Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Akhlak Kepada Diri Sendiri (Hubbul Amal Dan Istiqomah)


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas yang terstruktur dalam mata kuliah
Akhlak

Oleh :
Kelompok 9

Oleh :
Kelompok 9

Deya Amelia Fitri (2122410)


Salsa Nabila (2122407)
Fikri Pramudika Bakri (2122405)

Dosen Pengampu:

Saiful Yeri, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SJECH M. DJHAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
1444H/2022 M
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirobbil a’lamin. Segala puji bagi Allah swt, Tuhan semesta alam
yang menaungi mahluknya penuh dengan kasih sayang. Yang memberikan nikmat tidak
terhitung jumlahnya, Pemilik kerajaan yang agung di sisinya, serta pemberi karunia nikmat
islam kepada dunia melalui utusanya yang suci Muhammad SAW.
Sholawat serta salam juga kami hanturkan, kehadapan Nabi agung Muhammad
SAW. yang merupakan Nabi pembimbing seluruh alam, yang telah menghantarkan kita
dari kegelapan dunia, menuju terangnya Islam. Judul pembahasan makalah kami adalah
“Hubbul amal dan istiqomah”, makalah ini disusun untuk memenuhi kewajiban atas tugas
mata kuliah Akhlak.
Akhir kata, kami mengucapkan rasa terimakasih kepada bapak Saiful Yeri,
M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah ‘Akhlak’ dan juga kepada rekan-rekan yang
telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Semoga tulisan sederhana kami dapat
berguna untuk kita semua, tak hanya bagi pembaca pada umumnya, namun juga dapat
menjadi refleksi bagi kami sendiri khususnya. Dan semoga manfaatnya bisa kita petik, dan
mendapatkan pelajaran berharga dari pembelajaran ini.

Bukittinggi, November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1

C. Tujuan Masalah ........................................................................................................ 2

D. Manfaat Penulisan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3

A. Pengertian Dan Konsep Hubbul Amal..................................................................... 3

B. Hikmah Hubbul Amal .............................................................................................. 4

C. Membiasakan berprilaku Hubbul Amal ................................................................... 5

D. Pengertian Istiqomah ............................................................................................... 5

E. Tahap-tahap Istiqomah ............................................................................................ 6

F. Membentuk Sikap Istiqomah ................................................................................... 7

G. Hakikat Dan Anjuran Istiqomah .............................................................................. 7

H. Keutamaan Orang Yang Bisa Terus Istiqomah ....................................................... 8

BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 10

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 10

B. Saran ...................................................................................................................... 10

C. Penutup .................................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 12

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak terhadap diri sendiri pada dasarnya mutlak diperlukan oleh semua manusia
utamanya bagi seluruh umat muslim. Seorang muslim adalah pemimpin bagi dirinya
sendiri. Siapapun dia, seorang muslim tentu akan dimintai pertanggungjawaban atas apa
yang telah diperbuat terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itulah, islam memandang bahwa
setiap muslim harus menunaikan etika dan akhlak yang baik terhadap dirinya sendiri,
sebelum berakhlak yang baik kepada orang lain. Dan ini sering dilalaikan oleh kabanyakan
kaum muslim
Allah telah menentapkan jalan yang harus ditempuh oleh manusia sesuai dengan
syari’at yang telah ditetapkan, sehingga seseorang senantiasa istiqomah dan tegak diatas
syari’atnya, selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangannya. Seorang hamba Allah
yang mempunyai kaitannya antara hablu minallah dan hablu minananas. Dan sebagai hablu
minanas diharapkan bisa hubbul amal dan istiqomah.
Kita sebagai sebagai hablu minanas harus mempunyai akhlak bekerja keras. Karena
dalam islam membenci orang yang pengguran, malas dan kebodohan, hal itu maut yang
lambat laun akan mematikan semua daya kekuatan dan menjadi sebab kerusakan di dunia
dan di akhirat.
Oleh karena itu sebagai generasi muda mendatang, harus senantiasa menjadi orang yang
mencintai pekerjaan agar tidak malas dan menghindari kebodohan. Sebab itu Akhlak akan
membahas tentang Hubbul Amal dan Istiqomah.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dan konsep hubbul amal
2. Hikmah hubbul amal
3. Membiasakan berprilaku hubbul amal
4. Pengertian istiqomah
5. Tahap – tahap istiqomah
6. Membentuk sikap istiqomah
7. Hakikat dan anjuran istiqomah
8. Keutamaan orang yang bisa terus istiqomah

