Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ayat dan Hadist Ahkam
Dosen Pengampu :
Dr. Eko Siswanto, M.HI.
Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Hima Isadira Lestari (1860102221114)
2. Nadiya Nur Rahma (1860102221109)
3. Hasna Nur Hanifah (1860102221030)
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan seluruh alam yang telah memberi kami
kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus
sebagai rahmat bagi semesta alam, berserta keluarga dan para sahabatnya serta
para pengikutnya yang setia sampai hari kemudian.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ayat dan Hadis
Ahkam yang dibimbing oleh Dr.Eko Siswanto, M.HI. Kami ucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
kami ucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Maftukhin, M. Ag. Selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk
menimba ilmu di UIN SATU Tulungagung.
2. Dr. Nur Efendi M. Ag., Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu
Hukum UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Dr. Rahmawati M.A., Selaku Koordinator Program Studi Hukum
Keluarga Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
4. Dr.Eko Siswanto, M.HI. selaku dosen pengampu yang telah
memberikan tugas dan pengarahan pada kami sehingga terwujudnya
makalah ini.
5. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Rodiah, Studi Alquran Metode Dan Konsep (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2010), hlm. 160.
2
Sahiron Syamsudin, Hermeneutika Alquran, (Yogyakarta: Islamika, 2003), hlm. 1.
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sholat khusyu’?
2. Apa hukum sholat khusyu’ ?
3. Bagaimana pandangan sholat khusyu’ dalam Al-qur’an?
4. Apa manfaat sholat khusyu’?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami sholat khusyu’.
2. Untuk mengetahui hukum sholat khusyu’.
3. Untuk mengetahui dan memahami pandangan sholat khusyu’ dalam Al-
qur’an.
4. Untuk memahami manfaat sholat khusyu’.
4
BAB II
PEMBAHASAN
3
Fatkhur Rahman, “Pintar Ibadah, (Surabaya: Pustaka Media, 2020), Hal. 56
4
Muchtar Adam, “Meraih Shalat Khusyu‟, dalam Abdullah Gymnastiar, dkk., Salat dalam Perspektif Sufi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), Hal. 204
5
Jarman Arroisi and Zalfaa‟, Afaaf Zhoofiroh, “Terapi Psikoneurosis Perspektif Utsman Najati”, Analisis:
Jurnal Studi Keislaman, Vol. 20 No. 2, 2020, Hal. 165
5
Kemudian Abu Sangkan juga menjelaskan bahwa shalat merupakan ibadah
yang mengarahkan jiwa kepada Allah yang membuat ruhani akan mengalami
pencerahan. Dan akan membuat jiwa kembali kepada kondisi bersih (fitrah) dan
tidak terkontaminasi oleh dorongan-dorongan nafsu negatif. Penghambaan diri
kepada Allah SWT adalah inti dari pelaksanaan shalat. Di dalam ibadah inilah
manusia menunjukan dan membuktikan kemakhlukannya kepada Sang Khaliq
yang berkuasa atas semua makhluk-Nya. Allah SWT berfirman:
اي َو َم َمات
َ س ِك ْي َو َم ْح َي َ ب ْال ٰع َل ِميْنَ ِِقُ ْل ا َِّن
ُ ُص ََل ِت ْي َون ِي ِه
ِ ّلِل َر ْ
“Katakanlah, Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al-An’am (6): 162).
Khusyuk tidak saja diperintahkan di dalam shalat, namun khusyuk juga harus
selalu menyertai setiap perbuatan, perkataan, dan pikiran setiap muslim. Ibnu Rajab
al-Hanbali menjelaskan, makna asal khusyuk adalah kelembutan, kehalusan,
ketenangan, ketundukan, kerendahan, serta keaktifan hati. Tatkala hati khusyuk
maka seluruh anggota badan pun menjadi khusyuk, karena ia selalu mengikuti hati.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw :“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam
jasad manusia terdapat segumpal daging, jika ia baik maka seluruh jasad pasti ikut
menjadi baik. Tapi jika ia rusak maka seluruh jasad juga akan menjadi rusak.
