Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ISLAM, PERSOALAN HIDUP DAN KERJA


Untuk memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Islamic Character Building

Disusun oleh :

Kelompok 10

Restu Rochman 2203120006

Rahmad Audi Oktafian 2203120119

Sakila 2201040022

Hotna Youmita 2201040043

Dosen Pengampu :

Harun Arrasyd S. PdI, M. A

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TAPANULI SELATAN

PADANG SIDEMPUAN

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat, rahmat
dan hidayah yang telah diberikan Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ Islam, Persoalan Hidup dan Kerja “ ini tepat waktu. Tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Islamic Character Building yang telah
diberikan. Selanjutnya kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Harun Arrasyd S. Pdi, M. A
selaku dosen mata kuliah ICB yang telah memberi bantuan, arahan, dan petunjuk yang jelas
sehingga mempermudah kami menyelesaikan tugas ini. Terima kasih juga kepada teman-
teman yang telah bekerja sama berdiskusi dan menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pada pembaca yang dapat membangun
makalah ini sehingga bisa lebih baik lagi dan bermanfaat bagi para pembaca dan penulis.

Padang Sidempuan, 09 juni 2023

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 2

A. Hakekat Hidup dan Kerja........................................................................................ 2


B. Rahmat Allah Bagi yang Rajin Bekerja .................................................................. 4
C. Akhlak Dalam Bekerja ............................................................................................ 6
D. Keharusan Profesionalisme Dalam Bekerja............................................................ 7

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 9

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 9
B. Saran ....................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia memerlukan harta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Salah satunyamelalui bekerja manusia akan berusaha memperoleh harta kekayaan.
Karena tanpa berusahamanusia tidak akan mendapatkan apa – apa. Dalam hal ini
Alquran dan Hadist berperansebagai tuntunan dan pegangan bagi kaum muslimin,
yangmempunyai fungsi tidak hanyamengatur dalam segi ibadah saja melainkan juga
mengatur umat islam dalam memberikantuntutan dalam masalah yang berkenaan dengan
kerja.
Di Era globalisasi saat ini, kita dituntut untuk menunjukkan etos kerja yang
tidakhanya rajin, gigih, setia, akan tetapi senantiasa menyeimbangkan dengan nilai-
nilai Islamiyang tentunya tidak boleh melampaui rel-rel yang telah ditetapkan Alquran dan
Hadis. Dalam makalah ini akan membahas tentang hakekat hidup dan kerja, rahmat
Allah terhadap orangyang rajin bekerja, akhlak dalam bekerja, keharusan profesionalisme
dalam bekerja.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi dari hakekat hidup dan kerja dalam islam ?
2. Seperti apa rahmat Allah bagi yang rajin bekerja ?
3. Bagaimana akhlak dalam bekerja menurut islam?
4. Bagaimana profesionalisme dalam bekerja dala islam ?

C. Tujuan
1. Mengetahui hakekat hidup dan kerja dalam islam.
2. Mengetahui rahmat Allah bagi yang rajin bekerja dalam islam.
3. Dapat mengetahui akhlak dalam bekerja dalam islam.
4. Dapat mengetahui bagaimana profesionalisme dalam bekerja islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Hakekat Hidup dan Kerja


