih banyak sekali orang-orang yang belum
mengetahui tentang pentingnya akhlak di dalam kehidupan, sehingga masih
banyak sekali orang-orang yang memiliki akhlak yang tidak baik (Akhlak
mazmumah). Akhlak yang baik merupakan salah satu modal kebahagiaan manusia
di dunia. Kedudukan akhlak di dalam islam sangat tinggi. Nabi saw pernah di
tanya tentang amalan yang paling banyak memasukan seseorang kedalam syurga.
Beliau mengatakan :
“Bertaqwa kepada allah dan berakhlak yang baik” (HR. Ahmad,Tirmidzi,Ibnu
majah).
Sedangkan akhlak yang tidak baik akan membawa diri kita pada kesusahan
dan kesulitan dalam segala aspek kehidupan. Akhlak pada dasarnya melekat
dalam diri seseorang, telah bersatu dengan perilaku atau perbuatan. Jika perilaku
yang melekat itu buruk, maka disebut akhlak yang buruk atau akhlak mazmumah.
Sebaliknya, apabila perilaku tersebut baik disebut akhlak mahmudah. Oleh karena
itu untuk menciptakan dan memiliki akhlak yang baik pada diri kita perlu adanya
pendidkan sejak dini tentang bagaimana bertingkah laku yang baik terutama
terhadap Allah, sesama manusia, ataupun terhadap makhluk allah lainnya.
6

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian Akhlak


2. Bagaimana pengertian akhlak Mazmumah
3. Apa Macam-macam Akhlak Mazmumah
4. Bagaimana Hadits mengenai macam-macam Akhlak Mazmumah
5. Bagaimana Cara Menghindari Akhlak Mazmumah

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa pengertian Akhlak


2. Untuk mengetahui bagaimana pengertian akhlak mazmumah
3. Untuk mengetahui bagaimana macam-macam akhlak mazmumah
4. Untuk mengetahui bagaimana hadits mengenai akhlak mazmumah
5. Untuk mengetahui bagaimana tata cara menghindari akhlak mazmumah
7

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Akhlak

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia. Kata Akhlak diartikan sebagai budi
pekerti atau kelakuan. Kata akhlak walaupum terambil dari Bahasa arab (yang
bisa berartikan tabiat, kebiasaan, bahkan agama), namun kata seperti itu tidak di
temukan dalam Al-Quran.1

Dalam al-munjid kata akhlak adalah kata jamak yang berarti “Budi pekerti,
perangai, tingkah laku”. Di dalam al-Mujam al-Wasit disebutkan akhlak adalah
sifat yang tertanam di dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam – macam
perbuatan baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran atau pertimbangan.2

Ibnu Maskawih sebagai pakar dibidang akhlak mengatakan bahwa akhlak


adalah sifat tertanam did dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan tanpa
membutuhkan pemikiran atau pertimbangan. Selanjutnya Hujjatul Islam (pembela
islam) Imam al-Ghazali dengan penjelasan yang sedikit luas mengatakan akhlak
adalah sifat yang tertanam di dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam
perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran atau pertimbangan.3

Dalam ensiklopedia islam dikatakan bahwa akhlak adalah suatu keadaan yang
melekat pada jiwa manusia yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan
mudah tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan dan penelitian 4. Dari
pengertian dia atas terdapat kesamaan, bahwasanya akhlak itu merupakan
perbuatan yang berpangkal pada hati atau atas kesadaran jiwanya tanpa
memerlukan pertimbangan dan tanpa ada unsur pemaksaan, kemudian diwujudkan
dalam perbuatan yang berulang-ulang sehingga menjadi adat dan akhirnya
1
Kamus Besar Indonesia
2
Hidayati,Heny Narendrany, Pengukuran akhlakul karimah mahasiswa, UIN Press dan center for
Quality Develoment And Assurance – Lembaga Peningkatan Dan Jaminan Mutu (LPJM)
UIN Syarif hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2009,hlm 7.
3
Ibid
4
Ibid
8

menjadi sifat. Sifat adalah sebagian dari keperibadian. Sehingga sulit di ubah,
karena telah telah tertanam dalam keperibadiannya. Jika keadaan (hal) tersebut
melahirkan perbuatan terpuji menurut pandangan syariat isalm dan akal pikiran,
disebut akhlakul karimah ( baik ). Jika perbuatan-perbuatan yang timbul tidak
baik maka dinamakan akhlakul mazmumah ( buruk ).5

Pada dasarnya manusia memiliki kedua potensi baik dan buruk. Sebagaimana
dalam Al-Quran :

‫َوهَ َدي ْٰنهُ النَّجْ َد ْي ۙ ِن‬

Artinya : “serta Kami juga telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan
dan kejahatan)”

Dalam kaitan pengertian akhlak ini, Ulil Amri Syafri mengutip pendapat
Nashiruddin Abdullah, yang menyatakan bahwa, secara garis besar dikenal dua
jenis akhlak; yaitu akhlaq al karimah (akhlak terpuji), akhlak yang baik dan benar
menurut syariat Islam, dan akhlaq al mazmumah (akhlak tercela), akhlak yang
tidak baik dan tidak benar menurut syariat Islam. Akhlak yang baik dilahirkan
oleh sifat-sifat yang baik pula, demikian sebaliknya akhlak yang buruk terlahir
dari sifat yang buruk. Sedangkan yang dimaksud dengan akhlaq al mazmumah
adalah perbuatan atau perkataan yang mungkar, serta sikap dan perbuatan yang
tidak sesuai dengan syariat Allah, baik itu perintah maupun larangan-Nya, dan
tidak sesuai dengan akal dan fitrah yang sehat.6

2.2 Pengertian Akhlak Mazmumah

Secara etimologi, kata madzmumah berasal dari bahasa Arab yang artinya
tercela. Oleh karena itu, akhlak madzmumah artinya akhlak tercela. Semua bentuk
kegiatan yang bertentangan dengan akhlak terpuji, disebut akhlak tercela. Akhlak
tercela merupakan tingkah laku tercela yang dapat merusak keimanan seseorang,

5
Ahmad, Imam S, Tuntunan Akhlakul Karimah, Lekdis, Jakarta, 2005
6
MODEL PENDIDIKAN AKHLAK DI MTs. AL-WASLIYAH 63 PUNGGULAN AIR JOMAN KABUPATEN
ASAHAN, Miftah Anugrah Nasution, Syaukani, Mesiono
9

dan menjatuhkan martabatnya sebagai manusia. Akhlak juga menimbulkan orang


lain merasa tidak suka terhadap perbuatan tersebut.

