Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

HUKUM SHOLAT KHUSYU’

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ayat dan Hadist Ahkam
Dosen Pengampu :
Dr. Eko Siswanto, M.HI.

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Hima Isadira Lestari (1860102221114)
2. Nadiya Nur Rahma (1860102221109)
3. Hasna Nur Hanifah (1860102221030)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM 2B


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MARET 2023
Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan seluruh alam yang telah memberi kami
kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat
dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang diutus
sebagai rahmat bagi semesta alam, berserta keluarga dan para sahabatnya serta
para pengikutnya yang setia sampai hari kemudian.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ayat dan Hadis
Ahkam yang dibimbing oleh Dr.Eko Siswanto, M.HI. Kami ucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa
kami ucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Maftukhin, M. Ag. Selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang telah memberikan kesempatan kepada kita untuk
menimba ilmu di UIN SATU Tulungagung.
2. Dr. Nur Efendi M. Ag., Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu
Hukum UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Dr. Rahmawati M.A., Selaku Koordinator Program Studi Hukum
Keluarga Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
4. Dr.Eko Siswanto, M.HI. selaku dosen pengampu yang telah
memberikan tugas dan pengarahan pada kami sehingga terwujudnya
makalah ini.
5. Seluruh pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.

Dan kami menyadari di dalam penyusunan ini mungkin masih belum


sempurna dan terdapat kesalahan dalam penyusunannya, kami mohon untuk
bimbingan dan kritik serta saran yang bersifat membangun.

Tulungagung, 10 Maret 2023

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................1


DAFTAR ISI ................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................3
A. Latar Belakang ..................................................................................................3
B. Rumusan Masalah .............................................................................................4
C. Tujuan Masalah .................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................5
A. Pengertian Sholat Khusyu’ ...............................................................................5
B. Dasar Hukum Sholat Khusyu’ ...........................................................................7
C. Sholat Khusyu' Dalam Pandangan Al-Qur'an ................................................11
D. Manfaat Sholat Khusyu’ .................................................................................13
BAB III PENUTUP.................................................................................................. 14
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 15

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Alquran merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad


SAW melalui perantara Jibril, yang berisi firman Allah untuk dibaca, dipahami, dan
diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia. Kitab suci ini
menempatkan posisi sebagai sentral, bukan saja dalam perkembangan ilmu-ilmu
keislaman, tetapi juga merupakan ispirator, pemandu gerakan umat islam sepanjang
masa. 1
Sebagaimana pula Alquran merupakan firman Allah yang senantiasa tepat
dan sesuai dengan segala waktu dan tempat. Akan tetapi, meski prinsip dasar dan
misi Alquran tetap sama seperti pertama kali diturunkan, namun semangat Alquran
bisa saja berbeda. Dengan kata lain, ajaran dan semangat Alquran akan bersifat
universal, rasional, dan sesuai kebutuhan, namun respon manusia dimana tantangan
zaman yang dihadapi bervariasi, sehingga secara otomatis menimbulkan corak dan
warna pemahaman yang berbeda pula 2.
Walaupun didalam Alquran telah dijelaskan mengenai berbagai macam
urusan manusia baik untuk dunia maupun di akhirat kelak, baik tentang muamalah,
ibadah, tata-caranya, cara bersucinya hingga nilai khusyuknya. Namun corak dan
warna perbedaan pemahaman atau penafsiran dari apayang telah tertera dalam
Alquran tidak dapat dihindarkan, karena pemikiran paramufassir yang berbeda-
beda.
Dalam pembahasan ini penulis akan memaparkan tentang konsep atau
pengertian khusyuk yang tertera didalam Alquran, hal ini dikarenakan sebagian
orang menganggap bahwa khusyuk hanya berlaku dalam ibadah salat saja tanpa ada
aplikasi dalam ibadah atau aktifitas seharihari. Dalam pembahasan ini penulis akan
membahas tentang pengertian khusyuksecara bahasa dan istilah, khusyuk dalam
dalam pengertian Alquran, bagaimana ciri-ciri orang yang khusyuk, dan
bagaiamana cara agar dapat khusyuk dalam melaksanakan salat.