Dalam diri manusia terdapat apa yang disebut dengan nafs sebagai potensi yang
membawa kepada kehidupan. Dalam pandangan Al-Qur‟an , nafs diciptakan Allah dalam
keadaan sempurna untuk berfungsi menampung serta mendorong manusia berbuat kebaikan
dan keburukan. Allah swt. Katakana dalam surat al-Syams ayat 7-8“Demi Nafs serta
penyempurnaan ciptaanny, Allah mengilhamkan kepadanya kejahatan dan ketaqwaan”. Allah
mengilhamkan, berarti memberi potensi agar manusia melalui nafs dapat menangkap ma‟na
baik dan buruk, serta dapat mendorongnya untuk melakukan kebaikan dan keburukan.
Meskipun nafs berpotensi positif dan negative, namun diperoleh pula isyaratka bahwa
pada hakekatnya potensi positif manusia lebih kuat dari pada potensi negetifnya. Hanya saja
daya Tarik keburukan lebih kuat dari daya tarik kebaikan. Untuk itu manusia dituntut agar
memelihara kesucian nafsnya. Firman Allah dalam surat al-Syams ayay 9-10.”sungguh
beruntunglah orang-orang yang menyucikannya dan merugilah orang-orang yang
Mengotorinya”Kecendrungan nafs lebih kuat untuk kebaikan dipahami dari isyarat ayat,
misalnya terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 286 “ Allah tidak membebani seseorang,
tetapi sesuai dengan kesanggupan nya.
Nafs memperoleh ganjaran dari apa yang diusahakannya, dan memperoleh siksa dari apa
yang diusahakannya”Selain nafs, dalam diri manusia juga terdapat qalb yang sering
diterjemahkan hati. Seperti dikemukakan di atas, bahwa nafs ada dalam diri manusia, qalb
pun demikian, hanya saja qalb yang merupakan wadah dipahami dalam arti alat, sebagaimana
firman Allah dalam surat al-A‟raf ayat 179 “mereka mempunyai qalb, tetapi tidak digunakan
untuk memahami”. Selain kata qalb,dalam al-qur‟an juga terdapat kata fu’ad, seperti dalam
firman-Nya dalam surat al-Nahl “Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatu maka Dia memberimu (alat) pendengaran, (alat) penglihatan serta
hati, agar kamu bersyukur (mempergunakannya memperoleh pengetahuan)”Kemudian
manusia juga memiliki ruh, sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Isra‟ ayat 85 “ Dan
mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah Ruh adalah urusan Tuhanku, kamu tidak
diberi ilmu kecuali sedikit” Ada yang berpendapat, bahwa ruh itu sama dengan nyawa, tetapi
apa bedanya manusia dengan orang utan, monyet dan binatang yang lain ?. Dalam surat al-
mu‟minun dijelaskan bawa dengan ditiupkannya ruh, maka menjadilah makhluk ini khalq

2
akhar (makhluk yang unik), yang berbeda dengan makhluk lain. Karena manusia memiliki
ruh lah ia mudah menerima wahyu dari Allah swt.
Mempelajari wahyu dikatakan santapan rohani, bukan santapan nyawa. Manusia
berpotensi mendapatkan hidayah Karena mempunyai roh.Selain memiliki nafs, qalb, dan ruh
manusia juga memiliki „aql. Kata „aql dalam al-qur‟an menggunakan bentuk kata kerja masa
kini dan lampau. Dari segi bahasa, kata ini dapat diartikan tali pengikat, penghalang. „Aql
merupakan sesuatu yang mengikat atau menghalangi seseorang terjerumus dalam kesalahan
atau berbuat dosa.
Allah berfirman dalam surat al-An‟am ayat 151 “…” dan janganlah kamu mendekati
perbuatan keji, baik yang nampak atau tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa
yang diharamkan Allah kecuali demi kebenaran, itulah wasiat Allah kepadamu agar kamu
ber‟aqal (dapat memahaminya)” Menurut Hamka, dalam bukunya Falsafah Hidup,
Islam sangat memuliakan „aql, maka dari itu Islam adalah agama yang menjunjung tinggi
“aql. Orang yang dapat menempatkan dirinya merasa terikat pada aturan-aturan Allah dalam
firman-firman-Nya, maka itulah sebenarnya orang-orang yang ber‟aqal.
Seorang muslim dalam aktifitas kehidupnya dapat menggunakan „aqalnya jauh dari
perbuatan keji, ruhnya banyak berisikan wahyu Allah, hatinya jadi tentram sehingga dirinya
terkendali kejalan yang diredhai Allah, terhindar dari langkah-langkah syetan yang
buruk Demikianlah hakekat hidup manusia dengan berbagai potensi yang terdapat dalam
dirinya untuk melaksanakan pekerjaan.

