Kini bangsa Indonesia telah menganut suatu pandangan, bahwa yang dimaksud
manusia secara utuh adalah manusia sebagai pribadi yang merupakan
pengejawantahan manunggalnya berbagai ciri atau karakter hakiki atau sifat
kodrati manusia yang seimbang antarberbagai segi, yaitu antara segi (i) individu dan
sosial, (ii) jasmani dan rohani, (iii) dunia dan akhirat. Keseimbangan hubungan
tersebut menggambarkan keselarasan hubungan antara manusia dengan dirinya,
manusia dengan sesame manusia, manusia dengan alam sekitar atau lingkungannya,
dan manusia dengan Tuhan.
Tubuh dan jiwa merupakan kesatuan yang disebabkan adanya kerja sama antara
keduanya berdasarkan keselarasan yang telah disinkronisasikan dengan sempurna
dan yang telah ditentukan oleh Allah. Akan tetapi, setiap substansi itu mempunyai
aktivitas sendiri-sendiri, yaitu tujuan, keinginan, dan kehendak, yang telah
diharmonisasikan dengan baik. Dan akhirnya manusia sebagai bagian dari rentetan
substansi, akan menuju kepada “monade/substansi tertinggi”, yakni Allah yang
transenden.
2. Empirisme : manusia adalah makhluk yang berakal, tetapi bukanlah akal sumber
pemahaman mengenai segala sesuatu. Yang menjadi sumber pengetahuan dan
pemahaman atas segala kenyataan, termasuk soal manusia adalah pengalaman.
John Locke (1632-1704) : Pikiran manusia merupakan kertas putih yang tidak ada
tulisannya sama sekali sebelum terjadinya pengalaman… memang ia menyatakan
bahwa semua pikiran kita datang dari pengalaman……
Keberadaan manuasia dapat dipahami sejauh apa yang diperoleh dari pengalaman
indrawi tersebut, di mana jiwa manusia juga berfungsi aktif dalam membentuk
pengertian mengenai diri manusia itu sendiri.
Menurut Fichte manusia adalah “aku”yang otonom, yang dianggap sebagai satu-
satunya realitas yang ada. Tubuh dan jiwa serta roh merupakan kesatuan
kesadaran manusia yang akan mendorong manusia itu semakin “menjadi”manusia.
Tanggungjawab
manusia sebagai
individu pada
dirinya,
masyarakat dan
Tuhannya
Individu Hakikat
sebagai
anggota
Manusia
keluarga dan Sebagai
masyarakat
Individu
Individu
Tabel dari Faculty of Educational Sciences and Teacher Trainnig – Univ. Nusantara
Islamic
Dalam bahasa Latin “individu”berasal dari kata “individuum”, artinya tak terbagi.
Dalam bahasa Inggris “individu”berasal dari kata in dan divided. Kata in salah
satunya mengandung pengertian “tidak”, sedangkan divided artinya “terbagi”. Jadi
individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan. Namun individu bukan berarti
manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai suatu
kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan.
Manusia sebagai makhluk pribadi/individu :
c. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Individu pada Dirinya, Masyarakat dan Pada
Tuhannya
Pada dirinya :
“If it is to be, it is up to me” maksud dari pepatah lama tersebut adalah hanya
diri kita yang sepenuhnya bertanggungjawab terhadap kehidupan atau nasib diri
kita sendiri. Ada beberapa ketentuan untuk dapat melaksanakan tanggungjwab
kehidupan ini dengan baik. Ketentuan pertama adalah mengenali dan
mengembangkan potensi yang ada dalam diri sendiri. Selain itu, memahami
tujuan hidup supaya langkah untuk dikerjakan lebih terfokus. Yang terpenting
dari semua itu adalah berpikir dan bersikap positif walau apapun yang terjadi.
Kesuksesan dimasa depan tidak terkait erat dengan latar belakang maupun latar
depan.
Hanya diri kita sendirilah yang menentukan kehidupan seperti apa yang kita
harapkan. Sedangkan orang lain tidak bertanggungjawab terhadap kegagalan dan
kesuksesan kita. Peran orang lain hanya bersifat sebagai instrumen yang
melengkapi usaha diri kita sendiri.
Faktor pembeda yang pertama adalah kepahaman terhadap potensi dalam diri
masing-masing individu. Sang kakak merasa memiliki potensi yang cukup untuk ia
kembangkan lebih lanjut. Oleh sebab itu, ia merasa bertanggung jawab untuk
dapat meraih kehidupannya yang lebih baik. Sedangkan sang adik sama sekali
tidak melihat potensi yang ada di dalam dirinya. Sehingga sang adik tidak
merasa mampu mengemban tanggungjawab kehidupam ini dengan baik. Selain itu,
sang kakak sudah menetapkan tujuan yang pasti, sehingga setiap langkahnya
terarah. Sedangkan sang adik tidak memiliki tujuan hidup yang pasti. Sehingga,
ia merasa tidak perlu bertanggungjawab terhadap kehidupan ini. Sementara sang
kakak selalu menyikapi keadaan secara positif. Dilain pihak, sang adik tidak
melihat sisi positif dari bencana yang menimpa keluarga mereka. Perbedaan
tingkat rasa tanggungjawab hidup diantara mereka berdua telah menyebabkan
perbedaan nasib yang sangat besar pula.
Pada Masyarakat
Pada Tuhannya
Roma 14:12 mengatakan “Demikianlah setiap orang diantara kita akan memberi
pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.”
Segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia pada akhirnya harus memberi
pertanggungan jawab kepada Penciptanya yaitu Allah sendiri. Ketika Allah
menciptakan manusia, Allah memberi tanggung jawab kepada manusia atas
relasinya terhadap alam dan lingkungannya, dirinya sendiri, sesama dan kepada
Allah Pertama, mengenal Tuhan. Kedua, menyembah dan beribadah kepada-Nya.
Ketiga, melakukan kehendakNya.
C. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Manusia pada dasarnya merupakan anggota dari masyarakat. Keanggotaan
dalam kelompok tertentu itulah yang membuat manusia menjadi manusia.
Seseorang yang menjadi manusia sepenuhnya mempunyai beragam pengertian.
Jika seseorang memiliki kemampuan sosial tertentu namun belum
dipergunakan di dalam dan demi kelompok sosial tertentu, maka dia belum
mewujudkan tujuan hidupnya atau telos.
Perbedaan hewan dan manusia :
Hewan tidak membutuhkan pertolongan hewan lainnya untuk bertahan
hidup.
Manusia tidak dapat. Manusia membutuhkan sesamanya untuk bertahan
hidup
Hewan mempunyai naluri kehewanannya dan alat-alat fisik untuk
menunjang kemandiriannya dalam memenuhi kebutuhan sendiri.
Manusia tidak memiliki alat-alat tersebut.
Manusia dibekali akal dan fikiran yang lebih sempurna dari hewan untuk
dapat menciptakan alat-alat yang dapat digunakannya untuk kelangsungan
hidupnya
Sebagai anggota masyarakat, setiap orang akan mengenal orang lain dan oleh
karena itu perilaku manusia selalu terkait dengan orang lain.
Dalam interaksi terkadang dapat menimbulkan hal yang negatif karena sering
diperhadapkan dengan perbedaan-perbedaan.
Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain
melalui sikap, penampilan, gaya hidup atau apa saja yang dimiliki oleh orang lain.
Identifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
untuk menjadi sama (identik) dengan seseoran atau sekelompok orang lain.
• Sebagai mahluk hidup yang berada di muka bumi ini keberadaan manusia
adalah sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, dalam arti manusia
senantiasa tergantung dan atau berinteraksi dengan sesamanya. Dengan
demikian, maka dalam kehidupan lingkungan sosial manusia senantiasa terkait
dengan interaksi antara individu manusia, interaksi antar kelompok,
kehidupan sosial manusia dengan lingkungan hidup dan alam sekitarnya,
berbagai proses sosial dan interaksi sosial, dan berbagai hal yang timbul
akibat aktivitas manusia seperti perubahan sosial.
• Secara sosial sebenarnya manusia merupakan mahluk individu dan sosial yang
mempunyai kesempatan yang sama dalam berbagai hidup dan kehidupan dalam
masyarakat. Artinya setiap individu manusia memiliki hak, kewajiban dan
kesempatan yang sama dalam menguasai sesuatu, misalnya bersekolah,
melakukan pekerjaan, bertanggung jawab dalam keluarga serta berbagai
aktivitas ekonomi, politik dan bahkan beragama
Setiap individu memiliki potensi dasar mental berkembang dan dapat dikembangkan.