1
Rodiah, Studi Alquran Metode Dan Konsep (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2010), hlm. 160.
2
Sahiron Syamsudin, Hermeneutika Alquran, (Yogyakarta: Islamika, 2003), hlm. 1.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sholat khusyu’?
2. Apa hukum sholat khusyu’ ?
3. Bagaimana pandangan sholat khusyu’ dalam Al-qur’an?
4. Apa manfaat sholat khusyu’?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami sholat khusyu’.
2. Untuk mengetahui hukum sholat khusyu’.
3. Untuk mengetahui dan memahami pandangan sholat khusyu’ dalam Al-
qur’an.
4. Untuk memahami manfaat sholat khusyu’.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sholat Khusyu’


Shalat menurut bahasa artinya doa. Sedangkan menurut istilah adalah
suatu perkara yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai
dengan takbirotul ihram dan di akhiri dengan salam sesuai dengan syarat dan rukun
yang telah ditetapkan. 3
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebutkan Khusyuk memiliki
dua arti : pertama, dalam arti “penuh penyerahan dan kebulatan hati; sungguh-
sungguh; penuh kerendahan hati” yang membatasi pengertian tersebut dalam hal
ibadah dan dalam “do’a”; kedua, tujuan dan niat. Dari pengertian khusyuk di atas
secara bahasa, menunjukkan makna khusyuk mendekati makna ‫)ع و ُض ُخ‬
ُtunduk). Namun Syekh Mu‟min Al-Haddad memaknai khudhu‟ dalam arti tunduk
dengan badan, suara, hati, dan pandangan mata. Khudhu‟ lebih cenderung atau
sering digunakan bersifat Zhahir (terlihat atau nyata), Sedangkan khusyuk biasa
digunakan untuk gerakan-gerakan hati yang bersifat tidak nyata. Dalam keterangan
lain mengatakan bahwa cakupan khusyuk tidak hanya dalam hati melainkan
mencakup keseluruhannya, baik fisik dan psikis. Sedangkan secara istilah, khusyuk
adalah sungguh-sungguh merasa dirinya sedang berhadapan dengan Allah SWT dan
menundukan diri secara lahiriah maupun batiniah. Menurut pendapat lain, ada yang
mengatakan bahwa khusyuk artinya ketakutan yang berkelanjutan dalam hati4.
Kata khusyuk dalam Al-Quran sendiri telah disebutkan sebanyak enam belas
kali, dengan arti mendasarnya adalah hina/menunduk, tenang/rendah diri, kering/
mati, ketakutan serta merendahkan dan menundukkan diri.
Dr. Thomas H mengatakan bahwa shalat adalah sarana yang paling penting
untuk menebarkan relaksasi pada saraf-saraf.5 Penjelasan tersebut menghimbau
kepada seseorang untuk melupakan sejenak kesibukan urusan duniawi dan
memusatkan pikiran terhadap Allah dalam shalatnya. Sehingga akan melahirkan
relaksasi total, kelegaan jiwa dan ketentraman pikiran.

3
Fatkhur Rahman, “Pintar Ibadah, (Surabaya: Pustaka Media, 2020), Hal. 56
4
Muchtar Adam, “Meraih Shalat Khusyu‟, dalam Abdullah Gymnastiar, dkk., Salat dalam Perspektif Sufi,
(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), Hal. 204
5
Jarman Arroisi and Zalfaa‟, Afaaf Zhoofiroh, “Terapi Psikoneurosis Perspektif Utsman Najati”, Analisis:
Jurnal Studi Keislaman, Vol. 20 No. 2, 2020, Hal. 165
5
Kemudian Abu Sangkan juga menjelaskan bahwa shalat merupakan ibadah
yang mengarahkan jiwa kepada Allah yang membuat ruhani akan mengalami
pencerahan. Dan akan membuat jiwa kembali kepada kondisi bersih (fitrah) dan
tidak terkontaminasi oleh dorongan-dorongan nafsu negatif. Penghambaan diri
kepada Allah SWT adalah inti dari pelaksanaan shalat. Di dalam ibadah inilah
manusia menunjukan dan membuktikan kemakhlukannya kepada Sang Khaliq
yang berkuasa atas semua makhluk-Nya. Allah SWT berfirman:

‫اي َو َم َمات‬
َ ‫س ِك ْي َو َم ْح َي‬ َ ‫ب ْال ٰع َل ِميْنَ ِِقُ ْل ا َِّن‬
ُ ُ‫ص ََل ِت ْي َون‬ ِ‫ي ِه‬
ِ ‫ّلِل َر‬ ْ
“Katakanlah, Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. Al-An’am (6): 162).
Khusyuk tidak saja diperintahkan di dalam shalat, namun khusyuk juga harus
selalu menyertai setiap perbuatan, perkataan, dan pikiran setiap muslim. Ibnu Rajab
al-Hanbali menjelaskan, makna asal khusyuk adalah kelembutan, kehalusan,
ketenangan, ketundukan, kerendahan, serta keaktifan hati. Tatkala hati khusyuk
maka seluruh anggota badan pun menjadi khusyuk, karena ia selalu mengikuti hati.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw :“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam
jasad manusia terdapat segumpal daging, jika ia baik maka seluruh jasad pasti ikut
menjadi baik. Tapi jika ia rusak maka seluruh jasad juga akan menjadi rusak.
Ingatlah, segumpal daging itu adalah hati.” (H.R. Muttafaqun Alaih). 6
Menurut Abu Muhammad Al-Isfari shalat Khusyuk adalah menghadirkan hati
dan menunaikan apa yang seharusnya dilakukan serta ketika seseorang secara sadar
merasakan berdiri di hadapan Allah, mengetahui makna bacaan dalam shalatnya
dan berkomunikasi dengan Allah.
Sementara itu Iwan Kurniawan menyebutkan bahwa shalat khusyuk adalah
sikap tunduk dan tawadhu‟ serta menjaga ketenangan hati kepada Allah,
mewujudkan jiwa shalat dan hakikat shalat. Beberapa makna khusyuk menurut para
Ulama, artinya tunduk dan merendahkan diri tanpa mengangkat penglihatan dari
tempat sujud dan tidak menoleh ke arah kanan dan kiri. 7

6
Abu Abbas Zain Musthofa al-Basuruwani, “Fiqih Shalat Terlengkap”, (Yogyakarta: Laksana, 2018), Hal.
75-76
7
Iwan Kurniawan, “The Miracle of Shalat”, (Bandung: Marja, 2015), Hal. 62
6
Adapun menurut Imam Al-Ghazali mengatakan khusyuk di dalam shalat
yaitu kondisi hati yang penuh ketakutan, mawas diri dan tunduk pasrah di hadapan
Allah. kemudian perasaan akan berpengaruh pada gerak-gerik anggota badan u
berkonsentrasi dalam shalat. Bahkan terkadang pelaku shalat sampai menangis dan
memelas kepada Allah sehingga tidak memperdulikan selain-Nya. Imam Ghazali
mengatakan bahwa orang yang tidak khusyuk, shalatnya akan sia-sia. Karena
tujuan shalat itu mengingat Allah dan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
M. Quraish Shihab juga menjelaskan Kekhusyukan dalam shalat dapat
diperoleh dengan meyakini bahwasannya ganjaran ataupun siksa yang akan
dijumpai setelah kematian. Karena hal tersebut membuat hati menjadi tunduk
kepada Tuhan mengharapkan surga dan Ridha-Nya serta akan merasa takut akan
neraka dan murkanya. Puncak khusyuknya yaitu ketundukan, dan kepatuhan
seluruh anggota badan, dalam keadaan pikiran dan bisikan hati menuju Ilahi. Orang
yang mengerjakan shalat dengan khusyuk meyakini bahwa ia akan menemui Allah,
menemui ganjaran atau pahalanya, mendapatkan ridha-Nya serta memiliki
keimanan yang kuat. Dan orang yang mengerjakan shalat dengan khusyuk akan
menilai ringan beban kehidupan, cobaan-cobaan yang dihadapi 88.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa Shalat khusyuk adalah Mereka yang
melakukan ibadah shalat dengan keadaan anggota tubuhnya tenang, mengarahkan
hati dan jiwa, serta memiliki ketakutan dan tunduk kepada Allah pada saat
menghadap-Nya. Karena begitu banyak orang yang mendirikan shalat, namun
mereka tidak bisa khusyuk. Dan akibatnya nilai-nilai positif yang terkandung
didalam shalat tidak berdampak kepada dirinya.
B. Dasar Hukum Sholat Khusyu’
Terkait masalah Khusyu', tasawuf memandang Khusyu' sebagai perbuatan
mukallaf, sehingga tasawuf menghukumi Khusyu' dengan hukum wajib dalam
salat. Artinya, Khusyu' termasuk dalam katagori rukun salat, yang dapat
membatalkan salat bila Khusyu ditinggalkan. Pandangan tersebut disampaikan oleh
beberapa ahli sufi Seperti yang disampaikan Abu Mansûr Al-Daylami, Sufyan Al-
Tsauri dalam Ihya Ulumuddin:

ُ‫ص ََلت ُه‬ َ َ‫ َم ْن لَ ْم َي ْخش َْع ف‬:‫عن سفيان الثورى انه قال‬
ْ ‫س َد‬
َ ‫ت‬

8
M. Quraish Shihab, “Menabur Pesan Ilahi : Al-Quran dan Dinamika Kehidupan Masyarakat”, (Jakarta :
Lentera Hati, 2006), Hal. 42-43
7
Artinya:"dari Sufyan Al-Tsauri berkata: barang siapa yang tidak khusyu'.
maka salatnya rusak”.

