Anda di halaman 1dari 13

KONSEP FIKIH

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fiqh

Dosen Pengampu: Dwi Utami, S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun Oleh:

1. Gelyn Puti Yunita (226111110)


2. Noni Dwi Setyawati (226111127)
3. Khilya Tifani Yumna (226111134)

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS


FAKULTAS ADAB DAN BAHASA
UNIVERRSITAS RADEN MAS SAID SURAKARTA 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.Kasih
yang tiada batas dan sayang-Nya selalu melimpahkankepadahamba-hamba-Nya. Atas rahmat dan
pertolongan Allah, kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah tentang Konsep Fikih.
Terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan dan
penyusunan makalah ini. Terima kasih juga kami sampaikan kepada penulis buku,jurnal,maupun
artikel yang karyanya kami jadikansebagai bahan referensi.
Makalah ini disusun dengan maksud sebagai bahan presentasi mata kuliah Fiqh, serta
untuk menambah wawasan sekaligus pemahaman terhadap pengertian fiqh dan pokok bahasan
kajian fiqh, khususnya pada materi Konsep Fiqh. Harapan kami semoga dengan makalah kami
menambah pengetahuan dan wawasan pembaca. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan saran, kritik, serta
bimbingan dari pembaca demi penyempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga bermanfaat
bagi pembaca.

Sukoharjo, 07 Februari 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….…...….. ii


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………….…....… iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………………….……...... 1
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….……......... 1
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian Fiqh ………………………………………...........…………………….. 2
2. Sumber Hukum Islam …………………………………………………………….. 2
3. Ruang Lingkup Fiqh ……………………………………………………………… 5
4. Pengertian Fiqh Ibadah …………………………………………………………... 6
5. Ruang Lingkup Fiqh Ibadah ………………………………………………........... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………...………... 9
B. Saran ………………………………………………………………………………. 9

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….. 10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu Fiqh yang bersumber dari kitab suci Al-Quran dan Hadist Nabi, ternyata
mampu bertahan dan terus mengetahui kehidupan muslim, baik individu maupun
kelompok. Ushul fiqh juga merupakan suatu ilmu yang berisikan tentang kaidah yang
menjelaskan cara-cara mengistinbatkan hukum dari dalil-dalilnya. Bahasan tentang
kaidah-kaidah kebahasaan ini penting mengingat kedua hukum Islam, yaitu Al-Qur’an
dan sunnah berbahasa arab, untuk membimbing mujtahid dalam memahami al-Qur’an
dan sunnah sebagai landasan dalam menetapkan hukum tentu perlu mengetahui tentang
lafal dan ungkapan yang terdapat pada keduanya