Akhlak tercela adalah akhlak yang bertentangan dengan perintah Allah.


Dengan demikian, pelakunya mendapat dosa karena mengabaikan perintah Allah
SWT. Akhlak tercela merupakan perilaku yang tidak baik. Oleh karena itu,
perilaku ini harus dijauhi karena tidakmembawa manfaat bagi pelakunya.7

Akhlak mazmumah adalah akhlak yang tidak dibenarkan oleh agama,


golongan akhlak atau tindakan buruk yang harus dihindari oleh setiap manusia.
Akhlak mazmumah ini harus dijauhi karena dapat mendatangkan kemudharatan
bagi diri sendiri maupun orang lain. Akhlak mazmudah ialah semua perangai
manusia, perangai lahir dan batin yang mungkar, maksiat, dan fahsya’,
berdasarkan petunjuk Allah SWT. Dalam AlQur’an dan yang dilarang atau dicela
oleh Nabi SAW.8

2.3 Macam-macam Akhlak Mazmumah

Perilaku tercela adalah sifat yang sangat merugikan diri sendiri


maupun orang lain, dalam ajaran Islam perbuatan tersebut sangat
bertentangan. Akhlak mazmumah adalah akhlak yang tidak dibenarkan
oleh agama, golongan akhlak atau tindakan buruk yang harus dihindari
oleh setiap manusia. Akhlak mazmumah ini harus dijauhi karena dapat
mendatangkan kemudharatan bagi diri sendiri maupun orang lain.

Akhlak mazmudah ialah semua perangai manusia, perangai lahir dan


batin yang mungkar, maksiat, dan fahsya’, berdasarkan petunjuk Allah
SWT. dalam Al-Qur’an dan yang dilarang atau dicela oleh Nabi SAW.9

7
Samsul Munir Amin, Op., Cit, hlm. 232-234
8
Muh.Ruddin Emang, et al., Pensisikan Agama Islam (Makasaar: Yayasan Fatiyah Makassar,
2002), hlm 97.
9
Muh.Ruddin Emang, et al., Pensisikan Agama Islam (Makasaar: Yayasan Fatiyah
Makassar, 2002), hlm 97.
10

Menurut M. Yatimin Abdullah, adapun sifat-sifat madzmumah itu


adalah:10

1. Ananiah (egoistik);
2. Al-Baghyu (melacur);
3. Al-Buhtan (dusta);
4. Al-Khianah (khianat);
5. Az-Zulmu (aniaya);
6. Al-Ghibah (mengumpat);
7. Al-Hasad (dengki);
8. Al-Kufran (mengingkari nikmat
9. Ar-Riya’ (ingin dipuji);
10. An-Namimah (adu domba).

2.4 Hadits mengenai macam-macam akhlak Mazmumah

A. Hadits Tentang Buruk Sangka


Berburuk sangka atau su'udzon itu merupakan perilaku yang tidak boleh
dilakukan kepada siapapun itu, sebaiknya perilaku berprasangka yang tidak baik
harus dapat kita hindari karena perilaku berburuk sangka itu dapat menjadikan
penyebab timbulnya iri hati. Buruk sangka atau Su'udzon itu termasuk tingkah
laku tercela sangat tidak patut dilakukan dan harus kita hindari. Biasanya orang
yang selalu berburuk sangka kepada orang lain akan terus memandang buruk
orang tersebut. Dan itu adalah sebuah dosa. Allah SWT telah melarang seluruh
insan untuk menjauhi sifat berparasangka terhadap siapapun, sebagaimana yang
telah dinyatakan dengan jelas di dalam Qur'an surat Al Hujurat ayat 12:

َ ‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوا اجْ تَنِبُوْ ا َكثِ ْيرًا ِّمنَ الظَّ ۖنِّ اِ َّن بَع‬
... ‫ْض الظَّنِّ اِ ْث ٌم َّواَل تَ َج َّسسُوْ ا‬

Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka!


Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan
orang lain…”

10
M. Yatimin Abdullah, Op., Cit, hlm. 26
11

Dalam ayat ini terkandung perintah untuk menjauhi kebanyakan berprasangka,


karena sebagian tindakan berprasangka merupakan perbuatan dosa. Dalam ayat ini
juga terdapat larangan berbuat tajassus. Tajassus itu ialah mencari-cari kesalahan-
kesalahan atau kejelekan-kejelekan orang lain, yang biasanya merupakan efek dari
prasangka yang buruk.

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ِ ‫ِإيَّا ُك ْم َوالظَّ َّن فَِإ َّن الظَّ َّن َأ ْك َذبُ ْال َح ِد ْي‬
‫ث َوالَ تَ َح َّسسُوا َوالَ تَ َج َّسسُوا َوالَ تَ َحا َس ُدوا‬
‫واعبَا َدهَّللا ِ إحْ َوانًا‬
ِ ُ‫َوالَتَدَابَرُوا َوالَتَبَا َغضُوا َو ُكوْ ن‬
(Hadits riwayat Bukhori dan Muslim no 2563)
Artinya: “Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena
prasangka buruk adalah sedusta-dusta ucapan. Janganlah kalian saling mencari
berita kejelekan orang lain, saling memata-matai, saling mendengki, saling
membelakangi, dan saling membenci. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang
bersaudara”11

Buruk sangka biasanya berasal dari diri sendiri. Hal itu sangat berbahaya
karena akan mengganggu hubungan dengan orang yang dituduh jelek, padahal
belum tentu orang tersebut sejelek prasangkanya. Itulah sebabnya berburuk
sangka sangat berbahaya, bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa buruk
sangka lebih bahaya daripada berbohong12.

