Anda di halaman 1dari 13

Konsep Etos Kerja Dalam Al-Qur’an

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Tafsir Tematik III

Disusun Oleh:
Putri Nabilla Mulyono 19211274
Putri Nur Fadiyah 19211275
Rahmayanti Fauziah 19211284
Safira Iqlima 19211297

Dosen Pengampu:
Ahmad Hawasi, M. Ag.

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
TAHUN 1443 H/2021 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji serta syukur kehadirat Allah Swt, yang mana telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat melaksanakan perkuliahan online ini dengan keadaan sehat wal‘afiat.
Tak lupa Shalawat serta salam kami curahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw. beserta
keluarga dan para sahabatnya.
Kami selaku tim penyusun makalah mengucapkan terima kasih kepada bapak Ahmad
Hawasi, M. Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir Tematik III. kami berharap makalah
ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai bagaimana
Ilmu menurut Hadis Rasulullah saw. Makalah ini kami buat berdasarkan referensi yang kami
temukan dari berbagai sumber ilmiah yang ada.
Demikian sedikit pengantar dari kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang
membacanya, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah-makalah
yang akan kami buat di masa yang akan mendatang.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bogor, 4 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1


A. Latar belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ............................................................................................................. 1
C. Tujuan penulisan ............................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................. 3


A. Pengertian Etos Kerja dan Urgensi ................................................................................... 3
B. Term Etos Kerja dalam Al-Qur’an ................................................................................... 4
C. Prinsip Etos Kerja dalam Al-Qur’an ................................................................................. 6
D. Kriteria Etos Kerja dalam Al-Qur’an ................................................................................ 7
E. Cara Meningkatkan Etos Kerja dalam Al-Qur’an ............................................................ 9
F. Etos Kerja Gen Milenial ................................................................................................... 12

BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 20


A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 20
B. Saran ................................................................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bekerja juga merupakan fitrah dan salah satu identitas manusia untuk mencari rezeki.
Kesadaran manusia untuk bekerja harus disertai tujuan supaya menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat kemudian akan melahirkan sesuatu yang bermakna. Bekerja dengan tekun akan
mendapatkan imbalan secara langsung, seperti hidup yang berkecukupan. Dalam Islam,
bekerja merupakan sesuatu yang harus dilakukan manusia karena kerja bukan hanya sekedar
untuk mendapatkan penghasilan, tetapi bekerja yang sesungguhnya merupakan perintah agama
agar menjadi manusia yang bermanfaat. Kerja menurut pandangan Islam adalah suatu
kewajiban bagi setiap umat manusia, baik dalam hal memenuhi kebutuhan keluarga serta
kebutuhan akhiratnya. Al-Qur’an menganjurkan manusia, terutama umat muslim agar lebih
giat bekerja keras dan berusaha semaksimal mungkin untuk dapat meraih kesuksesan serta
berhasil dalam menempuh kehidupan dunia dan akhirat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan etos kerja?
2. Bagaimana penjelasan term etos kerja dalam Al-Quran?
3. Bagaimana penjelasan prinsip dan kriteria etos kerja dalam Al-Qur’an?
4. Bagaimana penjelasan cara meningkatkan etos kerja yang terdapat dalam Al-
Qur’an?
5. Bagaimana penjelasan etos kerja era milenial?
C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk Mengetahui penjelasan tentang Etos Kerja
2. Untuk Mengetahui term etos kerja dalam Al-Qur’an
3. Untuk Mengetahui prinsip dan kriteria etos kerja dalam A-Qur’an
4. Untuk Mengetahui cara meningkatkan etos kerja yang terdapat dalam Al-Qur’an
5. Untuk Mengetahui etos kerja di era milenial.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etos Kerja

Etos kerja berasal dari kata Yunani, Ethos artinya ciri, sifat atau kebiasaan, adat istiadat,
atau juga kecenderungan moral, pandangan hidup yang dimiliki seseorang, suatu kelompok orang atau
bangsa.1 Dalam Hand Book of Psycologi Term, yang dikutip oleh Ahmad Janan Asifudin disebutkan
bahwa etos diartikan sebagai pandangan khas suatu kelompok sosial, sistem nilai yang melatarbelakangi
adat istiadat dan tata cara suatu komunitas. 2 Adapun definisi kerja, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai kegiatan melakukan sesuatu.3

