Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

HUKUM ISLAM DALAM KONTEKS INDONESIA

DOSEN PENGAMPU : Khalid Rahman, S.Pd.I, M.Pd.I

Kelompok 3 :

Muhammad Akbar Tafzila Janika (195060100111028)

Ervando Dian Prakosa (195060100111030)

Kamila Amalia (195060101111014)

Anis Wahyu Fatmawati (195060101111025)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2019
1
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN

HALAMAN JUDUL .................................................................................................1

DAFTAR ISI .............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................3

A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah ................................................................................................3
C. Tujuan ...................................................................................................................3

BAB II KAJIAN TEORI ........................................................................................4

A. Pengertian Hukum Islam.......................................................................................4


B. Sumber Hukum Islam ...........................................................................................5
C. Prinsip Hukum Islam.............................................................................................6
D. Fungsi Hukum Islam.............................................................................................7
E. Demokrasi Dalam Islam........................................................................................9
F. Hak dan Kewajiban Asasi dalam Islam.................................................................10

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................13

A. Penerapan Hukum Islam dalam Kehidupan Muslim.............................................13


B. Kontribusi Umat Islam dalam Perundang-undangan di Indonesia........................16

BAB IV PENUTUP .................................................................................................19

Kesimpulan ...............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................20

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam di Indonesia merupakan agama yang mayoritas, tentu sangat berpengaruh
pada pola hidup warga Indonesia. Perilaku pemeluknya tidak lepas dari syariat yang
dikandung agamanya. Melaksanakan syari’at agama merupakan salah satu parameter
ketaatan seseorang dalam menjalankan agamanya. Kata hukum yang dikenal dalam
bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab hukum yang berarti putusan atau ketetapan.

Bagi kalangan muslim yang dimaksudkan sebagai hukum adalah Islam, yaitu
keseluruhan aturan hukum yang bersumber pada Al-quran dan untuk kurun waktu
zaman tertentu lebih konkrit oleh Nabi Muhammad dalam tingkah laku Beliau, yang
lazim disebut Sunah Rasul. Syariat Islam dan fiqih Islam adalah dua buah otentik
Islam yang berasal dari perbedaan kajian Islam sejak lama. Keduanya dipakai silih
berganti di Indonesia dari dahulu sampai sekarang dengan pengertian yang terkadang
berbeda, tetapi juga sering mirip. Kaidah-kaidah yang bersumber dari Allah SWT
kemudian lebih dikonkretkan dan diselaraskan dengan kemajuan zaman melalui ijtihad
atau penemuan hukum oleh para pakar di bidangnya masing-masing, baik secara
perorangan maupun kolektif.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada maka dikemukakan
perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja hukum Islam yang diterapkan di Indonesia?
2. Bagaimana penerapan hukum Islam di Indonesia?

3. Apa kontribusi umat Islam dalam perundang-undangan di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui sumber-sumber hukum Islam di Indonesia
2. Untuk mengetahui penerapan hukum Islam di Indonesia

3
3. Untuk menambah wawasan tentang kontribusi umat Islam dalam perundang-
undangan di Indonesia

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Hukum Islam


Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan merupakan bagian dari islam.
Dalam memahami  pengertian hukum islam, ada istilah yang berhubungan dengan
hukum islam, yakni : syariah dan fiqih.

1. Syariah
Syariah didefinisikan sebagai aturan-aturan yang ditetapkan oleh Allah agar
digunakan oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhannya, dengan
saudaranya sesama muslim, dengan saudaranya sesama manusia, dengan alam, dan
dalam kaitannya dengan kehidupannya.
Syariah didefinisikan pula sebagai semua peraturan agama yang ditetapkan
oleh Allah untuk kaum Muslim baik yang ditetapkan dengan Al-quran maupun
dengan Sunnah Rasul.
Dari sejumlah definisi syariah di atas dapat dipahami bahwa syariah adalah
aturan-aturan Allah SWT dan Rasulullah SAW yang mengatur manusia dalam
berhubungan dengan Tuhannya maupun dengan sesamanya.

2. Fiqih
Fiqih merupakan suatu ilmu yang membahas hukum-hukum syara’
terutama yang bersifat amaliyah dengan mendasarkan pada dalil-dalil yang
terperinci dari Alquran dan Hadis.
Syariah merupakan seperangkat aturan yang bersumber dari Allah SWT
dan Rasulullah SAW untuk mengatur tingkah laku manusia baik dalam
berhubungan dengan Tuhannya (ibadah) maupun dalam rangka berhubungan
dengan sesamanya (muamalah). Sedangkan fiqih merupakan penjelasan atau uraian
yang lebih rinci dariapa yang sudah ditetapkan oleh syariah. Hukum ini dapat atau
perlu dikembangkan dengan ijtihad ulama.