Potensi ini meliputi (1) minat (sense of interest), (2) dorongan ingin tahu (sense of
coriousity), (3) dorongan ingin membuktikan kenyataan (sense of reality), (4)
dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry) dan dorongan ingin menemukan sendiri
(sense of discovery). Suatu potensi yang akan berkembang, jika ada rangsangan,
ada wadah dan suasana kondusif untuk itu. Masyarakat dengan interaksi soial dan
rangsangan sosial menjadi suasana berkembangnya individu, khususnya potensi
mental dalam individu bersangkutan. Proses sosialisasi berlanjut yang dialami oleh
individu akan makin berlanjut yang akan menempa individu bersangkutan menjadi
sesuai dengan potensi bawaan dan “pengayaan” perolehannya. Keluarga, teman
sepermainan, sekolah, organisasi social, masyarakat ,lingkungan tempat tinggal dan
masyarakat luas umumnya menjadi wadah serta penggerak individu menjadi pribadi
yang diharapkan.
c. Tugas Keluarga Membina Individu Sebagai Mahluk Sosial
Keluarga adalah unit satuan masyarakat kecil yang sekaligus merupakan suatu
kelompok kecil dalam masyarakat dalam perkembangan dengan individu. Kelompok
inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak
hanya terbatas selaku penerus keturunan saja.
Tugas keluarga dalam membina individu dapat dibagi menjadi beberapa fungsi k,
yaitu:
1. Fungsi Biologis
2. Fungsi Fungsi Pemeliharaan
3. Fungsi Ekonomi
4. Fungsi Keagamaan
5. Fungsi Sosial
Ad. 1. Fungsi biologis merupakan fungsi dimana keluarga dalam kehidupan sosial
berusaha untuk menjadikan anak anak mereka memiliki pertumbuhan yang baik dan
mempersiapkan kedewasaan dan kematangan mereka hingga menikah nanti. Selain
itu , seorang individu yang menerima asuhan dari keluarga yang dapat menjalankan
peranan sosial mereka dengan baik,secara otomatis seorang anak dapat mengikuti
apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya dalam masyarakat.
Fungsi keagamaan merupakan aspek yang sangat penting dalam membentuk karakter
individu dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendidikan agama yang diberikan
keluarga terhadap individu dapat mempengaruhi sikap, tingkah laku, pola berfikir
dan pengetahuan akan kehidupan sosial yang berkaitan dengan anugrah Tuhan Yang
Maha Esa. Individu akan memahami bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk
sosial supaya dapat saling menyayangi dan menghargai, supaya tugas manusia
sebagai khalifah di bumi dapat berjalan dengan baik.
Ketika semua fungsi telah dijalankan dengan baik, individu juga diajarkan bagaimana
peranan sosial manusia sebagai makhluk sosial. Dengan demikian, keluaraga memiliki
peran yang sangat penting dalam menjadikan seorang individu menyadari akan peran
mereka senagai makhluk sosial.
D. MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN
Persoalan Dasar :
Adakah Allah menciptakan manusia secara tidak langsung atau langsung
Apakah manusia dibentuk oleh tangan Allah sendiri ataukah manusia itu
berkembang melalui proses-proses alamiah?
• Argumen penolakan :
Jikalau manusia dan hewan memakan makanan yang sama, menghirup udara
yang sama, dan hidup dalam lingkungan yang sama pula, tidakkah seharusnya
paru-paru, sistem pencernaan, kulit, mata, dan sebagainya juga sama?
• Argumen penolakan :
Culp : ”Hanya karena kita belum memahami sepenuhnya kegunaan berbagai
organ tubuh ini, tidaklah berarti bahwa kita berhak mempertanyakan
kebijaksanaan Sang Pencipta yang menempatkannya di dalam tubuh kita.”
3. Embriologi
Janin manusia berkembang melalui aneka tahap yang sejajar dengan proses yang
dianggap revolusioner, yaitu dari organisme bersel satu sampai menjadi spesies yang
dewasa.
• Argumen penolakan
Penelitian yang cermat menunjukkan adanya terlalu banyak ketidaksamaan
dengan tahap-tahap yang disangka serupa dalam perkembangan cacing, ikan,
ekor dan rambut. Cacing tanah memiliki sirkulasi darah namun tidak
mempunyai jantung, dan karena itu dikemukakan bahwa peredaran darah
pasti telah mendahului adanya jantung. Namun, dalam janin manusia, jantung
terjadi lebih dulu dan kemudian baru ada peredaran darah.
4. Paleontologi
Penelitian terhadap fosil-fosil umumnya dipakai untuk mendukung ajaran evolusi.
Bukti-bukti tentang berbagai jenis makhluk hidup ditemukan dalam berbagai lapisan
sedimen. Para evolusionis berusaha mencari bukti adanya kesinambungan antara,
misalnya, manusia dengan hewan, ikan dengan unggas, dan binatang melata dengan
ikan.
• Argumen penolakan
Dalam penelitian fosil terdapat banyak bukti baik yang mendukung
kesinambungan maupun yang mendukung ketidaksinambungan.
Tidak pernah ditemukan adanya hubungan antara manusia dengan dengan
kera.
Alkitab mengatakan bahwa ada daging manusia dan ada daging binatang (I
Korintus 15:39).
5. Genetika
Mengapa tidak ada sidik jari yang sama? Tidakkah ini menunjukkan bahwa spesies
manusia berubah? Dan bukankah kenyataan ini mendukung pandangan evolusi?
• Argumen Penolakan
Diakui bahwa mutasi-mutasi (perubahan materi genetis) terjadi, namun
mutasi-mutasi ini begitu kecil, sehingga akan diperlukan sangat banyak
mutasi untuk mengakibatkan efek penting.
6. Alkitab membedakan antara daging manusia dengan daging binatang. Paulus tidak
mengijinkan terjadinya campuran antara daging binatang, daging ikan, daging
unggas, atau daging manusia; jenis-jenis daging itu senantiasa harus dibeda-
bedakan (I Korintus 15:39).
WATAK SEMULA MANUSIA
Bahwa manusia diberi kemampuan intelektual yang tinggi tersirat dalam perintah
untuk mengusahakan taman Eden serta memeliharanya (Kej 2:15).
Perintah untuk menguasai bumi beserta segala isinya (Kej 1:26,28), dan dalam
pernyataan bahwa manusia memberi nama kepada segala binatang di bumi (Kej
2:19-20).
Karena kesamaan ini, memungkinkan manusia memperoleh penebusan, maka
kehidupan manusia juga belum dilahriakn baru juga berharga (Kej 9:6; I Kor 11:7;
Yak 3:9)
Kej 1:31 mengatakan bahwa “Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu,
sungguh amat baik”. Kata “segala”mencakup juga manusia sehingga
pernyataan itu tidaklah benar apabila manusia diciptakan dengan keadaan
moral yang tidak sempurna.
Penciptaan manusia itu langsung, khusus dan segera (Kejadian 1:27; 2:7)
Penciptaan manusia itu tidak melibatkan proses evolusi apa pun yang menghubungkan
manusia dengan makhluk pra manusia yang berbentuk lebih sederhana. Proses
penciptaan melalui tindakan yang sadar dan terarah dari Allah.
Sedangkan yang dimaksud unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga
dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu
didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik,
tampang, hormone, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan
berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang
bersangkutan dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity)
dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan
merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut
faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.
Natur dan nurture merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan
karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada
setiap tingkat perkembangan. Sejauh mana seseorang dilahirkan menjadi seorang
individu seperti “dia”atau sejauh mana seseorang individu dipengaruhi subjek
penelitian dan diskusi. Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan faktor
biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedang karakteristik yang berkaitan dengan
sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu
garis keluarga ayah dan garis keluarga ibu. Sejak saat terjadinya pembuahan atau
konsepsi kehidupan yang baru itu secara berkesinambungan dipengaruhi oleh banyak
dan bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang. Masing-masing
perangsang tersebut, baik secara terpisah atau terpadu dengan rangsangan yang
lain, semuanya membantu perkembangan potensi-potensi biologis demi terbentuknya
tingkah laku manusia yang dibawa sejak lahir. Hal itu akhirnya membentuk suatu
pola karakteristik tingkah laku yang dapat mewujudkan seseorang sebagai individu
yang berkarakteristik berbeda dengan individu-individu lainnya.
Kelompok Majemuk.