Oleh karena itu sudah seharusnya kita menghindari sifat berburuk sangka,
berbagai cara dapat kita lakukan untuk menghindari sifat buruk Sangka
diantaranya yaitu:
1. Berhati-hatilah dalam berbicara,menerima akan kebenaran informasi, dan
melakukan tindakan
2. Menerapkan ajaran agama di dalam kehidupan
3. Mendekatkan diri kepada Allah SWT
4. perbanyak introfeksi diri sendiri

11
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari hadits no. 6064 dan Muslim hadits no. 2563
12
Abdullah Gymastiar, Mengatasi Penyakit Hati, (Jakarta : Republika, 2003), Hlm. 17-18
12

Abu Hatim bin Hibban Al-Busti bekata, ”Orang yang berakal wajib mencari
keselamatan untuk dirinya dengan meninggalkan perbuatan berperasangka dan
senantiasa harus sibuk cukup memikirkan kejelekan dirinya sendiri saja.
Sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan kejelekan dirinya sendiri dan
melupakan kejelekan orang lain, maka hatinya akan tenteram dan tidak akan
merasa capai. Setiap kali dia melihat kejelekan yang ada pada dirinya, maka dia
akan merasa hina tatkala melihat kejelekan yang serupa ada pada saudaranya.
Sementara orang yang senantiasa sibuk memperhatikan kejelekan orang lain dan
melupakan kejelekannya sendiri, maka hatinya akan buta, badannya akan merasa
letih dan akan sulit baginya meninggalkan kejelekan dirinya”13

B. Hadits tentang sopan santun duduk dijalanan

َ Šُ‫ ِإيَّا ُك ْم َو ْال ُجل‬:‫ا َل‬ŠŠَ‫لَّ َم ق‬Š ‫ ِه َو َس‬Š‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬Š ‫ص‬
‫وس‬Š َ ِ ‫ع َْن َأبِي َس ِعي ٍد ْال ُخ ْد ِريِّ َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬
ِ ‫و ُل هَّللا‬Š‫ا َل َر ُس‬ŠŠَ‫ث فِيهَا فَق‬ ُ ‫ َما لَنَا ِم ْن َم َجالِ ِسنَا بُ ٌّد نَتَ َح َّد‬،ِ ‫ يَا َرسُو َل هَّللا‬:‫ قَالُوا‬،‫ت‬ ُّ ِ‫ب‬
ِ ‫الط ُرقَا‬
ُّ Š‫ا َح‬ŠŠ‫ َو َم‬:‫ق َحقَّهُ» قَالُوا‬
‫ق‬ َ ‫س فََأ ْعطُوا الطَّ ِري‬َ ِ‫ ِإ َذا َأبَ ْيتُ ْم ِإاَّل ْال َم َجال‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ
ِ ‫ال َم ْعر‬Š
،‫ُوف‬ ْ Šِ‫ ُر ب‬Š‫ َواَأْل ْم‬،‫اَل ِم‬Š ‫الس‬
َّ ‫ َو َر ُّد‬،‫ف اَأْل َذى‬Š
ُّ Š‫ َو َك‬،‫ ِر‬Š ‫ص‬ َ َ‫ غَضُّ ْالب‬:‫ا َل‬ŠŠَ‫ق؟ ق‬Š ِ Š‫الطَّ ِري‬
)‫ي ع َِن ْال ُم ْن َك ِر (رواه البخاري و مسلم‬
ُ ‫َوالنَّ ْه‬

Dari  Abu  Sa’id al-Khudri ra., Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah


kalian menjauhi duduk-duduk di pinggir jalan. Para Sahabat berkata: “Kami
tidak dapat meninggalkannya, karena merupakan tempat kami untuk bercakap-
cakap”. Rasulullah SAW berkata: “Jika kalian enggan (meninggalkan bermajelis
di jalan), maka berilah hak jalan”. Sahabat bertanya: “Apakah hak jalan itu?”
Beliau menjawab: “Menundukkan pandangan, menghilangkan gangguan,
menjawab salam, memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)  
13
kitab Raudhah Al-‘Uqala, hal.131
13

Hadits  di atas diriwayatkan oleh Al-Bukhari, kitab al-Isti’dzan bab Bad’u as-


Salam no. 6229 dan Muslim dalam kitab as-Salam bab Min Haqq al-Julus ‘Ala
ath-Thariq Radd as-Salam no. 2161. Fenomena duduk di pinggir jalan memang
14
menjadi suatu kebiasaan  manusia.

Seakan ada sensasi berbeda yang didapatkan manakala berkumpul bersama di


pinggir jalan dibandingkan dalam ruangan. Realita di era modern, kita saksikan
khususnya anak-anak muda senang menghabiskan waktunya untuk nongkrong di
pinggir jalan, bahkan sebagian dibumbui kemaksiatan dengan  berbagai 
modelnya, kadang lebih betah nongkrong berjam-jam ketimbang menyibukkan
diri dengan beri’tikaf dan mengikuti majelis taklim di masjid.
Para sahabat pun tidak terlepas dari kebiasaan ini dan pastinya berbeda dengan
kita sekarang. Pada awalnya Rasul mengingatkan para sahabat menghindari duduk
di pinggir jalan sebagai bentuk kehati-hatian. Ketika mereka mengemukakan
alasannya, Nabi pun tidak melarang, hanya saja memberikan rambu-rambu yang
harus diperhatikan.

a. Menundukkan pandangan

Mata adalah organ tubuh yang berfungsi untuk melihat objek yang ada di
sekitar kita. Semua yang direkam oleh mata biasanya secara spontan ditransfer ke
hati dan akan membekas dalam ingatan.