Menurut Mochtar Buchari, etos kerja dapat diartikan sebagai sikap dan pandangan terhadap
kerja, kebiasaan kerja; ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai cara kerja yang dimiliki seseorang, suatu
kelompok manusia atau suatu bangsa.4

Urgensi Etos Kerja

Perintah untuk bekerja, berkarya, dan mencari rezeki yang halal dinyatakan dalam
berbagai redaksi ayat Al Qur’an dan hadits Nabi. Firman Allah:

٣٩ - َ‫ف ت َ ْعلَ ُم ْو َۙن‬ َ َ‫ام ٌل ۚف‬


َ ‫س ْو‬ ِ ‫ع‬َ ‫ع ٰلى َم َكانَتِ ُك ْم اِنِ ْي‬
َ ‫قُ ْل ٰيقَ ْو ِم ا ْع َملُ ْوا‬
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Wahai kaumku! Berbuatlah menurut
kedudukanmu, aku pun berbuat (demikian). Kelak kamu akan mengetahui.5

Ayat ini adalah perintah (amar) dan karenanya mempunyai nilai hukum “wajib” untuk
dilaksanakan. Siapapun mereka yang secara pasif berdiam diri tidak mau berusaha untuk
bekerja, maka dia telah menghujat perintah Allah, dan sadar atau tidak kenistaan bagi dirinya.6
Di dalam Al Qur’an banyak sekali ayat yang mendorong manusia supaya senantiasa bekerja
keras, rajin, dan tekun. Contohnya surat Al ‘Ashr, dalam surat ini Allah telah gamblang
menegaskan bahwa manusia itu akan tetap dalam kerugian selama mereka tidak mau beriman

1
Mochtar Buchori, Penelitian Pendidikan dan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: IKIP Muhammadiyah
Press. 1994), hal. 6.
2
Ahmad Janan Asifuddin, Etos Kerja Islami, (Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2004), hal. 26.
3
Anton Muliono dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), hal. 488.
4
Mochtar Buchari, Penelitian Pendidikan dan Pendidikan Islam di Indonesia, hal. 6.
5
https://quran.kemenag.go.id/sura/39
6
Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim, (Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1995), hal. 25.

2
dan bekerja dengan baik (beramal saleh). Kalau kita periksa ayat demi ayat dalam Al Qur’an
niscaya kita akan menemukan kata “amal saleh”, selalu berdampingan dengan kata “iman”. Ini
menunjukkan kepada kita bahwa kebahagiaan manusia tak cukup hanya mengandalkan iman
tanpa kerja, tapi iman harus sekaligus diikuti oleh perbuatan nyata. Atau dengan ungkapan lain,
dan iman saja tanpa kerja ibarat sebatang pohon yang rindang tanpa buah, jadi amal adalah
buah dari iman.7

Islam menghendaki setiap individu hidup di tengah masyarakat secara layak sebagai
manusia, paling tidak ia dapat memenuhi kebutuhan pokok berupa sandang, pangan,
memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahliannya, atau membina rumah tangga dengan bekal
yang cukup. Artinya, bagi setiap orang harus tersedia tingkat kehidupan yang sesuai dengan
kondisinya, sehingga ia mampu melaksanakan berbagai kewajiban yang diperintahkan Allah
dan tugas-tugas lainnya. Untuk mewujudkan hal itu Al Qur’an mengajarkan bahwasanya setiap
orang dituntut untuk bekerja dan berusaha, menyebar di muka bumi, dan memanfaatkan rezeki
dengan mensyukurinya.

Kerja atau berusaha adalah senjata utama untuk memerangi kemiskinan dan juga
merupakan faktor utama untuk memperoleh penghasilan dan unsur penting untuk
memakmurkan bumi dengan kedudukannya sebagai khalifah sebagaimana yang difirmankan
Allah dalam Al Qur’an.