Kelompok majemuk menunjuk pada kenyataan masyarakat yang lebih beraneka
ragam. Dengan kata lain, masyarakat majemuk memiliki kelompok-kelompok dengan
budaya dan ukuran moral yang berbeda-beda. Dalam keadaan seperti
ini, hendaknya seseorang berusaha dengan keras mempertahankan haknya untuk
menentukan sendiri hal yang dianggapnya baik dan bermanfaat bagi diri dan
kepribadiannya sehingga tidak hanyut dalam arus perbedaan dalam kelompok
majemuk tempatnya berada. Artinya, dari pengalaman ini seseorang harus mau dan
mampu untuk memilah-milahkannya.
a. Sifat Dasar
Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi yang dimiliki seseorang yang diwarisi
dari ayah dan ibunya. Dalam hal ini, Robbins lebih menekankan pada sifat biologis
yang merupakan salah satu hal yang diwariskan dari orang tua
kepada anaknya.
b. Lingkungan Prenatal
Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan ibu. Pada periode ini
individu mendapatkan pengaruh tidak langsung dari ibu. Maka dari itu, kondisi ibu
sangat menentukan kondisi bayi yang ada dalam kandungannya tersebut, baik secara
fisik maupun secara psikis. Banyak peristiwa yang sudah ada membuktikan bahwa
seorang ibu yang pada waktu mengandung mengalami tekanan psikis yang begitu
hebatnya, biasanya pada saat proses kelahiran bayi ada gangguan atau dapat
dikatakan tidak lancar.
c. Perbedaan Individual
Perbedaan individu merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses
sosialisasi sejak lahir. Anak tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik,
berbeda dengan individu lainnya, dan bersikap selektif terhadap pengaruh dari
lingkungan.
d. Lingkungan
Lingkungan meliputi segala kondisi yang ada di sekeliling individu yang memengaruhi
proses sosialisasinya. Proses sosialisasi individu tersebut akan berpengaruh pada
kepribadiannya.
e. Motivasi
Motivasi adalah dorongan-dorongan, baik yang datang dari dalam maupun luar
individu sehingga menggerakkan individu untuk berbuat atau melakukan sesuatu.
Dorongandorongan inilah yang akan membentuk kepribadian individu sebagai warna
dalam kehidupan bermasyarakat.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KEPRIBADIAN
Pengalaman Awal
Sigmund Freud menekankan tentang pentingnya pengalaman awal (masa kanak
kanak) dalam perkembangan kepribadian. Trauma kelahiran, pemisahan dari ibu
adalah pengalaman yang sulit dihapus dari ingatan.
Pengaruh Budaya
Dalam menerima budaya anak mengalami tekanan untuk mengembangkan pola
kepribadian yang sesuai dengan standar yang ditentukan budayanya.
Kondisi Fisik
Kondisi fisik berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kepribadian
seseorang. Kondisi tubuh meentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak
dapat dilakukan seseorang. Secara tidak langsung seseorang akan merasakan
tentang tubuhnya yang juga dipengaruhi oleh perasaan orang lain terhadap
tubuhnya. Kondisi fisik yang mempengaruhi kepribadian antara lain adalah
kelelahan, malnutrisi, gangguan fisik, penyakit menahun, dan gangguan kelenjar
endokrin ke kelenjar tiroid (membuat gelisah, pemarah, hiperaktif, depresi, tidak
puas, curiga, dan sebagainya).
Daya Tarik
Orang yang dinilai oleh lingkungannya menarik biasanya memiliki lebih banyak
karakteristik kepribadian yang diinginkan dari pada orang yang dinilai kurang
menarik, dan bagi mereka yang memiliki karakteristik menarik akan memperkuat
sikap sosial yang menguntungkan.
Inteligensi
Perhatian lebih terhadap anak yang pandai dapat menjadikan ia sombong, dan anak
yang kurang pandai merasa bodoh. Apabila berdekatan dengan orang yang pandai
tersebut, dan tidak jarang memberikan perlakuan yang kurang baik.
Emosi
Ledakan emosional tanpa sebab yang tinggi dinali sebagai orang yang tidak matang.
Penekanan ekspresi emosional membuat seseorang murung dan cenderung kasar,
tidak mau bekerja sama dan sibuk sendiri.
Nama
Walaupun hanya sekedar nama, tetapi memiliki sedikit pengaruh terhadap konsep
diri, namun pengaruh itu hanya terasa apabila anak menyadari bagaimana nama itu
mempengaruhi orang yang berarti dalam hidupnya. Nama yang dipakai memanggil
mereka (karena nama itu mempunyai asosiasi yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan dalam pikiran orang lain) akan mewarnai penilainya orang terhadap
dirinya.
Penerimaan Sosial
Anak yang diterima dalam kelompok sosialnya dapat mengembangkan rasa percaya
diri dan kepandaiannya. Sebaliknya anak yang tidak diterima dalam lingkungan
sosialnya akan membenci orang lain, cemberut, dan mudah tersinggung.
Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga sangat mempengaruhi kepribadian anak, sebab waktu terbanyak
anak adalah keluarga dan di dalam keluarga itulah diletakkan sendi sendi dasar
kepribadian.
Perubahan Fisik
Perubahan kepribadian dapat disebabkan oleh adanya perubahan kematangan fisik
yang mengarah kepada perbaikan kepribadian. Akan tetapi, perubahan fisik yang
mengarah pada klimakterium dengan meningkatnya usia dianggap sebagai suatu
kemunduran menuju ke arah yang lebih buruk.
Ujilah diri sendiri!
*) Sumber : Staf Yayasan Cipta Loka Caraka. Pedoman untuk Mengenal dan Membina Diri.Tantangan
Membina Kepribadian. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2002.
KONSEP DIRI
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, konsep diri adalah pandangan dan sikap
individu terhadap diri sendiri. Pandangan terkait dengan dimensi fisik, karakteristik
individual dan motivasi diri. Konsep diri merupakan inti dari kepribadian individu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “konsep” memiliki arti gambaran, proses,
atau hal-hal yang digunakan oleh akal budi untuk memahami sesuatu. Istilah
“diri”berarti bagian-bagian dari individu yang terpisah dari yang lain. Konsep diri
dapat diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri atau penilaian
terhadap dirinya sendiri.
Atwater : konsep diri adalah keseluruhan gambar diri, yang meliputi persepsi
seseorang tentang tidir, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan dirinya. Selanjutnya Atwater mengidentifikasi konsep diri atas tiga bentuk.
Pertama, body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang
melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal self,yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-
harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga, social self, yaitu bagaimana orang lain
melihat dirinya.
Pemily mendefenisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri
keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan,
persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut. Sementara
Cawagas menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan
dimensi fisiknya, karateristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya
atau kecakapannya, kegagalannya dan sebagainya.
Burn mengatakan bahwa konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang
kita pikirkan orang-orang lain berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa diri
kita yang kita inginkan.
Myers berpendapat bahwa konsep diri merupakan suatu keyakinan yang spesifik
terhadap diri sendiri, dimana keyakinan tersebut merupakan hasil atau akibat dari
pengaruh beberapa hal yang berkaitan dengan pengalaman individu baik yang
berkaitan dengan diri sendiri ataupun berkaitan dengan lingkungan sosial.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah sikap,
gambaran dan pandangan individu terhadap keseluruhan dirinya sendiri.
Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang
manusia dari kecil hingga dewasa. Perkembangan konsep diri merupakan suatu
proses yang terus berlanjut di sepanjang kehidupan manusia. Symonds (dalam
Agustiani, 2006) mengatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul
pada saat individu dilahirkan, melainkan berkembang secara bertahap seiring
dengan munculnya kemampuan perseptif.
Mead (dalam Calhoun & Acocella, 1995) menjelaskan bahwa konsep diri berkembang
dalam dua tahap : pertama, melalui internalisasi sikap orang lian terhadap kita;
kedua melalui internalisasi norma masyarakat. Dengan kata lain, konsep diri
merupakan hasil belajar melalui hubungan individu dengan orang lan. Hal ini sejalan
dengan istilah “looking glass self”yang dikemukakan oleh Cooley (dalam Baumeister,
1999), yaitu ketika individu memandang dirinya berdasarkan interpretasi dari
pandangan orang lain terhadap dirinya.
1. Pengetahuan terhadap diri sendiri, yaitu pertanyaan “Siapa Saya” yang akan
memberi gambaran tentang diri saya seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan,
suku, pekerjaan dan lain-lain yang kemudian menjadi daftar julukan yang
menempatkan seseorang ke dalam kelompok sosial, kelompokk umur, kelompok
suku bangsa maupun kelompok-kelompok tertentu lainnya. Gambaran ini akan
membentuk citra diri.