Pikiran akan melanglang buana ke alam khayalan memikirkan apa yang dilihat
oleh mata, manakala mata dibiarkan liar memandang kepada hal yang dilarang
dan menyebabkan  munculnya keinginan di dalam hati. Allah memerintahkan
mukmin agar senantiasa menjaga pandangannya, semata-mata untuk menghindari
fitnah.
Bagi yang bermajelis di pinggir jalan tentu tidak terlepas dari melihat orang
yang lewat, karena jalan adalah tempat berlalu lalangnya manusia. Mungkin  saja
ada di antara pengguna jalan yang tidak menutup aurat dengan sempurna. Orang

14
HR Al-Bukhari dan Muslim
14

mukmin harus berusaha sebisa mungkin menjaga pandangannya dari sesuatu yang
dapat menimbulkan efek negatif bagi dirinya. Allah berfirman:
َ‫ ْم ٰذلِكَ اَ ْز ٰكى لَهُ ۗ ْم اِ َّن هّٰللا َ خَ بِ ْي ۢ ٌر بِ َما يَصْ نَعُوْ ن‬Šُۗ‫ار ِه ْم َويَحْ فَظُوْ ا فُرُوْ َجه‬ َ ‫ ِم ْن اَب‬Š‫قُلْ لِّ ْل ُمْؤ ِمنِ ْينَ يَ ُغضُّ وْ ا‬
ِ ‫ْص‬
)30-30 :24/‫( النّور‬
Artinya : “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
mereka perbuat.” (Q.S. an-Nur [24] : 30).

b. Menghilangkan Gangguan

Gangguan di jalan bisa berupa sesuatu yang dapat menghalangi pengguna


jalan untuk melewatinya atau sesuatu yang dapat membahayakannya ketika
melintas, seperti batu, duri, pohon yang jatuh menimpa jalan dan sebagainya. Bisa
juga gangguan yang berupa perilaku manusia jail yang suka mengganggu
pengguna jalan dengan tindakannya.

c. Menjawab Salam

Salam merupakan simbol persatuan dan media kasih sayang kaum muslimin.
Menjawab salam hukumnya wajib bagi orang yang mendengar ucapan salam dari
saudaranya sesama muslim. Jika yang memberi salam adalah non-muslim,
dijawab dengan ucapan wa’alaikum.
Dalam salam terkandung doa mujarab rasa kasih sayang sesama. Sabda Rasul
SAW:

َ ِ ‫ قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬:‫ قَا َل‬،َ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرة‬


‫ ِد ِه اَل‬Š َ‫ي بِي‬Š ‫ َوالَّ ِذي نَ ْف ِس‬:‫لَّ َم‬Š ‫ ِه َو َس‬Š‫لَّى هللاُ َعلَ ْي‬Š ‫ص‬

ٍ ‫ َأفَاَل َأ ُدلُّ ُك ْم َعلَى َأ ْم‬،‫ ابُّوا‬ŠŠŠ‫وا َحتَّى تَ َح‬ŠŠŠُ‫ َواَل تُْؤ ِمن‬،‫وا‬ŠŠŠُ‫ ْد ُخلُوا ْال َجنَّةَ َحتَّى تُْؤ ِمن‬ŠŠŠَ‫ت‬
‫ر ِإ َذا‬ŠŠŠ
)‫فَ َع ْلتُ ُموهُ تَ َحابَ ْبتُ ْم َأ ْف ُشوا ال َّساَل َم بَ ْينَ ُك ْم (رواه أبو داود‬
Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Demi dzat yang jiwaku
berada dalam genggaman-Nya, kalian tidak akan masuk surga sampai kalian
beriman, dan kalian belum beriman sampai kalian saling mencintai, maukah
15

kalian aku tunjukkan satu perkara yang apabila kalian melakukannya kalian akan
saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Abu Daud)

d. Menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran

Aktivitas amar ma’ruf nahi munkar adalah kunci kehidupan beragama dan
para Nabi diutus menyampaikan risalah Islam dengan pendekatan ini. Imam al-
Gahazali dalam Ihya Ulumiddin, menuturkan amar ma’ruf dan nahi munkar
adalah kutub terbesar dalam agama.
Begitu penting dan karenanya Allah mengutus para Nabi. Jika ia hilang, syiar
nubuwwah (kenabian) pun hilang, agama rusak, kesesatan tersebar, kebodohan
merajalela, satu negeri dan umatnya akan hancur binasa (Ihya’ Ulumiddin, vol.
VII/1186)
Amar ma’ruf dan nahi munkar merupakan tugas mulia setiap mukmin dan 
akan diberi pahala seperti bersedekah. Sabdanya yang diriwayatkan dari sahabat
Abu Dzar ra.:
َ ‫ي َع ِن ْال ُم ْن َك ِر‬
… )‫ص َدقَةٌ… (رواه مسلم‬ ٌ ‫ َونَ ْه‬،ٌ‫ص َدقَة‬ ِ ‫َوَأ ْم ٌر بِ ْال َم ْعر‬
َ ‫ُوف‬
“Menyeru kepada kebaikan itu merupakan sedekah, dan mencegah kemunkaran
itu sedekah…” (HR. Muslim). Wallahu a’lam.15

C. Hadits tentang Ghibah

Al-Gibah secara bahasa merupakan “min al ightiyab” diartikan sebagai yang


tidak tampak.16 Gibah juga dapat berarti umpatan, fitnah dan gunjingan. Gibah
dalam bahasa Indonesia berarti perkataan yang memburuk-burukkan orang lain.
Gibah dapat pula diartikan penggunjingan yang diidentikan dengan kata
gosip, yaitu cerita negatif tentang seseorang. Dengan demikian, gibah dapat

15
https://www.republika.co.id/berita/qc4fs4366/senang-nongkrong-di-pinggir-jalan-ternyata-
ada-adabnya-lho-part1. Diakses pada tanggal 19 November 2022, pada pukul 23.39
16
1 Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir: Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Pustaka Progresif,
1984), hal. 1025
16