4
B. Sumber Hukum Islam

Di dalam hukum Islam rujukan-rujukan dan dalil-dalil telah ditentukan


sedemikian rupa oleh syariat, mulai dari sumber yang pokok maupun bersifat
alternatif. Secara lebih teknis umat Islam dalam berhukum harus memperhatikan
sumber tertib hukum :

1. Al Qur’an

Al-Quran adalah kitab suci umat islam. Kitab tersebut diturunkan kepada
Nabi terakhir, yaitu nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Al-qur’an
memuat banyak sekali kandungan. Kandungan-kandungan tersebut berisi perintah,
larangan, anjuran, ketentuan, dan sebagainya.

Al-qur’an menjelaskan secara rinci bagaimana seharusnya manusia


menjalani kehidupannya agar tercipta masyarakat yang madani. Oleh karena itulah,
Al-Qur’an menjadi landasan utama untuk menetapkan suatu hukum.

2. As Sunnah (Al-Hadits)

Sunnah dalam Islam mengacu kepada sikap, tindakan, ucapan dan cara
Rasulullah menjalani hidupnya atau garis-garis perjuangan/tradisi yang
dilaksanakan oleh Rasulullah. Sunnah merupakan sumber hukum kedua dalam
Islam, setelah Al-Quran. Narasi atau informasi yang disampaikan oleh para sahabat
tentang sikap, tindakan, ucapan dan cara Rasulullah disebut sebagai hadits. Sunnah
yang diperintahkan oleh Allah disebut Sunnatullah.

3. Ijtihad

Ijtihad merupakan metode atau upaya para ulama dalam merumuskan suatu
hukum yang secara rinci tidak disebutkan dalam Al-Qur’an maupun sunnah. Ijtihad
merupakan sumber hukum Islam ketiga setelah Al Quran dan Hadis. Ijtihad
dilakukan jika suatu permasalahan sudah dicari dalam Al Quran maupun hadis,
tetapi tidak ditemukan hukumnya. Namun, hasil ijtihad tetap tidak boleh

5
bertentangan dengan Al Quran maupun hadis. Bentuk ijtihad dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :

a. Ijma’

Ijma’ adalah kesepakatan para ulama mujtahid dalam memutuskan


suatu perkara atau hukum. Ijma’ dilakukan untuk merumuskan suatu
hukum yang tidak disebutkan secara khusus dalam kitab Al Quran dan
Sunah.

b. Qiyas

Qiyas adalah mempersamakan hukum suatu maslah yang belum ada


kedudukan hukumnya dengan maslah lama yang pernah karena ada alasan
yang sama.

4. Maslahah Mursalah

Maslahah Mursalah merupakan cara dalam menetapkan hukum yang


berdasarkan atas pertimbangan kegunaan dan manfaatnya.

C. Prinsip Hukum Islam

Terhadap masalah-masalah sosial kemanusiaan yang memerlukan jawaban


hukum, hukum islam bertitik tolak prinsip-prinsip hukumnya, yakni :

1. Prinsip Tauhid

Tauhid adalah prinsip umum hukum Islam. Prinsip ini menyatakan bahwa
semua manusia ada di bawah satu ketetapan yang sama, yaitu ketetapan tauhid
yang dinyatakan dalam kalimat La’ilahaIlla Allah (Tidak ada Tuhan selain Allah).
Berdasarkan atas prinsip tauhid ini, maka pelaksanaan hukum Islam merupakan
ibadah.

2. Prinsip Amar Makruf NahiMungkar 

6
Hukum Islam digerakkan untuk merekayasa umat manusia untuk menuju
tujuan yang baik dan benar yang dikehendaki oleh Allah dan menjauhi hal yang
dibenci Allah.

3. Prinsip Keadilan 

Keadilan berarti keseimbangan. Prinsip keadilan meliputi keadilan dalam


berbagai hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusi a
dengan sesama manusia dan masyarakatnya, dan hubungan manusia dengan pihak
terkait.

4. Prinsip Kemerdekaan atau Kebebasan 

Prinsip kebebasan dalam hukum Islam menghendaki agar agama atau


hukum Islam disiarkan tidak berdasarkan paksaan, tetapi berdasarkan penjelasan,
demontrasi, argumentasi. Kebebasan yang menjadi prinsip hukum Islam adalah
kebebasan dalam arti luas yang mencakup berbagai macamnya, baik kebebasan
individu maupun kebebasan kelompok. Keberagamaan dalam Islam dijamin
berdasarkan prinsip tidak ada paksaan dalam beragama.