Bekerja merupakan suatu cara bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup baik
fisik, psikologis maupun sosial. Dalam sistem perekonomian islam, bekerja dapat dimaknai
sebagai berikut:
a) Bekerja sebagai peneguhan eksistensis kekhalifahan manusia dibumi (QS:67:15)
b) Bekerja merupakan usaha yang berstatus kewajiban untuk memenuhi kebutuhan
hidup.
c) Bekerja adalah ibadah, bukan hanya mengandung manfaat sosial akan tetapi juga
bernilai ritual, karena bekerja bagi manusia menjadi salah satu unsur kemashlahatan
sosial yang ditentukan oleh Allah SWT. (QS:62:10)
d) Bekerja merupakan perjuangan (jihad) manusia untuk mempertahankan kehidupannya
(QS:73:20) meski dalam islam Allah telah memberi ketentuan rizki yang diterima
oleh ciptaan Nya dimuka bumi ini, akan tetapi Allah mendidik manusia untuk
melakukan usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

3
Berdasarkan motifnya, manusia memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam
memaknai pekerjaan mereka. Setidaknya ada empat motif dalam hal ini :
1) Bekerja untuk hidup (to live) merupakan fenomena kebanyakan orang, motif
utamanya fisik material. Bahwa pekerjaan sekedar untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.
2) Bekerja untuk memperbanyak relasi. Orang yang mempunyai pamndangan ini, selain
memaknai pekerjaan tempat mencari harta, ia juga menggunakan kesempatan bekerja
untuk memperluas pergaulan. Motif utamanya relasi sosial atau komunikasi antar
sosial.
3) Bekerja untuk belajar. Motif utamanya adalah intelektual. Orang dengan tipe ketiga
ini memaknai pekerjaannya sebagai tempat menambah ilmu dan menguji kemampuan.
4) Bekerja untuk berbagi kenikmatan dan mewariskan kebaikan. Orang dengan tipe ini
memaknai pekerjaan sebagai ibadah kepada Allah SWT. Motif utamanya lebih
mengarah kepada spritualitas. Pekerjaan apapun yang dimilikinya, selalu memotivasi
dirinya untuk berbuat kebaikan dan memberikan manfaat kepada lingkungan
sekitarnya. Tipe inilah yang terbaik di dalam agama sebagaimana Rasulullah SAW
bersabda “ sebaik-baiknya manusia adalah orang yang paling bermanfaat untuk yang
lainnya )

B. Rahmat Allah Bagi Yang Rajin Bekerja


Allah berfirman “Seseorang tidak mendapatkan sesuatu kecuali apa yang telah
diusahakannya”. (QS. An-Najm : 39). Andaikata Sunnatullah tersebut tidak berlaku, betapa
akan sangat membingungkannya kehidupan ini karena tidak ada yang bisa dijadikan pedoman
lagi. Dan kita tidak dapat menduga-duga apa yang akan jita peroleh dengan melihat sudah
seberapa serius dan keras kita dalam mengusahakan sesuatu.
Sebagaimana diriwayatkan Thabrani dalam Al-Kabir, Rasulullah bbersabda, “Allah
mencintai setiap mukmin yang bekerja untuk keluarganya dan tidak menyukai mukmin
pengangguran”. Haram hukumnya apabila seseorang yang mampu bekerja hanya berdiam
diri. Yusuf Qardhawi dakam fatwa-fatwanya menyatakan bahwa setiap Muslim diharamkan
malas bekerja dengan dalih sibuk beribadah atau tawakal kepada Allah, sebab langit tidak
akan mencurahkan hujanemas dan perak. “barang siapa pada malam hari merasakan
kelelahan karena bekerja pada siang hari, maka pada malam itu ia diampuni Allah”.