Fiqh telah lahir sejak periode sahabat, yaitu sesudah Nabi saw wafat, sejak saat itu
sudah digunakan para sahabat dalam melahirkan fiqh, meskipun ilmu tersebut belum
dinamakan ushul fiqh. Perkembangan terakhir dalam penyusunan buku Ushul Fiqh lebih
banyak menggabungkan kedua sistem yang dipakai dalam menyusun ushul fiqh, yaitu
aliran Syafi’iyyah dan Hanafiyyah. Fiqh berisi tentang empat hal, yaitu tata cara
beribadah yang disebut fiqih ibadah, tata tertib hukum dan peraturan hunungan antar
manusia yang disebut muamalat, hukum-hukum kekeluargaan yang disebut fiqih
munahakat, dan tentang aturan hukum islam yang disebut fikih jinayat. Fiqih merupakan
sebuah cabang ilmu, yang tentunya bersifat ilmiyah,logis dan memiliki obyek dan kaidah
tertentu. Maka dari itu pada makalah ini kami akan menjelaskan tentang fiqh ibadah dan
fiqh itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Fiqh?
2. Apa saja ruang lingkup Fiqh dan Fiqh Ibadah?
3. Apa tujuan dari Ibadah?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Fikih
Fikih merupakan salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang umum secara
khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia.
Kehidupan pribadi, bermasyarakat, ataupun kehidupan dengan tuhannya. Fikih
membahas tentang cara beribadah, prinsip rukun islam, dan hubungan antar manusia
sesuai yang tersurat dalam Al-Qur’an dan Sunah.
Arti fikih secara harfiah adalah ‘pemahaman yang mendalam terhadap suatu hal’.
Sedangkan secara terminology, arti fikih merupakan ilmu yang mendalami hukum islam
yang diperoleh melalui dalil di Al-Qur’an dan Sunah. Dalam ungkapan lain, fikih adalah
“al-ilmu bi-ahkan asy-syar’iyyah al-amaliyyah al-muktasab min adillatiha at-
tafshiliyyah”, ilmu tentang hukum-hukum syariah praktis yang digali dari dalil-dalilnya
secara terperinci.
Terdapat sejumlah pengecualian terkait pedefinisin ini. Dari asy-syar’iyyah yang
artinya bersifat syariat, dikecualikan ilmu tentang hukum-hukum selain syariat. Dari al-
amaliyyah yang artinya bersifat praktis atau diamalkan, ilmu tentang hukum syariat yang
bersifat keyakinan atau akidah ini dikenal dengan ilmu kalam atau ilmu tauhid. Dari at-
tafshiliyyah yang artinya bersifat terperinci, ilmu yang berisi hukum syariat yang didapat
dari dalil-dalil yang “ijmali” (global) dikenal dengan ilmu ushul fiqh.1
B. Sumber Hukum Islam
Sumber-sumber yang dipakai sebagai acuan dalam hukum islam adalah Al-
Qur’an, As-Sunnah, Ijma’, Qaul Sahabi, Qiyas, Istihsan, Maslahah Mursalah, Urf,
syariat umat sebelum Islam, dan Istishab.

1
Hasbiyallah. Fiqh Dan Ushul Fiqh. Edited by Engkus Kuswandi. 1st ed. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013.

2
Perlu dijelaskan beberapa masalah yang berkaitan dengan sumber-sumber hukum
islam di atas.
1. Sumber-sumber hukum islam di atas bukan merupakan kesepakatan bulat para
ulama, namun ada sebagian yang masih dipersilihkan, baik dalam hal
pengertiannya maupun dalam hal dijadikannya sebagai sumber hukum islam.
2. Sebagian dari sumber hukum-hukum islam di atas bersifat naqli, yaitu Al-
Qur’an, As-Sunnah, Ijma’, Qoul Sahabi, Urf, dan syariah umat sebelum islam.
Dan ada juga yang bersifat aqli, yaitu Qiyas, Maslahah Mursalah, dan
Istihsan.

Dalil-dalil naqli masih memerlukan akal untuk memahami dan mengambil hukum
darinya. Sedangkan, dalil akal tidak diperlukan oleh syariat, kecuali jika bersandar
kepada naqli, karena akal saja tidak cukup untuk mengetahui hukum-hukum syariat.2

Untuk lebih jelasnya, berikut ini secara rinci tentang sumber-sumber hukum islam
yang disepakati para pakar ulama.

a) Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT. yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. secara berangsur-angsur melalui malaikat jibril sebagai
mukjizat dan pedoman hidup bagi umatnya, dan yang membacanya adalah
ibadah. Al-Qur’an merupakan pedoman hidup yang pertama dan utama
bagi umat Islam pada masa Rasulullah. Setiap persoalan solusinya selalu
dikembalikan kepada Al-Qur’an. Rasulullah sendiri dalam perilakunya
sehari-hari selalu mengaju kepada Al-Qur’an. Fungsi dari Al-Qur’an itu
sendiri ada empat yaitu petunjuk, penjelas, pembeda, dan obat. Petunjuk
artinya Al-Qur’an merupakan suatu aturan yang harus diikuti, penjelas
artinya di dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan tentang segala sesuatu yang
ditanyakan oleh manusia, dan yang terakhir, pembeda maksudnya sebagai
pembeda antara yang benar dan yang salah.