5. Prinsip Persamaan 

Prinsip ini merupakan wujud hukum islam yang tanpa memandang ras,
warna kulit. Karena kemuliaan dalam islam tercermin pada tinggi rendahnya
tingkat iman dan taqwa tiap-tiap manusia.

6. Prinsip Saling Tolong Menolong

Prinsip ini memiliki makna saling membantu antar sesama manusia yang
diarahkan sesuai prinsip tauhid, terutama dalam peningkatan kebaikan dan
ketakwaan. 

7. Prinsip Toleransi

Prinsip toleransi yang dikehendaki Islam adalah toleransi yang menjamin


tidak terlanggarnya hak-hak Islam dan umatnya , tegasnya toleransi hanya dapat
diterima apabila tidak merugikan agama Islam.

7
D. Fungsi Hukum Islam

Sebagaimana sudah dikemukakan dalam pembahasan ruang lingkup hukum


Islam, bahwa ruang lingkup hukum Islam sangat luas. Yang diatur dalam hukum Islam
bukan hanya hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga hubungan antara manusia
dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain dalam masyarakat, manusia
dengan benda, dan antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Dalam Al Qur’an
cukup banyak ayat-ayat yang terkait dengan masalah pemenuhan dan perlindungan
terhadap hak asasi manusia serta larangan bagi seorang muslim untuk melakukan
pelanggaran hak asasi manusia. Bagi tiap orang ada kewajiban untuk mentaati hukum
yang terdapatdalam Al Qur’an dan Hadits.

Menurut definisi Mutakalimin, agama ditujukan untuk kemaslahatan hamba di


dunia dan di akhirat. Islam sebagai agama memiliki hukum yang fungsi utamanya
terhadap kemaslahatan umat.Adapun fungsi adanya hukum Islam adalah sebagai
berikut:

1. Fungsi Ibadah

Hukum Islam adalah aturan Tuhan yang harus dipatuhi umat manusia dan
kepatuhan merupakan ibadah yang sekaligus juga merupakan indikasi keimanan
seseorang.

2. Fungsi Amar Ma’ruf Nahi Mungkar

Hukum Islam telah ada dan eksis mendahului masyarakat karena ia adalah
bagian dari kalam Allah yang qadim. Namun dalam prakteknya hukum Islam tetap
bersentuhan dengan masyarakat. Penetapan hukum tidak pernah mengubah atau
memberikan toleransi dalam hal proses pengharamannya. Contoh : Riba dan
khamr tidak diharamkan secara sekaligus tetapi secara bertahap oleh karena itu kita
memahami fungsi kontrol sosial yang dilakukan lewat tahapan riba dan khamr.

3. Fungsi Zawajir

8
Fungsi hukum Islam sebagai sarana pemaksa yang melindungi warga
masyarakat dari segala bentuk ancaman serta perbuatan yang membahayakan.

4. Fungsi Tanzim wa Islah al-Ummah

Fungsi tersebut adalah sarana untuk mengatur sebaik mungkin dan


memperlancar proses interaksi sosial sehingga terwujudnya masyarakat harmonis,
aman dan sejahtera.

E. Demokrasi dalam Islam


Di tengah proses demokratisasi global, banyak kalangan ahli demokrasi
diantaranya Larry Diamond, Juan J. Linze, Seymour Martin Lipset, menyimpulkan
bahwa dunia Islam tidak memiliki prospek untuk menjadi demokratis serta tidak
memiliki pengalaman demokrasi yang cukup andal. Hal senada juga dikemukakan oleh
Samuel P. Huntington yang meragukan Islam dapat berjalan dengan prinsip-prinsip
demokrasi yang secara kultural lahir di Barat. Karena alasan inilah dunia Islam
dipandang tidak menjadi bagian dari proses gelombang demokratisasi dunia.
Kesimpulan yang didapat dari para ahli tampaknya tidak terbukti jika
mencermati perjalanan demokrasi di Indonesia, negara muslim terbesar di Dunia.
Beberapa kali pelaksanaan Pemilu secara langsung telah berlalu tanpa menimbulkan
pertumpahan darah. Keberhasilan pelaksanaan Pemilu di Indonesia secara aman dan
damai telah menjadi bukti di hadapan dunia bahwa demokrasi dapat dipraktikan di
tengah-tengah masyarakat Muslim mayoritas.
Setidaknya terdapat tiga pandangan tentang Islam dan Demokrasi. Pertama,
Islam dan demokrasi adalah dua sistem politik yang berbeda. Islam tidak bisa di
subordinatkan dengan demokrasi karena islam merupakan sistem politik yang mandiri.
Kedua, Islam berbeda dengan demokrasi. Jika demokrasi didefinisikan secara
prosedural seperti dipahami dan dipraktikan di negara-negara Barat. Kelompok kedua
ini menyetujui adanya prinsip-prinsip demokrasi dalam Islam. Tetapi mengakui
adanya perbedaan antara Islam dan Demokrasi. Ketiga, Islam adalah sistem nilai yang
membenarkan dan mendukung sistem politik demokrasi seperti yang dipraktikkan
negara-negara maju. Islam di dalam dirinya demokratis tidak hanya karena prinsip
syura (musyawarah), tetapi juga karena adanya konsep ijtihad dan ‘ijma (konsensus).
Penerimaan negara-negara Muslim (Dunia Islam) terhadap demokrasi sebagaimana

