Oleh :
KELAS A
JURUSAN ILMU HUKUM
FAKULTAS ILMU HUKUM
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “sumber-
sumber ajaran islam” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bapak Dr. Ibnu Sholeh MA, M.P.I pada pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Al-quran,
Al-hadis, dan ijtihad bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ibnu Sholeh MA, M.P.I ,
selaku dosen pelajaran pendidikan agama islam yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Pekalongan, 24
September 2021
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Rumusan Masalah.................................................................................................................................5
Tujuan....................................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
1. Definisi Al Quran……………………………………………………………………………………………….……………………………6
2. Sejarah Al Quran……………………………………………………………………………………………………….……..……………7
3. Fungsi Al Quran……………………………………………………………………………………………………………………………..9
1. Definisi Al Hadist………………………………………………………………………………………………………………………….10
2. Pembagian Al Hadist…………………………………………………………………………………………………………………….11
3. Fungsi Al Hadist……………………………………………………………………………………………………………………………11
1. Definsi Ijtihad………………………………………………………………………………………………………………………….……12
2. Dasar Ijtihad…………………………………………………………………………………………………………………………………13
3. Operasi Plastik……………………………………………………………………………………………………………………..………13
2. Saran……………………………………………………………………………………………………………………………………………16
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………………………….17
LAMPIRAN……………………………………………………………………………………………………………………….………………18
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sumber ajaran islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang apabila dilanggar akan
menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono, 1992:1). Dengan demikian sumber
ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat islam.
Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari Al-Quran
yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah. Komponen
utama agama Islam atau unsur utama ajaran agama Islam (akidah, syari’ah dan akhlak)
dikembangkan dengan rakyu atau akal pikiran manusia yang memenuhi syarat runtuk
mengembangkannya. Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ’ain , yakni kewajiban
pribadi setiap muslim dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang
dikembangkan oleh akal pikiran manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok
masyarakat.
Allah telah menetapkan sumber ajaran Islam yang wajib diikuti oleh setiap muslim.
Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59 yang artinya :” Hai orang-
orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah (kehendak) Rasul-Nya, dan
(kehendak) ulil amri di antara kamu ...”. Menurut ayat tersebut setiap mukmin wajib
mengikuti kehendak Allah, kehendak Rasul dan kehendak ’penguasa’ atau ulil amri
(kalangan) mereka sendiri. Kehendak Allah kini terekam dalam Al-Quran, kehendak
Rasul terhimpun sekarang dalam al Hadis, kehendak ’penguasa’ (ulil amri) termaktum
dalam kitab-kitab hasil karya orang yang memenuhi syarat karena mempunyai
”kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan.
Pada umumnya para ulama fikih sependapat bahwa sumber utama hukum islam
adalah Alquran dan hadist. Dalam sabdanya Rasulullah SAW bersabda, “ Aku tinggalkan
bagi kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat selamanya, selama kalian
berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunnahku.” Dan disamping itu pula para
ulama fikih menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum islam, setelah Alquran dan
hadist.
4
Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh
kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi syarat
untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuka
ajaran mengenai hukum (fikih) Islam dari keduanya..
2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi al quran?
2. Apa saja keterkaitan ayat - ayat al quran dengan hukum?
3. Apa itu hadist sebagai ajaran islam?
4. Apa itu Ijtihad?
3. Tujuan
Makalah ini ditujukan untuk :
1. Menjelaskan definisi al quran secara lengkap.
2. Menjelaskan apa saja keterkaitan ayat - ayat al quran dengan hokum.
3. Menjelaskan apa itu hadiast sebagai ajaran islam.
4. Mengetahui apa itu Ijtihad sebagai sumber ajaran Islam.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Al-Qur’an secara bahasa berasal dari kata qara’a – yaqra’u – qira’atan – qur’anan, yakni
sesuatu yang dibaca atau bacaan.