B. Term Etos Kerja dalam Al-Quran

Dalam Al-Qur’an tidak ada sama sekali ayat atau surah yang membahas secara spesifik
tentang etos kerja, akan tetapi sebagai kitab suci terakhir yang berfungsi sebagai petunjuk, Al-
Qur’an pasti memuat ayat-ayat yang memberi isyarat tentang etos kerja antara lain sebagai
berikut:

1. Surah Ar-Ra’du ayat 11

‫ّٰللاَ ََل يُغَيِ ُر َما بِقَ ْوم ََتهى يُغَيِ ُر ْوا َما بِا َ ْنفُ ِس ِِ ۗ ْم َواََِا‬ ُ َ‫لَهٗ ُمعَ ِقبٰتٌ ِم ْۢ ْن بَي ِْن يَدَ ْي ِه َو ِم ْن خ َْل ِف ٖه يَحْ ف‬
‫ظ ْونَهٗ ِم ْن ا َ ْم ِر ه‬
‫ّٰللاِ ۗا َِّن ه‬
‫و ً ْواا فَ َ ا َم َردَّ َلهٗ َۚو َما لَ ُِ ْم ِم ْن د ُْونِ ٖه ِم ْن َّوا‬ ‫ا َ َرادَ ه‬
ُ ‫ّٰللاُ بِقَ ْوم‬

“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan
belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan

7
Nashruddin Baidan, Tafsir Maudhu’i, Solusi Qur’ani atas Masalah Sosial Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2001), hal. 107-108.

3
mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

Dalam ayat tersebut dapat disimpulkan memiliki beberapa makna, yakni: pertama, ayat tersebut
berbicara tentang perubahan sosial bukan perubahan individu. Kedua, kata qaum juga
menunjukkan bahwa hukum kemasyarakatan ini tidak hanya berlaku untuk kaum muslimin
atau satu suku, ras dan agama tertentu, tetapi ia berlaku umum, kapan dan di mana pun mereka
berada. Ketiga, dimaknai dengan dua pelaku perubahan, yakni pelaku pertama Allah dan
pelaku kedua adalah manusia. Keempat, perubahan yang dilakukan oleh Allah haruslah
didahului oleh perubahan yang dilakukan oleh masyarakat menyangkut sisi dalam mereka.
Dalam ayat ini Allah memberitahukan bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum,
sampai perubahan itu ada pada diri mereka sendiri, atau pembaharuan dari salah seorang
diantara mereka dengan sebab.

2. Surah Attaubah ayat 105

‫ش َِادَةِ فَيُنَبِئ ُ ُك ْم ِب َما ُك ْنت ُ ْم‬ ِ ‫وت ُ َرد ُّْونَ ا ِٰلى ٰع ِل ِم ْالغَ ْي‬
َّ ‫ب َوال‬ َ ‫و ْولُهٗ َو ْال ُمؤْ ِمنُ ْو ۗنَ َو‬
ُ ‫ع َملَ ُك ْم َو َر‬
َ ُ‫ّٰللا‬ َ َ‫َوقُ ِل ا ْع َملُ ْوا ف‬
‫سيَ َرى ه‬
َ‫ت َ ْع َملُ ْو ۚن‬

“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu
juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
4 Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah
kamu kerjakan.”

Menurut pendapat Hamka, ayat ke-105 dari Surat at-Taubah dihubungkan dengan surat
al-Isra’ ayat 84: “Katakanlah: tiap-tiap orang beramal menurut bakatnya tetapi tuhan engkau
lebih mengetahui siapakah yang lebih mendapat petunjuk dalam perjalanan”. Setelah
dihubungkan dengan ayat tersebut, dapat diketahui bahwa Allah menyuruh manusia untuk
bekerja menurut bakat dan bawaan, yaitu manusia diperintahkan untuk bekerja sesuai tenaga
dan kemampuannya. Artinya manusia tidak perlu mengerjakan pekerjaan yang bukan
pekerjaannya, supaya umur tidak habis dengan percuma. Dengan demikian, manusia
dianjurkan untuk tidak bermalas-malas dan menghabiskan waktu tanpa ada manfaat. Mutu
pekerjaan harus ditingkatkan, dan selalu memohon petunjuk Allah.