9
yang dikemukakan oleh kelompok ketiga ini, tidak berarti bahwa demokrasi dapat
tumbuh dan berkembang di negara Muslim secara otomatis. Bahkan yang terjadi
adalah kebalikannya dimana negara-negara muslim justru merupakan negara yang
tertinggal dalam berdemokrasi, sementara kehadiran rezim otoriter di sejumlah negara
muslim pada umumnya menjadi kecenderungan yang dominan.
F. Hak dan Kewajiban Asasi dalam Islam

Hak asasi manusia dalam Islam telah ada dalam al-Quran dan masyarakat pada
zaman Nabi Muhammad SAW. yang mana hak asasi manusia dalam Islam tertuang
secara jelas untuk kepentingan manusia, yaitu lewat syari’ah Islam yang diturunkan
melalui wahyu.

Menurut syari’ah, manusia adalah makhluk bebas yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab dan karenanya ia juga mempunyai hak dan kebebasan. Dasarnya
adalah keadilan yang ditegakkn atas dasar persamaan atau egaliter, tanpa pandang
bulu. Artinya, tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya kebebasan,
sementara kebebasan secara eksistensial tidak terwujud tanpa adanya tanggung jawab
itu sendiri. Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang persamaan,
kebebasan dan penghormatan terhadap sesama manusia. Persamaan, artinya Islam
memandang semua manusia sama dan mempunyai kedudukan yang sama, satu-satunya
keunggulan yang dinikmati seorang manusia atas manusia lainnya hanya ditentukan
oleh tingkat ketakwaannya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Hujarat
ayat 13, yang artinya sebagai berikut : “ Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan
kamu dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara
kamu adalah yang paling takwa.”

Sedangkan kebebasan merupakan elemen penting dalam ajaran islam.


Kehadiran islam memberikan jaminan pada kebebasan manusia agar terhindar dari
kesia-siaan dan tekanan, baik yang berkaitan dengan masalah agama, politik dan
ideologi. Pada dasarnya HAM dalam islam terpusat pada lima hal pokok yang
terangkum dalam al-Dloruriyat al-Khomsahatau yang disebut juga al-Huquq al-
Insaniyah fi al-Islam (hak-hak asasi manusia dalam islam). Konsep itu mengandung
lima hal pokok yang harus dijaga oleh setiap individu yaitu Hifdzu al-Din

10
(penghormatan atas kebebasan beragama), Hifdza al-Mal (penghormatan atas harta
benda), Hifdzu al-Nafswa al-Ird (penghormatan atas jiwa, hak hidup dan kehormatan
individu) Hifdzu al-‘Aql (penghormatan atas kebebasan berpikir) dan Hifdzu al-Nasl
(keharusan untuk menjaga keturunan). Kelima pokok inilah yang harus dijaga oleh
setiap umat islam supaya menghasilkan tatanan kehidupan yang lebih manusiawi,
berdasarkan atas penghormatan individu atas individu, individu dengan masyarakat,
masyarakat dengan negara dan komunitas agama dengan komunitas agama yang
lainnya.

Dalam sejarah konstitusi Islam ada dua deklarasi yang memuat hak-hak asasi
manusia yang dikenal denganP iagam Madinah dan Deklarasi Kairo (Cairo
Declaration).