Ingatlah, segumpal daging itu adalah hati.” (H.R. Muttafaqun Alaih). 6
Menurut Abu Muhammad Al-Isfari shalat Khusyuk adalah menghadirkan hati
dan menunaikan apa yang seharusnya dilakukan serta ketika seseorang secara sadar
merasakan berdiri di hadapan Allah, mengetahui makna bacaan dalam shalatnya
dan berkomunikasi dengan Allah.
Sementara itu Iwan Kurniawan menyebutkan bahwa shalat khusyuk adalah
sikap tunduk dan tawadhu‟ serta menjaga ketenangan hati kepada Allah,
mewujudkan jiwa shalat dan hakikat shalat. Beberapa makna khusyuk menurut para
Ulama, artinya tunduk dan merendahkan diri tanpa mengangkat penglihatan dari
tempat sujud dan tidak menoleh ke arah kanan dan kiri. 7
6
Abu Abbas Zain Musthofa al-Basuruwani, “Fiqih Shalat Terlengkap”, (Yogyakarta: Laksana, 2018), Hal.
75-76
7
Iwan Kurniawan, “The Miracle of Shalat”, (Bandung: Marja, 2015), Hal. 62
6
Adapun menurut Imam Al-Ghazali mengatakan khusyuk di dalam shalat
yaitu kondisi hati yang penuh ketakutan, mawas diri dan tunduk pasrah di hadapan
Allah. kemudian perasaan akan berpengaruh pada gerak-gerik anggota badan u
berkonsentrasi dalam shalat. Bahkan terkadang pelaku shalat sampai menangis dan
memelas kepada Allah sehingga tidak memperdulikan selain-Nya. Imam Ghazali
mengatakan bahwa orang yang tidak khusyuk, shalatnya akan sia-sia. Karena
tujuan shalat itu mengingat Allah dan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
M. Quraish Shihab juga menjelaskan Kekhusyukan dalam shalat dapat
diperoleh dengan meyakini bahwasannya ganjaran ataupun siksa yang akan
dijumpai setelah kematian. Karena hal tersebut membuat hati menjadi tunduk
kepada Tuhan mengharapkan surga dan Ridha-Nya serta akan merasa takut akan
neraka dan murkanya. Puncak khusyuknya yaitu ketundukan, dan kepatuhan
seluruh anggota badan, dalam keadaan pikiran dan bisikan hati menuju Ilahi. Orang
yang mengerjakan shalat dengan khusyuk meyakini bahwa ia akan menemui Allah,
menemui ganjaran atau pahalanya, mendapatkan ridha-Nya serta memiliki
keimanan yang kuat. Dan orang yang mengerjakan shalat dengan khusyuk akan
menilai ringan beban kehidupan, cobaan-cobaan yang dihadapi 88.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Shalat khusyuk adalah Mereka yang
melakukan ibadah shalat dengan keadaan anggota tubuhnya tenang, mengarahkan
hati dan jiwa, serta memiliki ketakutan dan tunduk kepada Allah pada saat
menghadap-Nya. Karena begitu banyak orang yang mendirikan shalat, namun
mereka tidak bisa khusyuk. Dan akibatnya nilai-nilai positif yang terkandung
didalam shalat tidak berdampak kepada dirinya.
B. Dasar Hukum Sholat Khusyu’
Terkait masalah Khusyu', tasawuf memandang Khusyu' sebagai perbuatan
mukallaf, sehingga tasawuf menghukumi Khusyu' dengan hukum wajib dalam
salat. Artinya, Khusyu' termasuk dalam katagori rukun salat, yang dapat
membatalkan salat bila Khusyu ditinggalkan. Pandangan tersebut disampaikan oleh
beberapa ahli sufi Seperti yang disampaikan Abu Mansûr Al-Daylami, Sufyan Al-
Tsauri dalam Ihya Ulumuddin:
ُص ََلت ُه َ َ َم ْن لَ ْم َي ْخش َْع ف:عن سفيان الثورى انه قال
ْ س َد
َ ت
8
M. Quraish Shihab, “Menabur Pesan Ilahi : Al-Quran dan Dinamika Kehidupan Masyarakat”, (Jakarta :
Lentera Hati, 2006), Hal. 42-43
7
Artinya:"dari Sufyan Al-Tsauri berkata: barang siapa yang tidak khusyu'.
maka salatnya rusak”.