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian dan konsep hubbul amal
2. Untuk mengetahui hikmah hubbul amal
3. Untuk mengetahui bagaimana membiasakan diri berprilaku hubbul amal
4. Untuk mengetahui pengertian istiqomah
5. Untuk mengetahui tahap-tahap istiqomah
6. Untuk mengetahui bagaimana membentuk sikap istiqomah
7. Untuk mengetahui hakikat dan anjuran istiqomah
8. Untuk mengetahui keutamaan orang yang bias terus istiqomah

D. Manfaat Penulisan
1. Secara Teritis
Mahasiswa bisa bertambah ilmu dan wawasan dari teori yang telah dijabarkan dalam
makalah ini, yang mengambil dari beberapa referensi buku dan juga dari makalah yang
mambahas hal yang sama.
2. Secara Praktis
Mahasiswa dapat menerapkan atau mempraktekkan bentuk dari Hubbul Amal (Bekerja
Keras) dan Istiqomah dan juga dapat mengaplikasikan ilmu ini dalam kehidupan sehari-
hari, sebagai ladang pahala.

2
BAB II

PEMBAHASAN

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Dan Konsep Hubbul Amal


Hubbul amal ialah mencintai apa yang kerjakan atau bekerja keras. Hubbul Amal
adalah salah satu akhlak islami. Bekerja keras merupakan melakukan sesuatu dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai suatu yang diinginkan atau cita-citakan. Kerja keras
dapat dilakukan dalam segala hal, mungkin dalam bekerja mencari rizki, menuntut ilmu,
berkreasi, membantu orang lain, atau kegiatan yang lain.
Bekerja keras adalah salah satu ajaran islam yang wajib dibiasakan oleh umatnya. Islam
menganjurkan umatnya agar selalu bekerja keras untuk mencapai harapan dan cita-cita.
Dalam keteladanan akhlak, mengatakan bahwa Islam membenci pengangguran,
kemalasan dan kebodohan karena hal itu merupakan maut yang lambat laun akan
mematikan semua daya kekuatann dan menjadi sebab kerusakan di dunia dan akhirat.(Al-
Hufiy, 2000)
Bekerja keras tidak hanya fisik. Akal dan pikiran harus terus digunakan untuk
memikirkan sesuatu yang lebih baik. Kemalasan akal atau malas berfikir lebih jelek dari
pada malas badan. Orang yang cerdas tetapi malas berfikir akan merusak jiwa, karena
pikiran-pikiran yang buruk serta rusak ada dalam tubuh manusia yang malas dan lemah.
Orang yang malas akan menjadi gelisah hatinya, lemah badannya dan membenci kehidupan
walaupun memiliki harta yang cukup. Terkait dengan hubbul amal/ kerja keras Allah
berfirman dalam surat Al-Qashash ayat 77:
ۖ‫ض‬ ِ ‫سادَ فِي ْاْل َ ْر‬ َ َ‫َّللاُ ِإلَيْكَ ۖ َو ََل تَبْغِ ْالف‬
‫سنَ ه‬ َ ْ‫َصيبَكَ ِمنَ الدُّ ْنيَا ۖ َوأَحْ س ِْن َك َما أَح‬ ِ ‫سن‬ َ ‫هار ْاْل ِخ َرة َ ۖ َو ََل ت َ ْن‬ َ ‫َّللاُ الد‬‫َوا ْبتَغِ فِي َما آتَاكَ ه‬
ْ
َ‫َّللاَ ََل ي ُِحبُّ ال ُم ْف ِسدِين‬
‫ِإ هن ه‬
“Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagian) negri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan kebahagianmundari (kenikmatan) duniawi dan berbuatlah
(kepada orang lain) sebaigamana Allah telah berbuat baik, kepadamu dan janganlah kamu
berbuat kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.”
Dengan demikian sikap bekerja keras dapat dilakukan dalam menuntut ilmu,
mencari rizki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi masing-masing.
Selain itu Allah berfirman juga dalam surat At-Taubat ayat 105:
‫ست ُ َردُّون‬ َ ‫سولُهُ َو ْال ُمؤْ ِمنُونَ ۖ َو‬
ُ ‫َّللاُ َع َملَ ُك ْم َو َر‬
‫سيَ َرى ه‬ َ َ‫ََوقُ ِل ا ْع َملُوا ف‬
َ َ‫ش َهادَةِ فَيُنَبِئ ُ ُك ْم بِ َما ُك ْنت ُ ْم تَ ْع َملُون‬
‫ب َوال ه‬ِ ‫إِلَ ٰى َعا ِل ِم ْالغَ ْي‬