Menurut al-Maraghi, sesungguhnya Tuhanmulah yang menundukkan dan


memudahkan bumi ini bagimu. Dialah yang menjadikan bumi itu tenang dan diam, tidak oleng

4
dan tidak pula bergoncang, karena Dia menjadikan gunung-gunung padanya, Dia juga
mengadakan mata air-mata air padanya, untuk memberi minum kepadamu dan kepada binatang
ternakmu, tumbuhtumbuhanmu dan buah-buahanmu. Dan Dia pun mengadakan padanya jalan-
jalan, maka pergilah kamu ke ujungujungnya yang kamu suka dan bertebaranlah di segala
penjurunya, untuk mencari penghidupan dan berdagang. Dan makanlah banyak rezeki yang
diadakan-Nya bagimu karena karunia-Nya, sebab berusaha untuk mencari rezeki itu tidak
menghilangkan ketakwaan kepada Allah.8

C. Prinsip Etos Kerja


Etos kerja merupakan roda penggerak dalam sebuah produktivitas yang mendorong
manusia untuk bekerja keras dan membangun cita-cita dengan aksi yang nyata supaya dapat
mengubah nasibnya untuk lebih baik, adil, dan mencerminkan akhlak qur'ani, dengan berusaha
dari jerih payah tangannya sendiri serta berlomba-lomba untuk hal bermanfaat. Islam sebagai
agama yang menekankan arti penting amal dan kerja. Islam mengajarkan bahwa kerja itu harus
dilakukan berdasarkan beberapa prinsip berikut:

a. Kerja itu dilakukan berdasarkan pengetahuan.


b. Berorientasi kepada mutu dan hasil yang baik.
c. Pekerjaan dilakukan dengan semangat dan etos kerja yang tinggi.
d. Orang berhak mendapat imbalan atas apa yang telah ia kerjakan.
e. Berusaha menangkap makna sedalam-dalamnya.
f. Menghargai waktu adalah aset utama dan yang paling berharga dalam kehidupan.
g. Ikhlas
h. Jujur
i. Komitmen
j. Berpendirian kuat9

D. Kriteria Etos Kerja

Dalam bekerja seorang muslim harus mempunyai etos kerja islami yang antara lain adalah:

8
Fauziah Nurdin, “Pandangan Al-Qur’an Dan Hadis Terhadap Etos Kerja,” Jurna; Ilmiah Al-
Mu’ashirah Vol. 17 No. 1 (January 2021): hlm. 144-146.
9
Fikra, "Konsep Etos Kerja Dalam Perspektif Al-Qur'an", (Aceh: UIN Ar-Raniry Aceh, 2020).

5
1. Profesional, Setiap pekerjaan yang dilakukan seorang muslim harus dilakukan dengan
sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik. Tentu saja untuk mencapai
profesionalisme harus didukung dengan sarana yang ilmiah, modern dan canggih.
2. Tekun. Seorang muslim tidak hanya sekedar bekerja, tetapi juga menekankan agar
bekerja dengan tekun dan baik yaitu dapat menyelesaikannya dengan sempurna karena
itu merupakan kewajiban setiap muslim.
3. Jujur dalam bekerja bukan hanya merupakan tuntutan melainkan juga ibadah. Seorang
muslim yang dekat dengan Allah akan bekerja dengan baik untuk dunia danm akhirat.
4. Amanah dalam bekerja adalah suatu perbuatan yang sangat mulia dan utama.
5. Kreatif. Orang yang hari ini sama dengan hari kemarin dianggap merugi, karena tidak
ada kemajuan dan tertinggal oleh perubahan. Terlebih lagi orang yang hari ini lebih
buruk dari kemarin dianggap orang yang celaka, karena berarti akan tertinggal jauh dan
sulit lagi mengejar. Orang yang beruntung hanyalah orang yang hari ini lebih baik dari
kemarin, berarti selalu ada penambahan. Inilah sikapperubahan yang diharapkan selalu
terjadi pada setiap muslim, sehingga tidak akan pernah tertinggal, dia selalu antisaifatif
terhadap perubahan, dan selalu siap menyikapi perubahan. (Didin, 2000:34)10

E. Cara Meningkatkan Etos kerja dalam Al Qur’an

Produktivitas kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor,11 diantaranya


yaitu:

1. Faktor pengawasan

Pengawasan adalah usaha untuk mengetahui kondisi dari kegiatan yang sedang
dilakukan apakah telah mencapai sasaran yang ditentukan atau tidak, baik melalui proses
penentuan standar, yakni membuat ukuran-ukuran yang bisa digunakan sebagai dasar
pencapaian keberhasilan, maupun proses evaluasi atau penilaian. Pengawasan disini tidak
harus dilakukan oleh seorang pemimpin atau pekerjanya, namun untuk semua manusia yang
sedang bekerja. Seharusnya merasa selalu diawasi oleh Allah, dimanapun dan kapanpun.
Karena Allah Maha melihat segala sesuatu apa yang manusia kerjakan.