Pendapat lain seputar kewajiban khusyu' disampaikan Al-Qadhi Husain


bahwa "sesungguhnya menahan dua perkara buruk (buang air besar dan kencing)
apabila sampai menghilangkan ke-khusyu'-an, niscaya salatnya menjadi batal", dan
pernyataan ini dikuatkan Abu Zaid Al-Marwazi yang menyatakan khusyu'
merupakan syarat sahnya salat. 9
Imam Ahmad Nahrawi berpendapat berbeda dengan kalangan di atas,
menurut beliau hukum wajibnya khusyu' dalam salat tidak wajib keseluruhan dalam
bagian-bagian salat. Akantetapi, beliau tidak memasukkannya dalam sayarat sah
salat seperti pendapat sebelumnya. 10
Imam Ghazali Juga menjelaskan bahwa tidak mungkin mensyaratkan khusyu'
(‫ )القلب خضور‬pada semua bagian yang terdapat dalam salat, setidak-tidaknya khusyu'
terdapat dalam takbiratul ihram11. Seperti halnya Al-Ghazali, dalam kitab natut
Thalibin yang juga memaknai khusyu' dengan ‫ القلب حضور‬yang berarti, bahwa
kewajiban ‫ القلب حضور‬hanya cukup pada saat pelaksanaan takbiratul ihrām dalam
salat, sedangkan di luar itu ‫ الفلب خضور‬tidak termasuk dalam katagori rukun salat,
yang tidak membatalkan salat meskipun tidak dilaksanakan.12

‫ع الفقهاء فإنهم ال يشترطوا االحضور القلب عند التكبيرة‬


Artinya: “Ijma' ulama fikih tidak memasukkan Khusyu' dalam syarat atau rukun,
kecuali menghadirkan hati ketika takhiratul ihram".13
Khusyu' dalam syarat atau rukun, kecuali menghadirkan hati ketika takhiratul
ihram". Pada bagian lain, sebagian ulama menyatakan bahwa hukum Khusyu dalam
salat adalah Sunnah. Sunnah dalam artian, dikerjakan mendapatkan pahala dan
meninggalkannya tidak disiksa. Oleh sebab itu, berbeda dengan ulama ahli tasawuf,
pendapat ini lebih menitik beratkan pandangannya dari sudut pandang disiplin
keilmuan fikih atau mereka yang lebih dikenal sebagai fuqaha.

9
Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Bari Syarah Shahih Al-Bukhari, penerjemah Amiruddin, Juz IV. (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2009), h. 433
10
Muhammad Nawawi Al-Jawi, Muraqi Al-Ubudiyati, (Jeddah: Al-Haramain, tt), h. 46
11
Al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Juz II, h. 96-97
12
Al-Sayyid Abu Bakr, Fanata Thalibin, juz I. (Bayrut: Dar Al-Kutub Al-'Ilmiyyah, 1995), h. 181-182
13
Al-Sayyid Abu Bakr, anani Thalibin jur 1 h.182
8
Para fuqaha, memposisikan Khusyu’ dalam salat sebagai sunnah, yang berarti
menempatkan Khusyu' bukan sebagai rukun atau fardhu dalam salat. Sehingga
mushalif (orang salat), meskipun meninggalkan Khusyu tidaklah membatalkan
salatnya. Kesunnahan hukum Khusyu' dalam salat tersebut, telah disepakati banyak
ulama' atau di kenal juga dengan istilah jumhur ulama. Artinya, Khusyu' tidak
termasuk dalam perangkat wajib atau rukun salat. Seperti ungkapan Imam al-
Nawawi dalam kitabnya Majmu Syarah al-Muhadzab yang menyatakan hukum
Khusyu' dalam salat tidaklah wajib, melainkan sunnah. 14
‫فأجمع العلماء على المستحباب الخشوع والخضوع في الصا لة‬
Artinya:"telah terjadi ijma ulama atas anjuran Khusyu' dan khudhu (tunduk hati)
dalam salat"
Sedangkan beberapa dalil yang digunakan oleh ulama fikih tentang kesunnahan
dalam salat:

‫ لو خلع‬: ‫عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن النبي صلى هللا عليه وسلم َرأَى َر ُج اَل يَ ْغ َب ْت يَ ْل َح ْيتِ ِه فِي الصَلة فقال‬
(‫قلب هنا لخشعت جوارحة )رواه الحكيم‬
Artinya:" Dari abu Hurairah ra. Bahwa Nabi Muhammad Saw. melihat seseorang
memainkan jenggotnya ketika salat. Maka beliau bersabda: "seandainya hatinya
Khusyu maka Khusyu pula anggota badannya". (HR. Imam Tirmidzi). 15

Kesunahan hukum Khusyu' oleh ulama fikih, merupakan upaya keras para
fuqaha dalam menampung semangat nahs-nahs tentang kekhusyu'an dalam bahasa
fiqih yang terbatas pada urusan-urusan yang bersifat lahiriah saja, sebagaimana
ilmu hukum yang akan mengikat ummat muslim dari golongan awam maupun
khawash, maka fikih dapat menyerap nash seputar Khusyu' hanya pada hukum
sunnah saja, sebab tidak menutup kemungkinan, bila hukum Khusyu' dalam salat
wajib, akan banyak orang yang meninggalkan salat karena ketidak mampuan
mereka melaksanakan Khusyu' sebagaimana ditekankan para sufi. Selain fikih salah
satu tujuannya, memberikan kepastian hukum bagi ummat muslim. Maka keriteria
yang digunakan oleh ulama fikih lebih statis menurut yang tampak-tampak saja. 16
Dalam kajian ushul fiqh, Bahwa perbuatan mukallaf yang merupakan objek hukum,

14
Al-Nawawi, Majmi Syarh Al-Mahadab, Juz. III, (Jeddah: al-Maktabah al-Irsyad), h. 270
15
Jalalu Al-Din Al-Sayüthi, Al-Jami' Al-Kabir Lissyth, Juz L Maktaba Al-Syamilah :Al-Ma'ati Al- Arabiyati
Al-'Alamiyath.), h. 16935
16
M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur'an h. 110-112
9
ialah perbuatan-perbuatan yang tampak atau dhahir dan tidak abstrak.

Dalam kaitan ini, dapat dijumpai dari beberapa kaidah-kaidah fiqhiya


sebagai berikut:

‫نحن نحكم بالظواهر وهللا يتولى المرا ترا‬


Artinya:"Kita menghukumi yang tampak atau tersurat, sedang Allah menghukumi
yang tersembunyi atau yang tersirat”.17
Bila Khusyu ditarik dalam pemahaman tersebut, maka dapat ditemukan
hukum Khusyur dalam salat secara normatif ialah Sunnah Sebagaimana pendapat
ahli fikih seperti al-Nawawi dalam kitabnya beserta dalil-dalil kesumnahannya. Di
lain pihak, Nahdlatul Ulama (NU) memaknai posisi Khasyu’ dalam salat sebagai
adab (tatakrama) dalam salat karena sifat kebatinannya, sedangkan rukun dalam
salat bersifat tindakan dhahir Refleksi dari Khuryu berupa kelembutan, kelemahan,
kehinaan, dan meyakinkan diri bahwa Allah Yang Berkuasa atas segala yang ada
dunia dan di akhirat. Maka Menghadap Allah dengan salat dengan tatakrama dan
kesopanan.18
Alasan lain terkait kesunnahan khusyu' dalam salat ialah, pendapat yang
disampaikan Imam Al-Ghazali dalam kitab ilya" "ulumuddin-nya, yakni sulitnya
manusia mencapai kekhusyuan secara peruh dalam salatnya, dan hanya sebagian
kecil saja yang dapat melaksanakan hal itu karena manusia sebagai mahluk biologis
yang disebut dengan Basyar oleh Al- Gazali dalam sebuah riwayat Hadits bahwa
rasulullah tidak menyuruh para sahabat untuk mengulang salatnya yang tidak
khusyu', seperti hadits berikut:

‫ قال )إن هللا‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬، ‫ عن النبي‬- ‫ رضي هللا عنه‬- ‫عن أبي هريرة‬
) ‫يجاوز المني ما حدثت به أنفسها ما لم تعمل أو تكلم( )روا البخاري‬

Artinya: "dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Apakah kalian
melihat kiblatku di arah ini? demi Allah, tidaklah tersebunyi bagiku ruku kalian dan
tidak pula khuyu kalian. Sesungguhnya aku melihat kalian dari belakang
punggungku" (HR. Imam Buhkhari).