dipahami mempunyai arti kurang lebih sama dengan kata umpatan, penggunjingan
dan gosip.17
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefiniskan gibah adalah obrolan tentang
orang-orang lain atau cerita-cerita negatif tentang seseorang. 18
juga sering
diidentikkan dengan istilah. rumor dan isu yang merupakan suatu berita yang
menyebar tanpa berlandaskan pada fakta yang belum atau tidak melalui sebuah
klarifikasi (tabayyun). Maka, gosip merupakan sesuatu yang masih abu-abu
karena bisa saja benar, namun bisa pula salah. Gosip, isu, dan rumor, ketiganya
memiliki pengertian yang identik yakni informasi yang mengandung dua
kemungkinan antara benar dan salah, atau dengan kata lain adalah asal-usulnya
tidak jelas dan diragukan kebenarannya.
Dalam hadits Nabi SAW pun telah dijelaskan tentang ghibah dan
buhtan,yaitu:
َ‫ َرة‬Š‫ ِه ع َْن َأبِي ه َُر ْي‬Š‫رَّحْ َم ِن ع َْن َأبِي‬Š‫ ِد ال‬Š‫يز بْنُ ُم َح َّم ٍد ع َْن ْال َعاَل ِء ْب ِن َع ْب‬ِ ‫َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ َح َّدثَنَا َع ْب ُد ْال َع ِز‬
َ Šَ‫و ُل ق‬ŠŠُ‫ا َأق‬ŠŠ‫ال ِذ ْكرُكَ َأ َخاكَ بِ َما يَ ْك َرهُ قَا َل َأ َرَأيْتَ ِإ ْن َكانَ فِي ِه َم‬
‫ال‬Š َ َ‫يَا َرسُو َل هَّللا ِ َما ْال ِغيبَةُ ق‬ ‫قَا َل قِي َل‬
َ‫رْ زَ ة‬ŠŠَ‫ال َوفِي ْالبَاب ع َْن َأبِي ب‬ َ َ‫ق‬ ُ‫بَهَتَّه‬ ‫ِإ ْن َكانَ فِي ِه َما تَقُو ُل فَقَ ْد ا ْغتَ ْبتَهُ َوِإ ْن لَ ْم يَ ُك ْن فِي ِه َما تَقُو ُل فَقَ ْد‬
‫ص ِحي ٌح‬َ ‫يث َح َس ٌن‬ ٌ ‫َوا ْب ِن ُع َم َر َو َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن َع ْم ٍرو قَا َل َأبُو ِعي َسى هَ َذا َح ِد‬

“Seseorang bertanya pada Nabi saw, wahai Rosulullah, apakah yang


dinamakan ghibah itu?, ghibah ialah menceritakan saudaramu tentang
sesuatu yang ia benci, si penanya bertanya kembali:  wahai Rosullullah
bagaimana pendapatmu bila apa yang diceritakan itu benar apa adanya?,
Rosulullah menjawab, kalau memang ada padanya maka itu ghibah
namanya, dan jika tidak maka kamu telah berbuat buhtan (dusta)”
Dapat disimpulkan beberapa poin  mengenai definisi ghibah diatas yaitu

o Membicarakan keburukan orang lain tanpa sepengetahuan yang


dibicarakan, baik dengan ucapan, sindiran ataupun dengan isyarat.

17
WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: (Jakarta: PN. Balai Pustaka,
1985), hal. 1125
18
Badudu and Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1994), hal. 469.
17

o Menbicarakan aib orang lain, walaupun yang dibicarakan adalah benar


adanya pada diri yang dibicarakan.
o  Jika yang dibicarakan mengetahui maka dia akan tidak suka aibnya
dibicarakan pada orang lain.Hal yang dibicarakan meliputi, kehidupan
pribadi, keluarga maupun spiritual sesorang.

Karena membicarakan tanpa sepengetahuan yang dibicarakan itu


artinya mengumpat dan pasti perbuatan ini mengandung unsur keinginan
untuk merusak harga diri,seseorang. Dan dari Hadits tersebut pula dapat
ditegaskan kembali bahwa perbuatan mengunjing orang lain merupakan
perbuatan yang keji dan menjijikan seperti yang di ibaratkan oleh Allah
bahwa seseorang yang mengunjing diibaratkan dengan seseorang yang
memakan daging saudaranya yang sudah mati (bangkai saudarnya).

Ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa ada


alasan-Alasan yang ditolerir dalam Ghibah karena menyebut-nyebut
keburukan orang lain adalah yang mempunyai tujuan yang benar menurut
sayri’at yang tujuan ini menurutnya tidak dapat dicapai kecuali hanya
dengan cara itu, dalam hal ini dosa ghibah dianggap tidak ada,19 diantarnya
adalah:20

1. Karena adanya tindak kedzoliman. Orang yang didzolimi boleh menyebut


keburukan orang yang berbuat dzolim kepada seseorang yang mampu atau bisa
mengembalikan haknya (penguasa/pemerintah, hakim atau yang berwenang
dalam memutuskan perkara yang hak), dalam al-Qur’an surah an-Nisa ayat 148
Allah berfirman:

 ‫علِي ًما‬ َ ُ ‫سو ِء ِمنَ ا ْلقَ ْو ِل ِإاَّل َمنْ ظُلِ َم َو َكانَ هَّللا‬
َ ‫س ِمي ًعا‬ ُّ ‫اَل يُ ِح ُّب هَّللا ُ ا ْل َج ْه َر بِال‬
“Allah tidak mencintai orang yang suka menceritakan keburukan orang lain
kecuali bagi orang yang teraniaya, dan Allah Maha Melihat dan Maha
Mengetahui”

19
Ibnu Qudamah, Jalan Orang-Orang yang Dapat Petunjuk,  terjemahan. Kathur Suhardi, hlm. 213
20
Abullah bin Jarullah, Awas Bahaya Lidah, terj. Abu Haidar dan Abu Fahmi, hlm. 22-23
18

2.      Sebagai sarana untuk mengubah kemungkaran dan mengembalikan orang


dzalim atau yang berbuat maksiat kepada jalan yang benar (memperingati
dari kejahatan). Dalam hal ini umat muslim saling tolong-menolong dalam
ber-amar ma’ruf nahi munkar.
3.      Dibolehkan dalam menyebutkan ciri-ciri seperti pincang, si buta, si
pendek agar orang lain cepat faham (bukan membicarakan keburukan akan
tetapi mengungkapkan bentuk atau ciri kepada orang yang bertanya).
4.      Dalam hal ini ulama sepakat dalam menilai rawi (al-Jarh wa Ta’dil) boleh
dan bahkan harus diungkapkan pada kaum muslimin untuk kemaslahatan
dalam beribadah (ini kaitannya dalam penelitian hadits sohih atau do’if).
5.      Boleh menceritakan kepada khalayak ramai tentang orang yang
melakukan perbuatan yang terlarang, seperti mabuk-mabukan, menjarah,
dan perbuatan bathil lainnya, seperti dalam hadits Nabi berikut, (Ibn
Qudaimah, h. 214).
6.      Dalam rangka meminta fatwa, artinya dalam rangka membela haknya,
namun dalam menyebutkan keburukan lebih baiknya dengan kat-kata yang
halus.
Adapun sebab umum terjadinya ghibah dalam masyrakat yaitu:
1.      Ingin mengangkat derajat diri sendiri dengan membicarakan keburukan
orang lain. Artinya untuk menguatkan posisinya atas orang lain serta agar
orang lain menganggap ia yang lebih dari orang lain.
2.      Karena penyakit hati, seperti iri dengan keberhasilan dan kemuliyaan
teman atau tetangganya, sombong akan kelebihan diri sehingga
merendahkan orang lain dengan ghibah, serta balas dendam terhadap
kejahatan yang pernah orang lain lakukan terhadap dirinya.
3.      Dalam rangka melampiaskan amarah yang memuncak, ketika ia sedang
marah maka ia melakukan ghibah untuk melampiaskan amarahnya
tersebut.
4.      Terkadang terdapat dalam lelucon atau gurauan yang merendahkan orang
lain.
19