3
“Dan katakanlah: bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin
akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akn dikembalikan kepada (Allah) yang
mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberikannya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan.”
Ayat diatas mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan ibadah khusus, seperti
shalat, tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah dikaruniakan Allah dimuka bumi
ini. Baha dalam surat At-Taubah diatas menguisyaratkan baha kita harus berusaha sesuai
dengan kemampuan kita dan hal itu akan diperhitungkan oleh Allah Swt. Orang yang
beriman dilarang bersifat malas, berpangku tangan dan menunggu keajaiban
menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah menciptakan alam beserta isinya diperuntukkan
untuk manusia.
Namun untuk memperoleh mamfaat dari alam ini, manusia harus berusaha dan
bekerja keras. Rasulullah Saw juga menganjurkan umatnya untuk bekerja keras.
Namun dalam hal ibadah khususnya, seperti shalat, hendaknya kita beranggapan baha
seolah-olah kita kan mati esok hari sehingga kita bisa beribadah dengan khusyu’. (Ibrahim
dan Darson, 2009 : 32)
Semua orang yang bekerja dapat dijadikan pekerjaan dan segala aktivitasnya sebagai
ibadah asalkan mereka berpegang pada ketentuan-ketentuan berikut ini;
1. Harus menyesuaikan semua pekerjaan dengan aturan agam yang berlakudalam
ajaran islam.
2. Sebelum melakukan pekerjaan hendaknya memulai dengan niat yang suci dan hati
yang tulus.
3. Setiap pekerjaan hendaklah dilakukan dengan baik dan benar.

B. Hikmah Hubbul Amal

Allah Swt memerintahkan supaya bekerja keras karena banyak hikmah dan manaatnya,
baik bagi orang yang bekerja keras maupun terhadap lingkungnnya. Diantara hikmah
bekerja keras tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan potensi diri, baik berupa bakat, minat, pengetahuan maupun
ketrampilan.
2. Membentuk pribadi yang bertanggung jawab dan displin.
3. Mengangkat harkat martabat dirinya baik sebagai makhluk individu maupun
sebagai anggota masyarakat.
4. Meningkatkan taraf hidup orang banyak serta meningkatkan kebutuhan hidup diri
dan keluarga terpenuhi.

4
C. Membiasakan berprilaku Hubbul Amal
Untuk dapat memiliki sikap bekerja keras, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Selalu menyadari bahwa hasil yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri lebih
terpuji dan mulia dari pada menerima pemberian orang lain.
2. Menyadari sepenuhnya bahwa memberi lebih mulia dari pada meminta
3. Memiliki semboyan tidak suka mempersulit orang lain dengan mengharap
bantuannya.
4. Islam memuji sikap bekerja keras dan mencela meminta-minta. (Masan Alfat, 2003
: 83)

D. Pengertian Istiqomah

Istiqomah secara etimologi, istiqomah berasal dari istiqoma-yastaqimu yang berarti


tegak lurus. Dalam terminologi akhlak istiqomah adalah sikap teguh dalam
mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam
rintangan dan godaan. Perintah untuk berprilaku istiqomah dinyatakan dalam firman Allah
yakni dalam surat Asy Sura ayat 15
“maka karna itun serulah (mereka pada agama itu) dan istiqomahlah sebagaimana yang
diperintahkan kepadamu janganlah kamu mengikuti hawa nasu mereka.”
Sedangkan pengertian istiqomah menurut para ahli ialah :
1. Abu AL-Qasim al Qusyairi
Istiqomah adalah sebuah tingkatan yang menjadi pelengkap dan
menyempurnakan segala urusan. Lantaran istiqomahlah segala kebaikan berikut
aturannya dapat terujud. Orang yang tidak dapat istiqomah dalam melakukan
urusannya pasti akan sia-sia dan mengalami kegagalan.
2. Al-Wasithi
Istiqomah adalah Siat yang bisa menjadikan sempurnanya kebaikan.
3. Ali Ad-Daqqaq
Istiqomah adalah menegakkan atau membentuk sesuatu ada tiga derajat
pengertian. Menyehatkan, meluruskan dan berlaku lurus. Membentukn sesuatu
menyangkut disiplin jiwa, iqomah berkaitan dengan penyempurnaan dan
istiqomah berhubungan dengan tindakan mendekatkan diri pada Allah Swt.
(Teja Suar, 2004)
Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan unsur-unsur utama istiqomah,
yakni :
1) Berpegang pada akhidah yang benar, yakni akidah Ahlu sunnah aljamaah.