2
Drs. H. Burhanuddin, M.Ag. Fiqh Ibadah. Edited by Maman Abd. Pertama. Bandung: CV Pustakan Setia,
2001.

3
b) As-Sunnah.
Dalam tradisi hukum Islam, hadist berarti segala perkataan dan perbuatan
Nabi Muhammad SAW. Namun, para ulama ushul fikih membatasi
pengertian hadist hanya pada “ucapan-ucapan Nabi Muhammad SAW.
yang berkaitan dengan hukum”, sedangkan bila mencangkup perbuatan
dan taqrir yang berkaitan dengan hukum, maka hal ini mereka namai
dengan sunnah.
Tidak semua perbuatan Nabi Muhammad SAW. merupakan sumber
hukum yang harus diikuti oleh umatnya, seperti perbuatan perkataannya
pada mas asebelum kerasulannya. Seperti yang kita ketahui bahwa Al-
Qur’an merupakan sumber hukum utama dalam Islam. Akan tetapi dalam
realitasnya, ada beberapa hal atau perkara yang sedikit sekali dibicarakan
oleh Al-Qur’an. Al-Qur’an hanya membicarakan sesuatu secara global
atau bahkan tidak dibicarakan sama sekali. Di situlan peran dan
kedudukan hadist sebagai tabyin atau penjelas dari Al-Qur’an atau bahkan
menjadi sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an.
c) Ijma’
Ijma’ adalah kesepakatan para ulama ahli ijtihad (mujtahid) dari
kalangan umat Muhammad setelah wafatnya beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam pada masa tertentu akan suatu perkara agama. Ijma’ merupakan
dasar agama yang sah dan menjadi sumber hukum ketiga agama setelah
Al-Qur’an dan Sunnah. Tidak terdapat ketetapan Ijma’ yang menentang
kebenaran, kecuali tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah. Maka
suatu keutamaan bagi para ulama ahli ijtihad untuk berjima’ berdasarkan
Al-Qur’an dan Sunnah.
d) Qiyas
Qiyas merupakan suatu cara penggunaan ra’yu untuk menggali
hukum syara’ dalam hal-hal yang nash al-Qur’an dan sunnah tidak
menetapkan hukumnya secara jelas. Pada dasarnya ada dua macam cara
penggunaan ra’yu, yaitu penggunaan ra’yu yang masih merujuk kepada
nash dan penggunaan ra’yu secara bebas tanpa mengaitkannya kepada

4
nash. Bentuk pertama secara sederhana disebut Qiyas, meskipun Qiyas
tidak menggunakan nash secara langsung, tetapi karena merujuk kepada
nash, maka dapat dikatakan bahwa Qiyas juga menggunakan nash
walaupun tidak secara langsung. Sedangkan,I mengenai definisinya
menurut ulama ushul fiqh, Qiyas berarti menghubungkan suatu kejadian
yang tidak ada nashnya kepada kejadian lain yang ada nashnya, dalam
hukum yang telah ditetapkan oleh nash karena adanya kesamaan dua
kejadian itu dalam illat hukumnya.
e) Istihsan
Secara istilah Ihtisan menurut ahli ushul fikih adalah berpindah
dari suatu hukum yang sudah diberikan, kepada hukum lain yang
sebandingnya karena ada suatu sebab yang dipandang lebih kuat. Qiyas
berbeda dengan Ihtisan. Pada Qiyas terdapat dua peristiwa atau kejadian.
Peristiwa atau kejadian pertama belum ditetapkan hukumnya karena tidak
ada nass yang dapat dijadikan dasarnya. Menetapkan hukumnyab dicari
peristiwa atau kejadian lain yang telah ditetapkan hukumnya berdasarkan
nass dan mempunyai persamaan illat dengan peristiwa pertama.
Berdasarkan persamaan illat itu ditetapkan hukum peristiwa pertama sama
dengan hukum peristiwa kedua. Dengan kata lain, bahwa Qiyas yang
dicari seorang mujtahid ialah persamaan illat dua peristiwa itu, sedangkan
Ihtisan yang dicari ialah dalil mana yang paling tepat digunakan untuk
menetapkan hukum dari suatu peristiwa tersebut.3
C. Ruang Lingkup Fiqh

Ruang lingkup ilmu Fiqh, meliputi berbagai bidang di dalam hukum-hukum syara’,
antara lain:

3
Abror, Khoirul. Fiqh Ibadah. Edited by Selfietera. 1st ed. Yogyakarta: CV. ARJASA PRATAMA BANDAR
LAMPUNG, 2019.

5
 Ruang lingkup Ibadah, ialah cara-cara menjalankan tata cara peribadahan
kepada Allah SWT.
 Ruang lingkup Mu’amalat, ialah tata tertib hukum dan peraturan hubungan
antar manusia sesamanya.
 Ruang lingkup Munakahat, ialah hukum-hukum kekeluargaan dalam
hukum nikah dan akibat-akibat hukumnya.
 Ruang lingkup Jinayat, ialah tindak pelanggaran atau penyimpangan dari
aturan hukum Islam sebagai tindak pidana kejahatan yang dapat
menimbulkan bahaya bagi pribadi, keluarga, masyarakat, dan Negara.4
D. Fiqh Ibadah

Ibadah berasal dari bahasa Arab yaitu, ya’budu-abada-abidun berarti budak.


Tujuan ibadah adalah untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Syarat diterimanya
ibadah adalah ikhlas, niatnya benar bukan karena ingin dipuji dan disyari’atkan
mengikuti cara yang benar. Ibadah terbagi menjadi dua, yaitu ibadah mahdah dan ghairu
mahdah.

1. Ibadah Mahdah yaitu hubungan manusia dengan Allah, seperti ibadah shalat,
dzikir, dan lain lain. Prinsip ibadah mahdah yaitu keberadaannya harus
berdasarkan dalil dan perintah, bersifat tidak rasional.

Prinsip Ibadah Mahdah:

a) Keberadaannya harus berdasarkan dalil dan perintah


b) Tata caranya harus berpola pada contoh rasul
c) Bersifat supra rasional (diluar jangkauan akal), azasnya adalah taat.

2. Ibadah Ghairu Mahdah yaitu hubungan antara manusia dengan manusia dan
makhluk lainnya, seperti tolong menolong. Prinsip ibadah ghairu mahdah
yaitu didasarkan atas tidak adanya dalil, bersifat rasional (manfaat). Budak =
bentuk penghambaan diri kepada tuannya

4
Ningsih, Yulita. Fiqh Ibadah. Edited by Zaenal Abidin. 1st ed. Bandung: cv. media sains indonesia, 2021.

6
Prinsip Ibadah Ghairu Mahdah:

a) Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang.


b) Tata laksananya tidak perlu berpola pada contoh Rasul.
c) Bersifat rasional

Dasar ilmu Fiqih Ibadah adalah yakni al-Qur’an dan as-Sunnah al-Maqbulah. As-Sunnah Al-
Maqbulah artinya sunnah yang dapat diterima. Dalam kajian hadis sunnah al-Maqbulah dibagi
menjadi dua, Hadis Shahih dan Hadis Hasan.

E. Ruang Lingkup Fiqh Ibadah


Menurut Ibnu Taimiyah, ruang lingkup ibadah mencakup semua bentuk cinta dan
kerelaan kepada Allah, baik dalam perkataan maupun perbuatan, lahir maupun batin. Hal-
hal yang termasuk dalam pengertian ini adalah shalat, zakat, haji, jujur, menjalankan
amanah, berbuat baik kepada orangtua, menjalin silaturrahmi, memenuhi janji, amar
ma’ruf nahi munkar, jihad terhadap orang kafir, berbuat baik pada tetangga, anak yatim,
fakir miskin dan ibn sabil, berdo’a, zikir, baca Al-qur’an, rela menerima ketentuan Allah
dan lain sebagainya. 5

Apabila diklasifikasikan, hal tersebut dapat dikelompokan menjadi lima bagian:


1. Kewajiban-kewajiban atau rukun-rukun syari’at seperti shalat, puasa, zakat dan
Haji.
2. Yang berhubungan dengan (tambahan dari) kewajiban di atas dalam bentuk
ibadah-ibadah sunnat, seperti: dzikir, membaca al-qur’an, do’a dan istighfar

5
Mahfud, Asrul. Fiqh Dan Ushul Fiqh. Edited by Arsrul. 1st ed. Aceh: UIN Ar-Raniry, 2016.

7
3. Semua bentuk hubungan social yang baik serta peme-nuhan hak-hak manusia,
seperti: berbuat baik kepada orangtua, menjalin silaturrahmi, menyantuni anak
yatim, fakir miskin dan ibn sabil.
4. Akhlak insaniyah (bersifat kemanusiaan), seperti benar dalam berbicara,
menjalankan amanah dan menepati janji.
5. Akhlak rabbaniyah (bersifat ketuhanan), seperti men-cintai Allah dan rasul-Nya,
takut kepada Allah, ikhlas dan sabar terhadap hukum-Nya.