2. Pengharapan mengenai diri sendiri, yaitu pandangan tentang kemungkinan yang
diinginkan terjadi pada diri seseorang di masa depan. Pengharapan ini merupakan
diri ideal. Self ideal ini terdiri atas dambaan, aspirasi, harapan, keinginan bagi
diri atau menjadi seperti apa yang diinginkan.
3. Penilaian terhadap diri sendiri, yaitu penilaian antara pengharapan mengenai diri
seseorang dengan standar dirinya yang akan menghasilkan rasa harga diri yang
dapat berarti seberapa besar seseorang menyukai dirinya sendiri. Penilaian
terhadap diri sendiri adalah pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita
sebagai pribadi.
Menurut Calhoun dan Acocella, dalam perkembangannya konsep diri terbagi dua,
yaitu konsep diri positif dan konsep diri negative.
Orang yang memiliki konsep diri yang positif ditandai oleh lima hal yaitu 1) Ia yakin
akan kemampuannya mengatasi masalah; 2) Ia merasa setara dengan orang lain; 3)
Ia menerima pujian tanpa merasa malu; 4) Ia menyadari, bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya
disetujui oleh masyarakat; 5) Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup
mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha
mengubahnya.
Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai
dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai,
mampu menghadapi kehidupan di depannya serta menganggap bahwa hidup adalah
suatu proses penemuan.
Calhoun dan Acocella membagi konsep diri negative menjadi dua tipe, yaitu :
Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak
memiliki perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar
tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai dalam
kehidupannya.
Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa terjadi
karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan
citra diri yang tidak mengijinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hokum
yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.
Ada lima ciri individu yang memiliki konsep diri yang negative yaitu : 1) Peka
terhadap kritik, 2) responsive terhadap pujian, 3) Sikap yang hiperkritis terhadap
orang lain, 4) Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain, 5) Bersikap pesimis
terhadap kompetisi.
Calhoun dan Acocella mengungkapkan ada beberapa sumber informasi untuk konsep
diri seseorang yaitu :
Orangtua
Orangtua adalah kontak sosial yang paling awal kita alami dan yang paling
berpengaruh.
Orangtua juga berpengaruh dalam menetapkan pengharapan serta mengajarkan anak
bagaimana menilai dirinya sendiri.
Teman Sebaya
Penerimaan maupun penolakan kelompok teman sebaya terhadap seorang anak akan
berpengaruh pada konsep diri anak tersebut.
Masyarakat
Penilaian dan pengharapan masyarakat terhadap individu dapat masuk ke dalam
konsep diri individu dan individu akan berperilaku sesuai dengan pengharapan
tersebut.
Belajar
Konsep diri merupakan hasil belajar. Belajar sebagai perubahan psikologis yang
relative sebagai perubahan psikologis yang relative permanen terjadi dalam diri
seseorang sebagai akibat dari pengalaman.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI
Faktor Internal
Intelegensi, motivasi dan emosi, kompetensi personal, episode keberhasilan dan
kegagalan, episode dalam kehidupan, keberhasilan personal, status kesehatan, usia,
kondisi dan penampilan fisik, persepsi individu tentang kegagalan, jenis kelamin,
aktualisasi diri, religiusitas dan tingkat stres seseorang
Faktor eksternal :
Lingkungan keluarga, teman sebaya, peran pendidik, kebudayaan, status sosial dan
pengalaman interpersonal
• Aspek Fisik
Aspek yang tampak sehingga seseorang sangat mudah memberi penilaian terhadap
aspek tersebut
Ellis, Marsh, Richard menyebutkan ada sebelas aspek yang diungkap dalam konsep
diri yaitu :
1. Kemampuan fisik
2. Penampilan fisik
3. Hubungan individu yang berjenis kelamin sama
4. Hubungan dengan individu yang berjenis kelamin berbeda
5. Hubungan dengan orangtua
6. Stabilitas emosional
7. Kejujuran/dapat dipercaya
8. Matematika
9. Kemampuan verbal
10. Sekolah
11. Konsep diri secara umum
Aspek Sosial
Kondisi lingkungan memberikan dan memelihara respon-respon tertentu pada dairi
seseorang. (Teoir Belajar Sosial – Social Learning oleh Bandura)
Asumsi dasar teori ini yaitu sebagian besar tingkah laku individu diperoleh dari
hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu-
individu lain yang menjadi model.
Teori belajar sosial menjelaskan bagaimana kepribadian bisa berkembang melalui
proses pengamatan, melalui observasi terhadap perilaku orang lain terutama
pemimpin yang dianggap mempunyai nilai lebih dari orang lainnya.
1. Perhatian : yang dipengaruhi oleh asosiasi pengamat dengan orang yang diamati
2. Representasi : tingkah laku yang akan ditiru harus disimbiolisasikan dalam
ingatan
3. Peniruan tingkah laku : pengamat harus mempunyai kemampuan untuk menirukan
perilaku dari model yang diamati
4. Motivasi dan penguatan : peniruan ini akan efektif jika orang yang mengamati
memiliki motivasi yang tinggi untuk meniru tokoh yang diamatinya
5. Aspek Psikologi
6. Aspek psikologi adalah aspek pencarian informasi untuk dipahami.
7. Alat untuk memperoleh informasi adalah : PENGINDERAAN
8. Alat untuk memahaminya adalah : KESADARAN atau KOGNISI
Artinya :
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan
adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
penerimaan yaitu alat indera.
Namun, proses tersebut tidak berhenti di situ saja, pada umumnya stimulus
diteruskan oleh saraf otak sebagai pusat susunan saraf dan proses itu selanjutnya
disebut proses persepsi.
JENIS DAN STRUKTUR KONSEP DIRI
Shavelson, Hubner, dan Stanton (1976) membagi konsep diri menjadi
beberapa bagian, yakni general-esteem, konsep diri akademis dan konsep diri non
akademis. Dimana konsep diri akademis dan non akademis dibagi menjadi
beberapa bagian lagi seperti dalam tabel berikut :
Gambar 1
Struktur konsep diri Shavelson, Hubner, & Stanton (1976)
Konsep diri secara umum dibagi ke dalam 4 jenis konsep diri, yakni :
1. Konsep diri akademis (academic self concept), yang terdiri dari konsep diri
mengenai kemampuan berbahasa inggris, sejarah, matematika, dan ilmu
pengetahuan alam.
2. Konsep diri Sosial (social self-concept), yang terdiri dari konsep diri teman
sebaya (peers) dan konsep diri terhadap orang berpengaruh (significant
others).
4. Konsep diri fisik (physical self-concept), yang terdiri dari konsep diri
kemampuan fisik dan konsep diri mengenai penampilan diri.
Kemudian pada tahun 1985, Marsh merevisi struktur konsep diri bersama
dengan Shavelson dengan pola sebagai berikut :
Gambar 2
Struktur Konsep Diri Marsh & Shavelson (1985)
Dalam pola ini Marsh & Shavelson tidak membentuk pola hierarkial.
Namun lebih kepada pola multifacet dari general konsep diri kepada banyak jenis
konsep diri seperti konsep diri penampilan fisik, hubungan dengan orangtua,
akademis, problem-solving, spiritual, hubungan teman sebaya baik yang
sejenis maupun lawan jenis, kejujuran, emosional dan lain-lain.
Marsh & Shavelson (1985) dalam teorinya membuat 13 jenis konsep diri
yang dapat diteliti dalam diri individu, yakni :
1. Konsep diri umum (general self-concept).
2. Konsep diri akademis (academic self-concept).
3. Konsep diri matematika (mathematic self-concept).
4. Konsep diri problem-solving.
5. Konsep diri spiritual.
6. Konsep diri kestabilan emosi (emotional self-concept).
7. Konsep diri yang berhubungan dengan teman yang berjenis kelamin sama
(same sex peers self-concept).
8. Konsep diri yang berhubungan dengan teman yang berjenis kelamin berbeda
(opposite sex peers self-concept).
9. Konsep diri hubungan orangtua (parent self-concept).
10. Konsep diri penampilan fisik (physical appearance self-concept).
11. Konsep diri kekuatan fisik (physical ability self-concept).
12. Konsep diri verbal (verbal self-concept).
13. Konsep diri kejujuran (honesty self-concept).
KONSEP DIRI DAN PERILAKU
Tiga alasan pentingnya konsep diri dalam menentukan perilaku (Felker – 1974
dan Clara R Pudjijogyanti - 1995) :
1. Self-concept as maintainer of inner consistency (konsep diri memainkan
peranan dalam mempertahankan keselarasan batin seseorang).
Apabila timbul perasaan, pikiran dan persepsi yang tidak seimbang atau
saling bertentangan maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak
menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidak selarasan tersebut, maka
individu mengubah perilaku atau memilih suatu sistem untuk mempertahankan
kesesuaian antara individu dengan lingkungannya.