1. Piagam Madinah

Konsepsi dasar yang tertuang dalam piagam yang lahir di masa Nabi
Muhammad SAW adalah adanya pernyataan atau kesepakatan masyarakat
Madinah untuk melindungi dan menjamin, hak-hak sesama warga masyarakat
tanpa melihat latar belakang, suku, dan agama. Piagam Madinah atau Mitsaqul
Madianah yang dideklarasikan oleh Rasullullah pada tahun 622 M, merupakan
kesepakatan tentang aturan yang berlaku bagi masyarakat Madinah yang dipimpin
oleh Nabi. Ada dua landasan pokok Piagam Madinah :

a. Semua pemeluk Islam adalah satu umat walaupun mereka berbeda suku
bangsa.
b. Hubungan antar komunitas Muslim dan non-muslim didasarkan pada
prinsip :

- Berinteraksi secara baik dengan sesama tetangga

- Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama.

- Membela mereka yang teraniaya.

- Saling mensehati

- Menghormati kebebasan beragama

11
2. Deklarasi Kairo (Cairo Declaration)

Konsep ini ditetapkan pada tanggal 5 Agustus 1990 yang mana hak-hak
asasi manusia hasil rumusan negara OKI (Organizatian of the Islamic
Conference) / Deklarasi Kairo berisi 24 pasal tentang HAM berdasarkan Al-quran
dan Sunnah dan dalam penerapan dan realitasnya memiliki beberapa persamaan
dengan pernyataan hak-hak asasi manusia (The Universal Declaration of Human
Right/UDHR) yang dideklarasikan oleh PBB tahun 1948.

HAM dalam Islam mempunyai ciri-ciri yaitu sebagai berikut :

a. Bersumber pada ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah


b. Penegakkan HAM tidak boleh bertentangan dengan ajaran syari’at islam
secara komprehensif.
c. Keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Kepentingan social ( kebersamaan) diperhatikan.
e. Manusia dilihat sebagai makhluk yang dititipi hak-hak dasar oleh Tuhan,
dan oleh karena itu mereka wajib mensyukuri dan memeliharanya.

12
BAB III

PEMBAHASAN

A. Penerapan Hukum Islam dalam Kehidupan Muslim

Indonesia sebagai salah satu negara yang penduduknya mayoritas beragama


Islam, tentunya tidak terlepas dari hukum Islam sebagai seperangkat aturan
yangmengatur kehidupan warganya yang beragama Islam dalam kehidupan sehari-hari
dari masalah yang berhubungan peribadahan hingga bagaimana berinteraksi secara
luas dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.

Sebagai konsekwensi logis dari negara kebangsaan (nation-state), dimana Islam


tidak menjadi dasar negara, tetapi Islam setara dengan agama lain dan mendapat
tempat terhormat dalam konstitusi bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia
bukanlah negara sekuler dan bukan negara agama, hukum Islam tidaklah mungkin
dapat secara formil/langsung menjadi sumber otoritatif satu-satunya bagi hukum
nasional. Tetapi, hukum Islam, dalam kontestasinya dengan hukum Barat dan hukum
adat, dapat menjadi sumber materiil dan persuasif bagi hukum nasional.

Oleh karena itu, belum semua aspek kehidupan umat Islam yang menyangkut
kehidupan umat Islam mempunyai jalur hukum yang memadai dalam aplikasinya.
Implementasi hukum Islam masih sebatas hukum yang memang sudah ada
sebelumnya, dan mengalami penyempurnaan. Hukum Islam selama ini mencakup
bidang keluarga, kewarisan, perkawinan, ekonomi syariah.

Pengaruh Politik Terhadap Hukum Islam di Indonesia

Pengaruh politik terhadap hukum dapat berlaku terhadap penegakan


hukumnya dan karakteristik produk-produk serta proses pembuatannya.. Keadaan
politik tertentu dapat mempengaruhi produk hukum, untuk kasus Indonesia, seperti
halnya lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Kedua undang-undang tersebut sama-sama lahir pada masa pemerintahan


Orde Baru, tetapi hubungan politik antara pemerintah dan umat Islam atau hubungan

13
negara dan agama yang melatar belakangi keduanya berada dalam suasana yang
berbeda. Undang-undang perkawinan lahir dalam keadaan politik konflik dan curiga
terhadap umat Islam. Sedangkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 lahir ketika
hubungan pemerintah dan umat Islam sedang melakukan saling akomodasi.

Tentang periode hubungan “Islam dan Negara” atau hubungan antara


“pemerintah dan umat Islam”, Affan Gaffar menulis bahwa pada awal dasawarsa
1970-an sampai akhir tahun 1980-an hubungan keduanya adalah saling curiga dan
konflik. Sedangkan sejak akhir tahun 1980-an sampai sekarang saling melakukan
akomodasi.