Sebagian ulama menyatakan bahwa pada garis besarnya, ayat-ayat hukum dalam al-Qur’an
terbagi menjadi dua kelompok,yaitu:
1
Muhammad Ali Ash-Shabuni. 1985. Pengantar Studi Al Quran. Bandung: PT. Al Ma’arif. Hlm:18
2
Septi Aji Fitra Jaya. Jakarta : Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran hal :25
3
Abdul Wahab Khallaf, ‘Ilm Ushul al-Fiqh, hal : 32
6
Aspek hukum mengenai masalah muamalah, berdasarkan Al Quran:
Hukum kekeluargaan, yaitu hukum yang mengatur hubungan antar anggota keluarga.
jumalah ayatnya 70-an
Hukum perdata, yaitu hukuam yang mengatur hubungan antarmanusia menyangkut
harta dan segala hak mereka, seperti transaksi jual beli, sewa menyewa, gadai dan lain
lain. Jumlah ayatnya diperkirakan mencapai 70 ayat
Hukum pidana yaitu hukum yang mengatur dan melindungi eksitansi hidup manusia,
baik menyangkut nyawa, harta maupun kehormatan mereka. Jumlah ayat 30
Hukum acara yaitu hukum yang mengatur tata cara penyelesaian perakara dalam
pengadilan, seperti kesaksian, sumpah dan lain lain. Jumlah ayatnya sekitar 30 ayat
Hukum ketenagaraan yaitu, mengatur hubungaan antara pengusahaa dengan rakyat
dalam suatu negara,seperti hak hak individu dan masyarkat dalam suatu negara,
kewajiban pengusaha dan lain lain. Jumlah ayatnya sekitar 10 ayat menurut abdul
wahid Wahad khalaf dan 20 menurut wahbah az-zahuliali
Hukum antarnegara yaitu hukum yang mengatur tatabungan suatu negara negara
islam, maupun dengan negara islam, dalam situasi perang, jumalah ayatnya sekitar 25
ayat menurut abdul Wahab khallaf, sedangkan wahbah az-zuhalli tidak menyebutkan
angkanya
Hukum ekonomi dan keuangan, yaitu hukum yang mengatur tatabungan dalam
bidang ekonomi dan kekayaan, baik kekayaan milik individu maupun milik negara,
seperti kewajiban orang yang tergolong kaya, menyangkut harta terhadap orang
miskin, kewajiban pengusaha dalam mengelola dan memanfaatkan kekayaan milik
negara untuk kesejahteraan rakyatnya, dan lain lain. Jumlah ayat menurut Khallaf
sekitar 10 ayat sedangkan wahbah az- zihali tidak menyebutkan jumlahnya.4
Para ulama membagi sejarah turunnya Al-Qur’an dalam dua periode: (1) periode
sebelum hijrah, dan (2) periode sesudah hijrah (ayat-ayat madaniyah), tetapi disini akan
dipetakan menjadi tiga periode guna mempermudah dalam pengklsifikasiannya.
Periode pertama, pada permulaan turunnya wahyu yang pertama (al Alaq1-5)
Muhammad saw belum diangkat menjadi Rasul, dan hanya berperan sebagai nabi yang tidak
4
Muhammad Amin Suma, Pengantar Tafsir Ahkam, hal : 59
7
di tugaskan untuk menyampaikan wahyu yang diterimanya. Sampai pada turunnya wahyu
yang kedua barulah Muhammmad diperinahkan untuk menyampaikan wahyu yang
diterimanya, dengan adanya firman Allah: “Wahai yang berselimut, bagkit dan berilah
peringata”( QS 74:1-2). Kandungan wahyu ilahi berkisar dalam 3 hal. Pertama, pendidikan
bagi rasulullah saw, dalam membentuk kepribadiannya (QS. Al-Muddatsir [74]: 1-7).kedua,
pengetahuan dasar mengenai ketuhanan (QS.Al-A’la[87] dan Al-ikhlas [112] ).
Ketiga,keterangan mengenai dasar-dasar akhlak islamiyah, serta bantahan secara umum
mengenai pandangan hidup masyarakat jahiliah ketika itu. Surat At- takasur, suatau surah
yanga mengancam mereka yang menumpuk-numpuk harta, dan surat Al- Ma’un yang
menerangkan kewajiban terhadap fakir miskin dan anak yatim serta pandangan agama
mengenai hidup gotong royong. Periode ini berlangsung sekitar 4-5 tahun dan telah
menimbulkan bermacam- macam raksi dikalangan masyarakat arab ketika itu.
Periode kedua, sejarah turunnya Al-Qur’an pada periode kedua terjadi selama 8-9
tahun, pada masa ini terjadi pertikaian dahsyat antara kelompok islam dan jahiliah. Pada
masa itu ayat-ayat Al-Qur’an di satu pihak, silih berganti turun menerangkan kewajiban
prinsipil penganutnya sesuai dengan kondisi dakwah ketika itu (QS. An-Nahl [16]: 125).