9
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih Al-Bukhari, penerjemah Amiruddin, Juz IV. (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2009), h. 433
10
Muhammad Nawawi Al-Jawi, Muraqi Al-Ubudiyati, (Jeddah: Al-Haramain, tt), h. 46
11
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Juz II, h. 96-97
12
Al-Sayyid Abu Bakr, Fanata Thalibin, juz I. (Bayrut: Dar Al-Kutub Al-'Ilmiyyah, 1995), h. 181-182
13
Al-Sayyid Abu Bakr, anani Thalibin jur 1 h.182
8
Para fuqaha, memposisikan Khusyu’ dalam salat sebagai sunnah, yang berarti
menempatkan Khusyu' bukan sebagai rukun atau fardhu dalam salat. Sehingga
mushalif (orang salat), meskipun meninggalkan Khusyu tidaklah membatalkan
salatnya. Kesunnahan hukum Khusyu' dalam salat tersebut, telah disepakati banyak
ulama' atau di kenal juga dengan istilah jumhur ulama. Artinya, Khusyu' tidak
termasuk dalam perangkat wajib atau rukun salat. Seperti ungkapan Imam al-
Nawawi dalam kitabnya Majmu Syarah al-Muhadzab yang menyatakan hukum
Khusyu' dalam salat tidaklah wajib, melainkan sunnah. 14
فأجمع العلماء على المستحباب الخشوع والخضوع في الصا لة
Artinya:"telah terjadi ijma ulama atas anjuran Khusyu' dan khudhu (tunduk hati)
dalam salat"
Sedangkan beberapa dalil yang digunakan oleh ulama fikih tentang kesunnahan
dalam salat:
لو خلع: عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن النبي صلى هللا عليه وسلم َرأَى َر ُج اَل يَ ْغ َب ْت يَ ْل َح ْيتِ ِه فِي الصَلة فقال
(قلب هنا لخشعت جوارحة )رواه الحكيم
Artinya:" Dari abu Hurairah ra. Bahwa Nabi Muhammad Saw. melihat seseorang
memainkan jenggotnya ketika salat. Maka beliau bersabda: "seandainya hatinya
Khusyu maka Khusyu pula anggota badannya". (HR. Imam Tirmidzi). 15
Kesunahan hukum Khusyu' oleh ulama fikih, merupakan upaya keras para
fuqaha dalam menampung semangat nahs-nahs tentang kekhusyu'an dalam bahasa
fiqih yang terbatas pada urusan-urusan yang bersifat lahiriah saja, sebagaimana
ilmu hukum yang akan mengikat ummat muslim dari golongan awam maupun
khawash, maka fikih dapat menyerap nash seputar Khusyu' hanya pada hukum
sunnah saja, sebab tidak menutup kemungkinan, bila hukum Khusyu' dalam salat
wajib, akan banyak orang yang meninggalkan salat karena ketidak mampuan
mereka melaksanakan Khusyu' sebagaimana ditekankan para sufi. Selain fikih salah
satu tujuannya, memberikan kepastian hukum bagi ummat muslim. Maka keriteria
yang digunakan oleh ulama fikih lebih statis menurut yang tampak-tampak saja. 16
Dalam kajian ushul fiqh, Bahwa perbuatan mukallaf yang merupakan objek hukum,
14
Al-Nawawi, Majmi Syarh Al-Mahadab, Juz. III, (Jeddah: al-Maktabah al-Irsyad), h. 270
15
Jalalu Al-Din Al-Sayüthi, Al-Jami' Al-Kabir Lissyth, Juz L Maktaba Al-Syamilah :Al-Ma'ati Al- Arabiyati
Al-'Alamiyath.), h. 16935
16
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur'an h. 110-112
9
ialah perbuatan-perbuatan yang tampak atau dhahir dan tidak abstrak.