Dukungan Terhadap Hukum Islam dalam Perundang-Undangan

Kebijakan politik di Indonesia memberikan dukungan pertama kali dengan


legislasi UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang memungkinkan
beroperasinya bank dengan sistem bagi hasil (pasal 6, huruf m). UU ini kemudian
dirubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992
tentang Perbankan, yang secara eksplisit menyebutkan istilah "bank berdasarkan
prinsip syariah". UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah,
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN), Berbagai Peraturan Bank Indonesia, Peraturan Bapepam, dan peraturan-
peraturan lainnya. Lahirnya Undang Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang
Perubahan Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang
memberikan kewenangan kepada Peradilan Agama dalam menyelesaikan sengketa
ekonomi syari’ah adalah merupakah langkah politik hukum yang luar biasa dalam
melengkapi kelembagaan “hukum” untuk mewujudkan gerakan ekonomi syari’ah di
Indonesia, sehingga kini gerakan ekonomi syari‟ah riil mendapatkan dukungan dari
berbagai pihak

Klasifikasi Hukum Positif Indonesia

Dalam perspektif hukum Islam, hukum positif Indonesia dapat


diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok menurut Masykuri Abdullah, yaitu (1)
hukum-hukum positif yang sejalan dengan hukum Islam, seperti hukum keluarga dan
sebagian besar hukumperdata, (2) hukum-hukum positif yang tidak bertentangan

14
dengan hukum Islam meski tidak sama persis dengan hukum Islam, seperti hukum
tentang pembunuhan dan perampokan, (3) hukum-hukum positif yang bertentangan
dengan hukum Islam, seperti hukum tentang hubungan seksual tanpa nikah, minuman
keras dan perjudian yang pelakunya dikenakan hukuman hanya jika merusak atau
mengganggu orang lain.

Fungsi Hukum Islam dalam Pembangunan Hukum Nasional

Padmo Wahjono mencatat bahwa mengfungsikan hukum Islam dalam


pembangunan hukum nasional mempunyai dua bentuk, 1) mengfungsikan hukum
Islam sebagai hukum positif yang berlaku hanya bagi pemeluk Islam saja. 2)
mengfungsikan hukum Islam melalui ekspresi nilai-nilai atau prinsip-prinsip hukum
Islam yang akan berlaku tidak hanya bagi kaum muslim tetapi juga bagi semua warga
Negara

Survei Oleh Beberapa Peneliti

Keinginan masyarakat untuk menerapkan syariah islam semakin meningkat.


Terbukti dari survey dan penelitian ilmiah oleh beberapa peneliti di berbagai daerah,
diantaranya :

a. Lukman bin Ma’sa melalui penelitian berjudul Penerapan Syari’at Islam melalui
Peraturan Daerah (Studi Kasus Desa Padang Kecamatan Gantarang Kabupaten
Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan). Dalam skripsi setebal 142 halaman yang
diajukan pada 11 April 2007 untuk meraih gelar sarjana strata satu pada Sekolah
Tinggi Ilmu Da’wah Mohammad Natsir, Jakarta, ini, Lukman mengemukakan
dampak positif Perda Syariat di Desa Padang. Contohnya meniadakan penjualan
miras dan lain-lain sehingga angka kriminalitas dapat berkurang drastis.
b. Survei yang dihelat LSI Denny JA menemukan bahwa publik yang pro terhadap
NKRI Syariah mengalami peningkatan. LSI Denny JA menemukan, peningkatan
tersebut terjadi sejak tahun 2005 hingga tahun 2018. Peneliti LSI Denny JA
Ardian Sopa menyebutkan, persentase publik yang pro terhadap NKRI Syariah
mencapai 4,6 persen pada tahun 2005. Kemudian, angka tersebut naik menjadi
7,3 persen pada tahun 2010.Pada tahun 2015, angkanya kembali naik menjadi 9,8
persen. Hingga akhirnya pada tahun 2018 naik menjadi 13,2 persen. Dengan

15
demikian, kata Ardian, dalam kurun waktu 13 tahun, ada kenaikan persetujuan
publik terhadap NKRI bersyariah sebesar 9 persen.

B. Kontribusi Umat Islam dalam Perundang-undangan di Indonesia

Hukum islam ada dua sifat, yaitu:

1. Al- tsabat (stabil), hukum islam sebagai wahyu akan tetap dan tidak berubah
sepanjang masa.
2. At-tathawwur (berkembang),hukum islam tidak kaku dalam berbagai kondisi dan
situasi sosial.