5
2)Melaksanakan tuntutan syariat islam berpandukan pada Al-Qur’an dan hadits.
3) Mempunyai prinsip dan keyakinan yang tidak akan berubah atau goyah.
4) Tidak terpengaruh oleh godaan hawa nasu dan syaitan.
5) Tidak tunduk pada tekanan demi melaksanakan tanggung jawab dan
mempertahankan kebenaran.
Begitu pentingnya istiqomah sampai Nabi Muhamaad Swa berpesan kepada
seseorang seperti dlam hadits berikut :
“Dari Abu Sufyan bin Abdillah R.a telah berkata : wahai rasulullah katakanlah
kepadaku pesan dalam islam sehingga aku tidak perlu berkata pada orang lain selain
engkau. Nabi menjawab : katakanlah aku telah beriman kepadan Allah kemudian
beristiqomah.”
Orang yang istiqomah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanan bersama
dalam tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada tantangan hidup, ibadah tidak ikut
redup, kantong kering atau tebal, tetap memperhatikan halal haram, di caci di puji, sujud
pantang berhenti, sekalipun ia memiliki fasilitas, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan.

E. Tahap-tahap Istiqomah
Ada tiga tahap istiqomah yang perlu berlaku serentak :

1. Istiqomah hati
Istiqomah ini senantiasa teguh dalam mempertahankan kesucian iman dengan cara
menjaga kesucian hati dari pada siat syirik, menjauhi sifat-sifat cela sepertri ria dan
menyuburkan hati dengan sifat terpuji terutamanya ikhlas. Dengan kata-kata lain istiqomah
hati bermaksud mempunyai keyakinan yang kukuh terhadap kebenaran Allah Swt. Firman
Allah surat Al-Furqan ayat 32
‫احدَة ً ۚ َك ٰذَل‬
ِ ‫َوقَا َل الهذِينَ َكفَ ُروا لَ ْو ََل نُ ِز َل َعلَ ْي ِه ْالقُ ْرآنُ ُج ْملَةً َو‬ ً ‫كَ ِلنُثَ ِبتَ ِب ِه فُ َؤادَكَ ۖ َو َرت ه ْلنَاهُ ت َْر ِت‬
َ ِ ‫يل‬
“Dan orang-orang kafir berkata: mengapa tidak diturunkan Al-Qur’an itu kepada
muhammad semua sekali (dengan sekaligus) ? diturunkan Al-Qur’an dengan cara yang
demikian hendak menetapkan hatimu (wahai Muhammad) dengannya dan kami
menyatakan bacaannya kepadamu dengan teratur satu persatu”

2. Istiqomah lisan
Istiqomah ini memelihara lisan atau tutur kata dari pada kata-kata yang senantiasa
berkata benar dan jujur, setepat kata yang yang berpegang pada prinsip kebenaran dan
jujur, tidak berpura-pura, tidak bermuka-mukda dan tidal berdolak-dalik.

6
Istiqomah lisan terdapat terdapat pada orang yang beriman, berani menyatakan dan
mempertahankan kebenaran dan hanya takut kepada Allah Swt. Allah pun berfirman pasa
surat Ibrahim ayat 27
“Allah menetapkan (pendirian) orang-orang yang beriman dengan kalimah yang tetap teguh
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”

3. Istiqomah perbuatan
Istiqomah ini tekun bekerja atau melakukan amalan atau melakukan apa saja usaha untuk
mencpai kejayaan yang di ridhoi Allah. Dengan kata lain istiqomah perbuatan merupakan
sikap dedikasi dalam melakukan sesuatupekerjaan, perusahaan dan perjuangan menegakkan
kebenaran, tanpa rasa kecewa, lemah semangat atau putus asa. Sikap ini menjadi begitu
rupa karena dorongan hati yang istiqomah.