Setelah mengetahui  beberapa factor yang mendorong terjadinya


ghibah, maka hendaklah dihindari dengan beberapa tips sebagai berikut:21
1. Dengan slalu ingat bahwa Allah sangat membenci seseorang yang
mengunjing saudaranya, sedangkan kebaikan akan kembali pada orang
yang dibicarakan dan jika pun orang yang dibicarakan tidak memilki
kebaikan maka keburukannya akan kembali pada yang menggunjing.
2.  Jika terlintas dalam pikiran untuk melakukan ghibah, maka hendaklah
introspeksi diri dengan melihat aib diri sendiri dan slalu berusaha
memperbaikinya. Mestinya merasa malu jika membicarakan aib orang lain
sedangkan aib sendiri tidak terhitung jumlahnya.
3. Jika pun merasa tidak memiliki aib, maka hendaklah senantiasa mensyukuri
nikmat yang telah dilebihkan Allah, bukan malah dengan mengotori diri
dengan melakukan ghibah.
4. Menjaga diri dari sifat-sifat tercela, seperti iri, dengki dengan keberhasilan
orang lain, sombong dengan kelebihan diri sendiri serta menjauhi sifat
dendam.
5. Jika berghibah karena pengaruh teman, atau karena takut dikucilkan karena
tidak ikut serta dalam ghibah, maka hendaklah selalu mengingat bahwa
murka Allah terhadap siapa yang mencari keridhaan manusia dengan
sesuatu yang membuat Allah murka.

D. Hadits Tentang Larangan Berbuat Boros

َ َ‫ ق‬: ‫ ع َْن َج ِّد ِه قَا َل‬,‫ ع َْن َأبِي ِه‬,‫ب‬


, ْ‫ال َرسُو ُل هَّللَا ِ صلى هللا عليه وسلم ( ُكل‬ ٍ ‫َوع َْن َع ْم ِرو ب ِْن ُش َع ْي‬
ُ‫ َو َعلَّقَه‬,ُ‫ َوَأحْ َمد‬,َ‫ َواَل َم ِخيلَ ٍة ) َأ ْخ َر َجهُ َأبُو دَا ُود‬,‫ف‬ َ َ‫ َوت‬, ْ‫ َو ْالبَس‬, ْ‫َوا ْش َرب‬
Šْ ‫ص َّد‬
ٍ ‫ق فِي َغي ِْر َس َر‬
ِ ‫اَ ْلب‬
ُّ‫ُخَاري‬
Artinya : “Dari ‘Amr Ibnu Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya Radhiyallahu
‘anhum (semoga Allah meridhai mereka) berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:”Makanlah dan minumlah dan berpakaianlah dan

21
 Ibnu Qudamah, Jalan Orang-Orang yang Dapat Petunjuk, terj. Kathur Suhardi, Jakarta: Pustaka
al-Kautsar, 2007
20

bersedekahlah tanpa berlebihan (israf) dan tanpa kesombongan”. (HR. Abu


Dawud dan Ahmad dan Al-Imam Al-Bukhari meriwayatkan secara ta’liq)

Sifat boros bukan hanya terdapat pada harta, tetapi dapat juga terjadi dalam
hal yang lain. Misalnya boros dalam penggunaan tenaga, boros dalam penggunaan
listrik, boros dalam memakai air, melakukan suatu hal yang tidak bermanfaat,
membuang-buang waktu dan banyak lagi contoh-contoh lain yang
termasuk boros.
Allah tidak menyukai orang-orang yang boros. Pemboros-pemboros sudah di
ibaratkan oleh Allah sebagai teman setan. Jadi orang-orang yang boros
kelakuannyasama dengan setan dan cocok menjadi teman setan. Rosulullah telah
memberikan contoh kepada kita untuk tidak boros.
Mulaidari pakaian yang dipakainya, hartanya dan lain sebagainya. Nabi M
uhammad SAW tidak pernah boros bahkan memanfaatkan apa-apa yang masih
bisa digunakan. Cara mengatasi sifat boros ini adalah dengan berhemat dan yang
lebih penting lagi kita harus menyadari bahwa harta, kekayaan (dunia) tidak dapat
kita bawa ke akhirat nanti, yang akan kita bawa adalah amalan dan perbuatan
yang telah kita lakukan di dunia. Untuk itu mulai dari sekarang kita harus bisa
berhemat. Berhemat tidak sama dengan kikir. Orang yang berhemat tidak
menghambur-hamburkan harta untuk keperluan yang tidak penting. Orang yang
kikir atau bakhil adalah orang yang susah mengeluarkan uangnya kecuali
terpaksa. Termasuk larangan Allah atas harta adalah ketika digunakan secara
berlebihan atau dengan cara yang boros. Islam melarang sikap ini dengan cukup
jelas. Dalam QS. Al-Isra ayat 27 Allah SWT berfirman:
‫ِإ َّن ْٱل ُمبَ ِّذ ِرينَ َكانُ ٓو ۟ا ِإ ْخ ٰ َونَ ٱل َّش ٰيَ ِطي ِن ۖ َو َكانَ ٱل َّش ْي ٰطَنُ لِ َربِّ ِهۦ َكفُورًا‬
Artinya: "Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara syaitan dan
syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”.
Nabi Muhammad SAW bukan hanya mencontohkan kepada makanan saja
tetapi juga pada waktu. Didalam hadis ini nabi muhammad saw sangat menghargai
makanan walau hanya sisa-sisa makanan yang menempel dijari dan makanan
yangtelah jatuh juga diambil kembali karena nabi muhammad saw begitu
21