Hukum Islam memiliki prospek dan potensi yang sangat besar dalam
pembangunan hukum nasional. Ada beberapa pertimbangan yang menjadikan hukum
Islam layak menjadi rujukan dalam pembentukan hukum nasional yaitu:

1. Undang-undang yang sudah ada dan berlaku saat ini seperti, UU Perkawinan,UU
Peradilan Agama, UU Penyelenggaraan Ibadah Haji, UU Pengelolaan Zakat, dan
UU Otonomi Khusus Nanggroe Aceh Darussalam serta beberapa undang undang
lainnya yang langsung maupun tidak langsung memuat hukum Islam seperti UU
Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang mengakui keberadaan Bank
Syari'ah dengan prinsip syari'ahnya., atau UU NO. 3 Tahun 2006 tentang
Peradilan Agama yang semakin memperluas kewenangannya dan UU Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.
2. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih kurang 90 persen beragama
Islam akan memberikan pertimbangan yang signifikan dalam mengakomodasi
kepentingannya.
3. Kesadaran umat Islam dalam praktek kehidupan sehari-hari. Banyak aktifitas
keagamaan masyarakat yang terjadi selama ini merupakan cerminan kesadaran
mereka menjalankan Syari'at atau hukum Islam, seperti pembagian zakat dan
waris.
4. Politik pemerintah atau political will dari pemerintah dalam hal ini sangat
menentukan. Tanpa adanya kemauan politik dari pemerintah maka cukup berat
bagi Hukum Islam untuk menjadi bagian dari tata hukum di Indonesia.

16
Untuk lebih mempertegas keberadaan hukum Islam dalam konstalasi hukum
nasional dapat dilihat dari Teori eksistensi tentang adanya hukum Islam di dalam
hukum nasional Indonesia. Teori ini mengungkapkan bahwa bentuk eksistensi hukum
Islam di dalam hukum nasional Indonesia itu ialah:

1. Ada dalam arti sebagai bagian integral dari hukum nasional lndonesia.
2. Ada dalam arti kemandirian, kekuatan dan wibawanya diakui adanya oleh
hukum nasional dan diberi status sebagai hukum nasional.
3. Ada dalam hukum nasional dalam arti norma hukum Islam (agama) berfungsi
sebagai penyaring bahan-bahan hukum nasionallndonesia.
4. Ada dalam arti sebagai bahan utama dan unsur utama hukum nasional
Indonesia.

Bila dilihat dari realitas politik dan perundang-undangan di Indonesia


nampaknya eksistensi hukum Islam semakin patut diperhitungkan seperti terlihat
dalam beberapa peraturan perundangan yang kehadirannya semakin memperkokoh
Hukum Islam:

1. Undang-Undang Perkawinan
2. Undang-Undang Peradilan Agama
3. Undang-Undang Penyelenggaraan Ibadah Haji
4. Undang-Undang Pengelolaan Zakat
5. Undang-Undang Penyelenggaraan Keistimewaan Daerah Istimewa Aceh.
6. Undang-Undang Otonomi Khusus Aceh
7. Kompilasi Hukum Islam
8. Undang-undang tentang Wakaf
9. Undang-Undang Tentang Pemerintahan Aceh
10. Undang-undang Tentang Perbankan Syari'ah

Di samping beberapa undang-undang di atas ada tiga faktor yang


menyebabkan hukum Islam masih memiliki peran besar dalam kehidupan bangsa kita.
Pertama, hukum Islam telah turut serta menciptakan tata nilai yang mengatur
kehidupan umat Islam, minimal dengan menetapkan apa yang harus dianggap baik
dan buruk, apa yang menjadi perintah, anjuran, perkenan, dan larangan agama.
Kedua, banyak keputusan hukum dan unsur yurisprudensial dari hukum Islam telah

17
diserap menjadi bagian dari hukum positif yang berlaku. Ketiga, adanya golongan
yang masih memiliki aspirasi teokratis di kalangan umat Islam dari berbagai negeri
sehingga penerapan hukum Islam secara penuh masih menjadi slogan perjuangan
yang masih mempunyai appeal cukup besar.