F. Membentuk Sikap Istiqomah


Sikap Istiqomah dapat di bentuk dengan menanamkan unsur-unsur yang berikut ke
dalam diri untuk kehidupan di dunia dan di akhirat.
1. Semangat dan daya juang yang tinggi serta tidak mudah mengalah atau berputus
asa.
2. Prinsip yang benar berasaskan Al-Quran dan hadis Rasullah
3. Ilmu dan maklumat yang cukup.
4. Strategi yang kemas dalam perjuangan.
5. Usaha yang berterusan.
6. Yakin kepada takdir dan janji Allah Taala.
7. Berdoa dan bertawakal.
8. Bersyukur dan redha.
Sikap ini dapat diteladani daripada Rasullallah SAW, para sahabat, para mujahid,
syuhada’ dan salihin seperti yang tertera di dalam gambaran sejarah.

G. Hakikat Dan Anjuran Istiqomah


Istiqomah artinya tegak dan lurus serta tidak condong. Dalam artian, sebagaimana
ungkapan Umar Ibnul Khattab ra, tegar dan komit dalam menunaikan segala perintah dan
menjauhi larangan-Nya sesuai dengan tuntunan Rasullullah SAW. Disamping tidak
condong atau menyimpang kepada jalan-jalan lain yang menjerumuskan ke jurang
kebinasaan. Definisi ini, sebenarnya telah diisyaratkan Rasulullah SAW, tatkala membuat
suatu garis lurus dengan tangan beliau, seraya bersabda:

7
“Ini adalah jalan Allah”. Kemudian beliau membuat garis-garis lain di samping kiri dan
kanannya, dan bersabda: “Ini adalah jalan-jalan (yang lain), tidak ada satupun darinya
melainkan padanya ada syetan yang menyeru kepadanya”. Beliau lalu membaca ayat: “Dan
bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia; dan
jangan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu akan mencerai
beraikan kamu dari jalan-Nya”. (Qs. Al An’am ayat 153)

H. Keutamaan Orang Yang Bisa Terus Istiqomah


Yang dimaksud istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar) dengan
tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan semua
bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk larangan-
Nya. Inilah pengertian istiqomah yang disebutkan oleh Ibnu Rajab Al Hambali. Di antara
ayat yang menyebutkan keutamaan istiqomah adalah firman Allah SWT:
َ‫َّللاُ ث ُ هم ا ْستَقَا ُموا تَت َن هَز ُل َعلَ ْي ِه ُم ْال َم َلئِ َكةُ أ َ هَل تَخَافُوا َو ََل تَحْ زَ نُوا َوأ َ ْبش ُِروا بِ ْال َجنه ِة الهتِي ُك ْنت ُ ْم تُو َعدُون‬
‫إِ هن الهذِينَ قَالُوا َربُّنَا ه‬
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka
istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.”
(QS. Fushilat: 30)

Yang dimaksud dengan istiqomah di sini terdapat tiga pendapat di kalangan ahli tafsir:
1. Istiqomah di atas tauhid, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bakr Ash Shidiq
dan Mujahid,
2. Istiqomah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah, sebagaimana dikatakan
oleh Ibnu ‘Abbas, Al Hasan dan Qotadah,
3. Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput, sebagaimana
dikatakan oleh Abul ‘Aliyah dan As Sudi.

Dengan demikian istiqomah bukanlah berarti sebuah sikap yang jumud, tidak mau
adanya perubahan, namun sebuah kondisi yang tetap konsisten menuju arah yang
diyakininya dengan tetap terbuka terhadap gagasan inovatif yang akan menunjang atau
memeberikan kontribusi positif ubtuk mencapai tujuannya.

Menutut Dr. Nurcholis Madjid kesalahan itu timbul antara lain akibat persepsi
bahwa istiqomah mengandung makna yang statis. Istiqomah memang mengandung arti
kemantapan, tetapi tidak berarti kemandekkan, namun lebih dekat kepada arti stabilitas
yang dinamis.

