Anda di halaman 1dari 74

HAKEKAT MANUSIA

Manusia adalah makhluk yang dapat dipandang dari berbagai sudut


pandang. Sejak ratusan tahun sebelum kelahiran Yesus, manusia telah menjadi
salah satu objek filsafat, baik objek formal yang mempersoalkan hakikat manusia
maupun objek materiil yang mempersoalkan manusia sebagai apa adanya manusia dan
dengan berbagai kondisinya.

Sebagaimana dikenal adanya manusia yang berbentuk atau “homo faber”,


makhluk yang dapat dididik atau “homo educandum”, dan seterusnya merupakan
pandangan-pandangan tentang manusia yang dapat digunakan untuk menetapkan cara
pendekatan yang akan dilakukan terhadap manusia tersebut. Berbagai pandangan itu
membuktikan bahwa manusia adalah makhluk yang kompleks.

Kini bangsa Indonesia telah menganut suatu pandangan, bahwa yang dimaksud
manusia secara utuh adalah manusia sebagai pribadi yang merupakan
pengejawantahan manunggalnya berbagai ciri atau karakter hakiki atau sifat
kodrati manusia yang seimbang antarberbagai segi, yaitu antara segi (i) individu dan
sosial, (ii) jasmani dan rohani, (iii) dunia dan akhirat. Keseimbangan hubungan
tersebut menggambarkan keselarasan hubungan antara manusia dengan dirinya,
manusia dengan sesame manusia, manusia dengan alam sekitar atau lingkungannya,
dan manusia dengan Tuhan.

A. HAKEKAT MANUSIA MENURUT PANDANGAN UMUM/FILSAFAT MODERN

Berbagai paham filsafat modern mengenai deskripsi tentang ‘manusia’:


1. Rasionalisme : manusia adalah makhluk berakal, di mana akal menjadi dasar dari
segala pemikiran manusia.Seluruh kenyataan adalah kenyataan yang dapat
dipahami dan dikuasai oleh akal manusia.

Pandangan Réné Déscartés (1596 – 1650)


Manusia sebagai subjek pemikiran dan akalnya dapat mencapai kepastian kebenaran
tanpa pertolongan apa pun. Hakikat manusia terdapat di dalam jiwanya dan jiwa
mempengaruhi tubuh untuk tindakan tertentu.

Pandangan Baruch Spinoza (1632 – 1677)


Menurut Spinoza manusia adalah suatu cara berada (modus) Allah. Tubuh dan jiwa
bukan dua kenyataan yang berbeda, melainkan dua aspek dari suatu kenyataan yang
fundamental. Jadi tubuh dan jiwa manusia adalah modus Allah, dan pada hakikatnya
kedua cara berada Allah itu adalah satu, sama dan sejajar.
Pandangan Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716)
Allah adalah “monade (substansi) tertinggi” yang bebas dari segala substansi yang
keluar dari Dia. Manusia terdiri dari substansi-substansi yang harmonis, walaupun
tidak saling mempengaruhi.

Tubuh dan jiwa merupakan kesatuan yang disebabkan adanya kerja sama antara
keduanya berdasarkan keselarasan yang telah disinkronisasikan dengan sempurna
dan yang telah ditentukan oleh Allah. Akan tetapi, setiap substansi itu mempunyai
aktivitas sendiri-sendiri, yaitu tujuan, keinginan, dan kehendak, yang telah
diharmonisasikan dengan baik. Dan akhirnya manusia sebagai bagian dari rentetan
substansi, akan menuju kepada “monade/substansi tertinggi”, yakni Allah yang
transenden.

2. Empirisme : manusia adalah makhluk yang berakal, tetapi bukanlah akal sumber
pemahaman mengenai segala sesuatu. Yang menjadi sumber pengetahuan dan
pemahaman atas segala kenyataan, termasuk soal manusia adalah pengalaman.

John Locke (1632-1704) : Pikiran manusia merupakan kertas putih yang tidak ada
tulisannya sama sekali sebelum terjadinya pengalaman… memang ia menyatakan
bahwa semua pikiran kita datang dari pengalaman……

Keberadaan manuasia dapat dipahami sejauh apa yang diperoleh dari pengalaman
indrawi tersebut, di mana jiwa manusia juga berfungsi aktif dalam membentuk
pengertian mengenai diri manusia itu sendiri.

George Berkeley (1685-1753) – Filsafat Spiritualisme (serba roh) dan


Immaterialisme (menyangkal adanya dunia materi di luar kesadaran manusia). Jadi
dapat dikatakan bahwa antara tubuh dan jiwa manusia tidak ada perbedaan – yang
ada hanyalah “kesadaran”. Pengalaman disebabkan adanya kesadaran dan bukan
dari sesuatu yang ada di luar manusia.

Jean Jacques Rousseau (1712-1778) : Manusia pada hakikatnya merupakan suatu


makhluk yang bebas dan otonom. Kebebasan yang otonom ini menjadi dasar
perasaan moral. Terdorong oleh perasaan moral itu, manusia merasa wajib untuk
menjalankan suatu kehidupan yang baik.

Ia percaya bahwa manusia pada mulanya benar-benar “baik”. Manusia alami –


manusia dalam keadaan primitive – memiliki kebebasan asali yang menjadi perasaan
moralnya yang baik. Manusia mempunyai kebebasan moral, oleh karena dijiwai oleh
substansi yang tidak jasmani (Allah). Ia juga percaya akan kemungkinan
immortalitas jiwa. Menurut Rousseau, kemungkinan akhir hidup manusia adalah
suatu kehidupan baka secara pribadi.
Immanuel Kant (1724-1804) : Manusia berasal dari dunia binatang yang
berkembang terus dari taraf primitive (hewani) – sesuai dengan dinamika kesadaran
moralnya – menuju ke suatu kesadaran “persatuan”antar manusia (manusiawi)
sehingga tujuan akhir manusia adalah penyempurnaan moral di dalam hidup
kekekalan, secara personal (pribadi) dan bukan komunal (kolektif).

Kant sangat mengutamakan “tindakan-tindakan”manusia untuk mencapai


“keselamatan”(penyempurnaan moral).

3. Idealisme : aliran filsafat yang menekankan “idea”(dunia roh) sebagai objek


pengertian dan sumber pengetahuan. “Idea”itu terpisah dari alam atau
kenyataan, dan merupakan sumber asal dari segala sesuatu. Idealisme juga
berpandangan bahwa segala sesuatu yang dilakukan manusia tidaklah selalu
berkaitan dengan hal-hal yang bersifat lahiriah, tetapi harus berdasarkan
prinsip kerohanian (idea). Dalam Filsfat Idealisme, “Ide”itu dapat dimengerti
dan selalu berhubungan erat dengan apa yang disebut “kesadaran manusia”.

Johan Gottlieb Fichte (1762-1814) : objek-objek diberi “bentuk”oleh akal manusia.


Sebab itu, ia menyatakan bahwa manusia sebagai subjek adalah “pencipta”benda-
benda. Permulaan segala sesuatu (alam dan seluruh ciptaan) merupakan suatu
perbuatan dair manusia sebagai subjek.

Menurut Fichte manusia adalah “aku”yang otonom, yang dianggap sebagai satu-
satunya realitas yang ada. Tubuh dan jiwa serta roh merupakan kesatuan
kesadaran manusia yang akan mendorong manusia itu semakin “menjadi”manusia.

Friedrich Wilhelm Schelling (1775-1854) : baik manusia maupun alam merupakan


suatu “subjek”. Walaupun demikian, manusia dan alam juga diciptakan Allah dengan
suatu kebebasan kehendak. Menurut Schelling : kejatuhan ke dalam dosa adalah
diferensiasi (perbedaan) yang khas dari jiwa, di mana jiwa lebih menyukai yang
terbatas daripada yang tak terbatas. Tetapi jiwa memang juga dapat memanjat
kepada Yang Mutlak (Allah).

George Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831) : segala realitas adalah perwujudan


dair Roh Yang Mutlak (Allah), tetapi bukan Allah yang personal, bukan yang
transenden, melainkan Allah yang imanen (panteistik). Jadi, Roh Yang Mutlak itu
menyatakan diri dalam perkembangan alam semesta. Dan perkembangannya:
pernnyataan Roh itu mencakup tiga bidang, yaitu : seni (keselarasan, pengamatan),
agama (keselarasan batiniah), dan filsafat (keselarasan pengertian).
Manusia tidak boleh dimengerti sebagai “individu”tetapi sebagai yang “kolektif”.
Roh Yang Mutlak itu tampil konkrit di dalam sejarah bangsa-bangsa, yang dipakai
Roh Yang Mutlak untuk mencapai kesadaran tentang “Yang Mutlak”itu sendiri. Bila
cita-cita itu sudah memenuhi kesadaran maka selesailah kesudahan rencana-Nya
atas dunia ini. Itulah tujuan akhir hidup manusia, yaitu kembali kepada Roh Yang
Mutlak. Hegel berpendapat, bahwa ia mempercayai kehidupan manusia sebagai
perwujudan Roh, di mana tubuh selalu dikaitkan dan diartikan berdasarkan Roh itu
sendiri.
B. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK PRIBADI

Tanggungjawab
manusia sebagai
individu pada
dirinya,
masyarakat dan
Tuhannya

Individu Hakikat
sebagai
anggota
Manusia
keluarga dan Sebagai
masyarakat
Individu

Individu

Tabel dari Faculty of Educational Sciences and Teacher Trainnig – Univ. Nusantara
Islamic

a. Manusia sebagai Makhluk Pribadi/Individu

Dalam bahasa Latin “individu”berasal dari kata “individuum”, artinya tak terbagi.
Dalam bahasa Inggris “individu”berasal dari kata in dan divided. Kata in salah
satunya mengandung pengertian “tidak”, sedangkan divided artinya “terbagi”. Jadi
individu artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan. Namun individu bukan berarti
manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai suatu
kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan.
Manusia sebagai makhluk pribadi/individu :

1. Manusia yang memiliki kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia


“perseorangan”atau “orang seorang”yang memiliki keunikan.Tidak ada manusia
yang persis sama. Setiap manusia memiliki ciri khas yang berbeda baik ciri fisik
maupun ciri psikisnya. Keunikan dan ciri khas masing-masing orang itulah yang
dijadikan faktor pembeda antara manusia yang satu dengan manusia yang lain.
2. Manusia adalah pribadi yang memiliki suatu bentuk kemandirian – bukan mutlak
tetapi relative. Menjadi satu pribadi berarti mampu membuat keputusan,
menetapkan tujuan, dan bergerak ke arah tujuan-tujuan itu. Manusia bebas
dalam membuat pilihan-pilihan sendirin. Manusia bukan robot yang tindakannya
ditentukan secara total oleh kekuatan-kekuatan yang ada di luar dirinya.
3. Manusia harus diperlakukan sebagai suatu kesatuan. Keadaannya yang rohani
tidak dapat diperlakukan secara terlepas dari keadan fisik dan keadaan
psikologisnya, dan sebaliknya.
4. Manusia adalah makhluk yang kompleks. Sifatnya tidak dapat dikurangi menjadi
satu prinsip tunggal.
5. Aspek-aspek yang berbeda dari sifat manusia harus semuanya diperhatikan dan
dihormati. Tidak boleh mencela tubuh mnausia, berbagai emosi atau
intelektualnya.
6. Perkembangan atau pendewasaan rohani tidak terdiri atas menaklukkan satu
bagian dari sfiat manusia kepada satu bagian lainnya. Tidak ada bagian mansuia
yang pada hakikatnya jahat. Kebejatan moral secara total berarti bahwa dosa
telah mempengaruhi seluruh manusia itu, bukan hanya atubuh atau akal atau
emosinya.
7. Sifat manusia adalah konsekuen dengan ajaran Alkitab tentang eksistensi
pribadi yang sadar diantara kematian dan kebangkitan.

b. Manusia Individu sebagai Anggota Keluarga dan Masyarakat

Manusia Individu sebagai Anggota Keluarga


Keluarga dengan berbagai fungsi yang dijalankan adalah sebagai wahana dimana
seorang individu mengalami proses sosialisasi yang pertama kali, sangat penting
artinya dalam mengarahkan terbentuknya individu menjadi seorang yang
berpribadi. Sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, keluarga
mempunyai korelasi fungsional dengan masyarakat tertentu, oleh karena itu
dalam proses pengembangan individu menjadi seorang yang pribadi hendaknya
diarahkan dengan struktur masyarakat yang ada, sehingga seorang individu
menjadi seorang yang dewasa dalam arti mampu mengendalikan diri dan
melakukan hubungan-hubungan sosial di dalam masyarakat yang cukup majemuk
Manusia Individu sebagai Anggota Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang saling berinteraksi yang memiliki
prasarana untuk kegiatan tersebut dan adanya saling keterkaitan untuk
mencapai tujuan bersama. Masyarakat adalah tempat dimana kita bisa melihat
proyeksi individu sebagai bagian keluarga, keluarga sebagai tempat prosesnya,
dan masyarakat adalah tempat kita melihat hasil dari proyeksi tersebut.

c. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Individu pada Dirinya, Masyarakat dan Pada
Tuhannya
 Pada dirinya :

“If it is to be, it is up to me” maksud dari pepatah lama tersebut adalah hanya
diri kita yang sepenuhnya bertanggungjawab terhadap kehidupan atau nasib diri
kita sendiri. Ada beberapa ketentuan untuk dapat melaksanakan tanggungjwab
kehidupan ini dengan baik. Ketentuan pertama adalah mengenali dan
mengembangkan potensi yang ada dalam diri sendiri. Selain itu, memahami
tujuan hidup supaya langkah untuk dikerjakan lebih terfokus. Yang terpenting
dari semua itu adalah berpikir dan bersikap positif walau apapun yang terjadi.
Kesuksesan dimasa depan tidak terkait erat dengan latar belakang maupun latar
depan.