Sementara di lain pihak, ayat-ayat kecaman dan ancaman terus mengalir kepada kaum
musyrik yang berpaling dari kebenaran (Q.S 41: 13). Selain itu, turun juga ayat-ayat
mengenai keesaan Tuhan dan kepastian hari kiamat (Q.S. Yasin [36]: 78-82). Di sini terbukti
bahwa ayat-ayat Al-Qur’an telah sanggup memblokade paham-paham jahiliah dari segala
segi sehingga mereka tidak lagi mempunyai arti dan kedudukan dalam rasio dan alam pikiran
sehat.
Periode ketiga, pada periode ini dakwah Al-Qur’an telah mencapai atau mewujudkan suatu
prestasi besar karena penganut-penganutnya telah dapat hidup bebas melaksanakan ajaran-
ajaran agama di Yatsrib (yang kemudian diberi nama Al-Madinah Al-Munawwarah). Periode
ini berlangsung selama 10 tahun. Ini merupakan periode yang terakhir, saat Islam
disempurnakan oleh Allah SwT dengan turunnya ayat yang terakhir, Al-Maidah [5]: 3,
ketika Rasulillah saw wukuf pada haji wada’ 9 Dzulhijjah 10 H/7 Maret 632 M. Dan ayat
terakhir turun secara mutlak, surat Al-Baqarah [2]: 281, sehingga dari ayat pertama kalinya
memakan waktu sekitar 23 tahun.5
3. Fungsi Al - Quran
5
Cahaya Khaeroni. Sejarah Al Quran. Hal : 195-196
8
Sebagai kitab suci terakhir, al-Qur’an memiliki fungsi yang lebih luas daripada kitab-kitab
sebelumnya. Tulisan ini mencoba meneliti fungsi al-Qur’an bagi manusia. Dengan
mengambil perspektif al-Qur’an dan agama Islam, penelitian menunjukkan bahwa Allah Swt
telah memberikan kepada al-Qur’an sejumlah nama yang menggambarkan fungsinya. Di
antaranya Al-Huda (petunjuk), Al-Furqan (pembeda antara yang hak dan yang batil), Al-
Burhan (bukti kebenaran), Al-Dzikr atau Al-Tadzkirah (peringatan), Al-Syifa (obat
penyembuh), Al-Mau’idhah (nasihat, pelajaran), dan Al-Rahmah (rahmat). Selain itu, sebagai
kitab suci terakhir, al-Qur’an juga membawa fungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia
hingga akhir zaman, penyempurna kitab-kitab suci sebelumnya, dan sumber pokok ajaran
agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
Menurut ibnu manzur mengutip dari sayyidih, mau izhah adalah peringatan yang tujuannya
untuk melunakkan hati manusia disertai ganjaran dan ancaman. Menurut Al-Isfihani
mengutip pendapatnya al-khalil, mau’izhah adalah peringatan agar berbuat baik yang dapat
melunakan hati
2. Petunjuk
mengajarkan manusia pada jalan yang dapat mengantarkan darinya pada tujuan hidup yang
sesungguhnya yaitu kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
3. Rahmat
Rahmat sebagai kelembutan hati yang melahirkan ihsan perbuatan baik, ramah, dan kasih
sayang.
4. Pembeda
Pembeda antara perkara yang benar (haq) dan yang salah (bathil), antar jalan yang
keselamatan dan jalan kesengsaraan.6
1. Definisi AL Hadist
6
Agus Salim Syukran. Fungsi Al Quran bagi Manusia
9
Dimana hadits merupakan salah satu sumber hukum kedua setelah Alquran. Alquran
akan sulit dipahami tanpa intervensi hadits. Memakai Alquran tanpa mengambil hadits
sebagai landasan hukum dan pedoman hidup adalah hal yang tidak mungkin, karena
Alquran akan sulit dipahami tanpa menggunakan hadits. Kaitannya dengan kedudukan
hadits di samping Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam, maka Al-Qur’an merupakan
sumber pertama, sedangkan hadits merupakan sumber kedua. Bahkan sulit dipisahkan
antara Al-Qur’an dan hadits karena keduanya adalah wahyu, hanya saja Al-Qur’an
merupakan wahyu matlu (wahyu yang dibacakan oleh Allah SWT, baik redaksi
maupun maknanya, kepada Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan bahasa arab) dan
hadits wahyu ghoiru matlu ( wahyu yang tidak dibacakan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW secara langsung, melainkan maknanya dari Allah dan lafalnya dari
Nabi Muhammad SAW. Kalau Al Qur’an merupakan petunjuk yang berupa kalimat-
kalimat jadi, yang isi maupun redaksinya langsung diwahyukan Allah, maka Sunnah
Rasul adalah petunjuk dari Allah yang di ilhamkan kepada beliau, kemudian beliau
menyampaikannya kepada umat dengan cara beliau sendiri. Artinya: “kami telah menurunan
peringatan (Al-Qur’an) kepada engkau (Muhammad) supaya kamu menerangkan kepada
segenap manusia tentang apa-apa yang diturunkan kepada mereka” (QS. An-Nahl 44).