8
Pribadi yang profesional dan berakhlak memiliki sikap konsisten yaitu kemampuan
untuk bersikap pantanga menyerah mampu mempertahankan prinsip serta komitmennya.
Walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya. Mereka mampu
mengendalikan dan mengelola emosinya secara efektif. Sikap konsisten telah melahirkan
kepercayaan diri yang kuat dan memiliki integritas dan mampu mengelola stres dengan
tetap penuh gairah. Seorang yang istiqomah tidak mudah berbelok arah betapapun
godaannya untuk mengubah tujuan begitu memikatnya. Dia tetap pada niat yang semula.

Istiqomah berarti berhadapan dengan segala rintangan, konsisnten berarti ia masih


tetap menapaki jalan yang lurus walaupun sejuta halanagan menghadang. Istiqomah akan
membuahkan keselamatan dari segala macam yang dicintai. Orang yang beristiqomah juga
akan dianugrahi kekokohan dan kemenangan serta kesuksesan memerangi hawa nafsu.

Beruntulah orang yang mampu beristiqomah dalam melakukan ketaatan kepada


Allah Swrt. Khusunya pada zaman seperti ini, saat, cobaan, ujian dan godaan selalu
menghiasi kehidupan siapa saja yang kuat imannya akan menuai keberuntungan yang besar
dan siapapun saja yang lemah imannyaakan tersunggkur ditengah belantara kehidupan dan
mengecap pahitnya kegagalan.

Maka dari itu kita senantiasa meningkatkan iman dan memohon kepada Allah agar
bisa istiqomah dalam beramal shaleh. Terlebih dalam dua hal, yaitu istiqomah dalam
keikhlasan mengikuti ajaran Allah dan Rasul.

9
BAB III

PENUTUP

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerja keras merupakan akhlak terpuji yang seharusnya dimiliki setiap orang,
terutama bagi seorang pelajar dalam proses pendidikan.
Istiqomah adalah tegak dihadapkan Allah Swt atau tetap pada jalan yang lurus
dengan tetap menjalankan kebenaran dan memenuhi janji, baik yang berkaitan
dengan ucapan, perbuatan sikap dan niatatau pendek kata yang dimaksud dengan
istiqomah adalah menempuh jalan yang lurus dengan tidak menyimpang dari ajaran
tuhan. Istiqomah juga bisa diartikan dengan tidak goncang gancing dalam
menghadapi kehidupan dengan tetap bersandar dengan tetap perpegang pada tali
Allah st dan sunnah Rasul.

B. Saran
Atas ijin Allah yang maha kuasa, kami dapat menyelesaikan dan mewujudkan
makalah ini sebagaimana niat pertama yakni untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh pengampu Agama 4. Dalam makalah ini tentu masih ada kekurangan dan
mungkin terdapat kekeliruan atau ketidakcocokan di hati pembaca. Maka dari itu,
diperlukan ungkapan kritik dan juga saran dari para pembaca demi kualitas makalah
yang lebih baik lagi.
Dari makalah ini penulis selalu berharap semoga apa yang ada di dalam makalah ini
bisa bermanfaat dan berguna untuk pembaca supaya bisa diaplikasikan dalam
kehidupan yang nyata. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna, untuk itu kami selaku penulis meminta maaf. Selamat membaca.

C. Penutup
Alhamdulillah atas ijin tuhan semesta alam kami dapat menyelesaikan dan
mewujudkan makalah ini dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
pengampu mata kuliah Agama 4. Dalam makalah ini tentu masih ada kekurangan
dan mungkin banyak ketidak cocokkan di hati pembacca demi kualitas makalah
yang lebih baik.
Dari penulisan makalah ini, penulis berharap semoga tulisan yang ada dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat diaplikasikan dalam
kehidupan yang nyata. Kami meminta maaf atas kekurangan yang kami perbuat

10
baik disengaja maupun tidak. Demikian dari kami, atas perhatianya mengucapkan
banyak terimakasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Darsono, I. d. (2009). Membangun Akidah dan Akhlak. Solo: PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.

Hindun, U. (2018). Akhlak Diri Sendiri : Hubbul Amal dan Istiqomah.

Multahim, d. (2007). pendidikan agama islam. jakarta: yudistira.

rasihon, a. d. (2009). akhlak tasawuf . bandung : bandung pustaka media .

Suar, T. (2004). Islam Saja! Bekal bagi pemuda muslim. Bandung: Kalam Upi
Press.

12

Anda mungkin juga menyukai