Hanya diri kita sendirilah yang menentukan kehidupan seperti apa yang kita
harapkan. Sedangkan orang lain tidak bertanggungjawab terhadap kegagalan dan
kesuksesan kita. Peran orang lain hanya bersifat sebagai instrumen yang
melengkapi usaha diri kita sendiri.

Keadaan dalam merespon keadaan menentukan tingkat keberhasilan. Suatu


keadaan yang sama, tetapi bila direspon secara berbeda maka akan memberikan
hasil yang berbeda pula. Sebagai contoh adalah kehidupan mengenai sepasang
saudara kembar di Amerika Serikat. Kejadian ini berlangsung sekitar tahun
1950-an. Keluarga pasangan saudara kembar ini berantakan. Sang kakak
merespon keadaan itu secara positif, dan bertekad untuk sukses dalam
kehidupan. Berkat usaha keras dalam belajar dan tekadnya yang besar, maka ia
berhasil menjadi senator ternama di Amerika Serikat. Sedangkan saudara
kembarnya sendiri melihat kekacauan dalam keluarganya itu secara negatif.
Sehingga ia kehilangan kendali dan selalu berusaha menghancurkan dirinya
sendiri. Akibatnya, ia harus mendekam di penjara seumur hidup karena
melakukan tindakan kejahatan yang sangat fatal. Tidak ada orang lain yang
harus dipersalahkan. Kesalahannya sendiri merupkan penyebab dari nasib
buruknya itu. Dalam kisah tersebut terdapat perbedaan rasa tanggungjawab
hidup yang besar.

Faktor pembeda yang pertama adalah kepahaman terhadap potensi dalam diri
masing-masing individu. Sang kakak merasa memiliki potensi yang cukup untuk ia
kembangkan lebih lanjut. Oleh sebab itu, ia merasa bertanggung jawab untuk
dapat meraih kehidupannya yang lebih baik. Sedangkan sang adik sama sekali
tidak melihat potensi yang ada di dalam dirinya. Sehingga sang adik tidak
merasa mampu mengemban tanggungjawab kehidupam ini dengan baik. Selain itu,
sang kakak sudah menetapkan tujuan yang pasti, sehingga setiap langkahnya
terarah. Sedangkan sang adik tidak memiliki tujuan hidup yang pasti. Sehingga,
ia merasa tidak perlu bertanggungjawab terhadap kehidupan ini. Sementara sang
kakak selalu menyikapi keadaan secara positif. Dilain pihak, sang adik tidak
melihat sisi positif dari bencana yang menimpa keluarga mereka. Perbedaan
tingkat rasa tanggungjawab hidup diantara mereka berdua telah menyebabkan
perbedaan nasib yang sangat besar pula.

 Pada Masyarakat

Manusia bertanggungjawab terhadap tindakan mereka. Manusia menanggung


akibat dari perbuatannya dan mengukurnya pada berbagai norma. Ini merupakan
bentuk dari tanggungjawab terhadap masayarakat, dimana di dalam masyarakat
telah ada aturan-aturan. Kehidupan bersama antar manusia membentuk norma
yang kemudian berkembang menjadi aturan-aturan, hukum-hukum yang
dibutuhkan suatu masyarakat tertentu. Dalam negara-negara modern aturan-
aturan atau hukum-hukum tersebut termaktub dalam sebuah sistem hukum dan
sama bagi semua warga. Apabila aturan-aturan ini dilanggar yang bersangkutan
harus memperoleh hukuman atau sanksi. Jika ia misalnya merugikan hak milik
orang lain maka Pengadilan dapat menghukum sikap yang bersalah (pelanggaran)
berdasarkan KUHP.

 Pada Tuhannya

Roma 14:12 mengatakan “Demikianlah setiap orang diantara kita akan memberi
pertanggungan jawab tentang dirinya sendiri kepada Allah.”

Segala sesuatu yang diperbuat oleh manusia pada akhirnya harus memberi
pertanggungan jawab kepada Penciptanya yaitu Allah sendiri. Ketika Allah
menciptakan manusia, Allah memberi tanggung jawab kepada manusia atas
relasinya terhadap alam dan lingkungannya, dirinya sendiri, sesama dan kepada
Allah Pertama, mengenal Tuhan. Kedua, menyembah dan beribadah kepada-Nya.
Ketiga, melakukan kehendakNya.
C. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
 Manusia pada dasarnya merupakan anggota dari masyarakat. Keanggotaan
dalam kelompok tertentu itulah yang membuat manusia menjadi manusia.
 Seseorang yang menjadi manusia sepenuhnya mempunyai beragam pengertian.
Jika seseorang memiliki kemampuan sosial tertentu namun belum
dipergunakan di dalam dan demi kelompok sosial tertentu, maka dia belum
mewujudkan tujuan hidupnya atau telos.
 Perbedaan hewan dan manusia :
 Hewan tidak membutuhkan pertolongan hewan lainnya untuk bertahan
hidup.
 Manusia tidak dapat. Manusia membutuhkan sesamanya untuk bertahan
hidup
 Hewan mempunyai naluri kehewanannya dan alat-alat fisik untuk
menunjang kemandiriannya dalam memenuhi kebutuhan sendiri.
 Manusia tidak memiliki alat-alat tersebut.

 Manusia dibekali akal dan fikiran yang lebih sempurna dari hewan untuk
dapat menciptakan alat-alat yang dapat digunakannya untuk kelangsungan
hidupnya

 Sejak lahir manusia memerlukan peran sesamanya.

 Sebagai anggota masyarakat, setiap orang akan mengenal orang lain dan oleh
karena itu perilaku manusia selalu terkait dengan orang lain.

 Perilaku manusia dipengaruhi orang lain, ia melakukan sesuatu dipengaruhi


faktor dari luar dirinya, seperti tunduk pada aturan, tunduk pada norma
masyarakat dan keinginan untuk mendapat respons positif dari orang lain.

 Manusia sebagai makhluk sosial, mereka berinteraksi dengan yang lain.

 Dalam interaksi terkadang dapat menimbulkan hal yang negatif karena sering
diperhadapkan dengan perbedaan-perbedaan.

 Kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan semua perbedaan itu terlihat


dalam interaksinya dengan sesama.
Faktor-Faktor Interaksi Sosial

 Faktor Imitasi (peniruan)

Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain
melalui sikap, penampilan, gaya hidup atau apa saja yang dimiliki oleh orang lain.

 Identifikasi (menyamakan ciri)

Identifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
untuk menjadi sama (identik) dengan seseoran atau sekelompok orang lain.

Dalam identifikasi orang tidak hanya meniru tetapi mengidentifikasikan dirinya


dengan orang lain tersebut melibatkan proses kejiwaan yang dalam.

 Sugesti (diterimanya suatu sikap atau tindakan secara emosional)

Sugesti adalah rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan oleh


seseorang kepada individu lain sehingga orang yang dipengaruhi menerima
pengaruh tersebut secara emosional, tanpa berfikir lagi secara kritis dan
rasional.

 Simpati (kemampuan merasakan diri dalam keadaan orang lain)

 Simpati adalah suatu proses ketika seorang individu atau sekelompok


individu tertarik kepada (merasakan diri) dalam keadaan orang atau
kelompok orang lain sedemikian rupa sehingga menyentuh jiwa dan
perasaannya.
Fungsi dan Tugas Manusia Sebagai Makhluk Sosial

a. Fungsi Manusia dalam Kemasyarakatan

• Sebagai mahluk hidup yang berada di muka bumi ini keberadaan manusia
adalah sebagai mahluk individu dan mahluk sosial, dalam arti manusia
senantiasa tergantung dan atau berinteraksi dengan sesamanya. Dengan
demikian, maka dalam kehidupan lingkungan sosial manusia senantiasa terkait
dengan interaksi antara individu manusia, interaksi antar kelompok,
kehidupan sosial manusia dengan lingkungan hidup dan alam sekitarnya,
berbagai proses sosial dan interaksi sosial, dan berbagai hal yang timbul
akibat aktivitas manusia seperti perubahan sosial.

• Secara sosial sebenarnya manusia merupakan mahluk individu dan sosial yang
mempunyai kesempatan yang sama dalam berbagai hidup dan kehidupan dalam
masyarakat. Artinya setiap individu manusia memiliki hak, kewajiban dan
kesempatan yang sama dalam menguasai sesuatu, misalnya bersekolah,
melakukan pekerjaan, bertanggung jawab dalam keluarga serta berbagai
aktivitas ekonomi, politik dan bahkan beragama

b. Tugas Manusia dalam Kemasyarakatan

Setiap individu memiliki potensi dasar mental berkembang dan dapat dikembangkan.
Potensi ini meliputi (1) minat (sense of interest), (2) dorongan ingin tahu (sense of
coriousity), (3) dorongan ingin membuktikan kenyataan (sense of reality), (4)
dorongan ingin menyelidiki (sense of inquiry) dan dorongan ingin menemukan sendiri
(sense of discovery). Suatu potensi yang akan berkembang, jika ada rangsangan,
ada wadah dan suasana kondusif untuk itu. Masyarakat dengan interaksi soial dan
rangsangan sosial menjadi suasana berkembangnya individu, khususnya potensi
mental dalam individu bersangkutan. Proses sosialisasi berlanjut yang dialami oleh
individu akan makin berlanjut yang akan menempa individu bersangkutan menjadi
sesuai dengan potensi bawaan dan “pengayaan” perolehannya. Keluarga, teman
sepermainan, sekolah, organisasi social, masyarakat ,lingkungan tempat tinggal dan
masyarakat luas umumnya menjadi wadah serta penggerak individu menjadi pribadi
yang diharapkan.
c. Tugas Keluarga Membina Individu Sebagai Mahluk Sosial

Keluarga adalah unit satuan masyarakat kecil yang sekaligus merupakan suatu
kelompok kecil dalam masyarakat dalam perkembangan dengan individu. Kelompok
inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak
hanya terbatas selaku penerus keturunan saja.

Tugas keluarga dalam membina individu dapat dibagi menjadi beberapa fungsi k,
yaitu:

1. Fungsi Biologis
2. Fungsi Fungsi Pemeliharaan
3. Fungsi Ekonomi
4. Fungsi Keagamaan
5. Fungsi Sosial

Ad. 1. Fungsi biologis merupakan fungsi dimana keluarga dalam kehidupan sosial
berusaha untuk menjadikan anak anak mereka memiliki pertumbuhan yang baik dan
mempersiapkan kedewasaan dan kematangan mereka hingga menikah nanti. Selain
itu , seorang individu yang menerima asuhan dari keluarga yang dapat menjalankan
peranan sosial mereka dengan baik,secara otomatis seorang anak dapat mengikuti
apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya dalam masyarakat.

Ad. 2. Fungsi Pemeliharaan

Fungsi pemeliharaan keluarga terhadap individu sangat berhubungan erat dengan


kehidupan sosial individu tersebut. Seorang individu dalam pertumbuhannya akan
mudah berinteraksi dengan keluarga yang kemudian dapat menjurus ke kehidupan
sosial masyarakat tempat keluarga dan individu tersebut tinggal. Di dalam
kehidupan suatu keluarga, tidak lepas dari segi ekonomi dan material. Melakukan
pendidikan ekonomi yang sederhana terhadap individu dapat membuat pengertian
kepada individu tersebut agar sejak dini dapat mengerti bahwa ekonomi sangat
berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat saat ini. Selain itu, dapat
membuat individu paham sejak dini bagaimana cara melakukan pengelolaan keuangan
yang kelak dapat menjadikan mereka makhluk sosial yang bijak dalam kehidupan
sosial.
Ad. 3. Fungsi Keagamaan

Fungsi keagamaan merupakan aspek yang sangat penting dalam membentuk karakter
individu dalam kehidupan sosial masyarakat. Pendidikan agama yang diberikan
keluarga terhadap individu dapat mempengaruhi sikap, tingkah laku, pola berfikir
dan pengetahuan akan kehidupan sosial yang berkaitan dengan anugrah Tuhan Yang
Maha Esa. Individu akan memahami bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk
sosial supaya dapat saling menyayangi dan menghargai, supaya tugas manusia
sebagai khalifah di bumi dapat berjalan dengan baik.

Ad. 4. Fungsi Sosial

Ketika semua fungsi telah dijalankan dengan baik, individu juga diajarkan bagaimana
peranan sosial manusia sebagai makhluk sosial. Dengan demikian, keluaraga memiliki
peran yang sangat penting dalam menjadikan seorang individu menyadari akan peran
mereka senagai makhluk sosial.
D. MANUSIA SEBAGAI CIPTAAN

Persoalan Dasar :
 Adakah Allah menciptakan manusia secara tidak langsung atau langsung
 Apakah manusia dibentuk oleh tangan Allah sendiri ataukah manusia itu
berkembang melalui proses-proses alamiah?