2. Pengatahuan (Knowledge)

10
Cihwanul Kirom, "Etos Kerja Dalam Islam", Tawazun: Journal of Sharia Economic Law Vol. 1 No.1 2018.
11
Lajnah Pentashihan Mushaf Al Qur’an badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Kerja dan
ketenagakerjaan (Tafsir Al Qur’an Tematik), (Jakarta: Aku Bisa, 2012), hal. 147.

6
Pengetahuan disini dipahami sebagai tingkat pendidikan, atau pengetahuan pekerja
menyangkut apa yang dikerjakan, sehingga ukurannya tidak selalu terkait dengan kesarjanaan
tertentu. Sebab, pengetahuan disini dapat dipelajari dengan keahliannya melalui berbagai cara,
seperti membaca, kebiasaan, atau seminar-seminar pelatihan, dan sebagainya. Namun, tidak
bisa dipungkiri bahwa pengetahuan yang benar akan meningkatkan kualitas dan
profesionalitasnya, sehingga tidaklah sama orang yang mengetahui dengan orang yang tidak
tahu.

3. Motivasi

Motivasi dalam hal ini merupakan motive (dorongan) yang ada dalam diri seseorang,
expectancy (harapan) untuk sukses, dan incentive (perangsang) yang memperkuat harapan,
yakni etos kerja yang tinggi berdasarkan agama Islam yang tercantum dalam Al Qur’an dan
Sunnah.

4. Budaya Kerja

Budaya kerja disini menyangkut sikap dan perilaku kerja seorang muslim, di tempat
kerjanya,. Yang meliputi ketaatan seseorang pada nilai-nilai atau aturan-aturan yang berlaku,
kedisiplinan, menjunjung tinggi nilai-nilai dan aturan yang ada, tingkat komunikasi dan
koordinasi pada semua tingkatan, tingkat kepedulian dan tanggung jawab yaitu bagaimana
peran, sikap dan tanggung jawabnya. Dengan adanya kesiplinan dengan aturan-aturan yang ada
dan keuletan dalam bekerja, maka akan mendapatkan hasil yang memuaskan

F. Etos Kerja Gen Milenial

Ismaniar (2015) menjelaskan etos kerja adalah aktivitas yang menjadi kebiasaan,
sehingga tercipta rutinitas yang menguntungkan tempat kerja bila etos kerja positif, begitu pula
sebaliknya. Dari pendapat ini berarti etos kerja memiliki keterhubungan dengan hasil kerja.
Kata etos sendiri dalam KBBI berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial.
Sehingga seseorang yang memiliki etos kerja berarti memiliki cara pandang atau karakter khas
dalam menjalankan suatu pekerjaan atau tugas.

Kemudian, bagaimana sebenarnya etos kerja generasi muda di era digital ini? Berikut
empat etos kerja yang menjadi ciri khas generasi milenial dalam dunia kerja. Pertama, generasi
milenial dalam bekerja cenderung memilih pekerjaan yang bisa membuatnya berkembang.
Artinya, bukan pekerjaan yang hanya memberikan rutinitas, tapi juga memberikan tantangan

7
untuk memicu pikiran dan tindakan mereka. Terlebih untuk mendapatkan pelajaran-pelajaran
baru. Hal ini karena mereka juga gemar belajar dan menyukai tantangan.

Kedua, kreatif dan inisiatif. Mereka bisa mendobrak budaya-budaya kerja yang lama
dengan cara baru. Mereka bisa memanfaatkan waktu luang untuk melakukan berbagai
pekerjaan lain. Etos kreatif bisa menjadi modal bagi mereka untuk mencari tambahan
penghasilan. Selain itu, mereka juga memiliki inisiatif dalam melakukan suatu pekerjaan.

Ketiga, orientasi kerja generasi milenial bukanlah lagi pada besaran gaji, melainkan
pada kenyamanan. Kenyamanan bagi mereka bisa dilihat dari lingkungan kerja, budaya kerja,
sampai pergaulan di tempat kerja.