Artinya: “Apa-apa yang didatangkan oleh Rasul kepada kamu, hendaklah kamu ambil dan
apa yang dilarang bagimu hendaklah kamu tinggalkan” (QS. Al-Hasyr 7).
Hadits di atas telah jelas menyebutkan bahwa hadits merupakan pegangan hidup setelah Al-
Qur’an dalam menyelesaikan permasalahan dan segalah hal yang berkaitan dengan
kehidupan khususnya dalam menentukan hukum.
Umat Islam telah sepakat menjadikan hadits menjadi sumber hukum kedua setelah Al-
Qur’an. Kesepakatan umat muslimin dalam mempercayai, menerima, dan mengamalkan
segala ketentuan yang terkandung di dalam hadits telah dilakukan sejak jaman
Rasulullah, sepeninggal beliau, masa khulafaurrosyidin hingga masa-masa selanjutnya dan
tidak ada yang mengingkarinya.
Kerasulan Muhammad SAW, telah diakui dan dibenarkan oleh umat Islam. Di dalam
mengemban misinya itu kadangkala beliau menyampaikan apa yang datang dari Allah SWT,
10
baik isi maupun formulasinya dan kadangkala atas inisiatif sendiri dengan bimbingan
wahyu dari Tuhan. Namun juga tidak jarang beliau menawarkan hasil wahyu.7
2. Pembagian Al Hadits
Para ulama hadits membagi hadits berdasarkan kualitasnya dalam tiga kategori, yaitu hadits
shahih, hadits hasan, hadits dhaif. Urainnya sebagai berikut:
1. Hadits Shahih ialah hadits yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi
yang berkualitas dan tidak lemah hafalannya, di dalam sanad dan matannya tidak ada
syadz dan illat.
2. Hadits Hasan hampir sama dengan hadits shahih, yaitu hadits yang rangkaian
sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit, tidak terdapat
syadz dan ‘illah. Namun perbedaannya adalah kualitas hafalan perawi hadits hasan
tidak sekuat hadits shahih.
3. Hadits Dhaif ialah hadits yang tidak memenuhi persyaratan hadits shahih dan hadits
hasan.8
3. Fungsi Al Hadits
Al-Qur’an dan hadis sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran dalam islam, antara
satu dengan yang lainya tidak dapat dipisahkan. Keduanya merupakan satu kesatuan. Al-
qur’an sebagai sumber pertama dan utama banyak memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum
dan global. Oleh karena itu kehadiran hadis, sebagai sumber ajaran kedua tampil untuk
menjelaskan keumuman isi al-Qur’an tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT :
يَتَفَ َّكرُوْ ن
Artinya : “Dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu menerangkan pada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”(QS. An-
Nahl : 44)
Dalam hubungan dengan Al-Qur’an, hadis berfungsi sebagai penafsir, pensyarat dan
penjelas dari ayat-ayat Al-Qur’an. Apabila disimpulkan tentang fungsi hadis dalam hubungan
dengan Al-Qur’an adalah sebagai berikut:
7
Muhammad Ali & Didik H. Peran Hadis sebagai sumber ajaran agama. Hal : 127 & 130
8
Ponpes Al Hasan, Macam – Macam Hadist Berdasarkan Kualitasnya.
11
1) Bayan Tafsir
Yang dimaksud dengan bayan At -Tafsir adalah menjelaskan maksud dari Al-Qur’an Fungsi
hadist dalam hal ini adalah merinci ayat secara global ( bayan al mujmal), membatasi ayat
yang mutlak ( taqyid al muthlaq), mengkhususkan ayat yang umum ( takhshish al’am) dan
menjelaskan ayat yang dirasa rumit
2) Bayan Taqrir
Bayan At-Taqrir atau sering juga disebut bayan ta’kid ( penegas hukum) dan bayan al- itsbat
adalah hadist yang berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan Al-Qur’an.