PENDAPAT BEBERAPA GOLONGAN


• Golongan Evolusionis yang berhaluan teistis :
Manusia itu merupakan hasil proses evolusi alamiah dari suatu bentuk kehidupan
yang lebih sederhana.

• Golongan Evolusi Ambang dan Golongan Kreasionisme beranggapan bahwa :


Manusia diciptakan langsung oleh Allah

ARGUMEN PENDUKUNG HIPOTESIS EVOLUSIONER


1. Anatomi Perbandingan :
Adanya kesamaan-kesamaan mencolok antara anatomi manusia dengan anatomi
hewan bertulang belakang dari golongan yang lebih tinggi.

• Penyataan ini mendukung bahwa :


Manusia berasal dari hewan

• Argumen penolakan :
Jikalau manusia dan hewan memakan makanan yang sama, menghirup udara
yang sama, dan hidup dalam lingkungan yang sama pula, tidakkah seharusnya
paru-paru, sistem pencernaan, kulit, mata, dan sebagainya juga sama?

2. Organ-Organ yang Tertinggal


Dalam tubuh kita ada organ-organ seperti usus buntu, amandel, serta kelenjar
timus, yang diperlukan ketika nenek moyang modern masih hidup dalam tahap-tahap
evolusi yang terdahulu, namun sekrang secara fungsional tidak ada gunanya lagi.

• Argumen penolakan :
Culp : ”Hanya karena kita belum memahami sepenuhnya kegunaan berbagai
organ tubuh ini, tidaklah berarti bahwa kita berhak mempertanyakan
kebijaksanaan Sang Pencipta yang menempatkannya di dalam tubuh kita.”

3. Embriologi
Janin manusia berkembang melalui aneka tahap yang sejajar dengan proses yang
dianggap revolusioner, yaitu dari organisme bersel satu sampai menjadi spesies yang
dewasa.
• Argumen penolakan
Penelitian yang cermat menunjukkan adanya terlalu banyak ketidaksamaan
dengan tahap-tahap yang disangka serupa dalam perkembangan cacing, ikan,
ekor dan rambut. Cacing tanah memiliki sirkulasi darah namun tidak
mempunyai jantung, dan karena itu dikemukakan bahwa peredaran darah
pasti telah mendahului adanya jantung. Namun, dalam janin manusia, jantung
terjadi lebih dulu dan kemudian baru ada peredaran darah.

4. Paleontologi
Penelitian terhadap fosil-fosil umumnya dipakai untuk mendukung ajaran evolusi.
Bukti-bukti tentang berbagai jenis makhluk hidup ditemukan dalam berbagai lapisan
sedimen. Para evolusionis berusaha mencari bukti adanya kesinambungan antara,
misalnya, manusia dengan hewan, ikan dengan unggas, dan binatang melata dengan
ikan.

• Argumen penolakan
Dalam penelitian fosil terdapat banyak bukti baik yang mendukung
kesinambungan maupun yang mendukung ketidaksinambungan.
Tidak pernah ditemukan adanya hubungan antara manusia dengan dengan
kera.
Alkitab mengatakan bahwa ada daging manusia dan ada daging binatang (I
Korintus 15:39).

5. Genetika
Mengapa tidak ada sidik jari yang sama? Tidakkah ini menunjukkan bahwa spesies
manusia berubah? Dan bukankah kenyataan ini mendukung pandangan evolusi?

• Argumen Penolakan
Diakui bahwa mutasi-mutasi (perubahan materi genetis) terjadi, namun
mutasi-mutasi ini begitu kecil, sehingga akan diperlukan sangat banyak
mutasi untuk mengakibatkan efek penting.

Lagi pula, perubahan-perubahan ini cenderung membuat organisme


mengalaminya menjadi kurang cocok dengan lingkungannya, sehingga
kelangsungan hidup justru terancam.

Dan setelah meneliti banyak generasi lalat buah, tidaklah menjadi


transmutasi, yaitu perubahan suatu spesies ke spesies yang lain. Belum
pernah ada dan tidak akan pernah ada persilangan “jenis-jenis makhluk
hidup”. Manusia adalah spesies khusus, ia tidak berasal dari hewan.
ARGUMEN ALKITAB PENDUKUNG PENCIPTAAN LANGSUNG

1. Ajaran Harfiah Alkitab


Alkitab menjelaskan bahwa Allah menciptakan manusia (Kej. 1: 27; 5:1, Ul 4:32;
Maz 104:30; Yes 45:12; I Kor 11:9)
Allah menjadikan dan membentuk manusia (Kej 1:26, 2:22, 6:6-7; Maz 100:3;
103:14; I Tim 2:13)

 Mengenai tubuhnya, manusia diciptakan dari debu tanah; dan mengenai


jiwanya manusia diciptakan dengan nafas Allah (Kej 2:7; Ayub 33:4 dan
Pengkotbah 12:7 mencantumkan kedua aspek penciptaan manusia ini dalam
satu kalimat).

2. Adam dan Hawa diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan


Jikalau Adam dan Hawa belum manusiawi sebelum Allah menghembuskan nafas-Nya
ke dalam mereka, pastilah mereka sudah berupa makhluk jantan dan betina, tetapi
Alkitab menyatakan bahwa Allah menciptakan mereka sebagai laki-laki dan
perempuan (Kej 1:27; 2:7; Matius 19:4)

3. Hawa diciptakan langsung oleh Allah.


Hawa diciptakan dari rusuk Adam (Kej. 2:21-22; I Kor 11:8). Bahasa yang dipakai
dalam Kejadian pasal 2 tidak mengizinkan suatu penafsiran yang lain, dan jika Hawa
secara langsung dibentuk oleh Tuhan, sangatlah masuk akal untuk beranggapan
bahwa Adam juga langsung diciptakan oleh Tuhan.

4. Manusia berasal dari debu dan kembali kepada debu.


Bila debu dalam Kejadian 2:7 ditafsirkan sebagai manusia telah berkembang dari
binatang, maka istilah kembali menjadi tanah dalam Kejadian 3:19 pastilah berarti
bahwa manusia menjadi binatang lagi. Jelas sekali bahwa pandangan semacam ini
tidak dapat diterima

5. Manusia menjadi makhluk hidup


Ketika manusia diciptakan maka ia menjadi makhluk hidup, dan bukan sebelumnya.
Manusia bukan makhluk hidup yang berasal dari makhluk hidup lainnya.

6. Alkitab membedakan antara daging manusia dengan daging binatang. Paulus tidak
mengijinkan terjadinya campuran antara daging binatang, daging ikan, daging
unggas, atau daging manusia; jenis-jenis daging itu senantiasa harus dibeda-
bedakan (I Korintus 15:39).
WATAK SEMULA MANUSIA

 Kesamaan itu BUKAN kesamaan JASMANIAH


Allah adalah Roh sehingga tidak memiliki anggota-anggota tubuh seperti manusia.
Sekalipun manusia tidak memiliki kesamaan jasmaniah dengan Allah karena Allah
tidak memiliki tubuh jasmaniah, manusia memang memiliki kesamaan tertentu karena
manusia diciptakan dalam keadaan sehat walafiat, tidak ada bibit penyakit apapun.

 Kesamaan adalah kesamaan MENTAL


Kolose 3:10 mengatakan “terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh
pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya”. Tentu saja, pembaharuan ini
dimulai pada saat kelahiran baru terjadi, tetapi dilanjutkan dalam pengudusan.

Bahwa manusia diberi kemampuan intelektual yang tinggi tersirat dalam perintah
untuk mengusahakan taman Eden serta memeliharanya (Kej 2:15).
Perintah untuk menguasai bumi beserta segala isinya (Kej 1:26,28), dan dalam
pernyataan bahwa manusia memberi nama kepada segala binatang di bumi (Kej
2:19-20).
Karena kesamaan ini, memungkinkan manusia memperoleh penebusan, maka
kehidupan manusia juga belum dilahriakn baru juga berharga (Kej 9:6; I Kor 11:7;
Yak 3:9)

 Kesamaan itu adalah kesamaan MORAL


Efesus 4:24 “diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan
yang sesungguhnya”. Pada mulanya manusia memiliki baik kebenaran maupun
kekudusan. Atas dasar inilah manusia dapat bersekutu dengan Allah, yang tidak
dapat memandang kelaliman (Habakuk 1:13).

 Kej 1:31 mengatakan bahwa “Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu,
sungguh amat baik”. Kata “segala”mencakup juga manusia sehingga
pernyataan itu tidaklah benar apabila manusia diciptakan dengan keadaan
moral yang tidak sempurna.

 Kesamaan itu adalah kesamaan Sosial


Sifat Allah yang sosial itu didasarkan pada kasih sayang-Nya. Yang menjadi
sasaran kasih sayang-Nya adalah Oknum-Oknum lain di dalam ketritunggalan-Nya.
Karena Allah memiliki sifat sosial, maka Ia menganugerahkan kepada manusia sifat
sosial. Akibatnya, manusia senantiasa mencari sahabat untuk bersekutu dengannya.
Pertama-tama, manusia menemukan persahabatan ini dengan Allah sendiri.
E. MANUSIA MENURUT ALKITAB

 Penciptaan manusia direncanakan oleh Allah (Kejadian 1:26)


Karya penciptaan manusia didasarkan atas perundingan sidang Allah. Walau semua
ciptaanNya sampai sebelum jadinya manusia dikatakan baik, namun ciptaan tersebut
belum lengkap bila tanpa manusia. Manusia bukan dipikirkan-Nya kemudian,
melainkan hasil pemikiran terdahulu dalam benak Allah.

 Penciptaan manusia itu langsung, khusus dan segera (Kejadian 1:27; 2:7)
Penciptaan manusia itu tidak melibatkan proses evolusi apa pun yang menghubungkan
manusia dengan makhluk pra manusia yang berbentuk lebih sederhana. Proses
penciptaan melalui tindakan yang sadar dan terarah dari Allah.

 Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26,27)


Gambar Allah merupakan sifat atau bagian dasar mansuai. Manusia tidak mungkin
menjadi manusia tanpa gambar Allah. Manusia berbeda dengan makhluk ciptaan
lainnya. Hanya manusia yang mampu memiliki hubungan hubungan pribadi secara
sadar dengan Penciptanya serta dapat menanggapinya. Manusia dapat mengenal
Allah serta mengerti apa yang dikehendaki Sang Pencipta dari dirinya. Manusia
dapat mengasihi, memuja, serta mentaati Penciptanya.

 Manusia memiliki dimensi abadi.


Manusia memiliki sebuah awal keberadaan tertentu. Namun dia diciptakan oleh
Allah yang abadi, sehingga dengan demikian manusia memiliki masa depan yang
abadi pula.

 Manusia memiliki struktur moral.


Yang dimaksud dengan struktur moral yaitu kemampuan-kemampuan yang
menjadikan manusia dapat bertindak benar atau bertindak salah. Kemampuan-
kemampuan tersebut ialah kecerdasan berpikir, sensibilitas dan kehendak, bersama
dengan kemampuan untuk membedakan serta memberikan dorongan, yang kita sebut
hati nurani.
Intelek atau kecerdasan berpikir memungkinkan manusia membedakan mana yang
benar dan mana yang salah; sensibilitas atau kemampuan untuk menafsirkan
perasaan mengajaknya untuk melakukan ini dan itu dan kehendaklah yang mengambil
keputusan. Kemampuan hati nurani adalah kemampuan yang menerapkan hokum moral
dalam diri kita ketika menghadapi kasus-kasus tertentu serta mendorong kita untuk
menaatinya.
FAKTOR-FAKTOR KEPRIBADIAN
A. DEFINISI KEPRIBADIAN

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, kepribadian adalah keseluruhan cara


seorang individu bereaksi dan berinteraksi dengan individu lain. Kepribadian paling
sering dideskripsikan dalam istilah sifat yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh
seseorang.

Para ahli tampaknya masih sangat beragam dalam memberikan rumusan


tentang kepribadian. Dalam suatu penelitian kepustakaan yang dilakukan oleh
Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005) menemukan hampir
50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat dari studi yang
dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang kepribadian yang
dianggap lebih lengkap. Menurutnya, kepribadian adalah organisasi dalam diri
individu sebagai sistem psiko-fisik yang menentukan caranya yang unik dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kata kunci dari pengertian kepribadian
adalah penyesuaian diri. Scheneider mengatakan bahwa penyesuaian diri sebagai
“suatu proses respons individu yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya
mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, ketegangan emosional, frustasi dan
konflik, serta memelihara keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan tersebut
dengan tuntutan (norma) lingkungan.

Sedangkan yang dimaksud unik bahwa kualitas perilaku itu khas sehingga
dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya. Keunikannya itu
didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya konstitusi dan kondisi fisik,
tampang, hormone, segi kognitif dan afektifnya yang saling berhubungan dan
berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau perilaku individu yang
bersangkutan dan berinteraksi dengan lingkungannya.