4
Nabi sudah lama mengingatkan, “Apabila kamu telah selesai shalat subuh, maka janganlah
kamu tidur”. Hadits ini memerintahkan kita agar manusia dengan segera bekerja sejak pagi-
pagi sekali, supayaia menjadi produktif. Bahkan Nabi SAW secarakhusus mendoakan orang
yang bekerja sejak pagi sekali. “Ya, Allah, nberkahilah umatku yang bekerja pada pagi-pagi
sekali”.
Dalam kaitan ini, menaik untuk mengutip ungkapan Jimmy Carter, “Saya bisa saja
bangun jam sembilan pagi dan menjadi petani kacang, atau bangun jam enam pagi dan
menjadi presiden”. Malas adalah watak yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam.
Karena itu Nabi pernah berdoa kepada Allah agar dilindungi dari sifat lemah dan malas, “Ya
Allah, sesungguhnya aku berlindung dengan-Mu dari sifat lemah dan malas”. Al-Quran
mengemukakan kepada Nabi SAW, “Katakanlah (Hai Muhammad, kepada umatmu):
bekerjalah !”.
Umar bin Khattab khalifah ke dua setelah Abu bakar siddiq berkata “aku benci orang
berpangku tangan, tanpa ada aktifitas kerja, baik kerja untuk dunia atau untuk kepentingan di
akherat kelak”Dalam hal ini khalifah umar sangat menghargai dan menyenangi orang yang
rajin bekerja dan beraktifitas Sebagai muslim yang ta‟at, Umar selalu mendorong umat Islam
untuk memiliki semangat bekerja dan beramal, serta menjauhkan diri dari sifat malas.
Rasulullah bersabda “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari lemah pendirian, sifat
malas, penakut, kikir, hilangnya kesadaran, terlilit utang dan dikendalikan orang lain. Dan
akau berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, dan dari fitnah (ketika hidup dan mati). (H.R
Bukhari dan Muslim)Orang muslim yang akan berhasil dalam hidupnya adalah
kemampuannya meninggalkan perbuatan yang melahirkan kemalasan/tidak produktif dan
digantinya dengan amalam yang bermanfa‟at. Sabda Rasulullah Saw. Dari Abu hurairah“
Sebaik-baik Islamnya seseorang adalah meninggalkan perbuatan yang tidak bermanfa‟at”
(HR. Tarmizi).
Bekerja bagi seorang muslim adalah dalam rangka mendapatkan rezki yang halal
dan memberikan manfa‟at yang sebesar-besarnya bagi masyarakat sebagai ibadahnya kepada
Allah swt. Firman-Nya :“Apabila shalat telah ditunaikan, maka bertebaranlah kamu dimuka
bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu
beruntung” (al-Jmu‟ah: 10) Dalam pandangan Islam bekerja merukapan bagian dari ibadah,
mengaplikasi dan implementasinya perlu diikat dan dilandasi oleh akhlak/etika, yang
senantiasa disebut etika profesi. Etika/akhlaq yangmencerminkan sifat terpuji, yaitu Shiddiq,
istiqamah, futhanah, amanah dan tablig. Dari uraian diatas, dapat difahami, bahwa seorang
muslim yang akan mendapat kasih sayang dari Allah swt. Adalah apabila orang itu jauh dari

5
sifat malas, senang melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfa‟at, rajin bekerja, tidak
menyia-nyiakan waktu, menyadari bahwa semua aktifitas yang dilakukan adalah dalam
rangka beribadah kepada Allah Swt.
Bekerja keras untuk mencari rezeki yang halal akan mengundang rahmat dan cinta
Allah, Rasul, dan juga orang-orang yang beriman. Dalam Al-Quran berkali-kali disebut,
“Dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang
beriman akan melihat pekerjaannya itu”. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa
orang-orang yang menyediakan makanan dan kebutuhan lain untuk dirinya dan keluarganya
lebih baik daripada orang yang menghabiskan waktunya beribadah tanpa mencoba berusaha
mendapat penghasilan untuk dirinya sendiri. Islam sangat menjungjung tinggi kerja dan
produktivitas. Islam tidak menyukai pengangguran dan kemalasan.