menghargai nikmat.Perbuatan boros adalah gaya hidup gemar berlebih-lebihan


dalam menggunakan harta, uang maupun sumber daya yang ada demi kesenangan
saja. Dengan terbiasa berbuat boros seseorang bisa menjadi buta terhadap orang-
orang yang membutuhkan di sekitarnya,sulit membedakan antara yang halal dan
yang haram,mana yang boleh mana yang tidak boleh dilakukan, dan lain
sebagainya. Alloh SWT memerintahkan kita untuk hidup sederhana dan hemat.
Beberapa efek/dampak buruk perilaku/gaya hidup Boros :
1. Uang yang dimiliki cepat habis karena biaya hidup yang tinggi
2. Menjadi budak hobi (nafsu) yang bisa menghalalkan uang haram
3. Malas membantu yang membutuhkan & beramal sholeh
4. Selalu sibuk mencari harta untuk memenuhi kebutuhan
5. Menimbulkan sifat kikir, iri, dengki, suka pamer
6. Anggota keluarga terbiasa hidup mewah tidak mau jadi orang sederhana
7. Bisa stres atau gila jika hartanya habis
8. Bisa terlilit hutang besar yang sulit dilunasi
9. Sumber daya alam yang ada menjadi habis
10. Tidak punya tabungan untuk saat krisis
Oleh sebab itu mari kita hindari sifat boros dalam hidup kita agar kita bisa
hidup bahagia tanpa harta yang banyak bersama seluruh anggota keluarga kita.
Ada peribahasa hemat pangkal kaya, sehingga dengan menjadi orang yang
bergaya hidup sederhana walaupun kaya raya maka hartanya akan berkah dan
terus bertambah dari waktu ke waktu.Dari uraian tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa sikap boros itu dilarang dan nabi mengajarkan sifat hemat.

Cara yang dapat dilakukan untuk menghindari sifat boros, antara lain :

1. Membelanjakan uang sesuai dengan kebutuhan


2. Memperbanyak bersedekah dan membantu orang yang tidak mampu seperti
fakir miskin
3. Meningkatkan ketaqwaan
4. Membiasakan diri hidup sederhana sehingga merasa tentram hati dan jiwanya
5. Lebih mendekatkan diri kepada Allah swt serta memperbanyak iktikaf
22

6. Selalu melihat kondisi ekonomi orang lain sehingga dapat menimbulkan sikap
hati – hati dalam mebelajakan uang agar tidak terjerumus ke dalam lembah
kesengsaraan

2.5 Menghindari Akhlak Mazmumah

Semua perilaku tercela ini timbul karena seseorang memiliki penyakit hati


dan tidak terbiasa mencari cara bersikap tenang dalam menghadapi segala hal
yang terjadi dalam kehidupannya. Ancaman terbesar dari penyakit hati yang
tercela ini adalah tidak akan bisa masuk surga. Oleh karena itu, cara menghindari
perilaku tercela harus dilakukan, seperti beberapa hal berikut ini yaitu:

1. Perbanyak beribadah

Tingkatkan ibadah kepada Allah SWT. Tujuan hidup dalam Islam adalah


untuk beribadah kepada Allah, karena manusia adalah makhluk yang diciptakan
oleh Allah untuk beribadah kepadaNya. Maka usahakan untuk meningkatkan
ibadah kita agar dapat menjadi cara menjadi pribadi yang baik dan Islami, dan
menghindari semua perilaku tecela tersebut.

2. Biasakan berbagi

Orang yang egois adalah orang yang tidak terbiasa berbagi. Maka, cara


menghilangkan sifat egois adalah dengan membiasakan diri berbagi dengan
sesama, dimulai dari keluarga dan teman dekat. Lakukan semuanya dengan
hati ikhlas dan karena ingin membantu orang lain serta
berbagi kebahagiaan bersama.

3. Selalu bersyukur atas nikmat Allah

Dalam hidup, karunia Allah bisa datang dalam bentuk apa saja. Orang yang
mempunyai perilaku tercela tidak bisa merasakan karunia yang diberikan
kepadanya, dan selalu merasa kurang. Biasakan untuk mengucap syukur atas
23

segala kejadian baik yang kita alami, sekecil apapun itu. Bersyukur adalah cara
merubah diri menjadi lebih baik dan terhindar dari perilaku yang tercela.

4. Pahami keterbatasan manusia

Manusia hanya makhluk yang sangat kecil dalam alam semesta ini. Tidak ada
gunanya bersikap angkuh, sombong dan tinggi hati. Sebagai manusia kita punya
banyak kekurangan yang nyata di hadapan kekuasaan Allah yang begitu besar.
Sadarilah hal itu sebagai cara menghindari sifat takabur dan cara menghilangkan
sifat angkuh dan sombong.

5. Jaga tali silaturahmi

Menghilangkan perilaku tercela bisa dengan menjalin tali silaturahmi yang


baik dengan sesama muslim. Jika kita memiliki silaturahmi yang terjalin baik.
tentunya tidak akan mudah bagi kita untuk merasa iri dengki, bersikap egois,
bergunjing dan emosional, bahkan mengadu domba. Jika memiliki hubungan baik
dengan orang lain dalam pergaulan, hal itu dapat menjadi cara
menjaga kesehatan hati agar tidak dikotori perasaan buruk.

6. Introspeksi

Seringlah merenungi diri sendiri apakah telah melakukan perbuatan buruk


seperti memiliki sifat tercela. Jika ternyata beberapaperilaku kita masih
menunjukkan sifat tercela, maka kita dapat memulai cara
merubah kepribadian agar menjauhi hal – hal tercela tersebut.