17
Muhammad ibn Yusuf ibn Ali. Tafsir Al-Bahr Al-Muhith, Jux 5, (.: Dir al-Kisah Al-Alamiyati, 1993), h.
51
18
http://www.mu.or.id/post/read/15868 mengapa harus-khavyaksquo diposting pada tanggal Jum'at, 09 Mei
2014 10:00 diakses pada tanggal Kamis,9 Maret 2023 pada jam 11.16
10
Keterangan hadits tersebut dimuat dalam Fathi Al-Bari bahwa, hadits tersebut
menjadi dalil tidak diwajibkannya kharya dalam salat Sebab Nabi Muhammad Saw.
tidak memerintahkan para sahabat yang tidak khusya' dalam salatnya untuk
mengulangi salat tersebut.
Setelah mendalami sekian banyak sumber-sumber yang ada, akhirnya dapat
disimpulan bahwa hukum Khusya dalam salat menurut fikih (hukum islam), ialah
Sunnah. Mengingat bahwa objek hukum atau makām fih merupakan perbuatan
mukallaf yang bersifat dhahir.
C. Sholat Khusyu’ dalam Pandangan Al- Qur’an

Kata khusyu’ sudah tidak asing bagi kaum Muslim, namun pada praktiknya
dalam kehidupan sehari-hari masih dirasa perlu ada tambahan penjelasan.
Bagaimana sebenarnya khusyu’ menurut Alquran itu. Dalam pembahasan ini akan
dijelaskan beberapa ayat tentang khusyuk dengan menyertakan beberapa penafsiran
dari mufassir-mufassir tentang arti kata Khusyuk. Ayat pertama yang
akandipaparkan dalam pembahasan ini adalah surah al-Baqoroh ayat 45-46, yakni:

‫ الذين يظنون أهنم مالقوا رهبم وأهنم إليه راجعون‬،‫واستعينوا بالصرب والصالة وإهنا لكبرية إال على اخ لشعني‬
Artinya: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu’,(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui
Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”

Menurut M. Quraish Shihab sabar dan salat merupakan alat yang ampuh
untuk menempuh kehidupan yang lebih baik, akan tetapi sabar dan solat itu suatu
hal yang berat untuk dilakukan jika tidak dengan khusyuk, yakni orang yang
tunduk dan hatinya tentram dengan dzikir kepada Allah.

Ayat selanjutnya tentang khusyuk yakni Qs. al-Mu’minun: 1-2

‫قد أفلح املؤمنون الذين هم يف صالهتم خاشعون‬


Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-
orang yang khusyu’ dalam sembahyangnya.

Menurut penafsiran al-Qurthubi keberuntungan orang-orang yang beriman


dikarenakan telah ditetapkannya pahala dan kebaikan bagi mereka. Dan menurut al
Mu’tamir meriwayatkan dari Khalid, dari
11 Muhammad bin Sirri berkata bahwa asal
diturunkan ayat “orang-orang yang Khusyuk” karena Nabi SAW selalu melihat ke
langit atau ke atas saat menunaikan salat, setelah turunnya ayat itu maka beliau pun
kemudian melihat ke tempat sujud, dan kemudian para sahabat pun shalat dengan
mengahadap ke depan di dalam shalatnya dan melihat ke hadapan mereka.

Khusyuk disini maksudnya adalah serius dalam melaksanakan salat, tidak


ada kesombongan dan niat bermain-main didalamnya. Maknanya adalah tunduk
dan merendahkan diri ketika berada di hadapan Tuhannya. Khusyuk itu ada di
dalam hati,apabila hati khusyuk maka seluruh anggota tubuh akan khusyuk
karena kekhusyukan hatinya. Sebab hati adalah raja bagi anggota tubuh. Ada
seorang ulama yang jika melaksanakan shalat, maka dia akan merasa takut
kepada Allah untuk mengarahkan pandangannya kepada sesuatu dan
membisikkan sesuatu dari urusan dunia di dalam hati. Atha’ berkata bahwa
khusyuk adalah tidak memainkan sesuatu dari tubuhnya di dalam salat.