B. KARAKTERISTIK DAN PERBEDAAN INDIVIDU

Setiap individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity)
dan karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik bawaan
merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik yang menyangkut
faktor biologis maupun faktor sosial psikologis.

Pada masa lalu ada keyakinan, kepribadian terbawa pembawaan (heredity)


dan lingkungan; merupakan dua faktor yang terbentuk karena faktor terpisah,
masing-masing mempengaruhi kepribadian dan kemampuan individu bawaan dan
lingkungan dengan caranya sendiri-sendiri. Namun kemudian disadari bahwa apa
yang dipikirkan dan dikerjakan seseorang, atau apa yang dirasakan oleh seseorang
anak remaja atau dewasa, merupakan hasil dari perpaduan antara apa yang ada di
antara faktor-faktor biologis yang diturunkan dan pengaruh lingkungan.

Natur dan nurture merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menjelaskan
karakteristik-karakteristik individu dalam hal fisik, mental, dan emosional pada
setiap tingkat perkembangan. Sejauh mana seseorang dilahirkan menjadi seorang
individu seperti “dia”atau sejauh mana seseorang individu dipengaruhi subjek
penelitian dan diskusi. Karakteristik yang berkaitan dengan perkembangan faktor
biologis cenderung lebih bersifat tetap, sedang karakteristik yang berkaitan dengan
sosial psikologis lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Seorang bayi yang baru lahir merupakan hasil dari dua garis keluarga, yaitu
garis keluarga ayah dan garis keluarga ibu. Sejak saat terjadinya pembuahan atau
konsepsi kehidupan yang baru itu secara berkesinambungan dipengaruhi oleh banyak
dan bermacam-macam faktor lingkungan yang merangsang. Masing-masing
perangsang tersebut, baik secara terpisah atau terpadu dengan rangsangan yang
lain, semuanya membantu perkembangan potensi-potensi biologis demi terbentuknya
tingkah laku manusia yang dibawa sejak lahir. Hal itu akhirnya membentuk suatu
pola karakteristik tingkah laku yang dapat mewujudkan seseorang sebagai individu
yang berkarakteristik berbeda dengan individu-individu lainnya.

C. FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK DAN PENENTU KEPRIBADIAN

Secara umum, perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu


faktor keturunan/biologis, faktor lingkungan alam, faktor sosial, pengalaman
kelompok manusia dan pengalaman unik.

Faktor Keturunan/warisan biologis (Heredity)


Semua manusia yang normal dan sehat memiliki persamaan biologis tertentu,
seperti memiliki dua tangan, panca indra, kelenjar seksual dan otak yang rumit.
Persamaan biologis ini membantu menjelaskan beberapa persamaan dalam
kepribadian dan perilaku semua orang.
Namun, setiap warisan biologis yang mempengaruhi kehidupan manusia
bersifat unik, berbeda dari orang lain. Artinya tidak ada seorang pun di dunia ini
yang mempunyai karakteristik fisik yang sama persis dengan orang lain, seperti
ukuran tubuh, kekuatan fisik, atau kecantikan bahkan anak kembar sekalipun.
Keturunan merujuk pada faktor genetika seorang individu. Tinggi fisik,
bentuk wajah, gender, temperamen, komposisi otot dan refleks, tingkat energi dan
irama biologis adalah karakteristik yang pada umumnya dianggap, entah sepenuhnya
atau secara substansial, dipengaruhi oleh siapa orang tua dari individu tersebut,
yaitu komposisi biologis, psikologis, dan psikologis bawaan dari individu.
Faktor keturunan berpengaruh terhadap keramah-tamahan, perilaku
kompulsif (terpaksa dilakukan), dan kemudahan dalam membentuk kepemimpinan,
pengendalian diri, dorongan hati, sikap, dan minat. Warisan biologis yang terpenting
terletak pada perbedaan intelegensi dan kematangan biologis.
Keadaan ini membawa pengaruh pada kepribadian seseorang. Tetapi banyak
ilmuwan berpendapat bahwa perkembangan potensi warisan biologis dipengaruhi oleh
pengalaman sosial seseorang. Bakat memerlukan anjuran, pengajaran, dan latihan
untuk mengembangkan diri melalui kehidupan bersama dengan manusia lainnya.
Penelitian terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap
pengaruh dari faktor keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti
perasaan malu, rasa takut, dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik
genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat kepribadian
mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang mempengaruhi faktor-faktor
seperti tinggi badan dan warna rambut.
Para peneliti telah mempelajari lebih dari 100 pasangan kembar identik yang
dipisahkan sejak lahir dan dibesarkan secara terpisah. Ternyata peneliti
menemukan kesamaan untuk hampir setiap ciri perilaku, ini menandakan bahwa
bagian variasi yang signifikan di antara anak-anak kembar ternyata terkait dengan
faktor genetis. Penelitian ini juga memberi kesan bahwa lingkungan pengasuhan
tidak begitu mempengaruhi perkembangan kepribadian atau dengan kata lain,
kepribadian dari seorang kembar identik yang dibesarkan di keluarga yang berbeda
ternyata lebih mirip dengan pasangan kembarnya dibandingkan kepribadian seorang
kembar identik dengan saudara-saudara kandungnya yang dibesarkan bersama-
sama.

Faktor Lingkungan/Alam (Natural Environment)

Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar terhadap pembentukan


karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam
keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang
manusia dapat alami.
Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang.
Sebagai contoh, budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari
satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring
berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur
mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Misalnya, orang-
orang Amerika Utara memiliki semangat ketekunan, keberhasilan, kompetisi,
kebebasan, dan etika kerja Protestan yang terus tertanam dalam diri mereka
melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman, sehingga orang-orang tersebut
cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan dengan individu yang dibesarkan
dalam budaya yang menekankan hidup bersama individu lain, kerja sama, serta
memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan dan karier. Suku “Ik” di Uganda,
mereka mengalami kelaparan berkepanjangan, karena lingkungan alam tempat
mereka mencari nafkah telah banyak yang rusak. Mereka menjadi orang-orang yang
paling tamak, rakus dan perkelahian antara mereka sering terjadi semata-mata
memperebutkan makanan untuk sekedar mempertahankan hidup.

Faktor Kebudayaan/Warisan Sosial (Social Heritage)


Kebudayaan mempunyai pengaruh besar terhadap perilaku dan kepribadian
seseorang, terutama unsur-unsur kebudayaan yang secara langsung mempengaruhi
individu. Kebudayaan dapat menjadi pedoman hidup manusia dan alat untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Oleh karena itu, unsur-unsur kebudayaan yang
berkembang di masyarakat dipelajari oleh individu agar menjadi bagian dari dirinya
dan ia dapat bertahan hidup.
Proses mempelajari unsur-unsur kebudayaan sudah dimulai sejak
kecil sehingga terbentuklah kepribadian-kepribadian yang berbeda antarindividu
ataupun antarkelompok kebudayaan satu dengan lainnya. Contohnya, orang Bugis
memiliki budaya merantau dan mengarungi lautan. Budaya ini telah membuat orang-
orang Bugis menjadi keras dan pemberani.
Walaupun perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat
memengaruhi kepribadian seseorang, para sosiolog ada yang menyarankan untuk
tidak terlalu membesar-besarkannya karena kepribadian individu bisa saja berbeda
dengan kepribadian kelompok kebudayaannya. Misalnya, kebudayaan petani,
kebudayaan kota, dan kebudayaan industri tentu memperlihatkan corak
kepribadian yang berbeda-beda.
Memang terdapat karakteristik kepribadian umum dari suatu masyarakat.
Sejalan dengan itu, ketika membahas bangsa-bangsa, suku bangsa, kelas sosial,
dan kelompok-kelompok berdasarkan pekerjaan, daerah, ataupun kelompok sosial
lainnya, terdapat kepribadian umum yang merupakan serangkaian ciri kepribadian
yang dimiliki oleh sebagian besar anggota kelompok sosial bersangkutan. Namun,
tidak berarti bahwa semua anggota termasuk didalamnya

Hubungan Kepribadian dengan Kebudayaan


Menurut Ralph Linton bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan
pengetahuan, sikap, dan pola perilaku. Sementara kepribadian menurut Yinger
adalah keseluruhan perilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan
tertentu. Dengan demikian, antara kepribadian dan kebudayaan terdapat
hubungan sebagai hasil dari suatu proses sosial yang panjang. Dalam proses yang
disebut sosialisasi itu, kepribadian atau watak tiap-tiap individu pasti mempunyai
pengaruh terhadap per kembangan kebudayaan itu secara keseluruhan. Gagasan-
gagasan, tingkah laku, atau tindakan manusia itu ditata, dikendalikan, dan
dimantapkan pola-polanya oleh berbagai sistem nilai dan norma yang hidup di
masyarakatnya. Sebaliknya, kebudayaan suatu masyarakat turut
memberikan sumbangan pada pembentukan kepribadian seseorang.
Kepribadian suatu individu dalam suatu masyarakat walaupun berbeda-beda
satu sama lain, dirangsang dan dipengaruhi oleh nilai dan norma dalam sistem
budaya dan juga oleh sistem sosial yang telah diinternalisasi melalui proses
sosialisasi dan proses pembudayaan selama hidup, sejak masa kecilnya. Havilland
(1988) mengatakan bahwa praktik pendidikan anak bersumber dalam adat kebiasaan
pokok masyarakat yang berhubungan dengan pangan, tempat berteduh dan
perlindungan, dan bahwa praktik pendidikan anak pada gilirannya
menghasilkan kepribadian tertentu pada masa dewasa. Dari pernyataan
tersebut, terlihat bagaimana kebudayaan yang hidup dalam suatu
masyarakat memberikan pengaruh terhadap pembentukan kepribadian
anggota masyarakatnya.
Selain kebudayaan sendiri menanamkan pengaruhnya terhadap individu, di sisi
lain individu juga mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya
terhadap adat istiadat, sistem norma, dan peraturan-peraturan yang berlaku dalam
lingkungan budayanya, yang dinamakan enkulturasi. Contohnya seorang anak
menyesuaikan diri dengan waktu makan dan tidur secara teratur sesuai
dengan kebiasaan yang berlaku dalam keluarganya. Sebagai hasil mempelajari dan
menyesuaikan pola pikirnya dengan unsur-unsur budaya secara berkelanjutan,
terbentuklah kepribadian individu yang sesuai dengan lingkungan budayanya. Semua
individu yang hidup dalam lingkungan masyarakat tertentu mengalami pengaruh
lingkungan kebudayaan yang sama selama pertumbuhan. Oleh karena itu, individu-
individu tersebut akan menampilkan suatu watak atau kepribadian yang seragam
atau dinamakan juga dengan kepribadian umum.
Dalam studi Abraham Kardinar tentang hubungan kepribadian umum dengan
kebudayaan, mengutarakan bahwa, semua warga dari suatu masyarakat memiliki
struktur kepribadian dasar yang sama. Alasannya, karena warga masyarakat dari
suatu lingkungan tertentu cenderung menjalani latihan bersama mengenai cara buang
air kecil/ besar, menjalani cara menertibkan yang sama dalam masa
kanakkanak, cara menyapih yang sama, dan sebagainya. Sebagai orang dewasa,
mereka cenderung mempunyai unsur-unsur kepribadian tertentu yang sama.
Dari konsep kepribadian umum, makin dipertajam lagi dalam antropologi
sehingga melahirkan konsep baru yang dinamakan basic personality structure atau
kepribadian dasar, yaitu semua unsur kepribadian yang dimiliki sebagian besar
warga suatu masyarakat. Misalnya, “kepribadian Barat” memiliki ciri individualis,
adapun “kepribadian Timur” lebih bersifat gotong royong. Soerjono Soekanto (1977)
mencoba melihat adanya keterkaitan antara kebudayaan dan kepribadian dalam
ruang lingkup yang lebih sempit, yaitu “kebudayaan khusus” (sub culture).
Menurutnya, ada beberapa tipe kebudayaan khusus yang mempengaruhi
kepribadian sebagai berikut :
 Kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan
Contohnya, “jiwa berdagang” identik dengan ciri khusus orang Minangkabau,
“berlaut” merupakan ciri orang Bugis.
Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda. Contohnya, masyarakat kota
cenderung individualistis dibanding kan masyarakat desa yang kekeluargaan dan
gotong royong.
 Kebudayaan khusus kelas sosial.
Contohnya, cara berpakaian orang kaya berbeda dengan orang miskin.
 Kebudayaan khusus atas dasar agama.
Contohnya, adanya berbagai keyakinan melahirkan kepribadian yang berbeda-
beda di kalangan umatnya.
 Kebudayaan khusus berdasarkan profesi.
Contohnya, kepribadian seorang guru sangat berbeda dengan politikus.