7. Pelihara perkataan baik

Jika mulut tidak bisa berkata baik, maka hal yang terbaik yang bisa dilakukan
adalah diam. Perkataan yang buruk akan mengarah kepada perilaku tercela. Bila
hati sedang resah karena disakiti orang lain atau ada masalah, maka cara
24

menenangkan hati dan pikiran agar tidak mengeluarkan perkataan buruk adalah
dengan cara bersikap sabar.22

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia. Kata Akhlak diartikan sebagai budi
pekerti atau kelakuan. Kata akhlak walaupum terambil dari Bahasa arab (yang
bisa berartikan tabiat, kebiasaan, bahkan agama), namun kata seperti itu tidak di
temukan dalam Al-Quran. Pembinaan akhlak merupakan tumpuan perhatian
pertama dalam islam. Karena begitu pentingnya akhlak bagi kehidupan umat
manusia, oleh karena itu Allah SWT. Metode uswah, yaitu sesuatu yang pantas
untuk di ikuti,karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Metode Ta'widiyah
(pembiasaan). Secara etimologi pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam
kamus umum bahasa indonesia, biasa artinya lazim atau umum; seperti sedia kala,
sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.
Perilaku tercela adalah sifat yang sangat merugikan diri sendiri maupun orang
lain, dalam ajaran Islam perbuatan tersebut sangat bertentangan.

Berburuk sangka atau su'udzon itu merupakan perilaku yang tidak boleh
dilakukan kepada siapapun itu, sebaiknya perilaku berprasangka yang tidak baik
harus dapat kita hindari karena perilaku berburuk sangka itu dapat menjadikan
penyebab timbulnya iri hati.

Arti hadits dari sopan santun duduk dijalanan Dari  Abu  Sa’id al-Khudri ra.,
Rasulullah SAW bersabda: “Hendaklah kalian menjauhi duduk-duduk di pinggir
jalan. Para Sahabat berkata: “Kami tidak dapat meninggalkannya, karena
merupakan tempat kami untuk bercakap-cakap”. Rasulullah SAW berkata: “Jika

22
Iqbal Muhammad.2018 “Menghindari sifat tercela” https://www.dictio.id/t/bagaimana-kita-
dapat-menghilangkan-sifat-sifat-tercela-dari-dalam-diri-kita/71521. Diakses pada tanggal 20
Nov 2022 pada pukul 18.07
25

kalian enggan (meninggalkan bermajelis di jalan), maka berilah hak jalan”.


Sahabat bertanya: “Apakah hak jalan itu?” Beliau menjawab: “Menundukkan
pandangan, menghilangkan gangguan, menjawab salam, memerintahkan
kebaikan dan mencegah kemungkaran.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)  

Ghibah yaitu menyebutkan sesuatu yang sebenarnya tentang seseorang, baik


tentang agamanya, akhlaknya, ataupun tentang yang lain, di saat orang tersebut
tidak hadir atau tidak mendengarkan secara langsung, dan jika ia mengetahui tidak
menyukainya

Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang boros. Pemboros-pemboros


sudah di ibaratkan oleh Allah sebagai teman setan. Jadi orang-orang yang boros
kelakuannya sama dengan setan dan cocok menjadi teman setan. Berhemat tidak
sama dengan kikir. Orang yang berhemat tidak menghambur-hamburkan harta
untuk keperluan yang tidak penting. Orang yang kikir atau bakhil adalah orang
yang susah mengeluarkan uangnya kecuali terpaksa.

Saran

Dengan adanya pembahasan tentang tata cara pengurusan jenazah ini,


pemakalah berharap kepada kita semua agar selalu ingat akan kematian dan
mempersiapkan diri untuk menyambut kematian itu. Selain itu, pemakalah juga
berharap agar pembahasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita
semua serta dapat mengajarkannya dengan baik ketika telah menjadi seorang guru
di masa yang akan datang

Demi kesempurnaan makalah ini kritik dan saran sangat kami harapkan dari
para pembaca. Apabila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
26

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Gymastiar, Mengatasi Penyakit Hati, (Jakarta : Republika, 2003), Hlm.
17-18
Abullah bin Jarullah, Awas Bahaya Lidah, terj. Abu Haidar dan Abu Fahmi, hlm.
22-23
Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir: Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Pustaka
Progresif, 1984), hal. 1025
Ahmad, Imam S, Tuntunan Akhlakul Karimah, Lekdis, Jakarta, 2005
Badudu and Sutan Mohammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1994), hal. 469.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari hadits no. 6064 dan Muslim hadits no. 2563
Hidayati,Heny Narendrany, Pengukuran akhlakul karimah mahasiswa, UIN Press
dan center for Quality Develoment And Assurance – Lembaga
Peningkatan Dan Jaminan Mutu (LPJM) UIN Syarif hidayatullah
Jakarta, Jakarta, 2009,hlm 7.
HR Al-Bukhari dan Muslim
Ibnu Qudamah, Jalan Orang-Orang yang Dapat Petunjuk, terj. Kathur Suhardi,
Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2007
Ibnu Qudamah, Jalan Orang-Orang yang Dapat Petunjuk, terjemahan. Kathur
Suhardi, hlm. 213
Kamus Besar Indonesia
kitab Raudhah Al-‘Uqala, hal.131
M. Yatimin Abdullah, Op., Cit, hlm. 26
MODEL PENDIDIKAN AKHLAK DI MTs. AL-WASLIYAH 63
PUNGGULAN AIR JOMAN KABUPATEN ASAHAN, Miftah Anugrah
Nasution, Syaukani, Mesiono
Muh.Ruddin Emang, et al., Pensisikan Agama Islam (Makasaar: Yayasan Fatiyah
Makassar, 2002), hlm 97.
Muh.Ruddin Emang, et al., Pensisikan Agama Islam (Makasaar: Yayasan Fatiyah
Makassar, 2002), hlm 97.
Samsul Munir Amin, Op., Cit, hlm. 232-234
WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: (Jakarta: PN.
Balai Pustaka, 1985), hal. 1125
https://www.republika.co.id/berita/qc4fs4366/senang-nongkrong-di-pinggir-jalan-
ternyata-ada-adabnya-lho-part1. Diakses pada tanggal 19 November 2022,
pada pukul 23.39
27

Iqbal Muhammad.2018 “Menghindari sifat tercela”


https://www.dictio.id/t/bagaimana-kita- dapat-menghilangkan-sifat-sifat
tercela-dari-dalam-diri-kita/71521. Diakses pada tanggal 20 Nov 2022 pada
pukul 18.07

Anda mungkin juga menyukai