Keempat, generasi milenial memiliki skill yang tidak hanya satu, terlebih dalam
memanfaatkan perangkat teknologi. Rata-rata mereka bisa memanfaatkan kemajuan teknologi,
entah sebagai hobi maupun tuntutan kerja, seperti art design, video editor, photo editor,
fotografi, dan masih banyak lagi. Dengan memiliki benyak kemampuan itu, mereka juga
terbiasa melakukan berbagai kegiatan dalam waktu bersamaan atau multitasking. Bagi mereka,
pekerjaan tidak boleh mengganggu hobi, begitu pun sebaliknya.

Berbagai hal menarik dan positif yang dimiliki generasi milenial menjadi modal besar
bagi kemajuan dunia. Selain karena generasi ini merupakan penduduk dengan jumlah yang
besar, generasi muda ini juga memiliki pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan, baik sosial,
ekonomi, budaya, maupun politik.12

12
https://madrasahdigital.co/gaya-hidup/etos-kerja-gen-milenial/

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam menghendaki setiap individu hidup di tengah masyarakat secara layak sebagai
manusia, paling tidak ia dapat memenuhi kebutuhan pokok berupa sandang, pangan,
memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahliannya, atau membina rumah tangga dengan bekal
yang cukup. Artinya, bagi setiap orang harus tersedia tingkat kehidupan yang sesuai dengan
kondisinya, sehingga ia mampu melaksanakan berbagai kewajiban yang diperintahkan Allah
dan tugas-tugas lainnya. Untuk mewujudkan hal itu Al Qur’an mengajarkan bahwasanya setiap
orang dituntut untuk bekerja dan berusaha, menyebar di muka bumi, dan memanfaatkan rezeki
dengan mensyukurinya.

Di dalam Al Qur’an banyak sekali ayat yang mendorong manusia supaya senantiasa
bekerja keras, rajin, dan tekun. Contohnya surat Al ‘Ashr, dalam surat ini Allah telah gamblang
menegaskan bahwa manusia itu akan tetap dalam kerugian selama mereka tidak mau beriman
dan bekerja dengan baik (beramal saleh). Kalau kita periksa ayat demi ayat dalam Al Qur’an
niscaya kita akan menemukan kata “amal saleh”, selalu berdampingan dengan kata “iman”. Ini
menunjukkan kepada kita bahwa kebahagiaan manusia tak cukup hanya mengandalkan iman
tanpa kerja, tapi iman harus sekaligus diikuti oleh perbuatan nyata.

B. Saran

Cukup sekian makalah dari kami, semoga bisa bermanfaat bagi para pembaca terutama
bagi kami sendiri selaku penyusun makalah ini. Jika ada kesalahan dalam penyusunan makalah
ini, kami sebagai pemakalah meminta koreksinya kepada pembaca/teman-teman semua, dan
kami memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini. Maka
dari itu kami ucapkan teimakasih.

9
DAFTAR PUSTAKA

(t.thn.). Diambil kembali dari https://quran.kemenag.go.id/sura/39.


(t.thn.). Diambil kembali dari https://madrasahdigital.co/gaya-hidup/etos-kerja-gen-milenial/.
Asifuddin Ahmad, J. (2004). Etos Kerja Islami. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Baidan, N. (2001). afsir Maudhu’i, Solusi Qur’ani atas Masalah Sosial Kontemporer.
Jogjakarta: Pustaka Belajar.
Buchari, M. (t.thn.). Penelitian Pendidikan dan Pendidikan Islam di Indonesia.
Buchori, M. (1994). Penelitian Pendidikan dan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: IKIP
Muhammadiyah Press.
Fikra. (2020). Konsep Etos Kerja Dalam Perspektif Al-Qur'an. Aceh: UIN Ar-Raniry Aceh.
Kirom, C. (2018). Etos Kerja Dalam Islam. Tawazun: Journal of Sharia Economic Law Vol. 1
No.1.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al Qur’an badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, K. d.
(2012). Diambil kembali dari afsir Al Qur’an Tematik.
Muliono, A. (1994). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Nurdin, F. (Januari 2021). Pandangan Al-Qur’an Dan Hadis Terhadap Etos Kerja. Ilmiah Al-
Mu’ashirah Vol. 17 No. 1 , 144-146.
Tasmara, T. (1995). Etos Kerja Pribadi Muslim. Jogjakarta: T Dana Bhakti Prima Yasa.

10

Anda mungkin juga menyukai