C. Akhlak Dalam Bekerja


Seorang muslim dalam bekerja selalu berhati-hati dan terbuka pikirannya
kepada keindahan ciptaan Allah. Dia menyadari bahwa Allah lah yang mengontrol segala
urusan dunia dan kehidupan manusia. Dia mengenal tanda-tanda kekuasaan-Nya, senantiasa
berzikir dan tawakal kepada-Nya. “ sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih
bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang bertawakal ( yaitu)
orng-orng yang mengingatAllah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi ( sambbil berkata) Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sis-sia, maha suci Engkau, maka peliharalah
kami dari api neraka” (Ali Imran ayat 190-191)
Dalam bekerja dia tulus danpatuh kepada Allah dalam keadaan bagaimanapun, tidak
boleh melampai batas, selalu ta‟at mengikuti bimbingan Allah meskipun tidak sesuai dengan
keinginannya. Dia bertanggung jawab menjalankan kewajiban pekerjaan yang telah
ditetapkan untuknya. Bila ia mendapatkan kendala, segera mencari penyebabnya dan
siapmemikul semua konsekwensinya.
Dia memahami sabda Rasul Saw. “Betapa indahnya urusan orang Islam. Seluruh urusan
(kerjanya) adalah baikbagi dirinya. Jika ia mengalami kemudahan, ia bersyukur, dan yang
demikian itu baik bagi dirinya, jika ia mengalami kesulitan , ia menghadapinya dengan sabar
dan tabah, dan itupun juga baikbagi dirinya (HR. Bukhari).
Akhlak seorang muslim dalam bekerja menemukan kemudahan selalu bersyukur, ketika
menghadapi kesulitan dia tabah dan sabar . Mudah dan sulit baginya sama, karena semua itu
adalah untuk menguji kekuatan imannya. Pada sa‟atnya ia mendapatkan kesalahan dalam

6
bekerja, menyimpang dari ketentuan Allah dan Rasul-Nya, ia segera bertobat, segera ingat
akan Tuhannya, menghentikan segala kesalahannya dan memohon ampun atas kekeliruannya.
“Sesungguhnya orang-orang yangbertaqwa bila dalam dirinya timbul perasaan was-was dari
setan, mereka segera ingat kepada Allah. Maka waktu itu juga mereka melihat kesalahan-
kesalahannya” (al-A‟raf :201) Demikianlah akhlak seorang muslim dalam bekerja.

D. Keharusan Profesionalisme Dalam Bekerja


Profesonal berarti berkualitas, bermutu dan ahli dalam satu bidang pekerjan yang
menjadi profesinya. Suatu pekerjaan yang dilaksanakan oleh seseorang yang memang
ahlinya, tentu akanmendapatkan hasil yang bermutu dan baik. Sebaliknya suatu pekerjaan
yang dilaksanakan oleh seseorang yang bukan profesinya, akan mendapatkan hasil yang tidak
bermutu dan bahkan akan berantakan. Sabda Rasul Saw. “Bila menyerahkan suatu urusan
kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran”. Menurut sabda Rasul ini,
seseorang dalam bekerja, apapun pekerjaannya, kalau ingin mengharpkan hasil yang
berkualitas dan baik, maka dia harus profeisinal / ahli dalam pekerjaan yang menjadi
tanggung jawabnya itu.
Ahli dalam bekerja, berarti menguasai ilmu pengetahuan yang berhubungan lansung
dengan pekerjannya. Seorang pekerja yang bekerja dalam dunia pertanian, tentu dia harus
bereilmu tentang tanaman, pemupukan, pengiran dan lain-lain. Dia harus mengerti,
memahami dan menghayati secara mendalam segala yang menjadi tugas dan kewajibannya
dalam pertanian. Sifat kreatifits dan kemampuan melakukan berbagai macam inovasi
yangbermanfa‟at tentang pertanian akan muncul dalam dirinya.
Tentunya kreatif dan inovatif hanya mungkin akan dimiliki manakala seseorang selalu
berusaha untuk menambah berbagai ilmu pengetahuan, peraturan, dan informasi yang
berhubungan dengan pekerjaan apapun bentuk pekerjanya.
Sebagai seorang guru (pengejar) dituntut harus ahli dalam ilmu keguruan, jangan setengah-
setengah, tapi belajar, terus belajar tentang profesi keguruan sampai akhir hayatnya.
Firmam Allah dalam al-Baqarah : 208 ”Hai orang yang beriman, masuklah kamu kedalam
kedamaian /Islam secara menyeluruh, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan,
karena setan itu adalah musuhmu yang nyata”. Tersirat dalam ayat ini, bahwa
aktifitas apapun yang dilakukan menuntut pelakunya untuk berilmu secara mendalam dan
menyeluruh (kaffah) sesuai dengan profesinya.
Orang beriman diminta untuk memasukkan totalitas dirinya kedalam wadah islam
secara menyeluruh, sehingga semua kegiatannya berada dalam wadah islam /kedamaian. Ia