Dalam hal ini, hadis hanya berfungsi untuk memperkokoh isi kandungan Al-Qur’an
3) Bayan Tasyri’
Yang dimaksud dengan bayan at-tasyri’ adalah menjelaskan hukum yang tidak disinggung
langsung dalam Al-Qur’an. Bayan ini juga disebut dengan bayan zaid ‘ala Al-Kitab Al-
Karim. Hadits merupakan sebagai ketentuan hukum dalam berbagai persoalan yang tidak ada
dalam Al-Qur’an.
4) Bayan An-Nasakh
Secara bahasa an-naskh bisa berarti al-ibthal (membatalkan), al-ijalah (menghilangkan), at-
tahwil (memindahkan) atau at -tagyar (mengubah). Menurut Ulama’ mutaqaddimin, yang
dimaksud dengan bayan an-nasakh adalah adanya dalil syara’ yang datang kemudian. Dan
pengertian dipahami bahwa hadis sebagai ketentuan yang datang berikutnya dapat
menghapus ketentuan-ketentuan atau isi Al-Qur’an yang datang kemudian. 9
1. Definisi Ijtihad
Menurut bahasa, ijtihad berarti "pengerahan segala kemampuan untuk mengerjakan sesuatu
yang sulit." Atas dasar ini maka tidak tepat apabila kata "ijtihad" dipergunakan untuk
melakukan sesuatu yang mudah/ringan. Pengertian ijtihad menurut istilah hukum Islam ialah
mencurahkan tenaga (memeras pikiran) untuk menemukan hukum agama (syara’melalui
salah satu dalil syara’, dan tanpa cara-cara tertentu.
9
Muhammad Ali dan Didik H. Peran Hadis sebagai Sumber Ajaran Agama. Hal:127&130
12
1. Sesungguhnya ijtihad merupakan mengerahkan pemikiran dalam mengkaji dallil-dalil, dan
hal ini lebih umum dari qiyas. Kalau qiyas menyamakan far’ dengan asl, sedangkan ijtihad
mengandung qiyas dan lain sebagainya.
2. Ijtihad dilakukan oleh faqih, yaitu orang yang mengetahui dalil-dalil dan cara istinbat al-
hukm.
3. Ijtihad dilakukan terhadap sesuatu yang belum ada hukumnya atau bersifat zanni serta
menghasilkan hokum yang bersifat zanni.
4. Dengan adanya batasan “istinbat”, maka ijtihad merupakan pemikiran mujtahid dan
ijtihadnya.10
2. Dasar Ijtihad
Di antara ayat-ayat al-Qur’an yang dijadikan dasar ijtihad oleh ahli usul fiqih adalah firman
Allah swt. dalam surat al-Nisa’ ayat 105, yaitu:
QS. Al-Nisa’:105
Operasi Plastik
Pengertian Operasi
Plastik Operasi plastik berasal dari dua kata,yaitu “Operasi” yang artinya “pembedahan” dan
“Plastik” yang berasal dari empat bahasa yaitu, plasein (Bahas Kunonya), plastiec (Bahasa
Belanda), plasticos (Bahasa Latin), plastics (BahasInggris), yang kesemuanya itu berarti
“berubah bentuk”, di dalam Ilmu Kedokteran dikenal dengan “plastics ofsurgery” yang
artinya “pembedahan plastic”.
Pengertian operasi plastik secara umum adalah berubah bentuk dengan cara pembedahan,
sedangkan pengertian operasi plastik menurut ilmu kedokteran adalah pembedahan jaringan
10
Ahmad Badi’. Ijtihad : Teori dan Penerapannya. Hal : 30-31
11
Ahmad Badi’. Ijtihad : Teori dan Penerapanya. Hal: 31
13
atau organ yang akan dioperasi dengan memindahkan jaringan atau organ dari tempat yang
satu ke tempat lain sebagai bahan untuk menambah jaringan yang dioperasi.
Untuk menetapkan hukum pelaksanaan operasi plastik dari segi Hukum Islam diperlukan
adanya istimbath hukum, yaitu bahwa di dalam beristimbath diperlukan ijtihad.