Tahir Azhari mengatakan bahwa hukum Islam mengikat setiap individu yang
beragama Islam untuk melaksanakannya, yang implementasinya terbagi dalam 2
perspektif, yaitu : ibadah mahdlah, dan tanpa campur tangan penguasa kecuali untuk
fasilitasnya  muamalah, baik yang bersifat perdata maupun publik, yang melibatkan
kekuasaan negara

Selain karena alasan sosiologis dan alasan praktis-pragmatis di atas, keeratan


hubungan antara ulama dan umara serta agama dan hukum, termasuk dalam dan untuk
Hukum Pidana yang hendak diperbaharui. Secara filosofis-politis, keeratan hubungan
keduanya dapat dilihat dari perspektif Pancasila yang menurut doktrin ilmu hukum di
Indonesia merupakan sumber dari segala sumber hukum. Di dalam Pancasila itu
sendiri, agama mempunyai posisi yang sentral. Di dalamnya, terkandung prinsip yang
menempatkan agama dan ke-Tuhanan Yang Maha Esa dalam posisi yang pertama dan
utama. Demikian juga dengan tinjauan juridis, kedudukan agama dalam konteks
hukum dan keeratan hubungan antara keduanya dijamin menurut Pembukaan UUD
1945 dan Pasal 29 UUD 1945 yang menyatakan:

1. Atas berkat Rahmat Allah Yang Mahakuasa dan dengan didorong oleh
keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat
Indonesia,menyatakan dengan ini kemerdekaannya."
2. Negara berdasar atas ke-Tuhanan Yang Maha Esa."
3. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu."

18
BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah.
Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dan benda
dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia
dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam
masyarakat, dan hubungan manusia dengan benda alam sekitarnya.

Perkembangan hukum Islam di Indonesia memiliki peluang yang sangat cerah dalam
pembangunan hukum nasional, karena secara sosioantropologis dan emosional, hukum
Islam sangat dekat dengan rnasyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama
Islam. Peluang bagi masa depan hukum Islam di Indonesia juga terbuka karena telah
banyak aturan dalam hukum Islam yang disahkan menjadi hukum nasional dan hal ini
memperlihatkan bagaimana pemerintah yang memberikan respon dan peluang yang baik
bagi hukum Islam. Dengan melihat realitas kedekatan, kompleksitas materi hukum Islam
pada masa datang, peluang hukum Islam dalam pembangunan hukum nasional akan lebih
luas lagi.

Ada tiga faktor yang menyebabkan hukum Islam masih memiliki peran besar dalam
kehidupan bangsa kita. Pertama, hukum Islam telah turut serta menciptakan tata nilai yang
mengatur kehidupan umat Islam, minimal dengan menetapkan apa yang harus dianggap
baik dan buruk, apa yang menjadi perintah, anjuran, perkenan, dan larangan agama.
Kedua, banyak keputusan hukum dan unsur yurisprudensial dari hukum Islam telah
diserap menjadi bagian dari hukum positif yang berlaku. Ketiga, adanya golongan yang
masih memiliki aspirasi teokratis di kalangan umat Islam dari berbagai negeri sehingga
penerapan hukum Islam secara penuh masih menjadi slogan perjuangan yang masih
mempunyai appeal cukup besar.

19
DAFTAR PUSTAKA

Masykuri Abdullah, “ Kedudukan Hukum Islam dalam sistem Hukum Nasional”


dalam Jauhar Vol. 1 No. I Desember 2000, hlm. 51-71.

Padmo Wahjono, “Budaya Hukum Islam dalam Perspektif Pembentukan Hukum di


Masa Datang” dalam Mimbar Hukum, Nomor 3 Thn. II 1991, hlm. 1-9.

Hazairin, Demokrasi Pancasila. (Jakarta: Tintamas, 1973), him. 18

https://nasional.kompas.com/read/2018/07/17/20541411/survei-publik-yang-pro-nkri-
syariah-meningkat?page=all.

https://id.wikipedia.org/wiki/Sumber-sumber_hukum_Islam
http://mangihot.blogspot.com/2017/02/pengertian-dan-sumber-hukum-islam.html
https://bincangsyariah.com/khazanah/empat-sumber-hukum-fikih-islam/
https://inspiring.id/sumber-hukum-islam/
http://pusathukumislam.blogspot.com/2016/09/hukum-islam-dan-prinsip-
prinsipnya.html

https://www.referensimakalah.com/2013/04/tujuan-dan-fungsi-hukum-islam.html

http://wawasansejarah.com/hak-asasi-manusia-dalam-perspektif-islam/

https://staiindo.wordpress.com/2016/09/23/61-11/

https://rossyyajis.wordpress.com/demokrasi-dalam-islam/

http://harmonicyber.blogspot.com/2015/04/makalah-demokrasi-dan-islam.html

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/salam/article/view/2386

https://www.academia.edu/28998183/HUKUM
_ISLAM_DAN_KONTRIBUSI_UMAT_ISLAM_INDONESIA.docx

20

Anda mungkin juga menyukai