7
damai dengan dirinya, keluarganya, seluruh manusia, binatang, tumbuh tumbuhan dan alam
raya semuanya. Wadah Islam secara menyeluruh yang dimaksud juga penguasaan ilmu islam
secara menyeluruh sehingga mampu melaksanakan aktifitas islam dengan berkualitas dan
bermutu.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerja adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia baik kebutuhan fisik,
psikologis, maupun sosial. Selain itu, kerja adalah aktivitas yang mendapat dukungan sosial
dan individu itu sendiri. Manusia diwajibkan untuk berusaha, bukan menunggu karena Allah
tidak menurunkan harta benda, iptek dan kekuasaan dari langit melainkan manusia harus
mengusahakannya sendiri. Manusia harus menyadari betapa pentingnya kemandirian
ekonomi bagi setiap muslim. Kemandirian atau ketidak ketergantungan kepada belas kasihan
orang lain ini mengandung resiko, bahwa umat Islam wajib bekerja keras. Dan syarat itu
adalah memahami konsep dasar bahwa bekerja merupakan ibadah. Dengan pemahaman ini,
maka akan terbangun etos kerja yang tinggi.
Tujuan bekerja menurut Islam ada dua, yaitu memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga,
dan memenuhi ibadah dan kepentingan sosial. Islam menjunjung tinggi nilai kerja, tetapi
Islam juga memberi balasan dalam memilih jenis pekerjaan yang halal dan haram.

B. Saran
Bekerja dengan sunguh-sunguh merupakan mencirikan seorang muslim yang taat kepada
Allah Swt. Allah tidak merubah nasib suatu kaum selain kaum itu merubah nasibnya sendiri,
kehidupan kita tidak terlepas dari kebutuhan-kebutuhan sandang dan pangan. Untuk
memperoleh itu semua kita harus bekerja untuk memperoleh kondisi ekonomi yang baik,
Islam sudah memberikan penjelasan bagaimana cara bekerja secara sungguh-sungguh dan
professional. Marilah kita bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan rahmat dan
ridho Allah Swt dan memperoleh rezeki yang halal.

9
DAFTAR PUSTAKA
KH. Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islam, Gema Insani Press, Jakarta, 2002, hlm. 2-
26.
Prof. Dr. Muhammad Mutawalli asy-Sya‟rawi, Jiwa dan Semangat Islam, Gema Insani Press,
Jakarta, 1992, hlm. 36-38.
Drs. M. Thalib, Pedoman Wiraswasta dan manajemen Islami, CV. Pustaka Mantiq, Solo, 1992,
hlm. 18-20
KH. Toto Tasmara, Ibid, hlm. 73-139.

10

Anda mungkin juga menyukai