2. Self-concept as an interpretation of experience (Konsep diri menentukan
bagaimana individu memberikan penafsiran atas pengalamannya).
Seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
individu tersebut dalam menafsirkan pengalamannya.
Sebuah kejadian akan ditafsirkan secara berbeda antara individu yang satu
degnan individu lainnya karena masing-masing individu mempunyai sikap dan
pandangan yang berbeda terhadap dirinya.
3. Self-concept as set of expectations (Konsep diri berperan sebagai
penentu pengharapann individu)
Pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri. Sikap dan pandangan negatif
terhadap kemampuan diri akan menyebabkan individu tidak mempunyai motivasi
untuk mencapai prestasi yang gemilang.
Konsep diri dan prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat. Siswa yang
memiliki konsep diri positif, memperlihatkan prestasi yang baik di sekolah, atau
siswa yang berprestasi tinggi di skeolah memiliki penilaian diri yang tinggi serta
menunjukkan hubungan antarpribadi yang positif pula.
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KONSEP DIRI PESERTA DIDIK
Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Kita tidak dilahirkan dengan
konsep diri tertentu. Bahkan, ketika kita lahir, kita tidak memiliki konsep diri,
tidak memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak memiliki pengharapan bagi diri
kita sendiri, serta tidak memiliki penilaian apa pun terhadap diri sendiri.
IMPLIKASI
Konsep diri merupakan salah satu aspek penting dalam perkemangan psikososial
peserta didik. Upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh pendidik yang memungkinkan
mendukung dalam mengembangkan dan meningkatkan konsep diri peserta didik :
Pembentukan ideal diri dimulai sejak masa kanak-kanak dan sangat dipengaruhi oleh
orang-orang disekitarnya yang memberikan keuntungan dan harapan-harapan
tertentu. Pada masa remaja, ideal diri mulai terbentuk melalui proses identifikasi
dari orang tua, guru dan teman. Pada usia lanjut, dibutuhkan beberapa
penyesuaian, tergantung pada kekuatan dan perubahan peran serta tanggung jawab.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu 1) kecenderungan individu
menetapkan ideal pada batas kemampuannya, 2) faktor budaya akan mempengaruhi
individu menetapkan ideal diri, 3) ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil,
4) kebutuhan yang realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas
dan rendah diri.
Dalam konsep diri terdapat kendala-kendala dalam pola pembentukan citra diri
seseorang, sehingga sering terjadi kesalahpahaman diantara satu dengan lainnya.
Pola menghargai perbedaan menjadi absurd dalam jemaat yang heterogen dan
sasaran bahan perbincangan yang cenderung negative sering muncul diantara sesame
yang ujungnya menjadi konflik yang tajam.
Adapun yang menjadi penyebab dari masalah citra diri seseorang yang cenderung
merusak adalah : 1) perasaan “minder” atau tidak percaya diri, keadaan ini
mengganggu hubungan seseorang dengan yang lain ketika mengalami masalah,
hubungan menjadi buruk dan seseorang yang dalam situasi seperti ini cenderung
“anti” terhadap perubahan, cenderung menjadi pribadi yang hypersensitive, sulit
untuk masuk dalam komunitas, 2) luka batin (sakit hati), akibat persoalan masa lalu
sering membawa seseorang dalam kondisi tidak bisa melupakan traumatis yang lalu
atau tidak mau mengampuni kesalahan. Situasi ini akan berakibat buruk bagi
perkembangan citra diri. Akibatnya seseorang mudah tersinggung, apatis dan salah
mengerti orang lain, 3) mengalami spiritual abuse, sebuah perjalanan kerohanian
yang cacat, 4) mengalami KKDRT (Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga).
Seseorang yang mengalami beberapa peristiwa kekerasan akan membentuk pribadi
ynag insecure (tidak aman) terhadap orang-orang di sekitarnya, 5) masalah ekonomi
dalam pekerjaan, pemutusan hubungan kerja dan pengangguran.
Citra diri adalah bagaimana kita melihat diri sendiri. Kita menjadi “gambar”itu.
Ungkapan “Cara saya melihat diri saya akan menjadi seperti ituah saya”benar
adanya. Kita bergerak kea rah pemikiran kita yang paling dominan. Imajinasi kita
adalah sebuah sarana yang kreatif. Kita menyesuaikan dengan gambar yang kita
pegang sendiri. Citra diri kita bersumber dari penciptaan kita sebagai makhluk
hidup.
Menurut Karl Perera, gambar diri adalah : Apa yang Anda piker tentang diri Anda?
Bagaimana Anda melihat kepribadian Anda? Orang seperti apakah Anda melihat diri
Anda? Apa yagn Anda yakini orang memandang diri Anda? Seberapa besar Anda
menyukai diri Anda saat ini? Di mana Anda merasa posisi status Anda saat ini?
Pengertian tersebut memberikan suatu pemahaman bahwa gambar diri itu bukan apa
yang orang lain katakan tentang diri kita dalam segala hal,tetapi segala sesuatu
yang muncul di dalam diri kita sendiri, dalam batasan-batasan yang berhubungan
dengan kepribadian kita. Dasar-dasar dari kepribadian yang baik, antara lain,
kerendahan hati, kesetiaan, pengendalian diri dan keterbukaan.
Grantley Morris menuliskan, bahwa gambar diri kita sungguh sangat penting dan
memiliki implikasi spiritual yang sangat serius. Implikasi spiritual ini timbul karena
Sang Pembuat Citra diri menginginkan agar kita terus menerus bertumbuh secara
rohani sampai kita mencapai kedewasaan dan berfungsi sebagai anak yang sudah
bertumbuh seutuhnya.
Setiap pribadi manusia memiliki dasar-dasar emosional yang umum, antara lain
perasaan untuk dikasihi dan memiliki. Perasaan untuk diterima dan keberartian.
Keberadaan dua hal tersebut di atas dapat menumbuhkan gambar diri yang sehat
dalam diri setiap pribadi, seperti yang ditulis oleh Josh McDowell : “Dasar pondasi
yang utama dari gambar diri yang sehat adalah rasa memiliki dan perasaan
dicintai.” Pengertian tersebut di atas menunjukkan bahwa potensi citra diri bisa
berkembang dengan baik ketika kondisi pribadi kita dalam keadaan secara emosional
dalam atmosfir yang kondusif dan sebaliknya.
Intisari pengertian dari citra diri yang sehat (healthy self image) adalah melihat
diri sendiri seperti Tuhan memandang diri kita, sehingga tidak ada citra diri yang
permanen, sekalipun sulit, gambar diri tetapi bisa diubah dan dikembangkan.
Jati diri adalah disposisi yang menyatakan bahwa memiliki seseorang yang mewakili
penilaian kelayakan mereka sendiri. Nathanael Branden tahun 1969 menetapkan jati
diri sebagai “pengalaman yang kompeten untuk mengatasi tantangan dasar kehidupan
dan menjadi layak kebahagiaan.”Menurut Branden, jati diri adalah jumlah
kepercayaan diri (perasaan kapasitas pribadi) dan harga diri (rasa nilai pribadi). Ini
ada sebagai konsekuensi dari putusan implisit bahwa setiap orang yang memiliki
kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup, memahami dan memecahkan
masalah, dan hak mereka untuk mencapai kebahagiaan dan diberi penghargaan.
Sebagai konstruksi psikologis sosial, jati diri menarik karena peneliti telah
terkonseptualisasikan sebagai predictor berpengaruh dengan hasil yang relevan,
seperti prestasi akademik atau perilaku latihan. Selain itu, jati diri juga telah
diperlakukan sebagai hasil penting karena hubungannya yang dekat dengan
psikologis.
Pentingnya jati diri terletak pada kenyataan bahwa hal tersebut menyangkut diri
kita sendiri, cara kita dan penilaian pribadi kita. Dengan demikian, hal itu
mempengaruhi cara kita dan bertindak kita dan cara kita berhubungan dengan orang
lain. Cara kita berpikir, merasa, memutuskan dan bertindak tidak lolos dari
pengaruh jati diri.
Kesimpulan
Pengalaman dalam kehidupan seseorang adalah sumber utama pengembangan diri.
Positif atau negative pengalaman hidup seseorang, menciptakan sikap terhadap diri
sendiri yang dapat menguntungkan dan mengembangkan perasaan positif diri atau
dapat menguntungkan dan mengembangkan perasaan negative dari diri.
Pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak, orangtua adalah pengaruh yang
paling signifikan terhadap jati diri dan sumber utama pengalaman positif dan/atau
negative seorang anak.