Faktor Pengalaman Kelompok (Group Experiences)


Pengalaman kelompok yang dilalui seseorang dalam sosialisasi cukup penting
perannya dalam mengembangkan kepribadian. Kelompok yang sangat berpengaruh
dalam perkembangan kepribadian seseorang dibedakan menjadi dua sebagai berikut.
Kelompok Acuan (Kelompok Referensi).
Sepanjang hidup seseorang, kelompok-kelompok tertentu dijadikan model
yang penting bagi gagasan atau norma-norma perilaku. Dalam hal ini, pembentukan
kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh pola hubungan dengan
kelompok referensinya.
Pada mulanya, keluarga adalah kelompok yang dijadikan acuan seorang bayi
selama masa-masa yang paling peka. Setelah keluarga, kelompok referensi lainnya
adalahteman-teman sebaya. Peran kelompok sepermainan ini dalam perkembangan
kepribadian seorang anak akan semakin berkurang dengan semakin terpencar nya
mereka setelah menamatkan sekolah dan memasuki kelompok lain yang
lebih majemuk (kompleks).

Kelompok Majemuk.
Kelompok majemuk menunjuk pada kenyataan masyarakat yang lebih beraneka
ragam. Dengan kata lain, masyarakat majemuk memiliki kelompok-kelompok dengan
budaya dan ukuran moral yang berbeda-beda. Dalam keadaan seperti
ini, hendaknya seseorang berusaha dengan keras mempertahankan haknya untuk
menentukan sendiri hal yang dianggapnya baik dan bermanfaat bagi diri dan
kepribadiannya sehingga tidak hanyut dalam arus perbedaan dalam kelompok
majemuk tempatnya berada. Artinya, dari pengalaman ini seseorang harus mau dan
mampu untuk memilah-milahkannya.

Faktor Pengalaman Unik (Unique Experience)


Setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda dengan orang lain,
walaupun orang itu berasal dari keluarga yang sama, dibesarkan dalam kebudayaan
yang sama, serta mempunyai lingkungan fisik yang sama pula. Mengapa demikian?
Walaupun mereka pernah mendapatkan pengalaman yang serupa dalam beberapa hal,
namun berbeda dalam beberapa hal lainnya. Mengingat pengalaman setiap orang
adalah unik dan tidak ada pengalaman siapapun yang secara sempurna menyamainya.

Menurut Paul B. Horton, pengalaman tidaklah sekedar bertambah, akan


tetapi menyatu. Pengalaman yang telah dilewati memberikan warna tersendiri dalam
kepribadian dan menyatu dalam kepribadian itu, setelah itu baru hadir pengalaman
berikutnya.
Pengaruh yang Membentuk Kepribadian
Untuk melanjutkan usaha dalam memahami perkembangan kepribadian, sebaiknya
kita menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini!

Bagaimana kepribadian berkembang?

No Keterangan Benar Salah Tak Tahu


1. Menurut kodratnya, sejak lahir manusia telah
ditentukan untuk memimpin atau sebagai yang
dipimpin
2. Jika sungguh-sungguh berusaha, kita dapat
meningkatkan kecerdasan
3. Anak mewarisi kebiasaan-kebiasaan buruk
orangtuanya
4. Beriman atau tidak, kecil saja pengaruhnya
terhadap hasil perkembangan kita sebagai pribadi
5. Asal berusaha, kita dapat mengubah watak kita
6. Ada orang yang tak punya perasaan
7. Anak lelaki maupun perempuan dapat
mengembangkan kepribadian yang sama persis
8. Hanya orang tidak terdidiklah yang berprasangka
9. Karena setiap orang membentuk kepribadiannya
masing-masing, maka keluarga tidak turut
berpengaruh dalam hal ini
10. Penjahat ataupun orang suci sama-sama
mempunyai kepribadian yagn seimbang
11. Orang yang lahir gila, sama saja dengan yang
lahir lumpuh
12. Lingkungan masyarakat itu korup dan adil, kecil
saja pengaruhnya terhadap perkembangan
kepribadian warganya
13. Sumbangan sekolah yang terbesar terhadap
perkembangan kepribadian ialah mengajarkan
bagaimana bergaul dengan orang lain
*) Sumber : Staf Yayasan Cipta Loka Caraka. Pedoman untuk Mengenal dan Membina Diri.Tantangan
Membina Kepribadian. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2002.
D. DASAR KEPRIBADIAN
Selain kelima faktor pembentuk kepribadian yang telah kita bahas di atas, F.G.
Robbins dalam Sumadi Suryabrata (2003), mengemukakan ada lima faktor yang
menjadi dasar kepribadian, yaitu sifat dasar, lingkungan prenatal, perbedaan
individual, lingkungan, dan motivasi.

a. Sifat Dasar
Sifat dasar merupakan keseluruhan potensi yang dimiliki seseorang yang diwarisi
dari ayah dan ibunya. Dalam hal ini, Robbins lebih menekankan pada sifat biologis
yang merupakan salah satu hal yang diwariskan dari orang tua
kepada anaknya.

b. Lingkungan Prenatal
Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan ibu. Pada periode ini
individu mendapatkan pengaruh tidak langsung dari ibu. Maka dari itu, kondisi ibu
sangat menentukan kondisi bayi yang ada dalam kandungannya tersebut, baik secara
fisik maupun secara psikis. Banyak peristiwa yang sudah ada membuktikan bahwa
seorang ibu yang pada waktu mengandung mengalami tekanan psikis yang begitu
hebatnya, biasanya pada saat proses kelahiran bayi ada gangguan atau dapat
dikatakan tidak lancar.

c. Perbedaan Individual
Perbedaan individu merupakan salah satu faktor yang memengaruhi proses
sosialisasi sejak lahir. Anak tumbuh dan berkembang sebagai individu yang unik,
berbeda dengan individu lainnya, dan bersikap selektif terhadap pengaruh dari
lingkungan.

d. Lingkungan
Lingkungan meliputi segala kondisi yang ada di sekeliling individu yang memengaruhi
proses sosialisasinya. Proses sosialisasi individu tersebut akan berpengaruh pada
kepribadiannya.

e. Motivasi
Motivasi adalah dorongan-dorongan, baik yang datang dari dalam maupun luar
individu sehingga menggerakkan individu untuk berbuat atau melakukan sesuatu.
Dorongandorongan inilah yang akan membentuk kepribadian individu sebagai warna
dalam kehidupan bermasyarakat.
E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KEPRIBADIAN

Faktor yang mempengaruhi perubahan dan dinamika kepribadian seseorang


dipengaruhi oleh banyak faktor, namun, meskipun mengalami perubahan, kepribadian
merupakan karakteristik yang relative stabil.
Perubahan kepribadian tidak bisa terjadi secara spontan, tetapi merupakan
hasil pengamatan, pengalaman, tekanan dari lingkungan sosial budaya, rentang usia
dan faktor-faktor dari individu (Psikologi Pendidikan, H. Jaali, 2007).

Pengalaman Awal
Sigmund Freud menekankan tentang pentingnya pengalaman awal (masa kanak
kanak) dalam perkembangan kepribadian. Trauma kelahiran, pemisahan dari ibu
adalah pengalaman yang sulit dihapus dari ingatan.

Pengaruh Budaya
Dalam menerima budaya anak mengalami tekanan untuk mengembangkan pola
kepribadian yang sesuai dengan standar yang ditentukan budayanya.

Kondisi Fisik
Kondisi fisik berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kepribadian
seseorang. Kondisi tubuh meentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak
dapat dilakukan seseorang. Secara tidak langsung seseorang akan merasakan
tentang tubuhnya yang juga dipengaruhi oleh perasaan orang lain terhadap
tubuhnya. Kondisi fisik yang mempengaruhi kepribadian antara lain adalah
kelelahan, malnutrisi, gangguan fisik, penyakit menahun, dan gangguan kelenjar
endokrin ke kelenjar tiroid (membuat gelisah, pemarah, hiperaktif, depresi, tidak
puas, curiga, dan sebagainya).

Daya Tarik
Orang yang dinilai oleh lingkungannya menarik biasanya memiliki lebih banyak
karakteristik kepribadian yang diinginkan dari pada orang yang dinilai kurang
menarik, dan bagi mereka yang memiliki karakteristik menarik akan memperkuat
sikap sosial yang menguntungkan.

Inteligensi
Perhatian lebih terhadap anak yang pandai dapat menjadikan ia sombong, dan anak
yang kurang pandai merasa bodoh. Apabila berdekatan dengan orang yang pandai
tersebut, dan tidak jarang memberikan perlakuan yang kurang baik.
Emosi
Ledakan emosional tanpa sebab yang tinggi dinali sebagai orang yang tidak matang.
Penekanan ekspresi emosional membuat seseorang murung dan cenderung kasar,
tidak mau bekerja sama dan sibuk sendiri.

Nama
Walaupun hanya sekedar nama, tetapi memiliki sedikit pengaruh terhadap konsep
diri, namun pengaruh itu hanya terasa apabila anak menyadari bagaimana nama itu
mempengaruhi orang yang berarti dalam hidupnya. Nama yang dipakai memanggil
mereka (karena nama itu mempunyai asosiasi yang menyenangkan atau tidak
menyenangkan dalam pikiran orang lain) akan mewarnai penilainya orang terhadap
dirinya.

Keberhasilan dan Kegagalan


Keberhasilan dan kegagalan akan mempengaruhi konsep diri, kegagalan dapat
merusak konsep diri, sedangkan keberhasilan akan menunjang konsep diri itu.

Penerimaan Sosial
Anak yang diterima dalam kelompok sosialnya dapat mengembangkan rasa percaya
diri dan kepandaiannya. Sebaliknya anak yang tidak diterima dalam lingkungan
sosialnya akan membenci orang lain, cemberut, dan mudah tersinggung.

Pengaruh Keluarga
Pengaruh keluarga sangat mempengaruhi kepribadian anak, sebab waktu terbanyak
anak adalah keluarga dan di dalam keluarga itulah diletakkan sendi sendi dasar
kepribadian.

Perubahan Fisik
Perubahan kepribadian dapat disebabkan oleh adanya perubahan kematangan fisik
yang mengarah kepada perbaikan kepribadian. Akan tetapi, perubahan fisik yang
mengarah pada klimakterium dengan meningkatnya usia dianggap sebagai suatu
kemunduran menuju ke arah yang lebih buruk.
Ujilah diri sendiri!

Berilah tanda di sebelah kanan: Menurut pendapat saudara, manakah sifat-sifat


dan perbuatan di bawah ini yang membantu, mengganggu, atau tidak mempunyai
akibat apa-apa pada usaha membina kepribadian yagn dewasa dan menarik?

No Keterangan Membantu Netral Menggangu


1. Kecerdasan
2. Kurang akal
3. Sehat/Segar
4. Cacat
5. Perkasa
6. Harus memakai kaca mata
7. Berparas Menawan
8. Berwajah tak menarik
9. Orangtua yagn memanjakan anak
10. Orangtua berasal dari daerah terpencil
11. Orangtua yang mengerti anak
12. Orangtua yang sering bertengkar
13. Pendirian teguh
14. Mempunyai suara hati yang jelas
15. Berkeyakinan teguh tanpa diombang
ambingkan oranglain
*) Sumber : Staf Yayasan Cipta Loka Caraka. Pedoman untuk Mengenal dan Membina Diri.Tantangan
Membina Kepribadian. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2002.
F. CIRI-CIRI PRIBADI YANG SEHAT DAN YANG TIDAK SEHAT

Setiap individu memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri, mulai dari yang


menunjukkan kepribadian yang sehat atau justru yang tidak sehat.

Kepribadian yang sehat


 Mampu menilai diri sendiri secara realisitik; mampu menilai diri apa adanya
tentang kelebihan dan kekurangannya, secara fisik, pengetahuan, keterampilan
dan sebagainya.
 Mampu menilai situasi secara realistik; dapat menghadapi situasi atau kondisi
kehidupan yang dialaminya secara realistik dan mau menerima secara wajar,
tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.
 Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistik; dapat menilai
keberhasilan yang diperolehnya dan meraksinya secara rasional, tidak menjadi
sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh
prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak
mereaksinya dengan frustrasi, tetapi dengan sikap optimistik.
 Menerima tanggung jawab; dia mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya
untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.
 Kemandirian; memiliki sifat mandiri dalam cara berfikir, dan bertindak, mampu
mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan
diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.
 Dapat mengontrol emosi; merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi
situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak
destruktif (merusak)
 Berorientasi tujuan; dapat merumuskan tujuan-tujuan dalam setiap aktivitas dan
kehidupannya berdasarkan pertimbangan secara matang (rasional), tidak atas
dasar paksaan dari luar, dan berupaya mencapai tujuan dengan cara
mengembangkan kepribadian (wawasan), pengetahuan dan keterampilan.
 Berorientasi keluar (ekstrovert); bersifat respek, empati terhadap orang lain,
memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan
bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti
dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain, tidak membiarkan
dirinya dimanfaatkan untuk menjadi korban orang lain dan mengorbankan orang
lain, karena kekecewaan dirinya.
 Penerimaan sosial; mau berpartsipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki
sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.
 Memiliki filsafat hidup; mengarahkan hidupnya berdasarkan filsafat hidup yang
berakar dari keyakinan agama yang dianutnya.
 Berbahagia; situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh
faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection
(kasih sayang).