قال )إن هللا- صلى هللا عليه وسلم، عن النبي- رضي هللا عنه- عن أبي هريرة
) يجاوز المني ما حدثت به أنفسها ما لم تعمل أو تكلم( )روا البخاري
Artinya: "dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Apakah kalian
melihat kiblatku di arah ini? demi Allah, tidaklah tersebunyi bagiku ruku kalian dan
tidak pula khuyu kalian. Sesungguhnya aku melihat kalian dari belakang
punggungku" (HR. Imam Buhkhari).
17
Muhammad ibn Yusuf ibn Ali. Tafsir Al-Bahr Al-Muhith, Jux 5, (.: Dir al-Kisah Al-Alamiyati, 1993), h.
51
18
http://www.mu.or.id/post/read/15868 mengapa harus-khavyaksquo diposting pada tanggal Jum'at, 09 Mei
2014 10:00 diakses pada tanggal Kamis,9 Maret 2023 pada jam 11.16
10
Keterangan hadits tersebut dimuat dalam Fathi Al-Bari bahwa, hadits tersebut
menjadi dalil tidak diwajibkannya kharya dalam salat Sebab Nabi Muhammad Saw.
tidak memerintahkan para sahabat yang tidak khusya' dalam salatnya untuk
mengulangi salat tersebut.
Setelah mendalami sekian banyak sumber-sumber yang ada, akhirnya dapat
disimpulan bahwa hukum Khusya dalam salat menurut fikih (hukum islam), ialah
Sunnah. Mengingat bahwa objek hukum atau makām fih merupakan perbuatan
mukallaf yang bersifat dhahir.
C. Sholat Khusyu’ dalam Pandangan Al- Qur’an
Kata khusyu’ sudah tidak asing bagi kaum Muslim, namun pada praktiknya
dalam kehidupan sehari-hari masih dirasa perlu ada tambahan penjelasan.
Bagaimana sebenarnya khusyu’ menurut Alquran itu. Dalam pembahasan ini akan
dijelaskan beberapa ayat tentang khusyuk dengan menyertakan beberapa penafsiran
dari mufassir-mufassir tentang arti kata Khusyuk. Ayat pertama yang
akandipaparkan dalam pembahasan ini adalah surah al-Baqoroh ayat 45-46, yakni:
الذين يظنون أهنم مالقوا رهبم وأهنم إليه راجعون،واستعينوا بالصرب والصالة وإهنا لكبرية إال على اخ لشعني
Artinya: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu’,(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui
Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”
Menurut M. Quraish Shihab sabar dan salat merupakan alat yang ampuh
untuk menempuh kehidupan yang lebih baik, akan tetapi sabar dan solat itu suatu
hal yang berat untuk dilakukan jika tidak dengan khusyuk, yakni orang yang
tunduk dan hatinya tentram dengan dzikir kepada Allah.
Dari penafsiran ini dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang khusyuk
dalam salatnya akan menjadi orang yang beruntung. Yakni dengan cara salat
yang tidak menengadahkan kepala ke langit ataupun menggerak-gerakkan
anggota tubuhnya ketika salat.
D. Manfaat Sholat Khusyu’
19
Muhammad Solikhin, “The Miracle of Shalat: Mengungkap Kedahsyatan Energi Shalat”, (Jakarta:
Erlangga, 2011), Hal. 503
12
melapangkannya, memberikannya kegembiraan dan kemanisan iman. 26 Mendirikan
shalat ialah menunaikannya secara teratur dengan melengkapi syarat-syarat, rukun-
rukun serta adab-adabnya, baik yang zahir maupun batin, seperti khusyuk dan
memperhatikan apa yang dibaca.
Menurut Sentot Haryanto Shalat mengandung aspek-aspek psikologis yang
dapat mengembangkan mental yang sehat. aspekaspek psikologis tersebut meliputi:
2. Aspek relaksasi otot, menurut Walker aspek ini dapat mengurangi kecemasan,
dan insomnia (kurang tidur), mengurangi hiperaktivitas pada anak, mengurangi
toleransi sakit, dan membantu mengurangi merokok bagi yang ingin berhenti
merokok.