“Penekanan dari cinta tanpa syarat, dalam buku-buku tentang pengasuhan anak,
menjelaskan pentingya seorang anak mengembangkan perasaan stabil saat diasuh
dan dihormati. Perasaan ini diterjemahkan ke dalam jati diri anak pada efek di
kemudian hari saat anak tumbuh dewasa.”
Pola asuh juga memainkan peran penting dalam pengembangan diri. Siswa di sekolah
dasar yang memiliki jati diri yang tinggi cenderung memiliki orang tua yang peduli,
orang dewasa yang mendukung dan menetapkan standar yang jelas untuk anak
mereka dan memungkinkan mereka untuk menyuarakan pendapat mereka dalam
pengambilan keputusan.
Sejauh ini penelitian yang ada melaporkan bahwa hanya gaya pengasuhan yang
hangat, yang mendukung perolehan jati diri yang tinggi sehingga dengan mudah
dapat dianggap memiliki beberapa efek kausal dalam pengembangan diri.
Pengalaman masa kecil berkontribusi terhadap jati diri yang sehat, yaitu
didengarkan, dihargai saat berbicara, menerima perhatian dan kasih sayang yang
tepat dan memiliki prestasi yang diakui dan kesalahan atau kegagalan diakui dan
diterima. Beberapa pengalaman yang berkontribusi terhadap rendahnya jati diri,
yaitu sering dikecam keras, secara fisik, seksual atau emosional dilecehkan,
diabaikan, atau diejek, atau selalu diharapkan untuk menjadi “sempurna”sepanjang
waktu.
MENUNJUKKAN KEGEMARAN MENGEMBANGKAN DIRI SENDIRI
Mengenal Tuhan
Merasa tertarik akan pekerjaan dan bangga karena kemampuan serta hasil
karya yang telah dicapai
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
Orang yang bahagia tampak gembira dan ceria dalam hidupnya. Dia telah melatih
diri untuk meraih dengan sadar hidup yang berarti dan riang gembira. Ia sadar,
bahwa hidup yang ceria membuat batinnya mekar dan tenaganya diperbaharui. Ia
sadar bahwa hasrat utama jiwa dan kehendak ialah kegembiraan, sehingga ia
berusaha mendapatkan sebanyak mungkin kegembiraan yang mampu diperoleh selama
hidupnya.
MENGAKTUALISASIKAN DIRI
Aktualisasi diri adalah suatu proses, yaitu proses untuk mewujudkan kepribadian,
kemampuan, serta potensi unik seseorang agar terus bertumbuh serta berkembang.
Agar proses ini berhasil, kita perlu percaya pada diri sendiri dan harus terus-
menerus memperhatikan, memelihara serta mendukung perkembangan diri kita.
Untuk menjadi pribadi yang sebetulnya kita mampu menjadi, kita perlu menyadari
siapakah dan seperti apakah kita ini. Kemudian kita harus merumuskan nilai serta
tujuan hidup kita, lalu bertindak untuk mewujudkan nilai dan tujuan itu.
Aktualisasi diri dimulai dengan menerima diri (apa adanya) serta mendambakan
untuk menjadi lebih bijaksana. Orang yang bijaksana mengasihi jiwanya sendiri dan
senang memahami dirinya. Jadi, kita mulai dengan menyadari bahwa ada suatu ‘Aku’
dalam diri kita yang sedang menanti-nanti supaya direalisasikan.Apa yang kita
pikirkan dan bagaimana kita bertindak menentukan menjadi orang seperti apa kita
kelak. Dengan memiliki tanggung jawab pribadi dan ketetapan hati, kita dapat
berikhtiar memahami diri dan dunia kita.
Aktualisasi diri merupakan suatu proses perkembangan dan pertumbuhan yang terus
menerus. Bagaimana dengan “perkembangan”anda selama tahun-tahun terakhir ini?
Sangat berkembang
cukup berkembang
sedikit berkembang
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
MEMAHAMI DIRI
Diri kita adalah samudera penuh rahasia yang menanti untuk dijelajahi
Sepanjang masa, manusia selalu diingatkan, agar mengenal dirinya sendiri. Tak ada
jeleknya manusia mengenali apa yang paling baik maupun apa yang paling buruk dari
dirinya.
Memahami diri sendiri dapat dimulai dengan memperhatikan pribadi Anda: apa yang
Anda senangi dan apa yang tidak Anda senangi, ciri-ciri khas Anda, kemampuan
khusus Anda dan minat Anda. Kemudian, barulah dapat disimpulkan, apa kekuatan
dan kelemahan Anda. Pemahaman ini akan membantu Anda dalam memutuskan apa
yang akan Anda lakukan terhadap hidup dan minat Anda.
Penampilan
Kesehatan
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
Kebutuhan psikologis untuk memahami dan menguasai diri kita serta untuk
berhubungan dengan sesama dan alam semesta tempat kita berada, disadari
sebagai kebutuhan yang mendesak. Dorongan untuk berkreasi dan mengungkapkan
diri, untuk menuntut ilmu dan untuk menemukan nilai-nilai yang dapat menjadi
pegangan hidup, harus dimengerti sebagai bagian dari kecenderungan manusia untuk
mengaktualisasikan potensi-potensinya. Dan, akhirnya dorongan hati kita untuk
mengenal dan berhubungan dengan asal-usul serta tujuan kita yang tertinggi, yaitu
Tuhan dan Bapa kita di surga, seringkali menggelisahkan hati kita sampai kita kelak
bertemu dengan Tuhan dan beristirahat dalam kasihNya.
Gambarkanlah beberapa keinginan dan Sahabat-sahabat
kebutuhan Anda yang sungguh penting:
Sukses dalam belajar atau
bekerja
Pekerjaan
Kehidupan sosial
Kaya
Bisa bersenang-senang
Anda bercita-cita untuk menjadi
manusia yang bagaimana? Perintis
Aman-tenteram
Penting
Dll
6. Atasan-atasanku ………………………………………………………………………………………………………………………..
35. Waktu aku masih muda, aku merasa bersalah mengenai …………………………………………………………..
42. Kalau aku sedang tak bersama sahabat-sahabatku, maka mereka ………………………………………
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
MENGERTI CARA DIRI BERFUNGSI
Kita belajar saling mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan waktu dan situasi,
dan dengan demikian berubah pulalah tingkah laku kita.
Apa dan siapa kita ini pada saat tertentu, itu biasanya merupakan hasil kompromi
antara kecenderungan kita dengan tuntutan lingkungan. Tugas kita adalah menjaga
supaya tuntutan dari dalam seimbang dengan tuntutan dari luar, sehingga kita
berfungsi sesempurna mungkin dari hari ke hari.
Sebagian besar hidup kita berlangsung dalam alam komunikasi dengan diri sendiri.
Kita berpikir, merasa dan berbincang-bincang dengan diri kita sendiri. Kesadaran
kita bertumbuh dan berkembang bersama pengetahuan dan pengalaman kita dalam
menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan alam. Sementara kita belajar untuk
mengungkapkan diri dengan semakin jelas, kita semakin menyadari apa fungsi kita
sebagai manusia dan siapa diri kita.
Periksalah diri Anda sehubungan dengan kegiatan atau fungsi kehidupan di dalam
tabel berikut. Jika sebagian besar waktu dan tenaga Anda dihabiskan untuk salah
satu macam tingkah laku, berilah tanda dalam kolom ‘kuat’. Jika hanya sedikit
waktu atau usaha yang Anda gunakan dalam kegiatan tersebut, berilah tanda pada
kolom ‘lemah’. Jika Anda menilai bahwa jumlah waktu dan energy yang dihabiskan
untuk kegiatan itu sedang-sedang saja, berilah tanda ‘sedang’.
Kadang-kadang
Kadang-kadang
Sering sekali
Sering sekali
Sering
Sering
Sifat-sifat Positif + 3 +2 +1 -1 -2 -3 Sifat-Sifat negatif
1. Suka bekerja sama Tidak suka bekerja sama
2. Ramah Kejam
dan bergaul
7. Membangun Merusak
membantu
apapun
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
BERTUJUAN
Dalam hidup ini Anda mempunyai tujuan ganda: pertama, hidup dan tumbuh, dan
dengan demikian belajar, menemukan dan mengembangkan ‘Aku’ Anda semampu
Anda. Makna tujuan ini adalah mengalami kegembiraan dan perkembangan pribadi.