Kepribadian yang tidak sehat


 Mudah marah (tersinggung)
 Menunjukkan kekhawatiran dan kecemasan
 Sering merasa tertekan (stress atau depresi)
 Bersikap kejam atau senang mengganggu orang lain yang usianya lebih muda
atau terhadap binatang
 Ketidakmampuan untuk menghindar dari perilaku menyimpang meskipun sudah
diperingati atau dihukum
 Kebiasaan berbohong
 Hiperaktif
 Bersikap memusuhi semua bentuk otoritas
 Senang mengkritik/mencemooh orang lain
 Sulit tidur
 Kurang memiliki rasa tanggung jawab
 Sering mengalami pusing kepala (meskipun penyebabnya bukan faktor yang
bersifat organis)
 Kurang memiliki kesadaran untuk mentaati ajaran agama
 Pesimis dalam menghadapi kehidupan
 Kurang bergairah (bermuram durja) dalam menjalani kehidupan
Untuk memperoleh gambaran tentang tahap perkembangan kepribadian kita,
sebaiknya kita memeriksa daftar penilaian berikut. Ada 20 pertanyaan dimaksudkan
untuk refleksi pribadi.

No Penelitian Diri Ya Tidak Entah


1. Tahukah aku akan kelebihan maupun kelemahanku?
2. Apakah aku menerima kelemahan-kelemahan yang
tak mungkin diubah?
3. Apakah aku punya rencana untuk pendidikanku yang
lebih lanjut
4. Apakah aku punya rencana untuk pekerjaanku di
masa depan?

5. Apakah aku punya keyakinan moral, dan selalu


berusaha untuk mentaatinya dalam kehidupan
sehari-hari

6. Apakah aku orang yang bertanggung jawab

7. Apakah aku biasanya yakin pada diri sendiri?


8. Apakah aku tertarik pada satu bidang atau hobi?
9. Apakah aku cukup bisa menguasai perasaanku?
10. Apakah aku menumbuhkan rasa humor?
11. Dapatkah aku bergaul lancer dengan orang lain?
12. Dapatkah aku bekerja baik meskipun dalam
keadaan cemas?
13. Apakah aku belajar, bermain dan berdoa seimbang?

14. Apakah aku membina suara hati yang tegas?

15. Apakah aku tetap pada pendirianku yang teruji


tanpa digoyangkan oleh orang lain
16. Dapatkah aku mentertawakan kebodohan yang aku
lakukan sendiri?
17. Apakah aku mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru, persoalan baru dan orang baru?
18. Apakah aku cukup memperhatikan sesamaku?
19. Apakah aku berusaha memecahkan persoalanku
atas dasar kenyataan, bukan atas dasar perasaan
yang timbul pada saat tertentu saja?

20. Apakah hidupku tenang, teratur, tidak terburu-


buru?

*) Sumber : Staf Yayasan Cipta Loka Caraka. Pedoman untuk Mengenal dan Membina Diri.Tantangan
Membina Kepribadian. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2002.
KONSEP DIRI

PENGERTIAN KONSEP DIRI

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, konsep diri adalah pandangan dan sikap
individu terhadap diri sendiri. Pandangan terkait dengan dimensi fisik, karakteristik
individual dan motivasi diri. Konsep diri merupakan inti dari kepribadian individu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “konsep” memiliki arti gambaran, proses,
atau hal-hal yang digunakan oleh akal budi untuk memahami sesuatu. Istilah
“diri”berarti bagian-bagian dari individu yang terpisah dari yang lain. Konsep diri
dapat diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai dirinya sendiri atau penilaian
terhadap dirinya sendiri.

Pandangan menurut beberapa ahli tentang konsep diri :

Atwater : konsep diri adalah keseluruhan gambar diri, yang meliputi persepsi
seseorang tentang tidir, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan dirinya. Selanjutnya Atwater mengidentifikasi konsep diri atas tiga bentuk.
Pertama, body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang
melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal self,yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-
harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga, social self, yaitu bagaimana orang lain
melihat dirinya.

Pemily mendefenisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks diri
keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan,
persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut. Sementara
Cawagas menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan
dimensi fisiknya, karateristik pribadinya, motivasinya, kelemahannya, kelebihannya
atau kecakapannya, kegagalannya dan sebagainya.

Burn mengatakan bahwa konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang
kita pikirkan orang-orang lain berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa diri
kita yang kita inginkan.

Myers berpendapat bahwa konsep diri merupakan suatu keyakinan yang spesifik
terhadap diri sendiri, dimana keyakinan tersebut merupakan hasil atau akibat dari
pengaruh beberapa hal yang berkaitan dengan pengalaman individu baik yang
berkaitan dengan diri sendiri ataupun berkaitan dengan lingkungan sosial.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah sikap,
gambaran dan pandangan individu terhadap keseluruhan dirinya sendiri.

PEMBENTUKAN KONSEP DIRI

Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang
manusia dari kecil hingga dewasa. Perkembangan konsep diri merupakan suatu
proses yang terus berlanjut di sepanjang kehidupan manusia. Symonds (dalam
Agustiani, 2006) mengatakan bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul
pada saat individu dilahirkan, melainkan berkembang secara bertahap seiring
dengan munculnya kemampuan perseptif.

Selama periode awal kehidupan, perkembangan konsep diri individu sepenuhnya


didasari oleh persepsi mengenai diri sendiri. Lalu seiring dengan bertambahnya usia,
pandangan mengenai diri sendiri ini mulai dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diperoleh
dari interaksi dengan orang lain. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orangtua
turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk.
Sikap atau respon orangtua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak
untuk menilai siapa dirinya.

Mead (dalam Calhoun & Acocella, 1995) menjelaskan bahwa konsep diri berkembang
dalam dua tahap : pertama, melalui internalisasi sikap orang lian terhadap kita;
kedua melalui internalisasi norma masyarakat. Dengan kata lain, konsep diri
merupakan hasil belajar melalui hubungan individu dengan orang lan. Hal ini sejalan
dengan istilah “looking glass self”yang dikemukakan oleh Cooley (dalam Baumeister,
1999), yaitu ketika individu memandang dirinya berdasarkan interpretasi dari
pandangan orang lain terhadap dirinya.

DIMENSI KONSEP DIRI

Ada 3 dimensi konsep diri menurut Calhoun dan Acocella :

1. Pengetahuan terhadap diri sendiri, yaitu pertanyaan “Siapa Saya” yang akan
memberi gambaran tentang diri saya seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan,
suku, pekerjaan dan lain-lain yang kemudian menjadi daftar julukan yang
menempatkan seseorang ke dalam kelompok sosial, kelompokk umur, kelompok
suku bangsa maupun kelompok-kelompok tertentu lainnya. Gambaran ini akan
membentuk citra diri.
2. Pengharapan mengenai diri sendiri, yaitu pandangan tentang kemungkinan yang
diinginkan terjadi pada diri seseorang di masa depan. Pengharapan ini merupakan
diri ideal. Self ideal ini terdiri atas dambaan, aspirasi, harapan, keinginan bagi
diri atau menjadi seperti apa yang diinginkan.
3. Penilaian terhadap diri sendiri, yaitu penilaian antara pengharapan mengenai diri
seseorang dengan standar dirinya yang akan menghasilkan rasa harga diri yang
dapat berarti seberapa besar seseorang menyukai dirinya sendiri. Penilaian
terhadap diri sendiri adalah pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita
sebagai pribadi.

MACAM-MACAM KONSEP DIRI

Menurut Calhoun dan Acocella, dalam perkembangannya konsep diri terbagi dua,
yaitu konsep diri positif dan konsep diri negative.

Konsep Diri Positif


Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri dimana individu dengan
konsep positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep diri yang positif bersifat
stabil dan bervariasi.

Orang yang memiliki konsep diri yang positif ditandai oleh lima hal yaitu 1) Ia yakin
akan kemampuannya mengatasi masalah; 2) Ia merasa setara dengan orang lain; 3)
Ia menerima pujian tanpa merasa malu; 4) Ia menyadari, bahwa setiap orang
mempunyai berbagai perasaan, keinginan, dan perilaku yang tidak seluruhnya
disetujui oleh masyarakat; 5) Ia mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup
mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha
mengubahnya.

Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai
dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai,
mampu menghadapi kehidupan di depannya serta menganggap bahwa hidup adalah
suatu proses penemuan.

Konsep Diri Negatif

Calhoun dan Acocella membagi konsep diri negative menjadi dua tipe, yaitu :
 Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak
memiliki perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar
tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai dalam
kehidupannya.
 Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa terjadi
karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan
citra diri yang tidak mengijinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hokum
yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat.

Ada lima ciri individu yang memiliki konsep diri yang negative yaitu : 1) Peka
terhadap kritik, 2) responsive terhadap pujian, 3) Sikap yang hiperkritis terhadap
orang lain, 4) Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain, 5) Bersikap pesimis
terhadap kompetisi.

SUMBER INFORMASI KONSEP DIRI

Calhoun dan Acocella mengungkapkan ada beberapa sumber informasi untuk konsep
diri seseorang yaitu :

Orangtua
Orangtua adalah kontak sosial yang paling awal kita alami dan yang paling
berpengaruh.
Orangtua juga berpengaruh dalam menetapkan pengharapan serta mengajarkan anak
bagaimana menilai dirinya sendiri.

Teman Sebaya
Penerimaan maupun penolakan kelompok teman sebaya terhadap seorang anak akan
berpengaruh pada konsep diri anak tersebut.

Masyarakat
Penilaian dan pengharapan masyarakat terhadap individu dapat masuk ke dalam
konsep diri individu dan individu akan berperilaku sesuai dengan pengharapan
tersebut.

Belajar
Konsep diri merupakan hasil belajar. Belajar sebagai perubahan psikologis yang
relative sebagai perubahan psikologis yang relative permanen terjadi dalam diri
seseorang sebagai akibat dari pengalaman.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI

Faktor Internal
Intelegensi, motivasi dan emosi, kompetensi personal, episode keberhasilan dan
kegagalan, episode dalam kehidupan, keberhasilan personal, status kesehatan, usia,
kondisi dan penampilan fisik, persepsi individu tentang kegagalan, jenis kelamin,
aktualisasi diri, religiusitas dan tingkat stres seseorang

Faktor eksternal :
Lingkungan keluarga, teman sebaya, peran pendidik, kebudayaan, status sosial dan
pengalaman interpersonal

ASPEK-ASPEK DALAM KONSEP DIRI

• Aspek Fisik
Aspek yang tampak sehingga seseorang sangat mudah memberi penilaian terhadap
aspek tersebut

Ellis, Marsh, Richard menyebutkan ada sebelas aspek yang diungkap dalam konsep
diri yaitu :
1. Kemampuan fisik
2. Penampilan fisik
3. Hubungan individu yang berjenis kelamin sama
4. Hubungan dengan individu yang berjenis kelamin berbeda
5. Hubungan dengan orangtua
6. Stabilitas emosional
7. Kejujuran/dapat dipercaya
8. Matematika
9. Kemampuan verbal
10. Sekolah
11. Konsep diri secara umum

 Aspek Sosial
Kondisi lingkungan memberikan dan memelihara respon-respon tertentu pada dairi
seseorang. (Teoir Belajar Sosial – Social Learning oleh Bandura)

Asumsi dasar teori ini yaitu sebagian besar tingkah laku individu diperoleh dari
hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu-
individu lain yang menjadi model.
Teori belajar sosial menjelaskan bagaimana kepribadian bisa berkembang melalui
proses pengamatan, melalui observasi terhadap perilaku orang lain terutama
pemimpin yang dianggap mempunyai nilai lebih dari orang lainnya.

Istilah yang terkenal adalah peniruan (modeling). Modeling dilakukan melalui 4


proses yaitu :

1. Perhatian : yang dipengaruhi oleh asosiasi pengamat dengan orang yang diamati
2. Representasi : tingkah laku yang akan ditiru harus disimbiolisasikan dalam
ingatan
3. Peniruan tingkah laku : pengamat harus mempunyai kemampuan untuk menirukan
perilaku dari model yang diamati
4. Motivasi dan penguatan : peniruan ini akan efektif jika orang yang mengamati
memiliki motivasi yang tinggi untuk meniru tokoh yang diamatinya
5. Aspek Psikologi
6. Aspek psikologi adalah aspek pencarian informasi untuk dipahami.
7. Alat untuk memperoleh informasi adalah : PENGINDERAAN
8. Alat untuk memahaminya adalah : KESADARAN atau KOGNISI

Artinya :
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan
adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat
penerimaan yaitu alat indera.

Namun, proses tersebut tidak berhenti di situ saja, pada umumnya stimulus
diteruskan oleh saraf otak sebagai pusat susunan saraf dan proses itu selanjutnya
disebut proses persepsi.
JENIS DAN STRUKTUR KONSEP DIRI
Shavelson, Hubner, dan Stanton (1976) membagi konsep diri menjadi
beberapa bagian, yakni general-esteem, konsep diri akademis dan konsep diri non
akademis. Dimana konsep diri akademis dan non akademis dibagi menjadi
beberapa bagian lagi seperti dalam tabel berikut :

Gambar 1
Struktur konsep diri Shavelson, Hubner, & Stanton (1976)

Konsep Diri Umum

Akademis Sosial Emosional Fisik

Bahasa Sejarah Mate Ilmu Kel. Kel. Karakter Kemampuan Penampilan


Inggris matika Alam berpengaruh Emosional Fisik Fisik
Sebaya

Konsep diri secara umum dibagi ke dalam 4 jenis konsep diri, yakni :

1. Konsep diri akademis (academic self concept), yang terdiri dari konsep diri
mengenai kemampuan berbahasa inggris, sejarah, matematika, dan ilmu
pengetahuan alam.