Operasi plastik merupakan masalah ijtihadiyah, karena hukum pelaksanaan operasi plastik
belum ditetapkan didalam nash maupun di dalam sunah, karena operasi plastik belum ada
pada masa rasul maupun pada masa sahabat, sehingga untuk menetapkan dan menentukan
hukumnya harus dipelajari dengan teliti dan seksama melalui ijtihad.
Pelaksanaan operasi plastik itu hukumnya haram, akan tetapi setelah melihat situasi dan
keadaan yang ada, pelaksanaan operasi plastic diperbolehkan dalam keadaan dlarurot, seperti
telah ditegaskan dalam kaidah ushul fiqih yaitu: “Jika berkumpul dua bahaya, maka wajib
kalian mengambil bahaya yang paling ringan”.
Operasi plastik yang dilakukan dengan tujuan untuk pengobatan, sesuai dengan sebuah hadist
yang menganjurkan agar kamu sekalian berobat.
“Berobatlah kamu wahai hamba-hamba Allah SWT, karena sesungguhnya Allah tidak
meletakkan suatu penyakit kecuali Dia juga meletakkan obat penyembuhannya, selain
penyakit yang satu, yaitu penyakit tua”. (Hadist riwayat Ahmad in hanbal, Al-Tirmidzi).
a. Operasi plastik yang dilakukan dalam keadaan dlorurot, karena jika tidak dilakukan operasi
maka akan terjadi efek lain yang lebih besar.
b. Operasi plastik yang dilakukan akan membawa maslahat yang lebih besar dari pada
madlorotnya.
14
b. Operasi plastik yang dilakukan pada orang yang telah sempurna bentuk organ
tubuhnya.12
BAB III
PENUTUP
12
Nurul Maghfiroh dan Heniyatun, Kajian Yuridis Operasi Plastik sebagai Ijtihad dalam HukumIslam. Magelang.
Hal:121-124
15
1. KESIMPULAN
Al-Quran merupoakan sumber pendidikan yang utama mengandung materi, metode, dan lain-
lain yang tidak aka nada habis- habisnya untuk digali terus hinggga akhir zaman. Pendidikan
yang berdasarkan al-quran dan hadis nabi harus menjadi referensi yang utama untuk
pengembanganpendidikan saaat ini. Al-quran dan sunnah terus mendorong umat islam untuk
bekerja keras mengembangkan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Pendidika islam mencakup akidah, ibadah, muamalah, sejarah, akhlak, iptek, dan sebagainya.
Jika kita mempelajari alquran secara mendalam maka aka nada banyak keajaiban yang kita
dapat dari sebelumnya dan banyak ilmu yang kita dapat jika mempelajari al-quran lebih jauh.
Mengenai sumber-sumber hukum islam dapat kita simpulkan bahwa segala ssuatu yang
berkenaan dengan ibadah, muamalah, dan sebagainya itu berlandaskan al-quran yang
merupakan firman allah yang diturunkan kepada nabi muhammmad secara mutawir dan
diturunkan melalui jibril dan membacanya di nilai sebagai ibadah, dan al-sunnah sebagai
sumber hukum yang kedua yang mempunyai fungsi untuk memperjelas isi kandungan al-
quran dan lain sebagainya.
2. SARAN
Marilah kita mengamalkan dan menjadikan al-quran dan al-sunnah sebagai pedoman dalam
kehidupan kita shari-hari yang merupakan sumber dari hukum agama islam dan sekaligus
dapat membuat kita bahagia baik itu didunia maupun akhirat agar hidup yang kita jalani lebih
sempurna dan mempunyai tujuan hidup.
16
DAFTAR PUSTAKA
2. Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Itqan Publising, 2014), 16.
4. Lihat juga Yunahar Ilyas, Kuliah Ulumul Qur’an (Yogyakarta: Itqan Publising, 2014), 17.
5. Nor Kandir, Al-Qur’an Sumber Segala Ilmu (Pustaka Al-Mandiri, 2016), 10-11.
6. (http://www.pkesinteraktif.com).
7. https://jurnal.stiqsi.ac.id/index.php/AlIJaz/article/view/21
8. Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/83811/pembagian-hadits-ditinjau-dari-kualitasnya
9. Sebagai.html http://syuekri.blogspot.co.id/2012/10/hadist-sebagai-ajaran-agama.html
10. https://publikasiilmiah.ums.ac.id.
LAMPIRAN
17
BIOGRAFI PENULIS MAKALAH :
18