Kita gembira bila kita mengalami diri sebagai makhluk hidup dalam dunia yang
senantiasa berubah dan menantang. Dalam menghadapi tantangan hidup, tentu juga
mengalami pertentangan, kegagalan, kekecewaan dan keputusasaan. Tetapi, justru
hal-hal yang negative dalam hidup itulah yang memberi Anda perspektif, keteguhan
dan perasaan-perasan positif untuk mengatasi cobaan dan kemelut hidup.
Tujuan kedua adalah mempelajari apa saja yang mungkin tentang dunia dan alam
semesta ini, supaya Anda dapat menyumbangkan sesuatu pada kebudayaan dan
perkembangan umat manusia. Jadi, tugas Anda ialah mewujudkan dan menerapkan
tenaga hidup Anda demi perkembangan diri Anda sendiri serta dunia ini.
Pikirkanlah sumbangan apa yang mungkin Anda berikan (betapa sederhananya pun) pada
dunia kesenian, umat beriman, kalangan pedagang, pemerintahan, kesusasteraan,
teknologi, karya kemanusiaan atau ilmu pengetahuan. Bagaimana hidup Anda dapat
menunjang perkembangan umat manusia di masa yang akan datang?
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
Hidup dan energy Anda sendiri merupakan hasil interaksi dan evolusi kekuatan-
kekuatan alam semesta. Hidup Anda adalah suatu anugerah yang harus digunakan
dan dinikmati. Caranya terserah pada Anda sendiri. Pada dasarnya, hidup Anda
tergantung pada cara Anda menghayatinya. Kalau mau, hidup Anda dapat lebih
bermakna, asal Anda menggunakan daya kemampuan Anda untuk meningkatkannya.
Tujuan dan cita-cita manusia erat sekali kaitannya dengan nilai-nilai yang
dianggapnya penting. Ada banyak nilai yang Anda hargai karena kecenderungan dan
pengalaman pribadi Anda unik. Dengan memperjelas dan memperkembangkan sistem
nilai Anda sendiri, Anda dibantu membuat hidup Anda bermakna, bertujuan dan
terarah. Seumur hidup, takkan pernah Anda berhenti mencari nilai-nilai dan tujuan
pribadi Anda sendiri.
Berilah tanda pada apa yang Anda anggap Uang
sebagai yang terpenting dalam hidup ini. Kedudukan
Kekuasaan
Cinta
Pekerjaan
Permainan
Kesalehan
Keberhasilan
Kecantikan
Lain-Lain
Cinta
Pekerjaan
Permainan
Kesalehan
Keberhasilan
Kecantikan
Lain-Lain
Uang
Berilah tanda pada nilai-nilai anggota
keluarga atau sahabat Anda yang sangat Jabatan
berbeda dengan nilai-nilai Anda. Kekuasaan
Cinta
Pekerjaan
Permainan
Kesalehan
Keberhasilan
Kecantikan
Lain-Lain
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan
Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
Proses pertumbuhan manusia yang umum berbeda dari proses pertumbuhan sebagai
orang perorangan. Sebagai orang perorangan, Anda harus membentuk sasaran serta
tujuan jangka pendek Anda sendiri dalam rangka kesadaran umum yang luas. Maka,
Anda harus merumuskan secara pragmatis nilai-nilai hidup serta cita-cita Anda,
supaya Anda dapat menanggulanginya secara obyektif. Dengan demikian, perumusan
konkret sasaran dan tujuan Anda yang terbatas itu merupakan langkah pertama
dalam menentukan dan mengaktualisasikan diri Anda.
Sasaran/tujuan umum :
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
Tujuan Pribadi (khusus)
Aku ingin mengatasi rasa takut akan tempat yang penuh sesak
tahun ini
Cobalah merumuskan kembali salah satu tujuan khusus Anda, sehingga menjadi lebih
khusus, sebagai berikut :
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
MENCINTA DAN MENGUKUHKAN KEMAUAN
Agar ‘diri sejati’ Anda terwujud, Anda harus mengembangkan serta menyalurkan
dorongan serta energy Anda ke dalam cara hidup yang terarah. Cara hidup Anda
sebagian besar ditentukan oleh potensi, nilai-nilai, tujuan dan kesempatan Anda
sendiri. Walaupun demikian, kebutuhan manusia akan cinta mempersatukan kita
dengan sesame dan merupakan dorongan manusiawi yang terpenting. Tanpa cinta
hidup kita hampa, tak berarti dan tak bertujuan.
Mencinta tidaklah mudah, dan juga tidak selalu membawa kegembiraan dan
kebahagiaan. Kepedihan hati serta kekecewaan akibat cinta harus kita akui adanya.
Termasuk pula di dalamnya penolakan cinta atau cinta tak berbalas, rasa cemburu
serta pilih kasih. Rasa benci, dengki serta masih banyak kejahatan lain, merupakan
kebalikan cinta yang nyata. Semua pengalaman resiko yang harus kita ambil,
apabila kita membuka diri secara mendalam kepada sesama.
Apakah Anda merasa santai, jika berhadapan dengan seorang lawan jenis Anda?
Pernahkan Anda mendapatkan pengalaman pahit dalam hal ini, sehingga takut
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
Ada banyak cara untuk menyampaikan tenaga hidup Anda kepada sesama lewat
cinta: Cinta serta semangat menolong dari seorang ibu terhadap anak-anaknya;
cinta dan ketergantungan anak-anak pada ibu mereka; cinta seksual yang menjadi
ungkapan kasih sayang orang dewasa. Semua bentuk cinta ini merupakan ungkapan
yang unik dari tenaga hidup yang dasariah.
Orangtua
Teman
Oranglain
Memperlihatkan perhatian
Tanpa pamrih
Tetapi, mencintai dan menghargai diri sendiri melulu belumlah cukup. Cinta-diri
yang sejati tercermin dalam keprihatinan serta perhatian kepada sesama dan
masyarakat di tempat Anda hidup. Hanya dengan mencintai sesama dan
memberikan sumbangan bagi perkembangan mereka lah, Anda dapat merasa
gembira atas perkembangan Anda.
Ceritakanlah pengorbanan yang telah Anda lakukan di masa lalu demi perbaikan
prbadi Anda.
Sikap dan tingkah laku manakah yang ingin Anda kembangkan, Anda perkuat dan
Anda teguhkan?
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
MEMAJUKAN DAN MENGELOLA DIRI SENDIRI
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
Hampir kita semua berharap dapat memperbaiki dengan berusaha terus untuk
mencapai tujuan-tujuan pribadi sebagaimana telah kita rencanakan.
BEKERJA
Hidup ini menuntut berbagai macam pekerjaan dan usaha. Banyak waktu yang Anda
gunakan untuk urusan sehari-hari, misalnya memasak, membersihkan rumah,
mencuci pakaian, dan lain-lain. Kadang-kadang kita juga terlibat dalam tugas dan
pekerjaan yang tidak memuaskan dan tidak berarti bagi perkembangan pribadi kita.
Tetapi, tugas-tugas ini pun mendukung aktualisasi diri kita. Sebab, setiap orang
yang bekerja dan mencari rezeki, memperlihatkan perhatian, usaha dan tanggung
jawab pada diri sendiri. Pekerjaan membawa kesejahteraan dalam bentuk yang
berbeda-beda.
“Jika kamu menantikan keadaan yang sempurna, kamu takkan pernah menyelesaikan
sesuatu pun!”(Pkh 11:4).
Coba terapkan peribahasa ini terhadap diri Anda! Bagaimaan pendapat Anda?
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
Keadaan sempurna, yang memungkinkan kita untuk mencapai tujuan dengan mudah,
jarang ada. Biasanya, kita sendirilah yang harus memanfaatkan situasi dengan
sebaik-baiknya untuk mencapai sesuatu. Mengatasi kelesuan dengan melakukan
sesuatu itu berarti mengalirkan tenaga yang amat kita butuhkan untuk keberhasilan
selanjutnya.
Setiap kali kita beranjak dari potensi menuju tindakan nyata, dari kemungkinan
menuju pelaksanaan, kita mengamalkan satu segi kemanusiaan kita. Itulah yang
dimaksud dengan mengaktualisasikan diri.
Kita masing-masing dapat memilih cara untuk mendayagunakan sebagian tenaga kita
guna mengejar sesuatu yang ingin kita usahakan. Kita dapat melakukan pekerjaan
atau permainan yang aneka ragam, tergantung pada situasi lingkungan dan
persetujuan kita. Memang, sungguh menguntungkan kalau seseorang merasa bahagia
dalam pekerjaan yang menghasilkan nafkahnya.
Dalam bidang-bidang manakah Anda mempunyai tujuan atau masalah yang harus segera Anda
selesaikan? Tujuan atau masalah apakah itu?