Dari penafsiran ini dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang khusyuk
dalam salatnya akan menjadi orang yang beruntung. Yakni dengan cara salat
yang tidak menengadahkan kepala ke langit ataupun menggerak-gerakkan
anggota tubuhnya ketika salat.
D. Manfaat Sholat Khusyu’

Dalam perspektif kesehatan manusia, Islam membagi secara jasmani dan


rohani terbagi dalam tiga segmen ;
1. Jasmani dengan penanganan scientific medical (kedokteran)
2. Batin dengan penanganan psikologis
3. Rohani dengan pola penanganan spiritual.19
Ibadah shalat adalah menghubungkan seorang hamba dengan penciptaNya.
Oleh karena itu shalat dapat menjadi media permohonan, pertolongan dalam
menyingkirkan segala bentuk kesulitan yang manusia hadapi dalam perjalanan
hidupnya. Shalat sangat berperan dalam menekan segala bentuk depresi yang
timbul dari tekanan permasalahan hidup dalam kehidupan sehari-hari. Shalat
memiliki peranan besar dan efisien dalam menanggulangi keraguan dan
depresi yang banyak dialami manusia. Ibnul Jauziyah memaparkan faedah shalat
seperti yang dikutip oleh Musfir bin Said, “shalat akan membuka hati,

19
Muhammad Solikhin, “The Miracle of Shalat: Mengungkap Kedahsyatan Energi Shalat”, (Jakarta:
Erlangga, 2011), Hal. 503
12
melapangkannya, memberikannya kegembiraan dan kemanisan iman. 26 Mendirikan
shalat ialah menunaikannya secara teratur dengan melengkapi syarat-syarat, rukun-
rukun serta adab-adabnya, baik yang zahir maupun batin, seperti khusyuk dan
memperhatikan apa yang dibaca.
Menurut Sentot Haryanto Shalat mengandung aspek-aspek psikologis yang
dapat mengembangkan mental yang sehat. aspekaspek psikologis tersebut meliputi:

1. Aspek Olahraga, maksudnya gerakan-gerakan shalat dari mulai takbiratul


ihram sampai salam memberikan efek terhadap kesehatan jasmaniah dan
rohaniah.

2. Aspek relaksasi otot, menurut Walker aspek ini dapat mengurangi kecemasan,
dan insomnia (kurang tidur), mengurangi hiperaktivitas pada anak, mengurangi
toleransi sakit, dan membantu mengurangi merokok bagi yang ingin berhenti
merokok.

3. Aspek relaksasi kesadaran indra, karena pada saat shalat seseorang seolah
menghadap Allah secara langsung tanda ada perantara setiap bacaan dan
gerkan senantiasa dimengerti, serta ingatannya senantiasa hanya kepada Allah.

4. Aspek meditasi, shalat memiliki efek seperti meditasi atau yoga bahkan
merupakan meditasi tingkat tinggi bila dijalankan dengan benar dan khusyuk.
Meditasi ini merupakan alternatif untuk mengatasi berbagai persoalan yang
dihadapi orang-orang sibuk, terutama stress. Saat kondisi inilah shalat akan
mempengaruhi seluruh sistem yang ada dalam tubuh seseorang seperti syaraf,
peredaran darah, pernafasan, pencernaan, otot-otot, kelenjar, reproduksi dan
lain-lain.

5. Aspek autosugesti, yaitu upaya untuk membimbing diri pribadi melalui proses
pengulangan suatu rangkaian ucapan secara rahasia kepada diri sendiri yang
menyatakan suatu keyakinan atau perbuatan.

6. Aspek pengakuan dan penyaluran (katarsis), shalat merupakan sarana


hubungan komunikasi manusia dengan Allah secara langsung.

7. Sarana pembentukan kepribadian, melalui shalat manusia akan memiliki


kedisiplinan, bekerja keras, mencintai kebersihan, mencintai kedamaian,
bertutur kata yang baik dan berpribadi “Allahu Akbar”.

8. Terapi air (hydro theraphy), sebelum13shalat seseorang harus melakukan wudhu.


Wudhu memiliki efek refreshing atau penyegaran, membersihkan badan dan
jiwa serta pemulihan tenaga.

Sementara itu Fadhil Zainal Abidin menjelaskan bahwa shalat yang khusyuk
dapat memberikan manfaat pada kondisi jasmani, rohani dan kehidupan
seseorang. Manfaat-manfaat diantaranya sebagai berikut: 2027

1. Gerakan shalat yang benar akan memperbaiki aliran darah dan metabolisme
tubuh.

2. Bernafas dalam keadaan teratur di dalam shalat akan meningkatkan kadar


oksigen dalam tubuh.