3. Aspek relaksasi kesadaran indra, karena pada saat shalat seseorang seolah
menghadap Allah secara langsung tanda ada perantara setiap bacaan dan
gerkan senantiasa dimengerti, serta ingatannya senantiasa hanya kepada Allah.
4. Aspek meditasi, shalat memiliki efek seperti meditasi atau yoga bahkan
merupakan meditasi tingkat tinggi bila dijalankan dengan benar dan khusyuk.
Meditasi ini merupakan alternatif untuk mengatasi berbagai persoalan yang
dihadapi orang-orang sibuk, terutama stress. Saat kondisi inilah shalat akan
mempengaruhi seluruh sistem yang ada dalam tubuh seseorang seperti syaraf,
peredaran darah, pernafasan, pencernaan, otot-otot, kelenjar, reproduksi dan
lain-lain.
5. Aspek autosugesti, yaitu upaya untuk membimbing diri pribadi melalui proses
pengulangan suatu rangkaian ucapan secara rahasia kepada diri sendiri yang
menyatakan suatu keyakinan atau perbuatan.
Sementara itu Fadhil Zainal Abidin menjelaskan bahwa shalat yang khusyuk
dapat memberikan manfaat pada kondisi jasmani, rohani dan kehidupan
seseorang. Manfaat-manfaat diantaranya sebagai berikut: 2027
1. Gerakan shalat yang benar akan memperbaiki aliran darah dan metabolisme
tubuh.
3. Gerakan rukuk, sujud, dan berdiri yang dilakukan dengan tenang dan perlahan
memberikan suasana rileks pada tubuh.
4. Doa yang dibaca di dalam shalat akan memberikan dampak positif bagi
kesehatan dan kebugaran tubuh (surat Al-Fatihah dan duduk iftirasy).
5. Dalam jangka panjang tubuh menjadi sehat, kuat, dan memiliki daya tahan
tinggi terhadap serangan berbagai penyakit medis dan non medis.
6. Doa yang dibaca dalam shalat memberikan efek positif dalam kehidupan,
yakni dimudahkan, dijauhkan dari yang buruk, dicukupkan hajatnya,
dilindungi Allah dari kejahatan makhluk yang terlihat maupun tidak terlihat.
7. Dampak positif pada rohani. Yakni memiliki daya tahan yang tinggi terhadap
berbagai musibah, bencana, dan berbagai kesulitan.
8. Memiliki sifat optimis dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai
hal.
Syamsu Yusuf, “Kesehatan Mental: Perspektif Psikologis dan Agama”, (Bandung : PT. Remaja
20
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan keterangan ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan khusyuk
maka didapati pengertian bermacam-macam yang hakikatnya tetap mengacu
kepada merendahkan diri. Bervariasinya pengertian khusyuk dalam Alquran ini
menunjukkan bahwa sifat khusyuk tidak hanya berlaku dalam satu konteks ibadah
saja seperti shalat akan tetapi bisa meluas kepada berbagai aspek baik yang
berhubungan dengan ibadah maupun yang berhubungan dengan non ibadah.
Namun khusyu’ dalam ibadah yang sulit diukur dengan ilmu fiqih sebab
khusyuk adalah komunikasi seorang hamba dengan Allah yang tidak selalu
melibatkan gerakan lisan atau anggota tubuh lainnya karena yang lebih
menentukan keKhusyukan adalah penghayatan terhdap apa yang diungkapkan
dalam hati. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa khusyuk itu masalah gaib
atau sesuatu yang tidak terukur. Justru, khusyuk adalah tingkatan yang mesti kita
capai dan kita upayakan, baik dalam shalat, membaca Alquran, berdoa, atau
dalam hal yang lainnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
Rodiah, 2010, Studi Alquran Metode Dan Konsep, Yogyakarta: Elsaq Press.
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27