Kelima kelompok tersebut dapat dikelasifikasikan secara lebih khusus yaitu


ibadah umum dan ibadah khusus. Ibadah umum mempunyai cakupan yang sangat luas,
yaitu meliputi segala amal kebajikan yang dilakukan dengan niat ikhlas dan sulit untuk
mengemukakan sistematikanya, akan tetapi ibadah khusus ditentukan oleh syara’ tentang
bentuk dan caranya.6

Secara garis besar, ini adalah sistematika ibadah sebagaimana dikemukakan


Wahbah Zuhayli:
1. Thaharah
2. Shalat
3. Penyelenggaraan janazah
4. Zakat
5. Puasa
6. Haji dan Umrah
7. I’tikȃf
8. Sumpah dan Kaffarah
9. Nadzar
10. Qurban dan Aqiqah

6
Abidin, Zaenal. Fiqh Ibadah. Edited by Ali Hasan. 1st ed. Sleman: CV Budi Utama, 2020.

8
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fikih merupakan salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang umum secara
khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia.
Kehidupan pribadi, bermasyarakat, ataupun kehidupan dengan tuhannya. Fikih
membahas tentang cara beribadah, prinsip rukun islam, dan hubungan antar manusia
sesuai yang tersurat dalam Al-Qur’an dan Sunah. Ruang lingkup ilmu Fiqh, meliputi
berbagai bidang di dalam hukum-hukum syara’, yaitu; ruang lingkup fiqh ibadah, ruang
lingkup fiqh mu’amalat, ruang lingkup fiqh munahakat, dan ruang lingkup fiqh jinayat.
Ibadah merupakan sebuah penghambaan seseorang kepada Allah SWT dengan tujuan
ingin mendekatkan dirinya terhadap sang pencipta. Tujuan ibadah adalah untuk mencapai
kebahagian dunia dan akhirat. Ruang lingkup ibadah mencakup semua bentuk cinta dan
kerelaan kepada Allah, baik dalam perkataan maupun perbuatan, lahir maupun batin.

B. Saran
Kami sadar bahwa masih memiliki kekurangan yang kami miliki, baik dari tulisan
maupun bahasan yang kami sajikan, oleh karena itu mohon diberikan saran agar kami
bisa membuat makalah yang lebih baik lagi, dan semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi kita semua, dan menjadi wawasan kita dalam memahami Konsep Dasar Fiqh.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hasbiyallah. Fiqh Dan Ushul Fiqh. Edited by Engkus Kuswandi. 1st ed. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013.
Drs. H. Burhanuddin, M.Ag. Fiqh Ibadah. Edited by Maman Abd. Pertama. Bandung: CV
Pustakan Setia, 2001.
Abror, Khoirul. Fiqh Ibadah. Edited by Selfietera. 1st ed. Yogyakarta: CV. ARJASA
PRATAMA BANDAR LAMPUNG, 2019.
Ningsih, Yulita. Fiqh Ibadah. Edited by Zaenal Abidin. 1st ed. Bandung: cv. media sains
indonesia, 2021.
Hafsah, Pembekajaran Fiqh. Edited by Mardiato. 1st ed. Bandung: Citapustaka Media Perintis,
2013.
Mahfud, Asrul. Fiqh Dan Ushul Fiqh. Edited by Arsrul. 1st ed. Aceh: UIN Ar-Raniry, 2016.
Abidin, Zaenal. Fiqh Ibadah. Edited by Ali Hasan. 1st ed. Sleman: CV Budi Utama, 2020.

10

Anda mungkin juga menyukai