Sekolah/pekerjaan
Kemampuan khusus (skill)
Hidup bermasyarakat
Hidup berkeluarga
Dll
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
MEMAJUKAN DAN MENGELOLA SENDIRI
Hampir kita semua berharap dapat memperbaiki diri dengan berusaha keras untuk
mencapai tujuan-tujuan pribadi sebagaimana telah kita rencanakan. Kita berikhitar
menjadi ‘orang yang lebih baik’, dapat membina diri dengan menjadi ‘manusia
sejati’. Untuk mencapai hal itu, berbagai macam cara telah kita lakukan. Yang
diperlukan adalah: usaha secara sadar dan sistematis untuk mengatur tingkah laku
kita dan mengelola diri ktia secara tepat; pendeknya : pengelolaan diri.
Dengan menerapkan beberapa prinsip ilmu jiwa tentang cara belajar, kita akan
dapat mengalahkan kebiasaan buruk dan memperteguh kebiasaan baik.Prinsip-prinsip
yang akan dilakukan itu adalah :
Sebutkanlah salah satu kebiasaan buruk Anda yang ingin Anda atasi :
…………………………………….
Catatlah satu tingkah laku yang Anda pilih untuk dicapai dan ingin Anda usahakan
seefektif mungkin.
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
Setelah Anda tentukan tingkah laku sasaran Anda, Anda harus membuat sebuah
tabel, mencatat tujuan serta ‘posisi titik tolak Anda’. Tabel itu dapat Anda
gunakan sebagia landasan untuk mengontrol sewaktu-waktu berapa jauh Anda telah
berhasil dalam praktek.
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
Tabel harus ‘tetap putih bersih’ sebagai sasaran setiap minggu. Dari catatan di
atas dapat kita simpulkan, bahwa rencana berjalan baik selama satu minggu, kecuali
pada hari Senin dan Jumat. Pada hari itu ia tidur terlalu lama dan makan terlalu
banyak. Tampak jelas pada tabel bahwa ada usaha untuk mengatur diri sendiri
selama seminggu itu.
Sesudah mencatat tingkahlaku sasaran, Anda akan dapat memperbaiki diri secara
bertahap. Akan lebih baik lagi, jika harapan-harapan Anda masuk akal dan Anda
memberikan 'hadi‘h'bagi diri sendiri bila Anda berhail maju.
Memberi hadiah bagi diri sendiri, setiap kali berhasil melangkah maju dalam
mengejar tujuan atau cita-cita, amat penting artinya. Mungkin, cukup hanya
memuji diri dengan mengatakan “Sukses !”. Atau yang lainnya, seperti pilihan Anda
pada tabel berikut ini.
Apakah yang paling perlu Anda tingkatkan dalam diri Anda sendiri?
Penguasaan Diri Tanggung jawab
Keterlibatan Penampilan
Dan lain-lain
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
Ia hidup dalam sebuah rumah di tepi jalan; ia teman banyak orang (Homer)
Kita saling membutuhkan. Anda hidup, mencinta, belajar dan tumbuh menjadi
dewasa hanya sejauh terlibat dengan orang-orang lain. Inilah unsur yang amat
penting dalam proses aktualisasi diri.
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
Dll
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
Anda adalah hasil perbuatan Anda sendiri. Akan menjadi apa Anda itu, tergantung
pada apa yang Anda pikirkan dan Anda lakukan.
Dengan menunjukkan keprihatinan, cinta dan perhatian kepada orang lain, kita
betul-betul mengubah dunia sekitar kita. Rahasia cinta merupakan rahasia
kehidupan.
S. Fransiskus dari Asisi dalam doanya yang termasyhur :
Tuhan, anugerahilah aku ketenangan untuk menerima apa yang tak mungkin
kuubah, keberanian untuk mengubah apa yang dapat kuubah, dan
kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya.
Adakah sesuatu yang Anda alami sebagai akibat dari bantuan dan perhatian Anda pada
orang-orang lain? Apakah akibat yang Anda alami?
Apakah Anda terlibat dalam salah satu bidang kegiatan berikut ini?
Menurut Anda, dengan cara apa Anda dapat menyumbang masyarakat (seandainya Anda
ingin melakukan lebih dari pada yang sekarang Anda perbuat)?
Hal-hal apa sajakah dalam hidup Anda, yang sesungguhnya ingin Anda ubah tetapi Anda
merasa tidak mampu melakukannya?
Apakah sifat-sifat sahabat karib Anda yang paling berarti bagi Anda?
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
MEMPERBAHARUI DIRI
Pikiran yang positif dalam pandangan Kristen tidak datang dengan sendirinya.
Alkitab mengungkapkan bahwa pikiran manusia (di luar Kristus) adalah sia-sia dan
jahat (Roma 1:21b, 24, 28-30; 3:9-18, 23. Banding : Yeremia 17:5-6, 9)
sehingga dari pikiran yang jahat akan keluar sikap/perbuatan yang jahat (Yakobus
3:11-12). Di dalam Kristus seorang Kristen menerima kepenuhan hiudp, di mana
ada pengampunan dosa.
Kembangkanlah kemauan untuk memikirkan hal-hal positif (Kolose 3:1-2; Filipi 4:8-
9). Hal ini dapat dilakukan dengan jalan praktis, yaitu berdialog dengan diri sendiri
untuk menentukan sikap seperti berikut :
Saya rindu berpikir yang baik, benar, suci, tulus, jujur, dst
Saya mau berpikir yang baik, benar, suci, tulus, jujur, dst
Saya siap berpikir yang baik, benar, suci, tulus, jujur, dst, maka saya
dapat berpikir positif (banding : Filipi 4:8-9)
Saya rindu selalu untuk berpikir baik, benar, suci, tulus, jujur, membangun,
dst
Saya mau selalu untuk berpikir baik, benar, suci, tulus, jujur, membangun,
dst
Saya siap selalu untuk berpikir baik, benar, suci, tulus, jujur, membangun,
dst
Dari pikiran dan kebiasaan positif, akan merupakan dasar untuk mengembangkan
sikap atau gaya positif. Langkah-langkah praktis untuk mengembangkan sikap atau
gaya positif adalah :
Ambillah gaya positif dengan memadukan pikiran dan tindakan positif, melalui cara :
Sisi Psikologis :
Kalahkanlah sikap pesimis dengan berkata saya akan bangkit, saya akan maju
Kalahkanlah perasaan kuatir dalam diri dengan berkata masih ada cara lain
untuk maju dan berhasil
Berikanlah semangat kepada diri dengan berkata kepada diri sendiri, “Saya
dapat kalau saya mau, saya bisa kalau saya mulai.”
Jadikan setiap hari bagi Anda sebagai hari baik, dengan berkata, “hari ini
adalah hari istimewa bagi saya. “
Tolaklah sikap menanti nasib!
Sisi Rohani :
Sisi Sosial :
Sisi Ekonomi :
Katakanlah saya mau bekerja dengan benar, baik, keras dan lebih setia
Saya mau menyiapkan iklim kerja yang kondusif bagi diri dan bagi orang lain
Katakanlah kepada diri, uang bukanlah tujuan akhir hidup saya, saya tidak
ingin jalan pintas ke akhir dengan uang! Saya akan menggunakan uang untuk
mencapai tujuan saya.
Katakanlah, saya tidak akan mengalah kepada kegagalan kerja, saya akan
bangkit dan berhasil
Bagi saya sukses adalah bahagian dari kerja, bukan tujuan akhir
DAFTAR PUSTAKA
Angelis. Barbara De. Confidence – Percaya Diri Sumber Sukses dan Kemandirian.
Jakarta: PT Gramedia, 2002.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika – Doktrin Manusia. Surabaya ; Momentum,
2004
Erickson, Millard J. Teologi Kristen Volume Dua. Malang: Gandum Mas, 2003.
Gondowijoyo, J.H. Membangun Manusia Rohani. Terobosan untuk Transformasi di
Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset, 2009.
Gunasa, D. Gunasa, Yulia Singgih D. Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga,
Jakarta: Penerbit Libri, 2011
Gunasa, Yulia Singgih D. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: Penerbit Libri, 2011
Hoekema, Anthony A. Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah. Surabaya:
Momentum, 2003
Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Tentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012
Ingram, Chip. The Miracle of Life Change. Mukjizat Perubahan Hidup.
Yogyakarta: Andi Offset, 2009.
Maxwell, John C. Talent is Never Enough – Temukan Pilihan-Pilihan yang Akan
Membawa Anda Melampaui Bakat Anda. Jakarta: Immanuel, 2009
Ruben, Agustinus. Konsep Diri (Self Concept). Medan: CV. Mitra, 2014