2. Konsep diri Sosial (social self-concept), yang terdiri dari konsep diri teman
sebaya (peers) dan konsep diri terhadap orang berpengaruh (significant
others).

3. Konsep diri emosional (emotional self-concept).

4. Konsep diri fisik (physical self-concept), yang terdiri dari konsep diri
kemampuan fisik dan konsep diri mengenai penampilan diri.

Kemudian pada tahun 1985, Marsh merevisi struktur konsep diri bersama
dengan Shavelson dengan pola sebagai berikut :
Gambar 2
Struktur Konsep Diri Marsh & Shavelson (1985)

Konsep Diri Umum

Kemampuan Penampilan Teman Orang Membaca Menulis Matematika Konsep


Fisik Fisik Sebaya tua Diri
Lainnya

Dalam pola ini Marsh & Shavelson tidak membentuk pola hierarkial.
Namun lebih kepada pola multifacet dari general konsep diri kepada banyak jenis
konsep diri seperti konsep diri penampilan fisik, hubungan dengan orangtua,
akademis, problem-solving, spiritual, hubungan teman sebaya baik yang
sejenis maupun lawan jenis, kejujuran, emosional dan lain-lain.

Marsh & Shavelson (1985) dalam teorinya membuat 13 jenis konsep diri
yang dapat diteliti dalam diri individu, yakni :
1. Konsep diri umum (general self-concept).
2. Konsep diri akademis (academic self-concept).
3. Konsep diri matematika (mathematic self-concept).
4. Konsep diri problem-solving.
5. Konsep diri spiritual.
6. Konsep diri kestabilan emosi (emotional self-concept).
7. Konsep diri yang berhubungan dengan teman yang berjenis kelamin sama
(same sex peers self-concept).
8. Konsep diri yang berhubungan dengan teman yang berjenis kelamin berbeda
(opposite sex peers self-concept).
9. Konsep diri hubungan orangtua (parent self-concept).
10. Konsep diri penampilan fisik (physical appearance self-concept).
11. Konsep diri kekuatan fisik (physical ability self-concept).
12. Konsep diri verbal (verbal self-concept).
13. Konsep diri kejujuran (honesty self-concept).
KONSEP DIRI DAN PERILAKU

Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku


seseorang. Bagaimana seseorang memandang dirinya akan tercermin dari
keseluruhan perilakunya.Perilaku individu selaras dengan cara individu
memandang dirinya

Tiga alasan pentingnya konsep diri dalam menentukan perilaku (Felker – 1974
dan Clara R Pudjijogyanti - 1995) :
1. Self-concept as maintainer of inner consistency (konsep diri memainkan
peranan dalam mempertahankan keselarasan batin seseorang).
Apabila timbul perasaan, pikiran dan persepsi yang tidak seimbang atau
saling bertentangan maka akan terjadi situasi psikologis yang tidak
menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidak selarasan tersebut, maka
individu mengubah perilaku atau memilih suatu sistem untuk mempertahankan
kesesuaian antara individu dengan lingkungannya.
2. Self-concept as an interpretation of experience (Konsep diri menentukan
bagaimana individu memberikan penafsiran atas pengalamannya).
Seluruh sikap dan pandangan individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
individu tersebut dalam menafsirkan pengalamannya.
Sebuah kejadian akan ditafsirkan secara berbeda antara individu yang satu
degnan individu lainnya karena masing-masing individu mempunyai sikap dan
pandangan yang berbeda terhadap dirinya.
3. Self-concept as set of expectations (Konsep diri berperan sebagai
penentu pengharapann individu)
Pengharapan ini merupakan inti dari konsep diri. Sikap dan pandangan negatif
terhadap kemampuan diri akan menyebabkan individu tidak mempunyai motivasi
untuk mencapai prestasi yang gemilang.

KONSEP DIRI DAN PRESTASI BELAJAR

Konsep diri dan prestasi belajar mempunyai hubungan yang erat. Siswa yang
memiliki konsep diri positif, memperlihatkan prestasi yang baik di sekolah, atau
siswa yang berprestasi tinggi di skeolah memiliki penilaian diri yang tinggi serta
menunjukkan hubungan antarpribadi yang positif pula.
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KONSEP DIRI PESERTA DIDIK
Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Kita tidak dilahirkan dengan
konsep diri tertentu. Bahkan, ketika kita lahir, kita tidak memiliki konsep diri,
tidak memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak memiliki pengharapan bagi diri
kita sendiri, serta tidak memiliki penilaian apa pun terhadap diri sendiri.

IMPLIKASI
Konsep diri merupakan salah satu aspek penting dalam perkemangan psikososial
peserta didik. Upaya-upaya yang perlu dilakukan oleh pendidik yang memungkinkan
mendukung dalam mengembangkan dan meningkatkan konsep diri peserta didik :

1. Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru


2. Membuat siswa merasa bertanggung jawab
3. Membuat siswa merasa mampu
4. Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistis
5. Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis
6. Mendorong siswa bangga dengan dirinya secara realistis

UPAYA-UPAYA MENGENAL DIRI


Melalui tiga komponen yang membentuk kepribadian, setiap orang dapat
mengembangkan konsep dirinya.

Self-Ideal (Diri Ideal)


Ideal diri adalah salah satu faktor dari konsep diri di mana hal ini sangat
mempengaruhi konsep diri seseorang. Menemukan nilai diri biasanya dimulai dengan
mengakui perasaan. Harga diri rendah biasanya disertai dengan ketakutan dan
kemarahan yang harus dihadapi secara terbuka dan menyatakan secara terbuka
kepada Allah.

Di dalam pembentukan konsep diri “self-ideal”terdiri dari harapan, impian, visi,


idaman. Self-ideal terbentuk dari kebaikan, nilai-nilai dan sifat-sifat yang
seseorang paling kagumi dari diri sendiri maupun dari orang lain yang dia hormati.
Self ideal adalah sosok seperti apa yang paling diinginkan untuk bisa menjadi diri
sendiri, di segala bidang kehidupan. Bentuk ideal ini yang akan menuntun seseorang
dalam membentuk perilakunya.
Ideal diri adalah persepsi seseorang tentang bagaimana dia harus berperilaku
sesuai dengan suatu standar tertentu. Standar dapat berhubungan degnan tipe
orang yang diinginkannya atau sejumlah aspirasi, tujuan atau nilai-nilai yang ingin
dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan
norma sosial, di mana seseorang berusaha mewujudkannya.

Pembentukan ideal diri dimulai sejak masa kanak-kanak dan sangat dipengaruhi oleh
orang-orang disekitarnya yang memberikan keuntungan dan harapan-harapan
tertentu. Pada masa remaja, ideal diri mulai terbentuk melalui proses identifikasi
dari orang tua, guru dan teman. Pada usia lanjut, dibutuhkan beberapa
penyesuaian, tergantung pada kekuatan dan perubahan peran serta tanggung jawab.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal diri yaitu 1) kecenderungan individu
menetapkan ideal pada batas kemampuannya, 2) faktor budaya akan mempengaruhi
individu menetapkan ideal diri, 3) ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil,
4) kebutuhan yang realistis, keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas
dan rendah diri.

Self Image (Citra Diri)


Sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa (Kejadian 3) manusia kehilangan
kemuliaan Allah (Roma 3:23), dan akibat dosa maka citra diri manusia yang semula
serupa, segambar dan secitra dengan Allah (Kejadian 1:26)menjadi rusak.

Dalam konsep diri terdapat kendala-kendala dalam pola pembentukan citra diri
seseorang, sehingga sering terjadi kesalahpahaman diantara satu dengan lainnya.
Pola menghargai perbedaan menjadi absurd dalam jemaat yang heterogen dan
sasaran bahan perbincangan yang cenderung negative sering muncul diantara sesame
yang ujungnya menjadi konflik yang tajam.

Adapun yang menjadi penyebab dari masalah citra diri seseorang yang cenderung
merusak adalah : 1) perasaan “minder” atau tidak percaya diri, keadaan ini
mengganggu hubungan seseorang dengan yang lain ketika mengalami masalah,
hubungan menjadi buruk dan seseorang yang dalam situasi seperti ini cenderung
“anti” terhadap perubahan, cenderung menjadi pribadi yang hypersensitive, sulit
untuk masuk dalam komunitas, 2) luka batin (sakit hati), akibat persoalan masa lalu
sering membawa seseorang dalam kondisi tidak bisa melupakan traumatis yang lalu
atau tidak mau mengampuni kesalahan. Situasi ini akan berakibat buruk bagi
perkembangan citra diri. Akibatnya seseorang mudah tersinggung, apatis dan salah
mengerti orang lain, 3) mengalami spiritual abuse, sebuah perjalanan kerohanian
yang cacat, 4) mengalami KKDRT (Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga).
Seseorang yang mengalami beberapa peristiwa kekerasan akan membentuk pribadi
ynag insecure (tidak aman) terhadap orang-orang di sekitarnya, 5) masalah ekonomi
dalam pekerjaan, pemutusan hubungan kerja dan pengangguran.

Latar belakang masalah tersebut di atas yang sering timbul di tengah-tengah


masyarakat dan mengarah kepada stagnasi pembentukan citra diri seseorang secara
utuh.

Citra diri adalah bagaimana kita melihat diri sendiri. Kita menjadi “gambar”itu.
Ungkapan “Cara saya melihat diri saya akan menjadi seperti ituah saya”benar
adanya. Kita bergerak kea rah pemikiran kita yang paling dominan. Imajinasi kita
adalah sebuah sarana yang kreatif. Kita menyesuaikan dengan gambar yang kita
pegang sendiri. Citra diri kita bersumber dari penciptaan kita sebagai makhluk
hidup.

Menurut Karl Perera, gambar diri adalah : Apa yang Anda piker tentang diri Anda?
Bagaimana Anda melihat kepribadian Anda? Orang seperti apakah Anda melihat diri
Anda? Apa yagn Anda yakini orang memandang diri Anda? Seberapa besar Anda
menyukai diri Anda saat ini? Di mana Anda merasa posisi status Anda saat ini?

Pengertian tersebut memberikan suatu pemahaman bahwa gambar diri itu bukan apa
yang orang lain katakan tentang diri kita dalam segala hal,tetapi segala sesuatu
yang muncul di dalam diri kita sendiri, dalam batasan-batasan yang berhubungan
dengan kepribadian kita. Dasar-dasar dari kepribadian yang baik, antara lain,
kerendahan hati, kesetiaan, pengendalian diri dan keterbukaan.

Grantley Morris menuliskan, bahwa gambar diri kita sungguh sangat penting dan
memiliki implikasi spiritual yang sangat serius. Implikasi spiritual ini timbul karena
Sang Pembuat Citra diri menginginkan agar kita terus menerus bertumbuh secara
rohani sampai kita mencapai kedewasaan dan berfungsi sebagai anak yang sudah
bertumbuh seutuhnya.

Setiap pribadi manusia memiliki dasar-dasar emosional yang umum, antara lain
perasaan untuk dikasihi dan memiliki. Perasaan untuk diterima dan keberartian.
Keberadaan dua hal tersebut di atas dapat menumbuhkan gambar diri yang sehat
dalam diri setiap pribadi, seperti yang ditulis oleh Josh McDowell : “Dasar pondasi
yang utama dari gambar diri yang sehat adalah rasa memiliki dan perasaan
dicintai.” Pengertian tersebut di atas menunjukkan bahwa potensi citra diri bisa
berkembang dengan baik ketika kondisi pribadi kita dalam keadaan secara emosional
dalam atmosfir yang kondusif dan sebaliknya.
Intisari pengertian dari citra diri yang sehat (healthy self image) adalah melihat
diri sendiri seperti Tuhan memandang diri kita, sehingga tidak ada citra diri yang
permanen, sekalipun sulit, gambar diri tetapi bisa diubah dan dikembangkan.

Self Image (Jati Diri)


Jati diri adalah istilah yang digunakan dalam psikologi untuk mencerminkan evaluasi
emosional seseorang secara keseluruhan senilai sendiri. Ini adalah penilaian diri
sendiri serta sikap terhadap diri sendiri. Jati diri mencakup keyakinan (misalnya :
saya kompeten, saya layak) dan emosi seperti kemenangan, putus asa, kebanggaan
dan rasa malu.

Smith dan Mackie mendefinisikannya dengan mengatakan “Konsep diri yang


merupakan pemikiran tentang ideal diri, citra diri dan jati diri adalah evaluasi
positif dan negative terhadap diri sendiri, seperti dalam bagaimana kita merasa
tentang hal itu”, “….harga diri juga dikenal sebagai dimensi evaluasi diri yang
meliputi perasaan kelayakan, membanggakan dan keputusaan”. Jati diri seseorang
juga terkait erat dengan kesadaran diri seseorang.