3. Gerakan rukuk, sujud, dan berdiri yang dilakukan dengan tenang dan perlahan
memberikan suasana rileks pada tubuh.

4. Doa yang dibaca di dalam shalat akan memberikan dampak positif bagi
kesehatan dan kebugaran tubuh (surat Al-Fatihah dan duduk iftirasy).

5. Dalam jangka panjang tubuh menjadi sehat, kuat, dan memiliki daya tahan
tinggi terhadap serangan berbagai penyakit medis dan non medis.

6. Doa yang dibaca dalam shalat memberikan efek positif dalam kehidupan,
yakni dimudahkan, dijauhkan dari yang buruk, dicukupkan hajatnya,
dilindungi Allah dari kejahatan makhluk yang terlihat maupun tidak terlihat.

7. Dampak positif pada rohani. Yakni memiliki daya tahan yang tinggi terhadap
berbagai musibah, bencana, dan berbagai kesulitan.

8. Memiliki sifat optimis dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi berbagai
hal.

9. Tidak memiliki perasaan yang tertekan yang berkepanjangan.

Menurut pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat shalat itu


dapat menekan segala bentuk depresi dan mengandung aspek-aspek psikologis
yang dapat mengembangkan kesehatan mental. Namun apabila pelaksanaan shalat
dapat dilaksanakan dengan khusyuk maka akan memberikan manfaat kepada
kondisi jasmani, rohani, dan kehidupan seseorang.

Syamsu Yusuf, “Kesehatan Mental: Perspektif Psikologis dan Agama”, (Bandung : PT. Remaja
20

Rosdakarya, 2008), Hal. 168-169 14


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan keterangan ayat-ayat Alquran yang berkaitan dengan khusyuk
maka didapati pengertian bermacam-macam yang hakikatnya tetap mengacu
kepada merendahkan diri. Bervariasinya pengertian khusyuk dalam Alquran ini
menunjukkan bahwa sifat khusyuk tidak hanya berlaku dalam satu konteks ibadah
saja seperti shalat akan tetapi bisa meluas kepada berbagai aspek baik yang
berhubungan dengan ibadah maupun yang berhubungan dengan non ibadah.
Namun khusyu’ dalam ibadah yang sulit diukur dengan ilmu fiqih sebab
khusyuk adalah komunikasi seorang hamba dengan Allah yang tidak selalu
melibatkan gerakan lisan atau anggota tubuh lainnya karena yang lebih
menentukan keKhusyukan adalah penghayatan terhdap apa yang diungkapkan
dalam hati. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa khusyuk itu masalah gaib
atau sesuatu yang tidak terukur. Justru, khusyuk adalah tingkatan yang mesti kita
capai dan kita upayakan, baik dalam shalat, membaca Alquran, berdoa, atau
dalam hal yang lainnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adam, Muchtar, 2001, “Meraih Shalat Khusyu”, dalam Abdullah Gymnastiar,


dkk.,

Salat dalam Perspektif Sufi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Al-Basuruwani, Musthofa Abbas Zain Abu, 2018, “Fiqih Shalat Terlengkap”,


Yogyakarta: Laksana.
Arroisi, Jarman and Zalfaa Afaaf Zhoofiroh, 2020 , “Terapi Psikoneurosis
Perspektif Azzam, Aziz Muhammad Abdul dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas,
2009, “Fiqh Ibadah”, Jakarta: Amzah.
Kurniawan, Iwan, 2015, “The Miracle of Shalat”, Bandung: Marja.

Quthb, Sayyid, 2004, Tafsir fi Zhilalil Qur’an: di Bawah Naungan Alquran,


Jakarta: gema insani.
Rahman, Fatkhur, 2020, “Pintar Ibadah, Surabaya: Pustaka Media.

Rodiah, 2010, Studi Alquran Metode Dan Konsep, Yogyakarta: Elsaq Press.

Shihab, Quraish M, 2006, “Menabur Pesan Ilahi: Al-Quran dan Dinamika


Kehidupan Masyarakat”, Jakarta: Lentera Hati.
Solikhin, Muhammad, 2011, “The Miracle of Shalat: Mengungkap Kedahsyatan
Energi Shalat”, Jakarta: Erlangga.

Syamsudin, Sahiron, 2003, Hermeneutika Alquran, Yogyakarta: Islamika.


Utsman Najati,2020, Analisis: Jurnal Studi Keislaman, Vol. 20 No. 2.

Yusuf, Syamsu, 2008, “Kesehatan Mental: Perspektif Psikologis dan Agama”,


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Anda mungkin juga menyukai