Jati diri adalah disposisi yang menyatakan bahwa memiliki seseorang yang mewakili
penilaian kelayakan mereka sendiri. Nathanael Branden tahun 1969 menetapkan jati
diri sebagai “pengalaman yang kompeten untuk mengatasi tantangan dasar kehidupan
dan menjadi layak kebahagiaan.”Menurut Branden, jati diri adalah jumlah
kepercayaan diri (perasaan kapasitas pribadi) dan harga diri (rasa nilai pribadi). Ini
ada sebagai konsekuensi dari putusan implisit bahwa setiap orang yang memiliki
kemampuan untuk menghadapi tantangan hidup, memahami dan memecahkan
masalah, dan hak mereka untuk mencapai kebahagiaan dan diberi penghargaan.

Sebagai konstruksi psikologis sosial, jati diri menarik karena peneliti telah
terkonseptualisasikan sebagai predictor berpengaruh dengan hasil yang relevan,
seperti prestasi akademik atau perilaku latihan. Selain itu, jati diri juga telah
diperlakukan sebagai hasil penting karena hubungannya yang dekat dengan
psikologis.

Pentingnya jati diri terletak pada kenyataan bahwa hal tersebut menyangkut diri
kita sendiri, cara kita dan penilaian pribadi kita. Dengan demikian, hal itu
mempengaruhi cara kita dan bertindak kita dan cara kita berhubungan dengan orang
lain. Cara kita berpikir, merasa, memutuskan dan bertindak tidak lolos dari
pengaruh jati diri.
Kesimpulan
Pengalaman dalam kehidupan seseorang adalah sumber utama pengembangan diri.
Positif atau negative pengalaman hidup seseorang, menciptakan sikap terhadap diri
sendiri yang dapat menguntungkan dan mengembangkan perasaan positif diri atau
dapat menguntungkan dan mengembangkan perasaan negative dari diri.

Pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak, orangtua adalah pengaruh yang
paling signifikan terhadap jati diri dan sumber utama pengalaman positif dan/atau
negative seorang anak.

“Penekanan dari cinta tanpa syarat, dalam buku-buku tentang pengasuhan anak,
menjelaskan pentingya seorang anak mengembangkan perasaan stabil saat diasuh
dan dihormati. Perasaan ini diterjemahkan ke dalam jati diri anak pada efek di
kemudian hari saat anak tumbuh dewasa.”

Selama tahun-tahun sekolah, prestasi akademik merupakan contributor yang


signifikan untuk pengembangan jati diri. Seorang siswa yang secara konsisten
mencapai keberhasilan atau kegagalan, berpengaruh kuat terhadap jati dirinya.

Pola asuh juga memainkan peran penting dalam pengembangan diri. Siswa di sekolah
dasar yang memiliki jati diri yang tinggi cenderung memiliki orang tua yang peduli,
orang dewasa yang mendukung dan menetapkan standar yang jelas untuk anak
mereka dan memungkinkan mereka untuk menyuarakan pendapat mereka dalam
pengambilan keputusan.

Sejauh ini penelitian yang ada melaporkan bahwa hanya gaya pengasuhan yang
hangat, yang mendukung perolehan jati diri yang tinggi sehingga dengan mudah
dapat dianggap memiliki beberapa efek kausal dalam pengembangan diri.

Pengalaman masa kecil berkontribusi terhadap jati diri yang sehat, yaitu
didengarkan, dihargai saat berbicara, menerima perhatian dan kasih sayang yang
tepat dan memiliki prestasi yang diakui dan kesalahan atau kegagalan diakui dan
diterima. Beberapa pengalaman yang berkontribusi terhadap rendahnya jati diri,
yaitu sering dikecam keras, secara fisik, seksual atau emosional dilecehkan,
diabaikan, atau diejek, atau selalu diharapkan untuk menjadi “sempurna”sepanjang
waktu.
MENUNJUKKAN KEGEMARAN MENGEMBANGKAN DIRI SENDIRI

BERBAHAGIA DAN BERGEMBIRA


Setiap orang ingin bahagia dan berusaha mencapai apa yang dianggapnya
membahagiakan. Kebahagiaan adalah suatu keadaan hati yang timbul karena kita
telah mencapai atau mengalami sesuatu.

*) Menurut Anda bahagia itu berarti :

Merasa gembira atas hidup dan alam

Sadar akan dunia kita dan akan alam semesta

Mengenal Tuhan

Mengenal dan percaya pada diri sendiri

Tenang, seimbang dan puas

Mengungkapkan diri secara kreatif, mempunyai tujuan dan berhasil


mewujudkan potensi-potensi diri

Mencintai dan dicintai

Merasa tertarik akan pekerjaan dan bangga karena kemampuan serta hasil
karya yang telah dicapai

Membahagiakan orang lain

Mengerti bahwa kebahagiaan bukanlah tujuan, melainkan buah pemenuhan diri


serta pengabdian kepada sesama

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001

Orang yang bahagia tampak gembira dan ceria dalam hidupnya. Dia telah melatih
diri untuk meraih dengan sadar hidup yang berarti dan riang gembira. Ia sadar,
bahwa hidup yang ceria membuat batinnya mekar dan tenaganya diperbaharui. Ia
sadar bahwa hasrat utama jiwa dan kehendak ialah kegembiraan, sehingga ia
berusaha mendapatkan sebanyak mungkin kegembiraan yang mampu diperoleh selama
hidupnya.
MENGAKTUALISASIKAN DIRI

Kita akan menjadi pribadi yang kita cita-citakan

Aktualisasi diri adalah suatu proses, yaitu proses untuk mewujudkan kepribadian,
kemampuan, serta potensi unik seseorang agar terus bertumbuh serta berkembang.
Agar proses ini berhasil, kita perlu percaya pada diri sendiri dan harus terus-
menerus memperhatikan, memelihara serta mendukung perkembangan diri kita.
Untuk menjadi pribadi yang sebetulnya kita mampu menjadi, kita perlu menyadari
siapakah dan seperti apakah kita ini. Kemudian kita harus merumuskan nilai serta
tujuan hidup kita, lalu bertindak untuk mewujudkan nilai dan tujuan itu.

Aktualisasi diri dimulai dengan menerima diri (apa adanya) serta mendambakan
untuk menjadi lebih bijaksana. Orang yang bijaksana mengasihi jiwanya sendiri dan
senang memahami dirinya. Jadi, kita mulai dengan menyadari bahwa ada suatu ‘Aku’
dalam diri kita yang sedang menanti-nanti supaya direalisasikan.Apa yang kita
pikirkan dan bagaimana kita bertindak menentukan menjadi orang seperti apa kita
kelak. Dengan memiliki tanggung jawab pribadi dan ketetapan hati, kita dapat
berikhtiar memahami diri dan dunia kita.

Aktualisasi diri merupakan suatu proses perkembangan dan pertumbuhan yang terus
menerus. Bagaimana dengan “perkembangan”anda selama tahun-tahun terakhir ini?

Sangat berkembang

cukup berkembang

sedikit berkembang

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
MEMAHAMI DIRI

Diri kita adalah samudera penuh rahasia yang menanti untuk dijelajahi

Sepanjang masa, manusia selalu diingatkan, agar mengenal dirinya sendiri. Tak ada
jeleknya manusia mengenali apa yang paling baik maupun apa yang paling buruk dari
dirinya.
Memahami diri sendiri dapat dimulai dengan memperhatikan pribadi Anda: apa yang
Anda senangi dan apa yang tidak Anda senangi, ciri-ciri khas Anda, kemampuan
khusus Anda dan minat Anda. Kemudian, barulah dapat disimpulkan, apa kekuatan
dan kelemahan Anda. Pemahaman ini akan membantu Anda dalam memutuskan apa
yang akan Anda lakukan terhadap hidup dan minat Anda.

Lukiskanlah perasaan Anda yang sebenarnya mengenai bentuk, tubuh, perawakan,


penampilan dan kesehatan Anda.

Penampilan

Menarik sekali Menarik Cukup Jelek

Kesehatan

Baik sekali Baik Cukup Buruk

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001

Lukiskanlah kepribadian, minat anda dan persoalan-persoalan yang merisaukan


Anda. Perhatikan hal-hal berikut ini :

1. Apakah Anda berwatak ramah dan mudah bergaul?


2. Berapa banyak teman akrab Anda?
3. Selain di sekolah, kantor dan tempat kerja, di mana saja Anda melibatkan diri?

Kebutuhan psikologis untuk memahami dan menguasai diri kita serta untuk
berhubungan dengan sesama dan alam semesta tempat kita berada, disadari
sebagai kebutuhan yang mendesak. Dorongan untuk berkreasi dan mengungkapkan
diri, untuk menuntut ilmu dan untuk menemukan nilai-nilai yang dapat menjadi
pegangan hidup, harus dimengerti sebagai bagian dari kecenderungan manusia untuk
mengaktualisasikan potensi-potensinya. Dan, akhirnya dorongan hati kita untuk
mengenal dan berhubungan dengan asal-usul serta tujuan kita yang tertinggi, yaitu
Tuhan dan Bapa kita di surga, seringkali menggelisahkan hati kita sampai kita kelak
bertemu dengan Tuhan dan beristirahat dalam kasihNya.
Gambarkanlah beberapa keinginan dan Sahabat-sahabat
kebutuhan Anda yang sungguh penting:
Sukses dalam belajar atau
bekerja

Menemukan jodoh, atau


mempertahankan hubungan
cinta dengan suami/istri

Bergaul aktif dalam


masyarakat

Penghargaan dari sesama


Dewasa ini, kebutuhan pribadi Anda
Keberhasilan dalam
yang paling besar terletak dalam
menyelesaikan sesuatu
bidang apa?
Kesenangan dan kenikmatan

Pengendalian diri, hubungan


akrab dengan Tuhan

Pekerjaan

Kehidupan sosial

Cobalah perinci kebutuhan itu! Apakah Percintaan atau perkawinan


masuk akal, dapat diandalkan dan
Panggilan hidup
dapat dipenuhi?

Kaya

Bisa bersenang-senang
Anda bercita-cita untuk menjadi
manusia yang bagaimana? Perintis

Aman-tenteram

Penting

Dll

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan


Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
Orang yang berhasil mewujudkan dirinya, mengerti bahwa yang menghibur dan
membahagiakannya adalah hubungan dengan dirinya yang unik dan tidak tergantung
pada kepuasan materiil melulu.

Selesaikan kalimat-kalimat berikut ini dengan secepat-cepatnya. Tuliskan pikiran


atau perasaan Anda yang muncul secara spontan!
Jangan melompati satu kalimat pun, kecuali kalimat-kalimat yang ditujukan bagi
kelompok di luar umur Anda.

1. Rasanya, ayahku ………………………………………………………………………………………………………………………..

2. Jika rintangan menghadangku …………………………………………………………………………………………………..

3. Aku selalu ingin ………………………………………………………………………………………………………………………….

4. Seandainya aku yang berkuasa, maka ………………………………………………………………………………………..

5. Tampaknya, masa depanku ……………………………………………………………………………………………………….

6. Atasan-atasanku ………………………………………………………………………………………………………………………..

7. Aku takut akan …………………………………………………………………………………………………………………………..

8. Rasanya, seorang sahabat sejati ………………………………………………………………………………………………..

9. Waktu aku masih kanak-kanak ………………………………………………………………………………………………….

10. Menurut pengertianku, orang yang sempurna ialah …………………………………………………………………..

11. Kalau kulihat pria dan wanita berduaan, ……………………………………………………………………………………..

12. Dibandingkan kebanyakan keluarga lain, keluargaku ……………………………………………………………………

13. Kekasihku …………………………………………………………………………………………………………………………………….

14. Aku yakin, aku mampu untuk ……………………………………………………………………………………………………….

15. Aku menanti-nantikan …………………………………………………………………………………………………………………

16. Di sekolah, guru-guruku ………………………………………………………………………………………………………………

17. Orang tak tau, bahwa aku merasa ……………………………………………………………………………………………..

18. Rasanya, hidup berkeluarga itu …………………………………………………………………………………………………

19. Keluargaku memperlakukan aku seperti …………………………………………………………………………………….

20. Aku tidak suka pada orang yang ………………………………………………………………………………………………….


21. Ibuku dan aku ……………………………………………………………………………………………………………………………….

22. Kekeliruanku yang terbesar ialah ………………………………………………………………………………………………….

23. Aku ingin agar istriku/suamiku ……………………………………………………………………………………………………..

24. Kelemahanku yang terbesar adalah ………………………………………………………………………………………………

25. Diam-diam, aku berambisi untuk ………………………………………………………………………………………………….

26. Yang kuimpi-impikan adalah …………………………………………………………………………………………………………

27. Sekiranya mampu aku ingin menghilangkan ketakutanku akan …………………………………………………..

28. Orang yang paling kusukai …………………………………………………………………………………………………………..

29. Seandainya aku kembali muda …………………………………………………………………………………………………….

30. Aku yakin, kebanyakan wanita …………………………………………………………………………………………………….

31. Kalau aku berhubungan seks, ……………………………………………………………………………………………………..

32. Keluarga yang ku kenal, kebanyakan …………………………………………………………………………………………..

33. Aku suka bekerja sama dengan orang yang ………………………………………………………………………………..

34. Menurut aku, kebanyakan orang tua ………………………………………………………………………………………….

35. Waktu aku masih muda, aku merasa bersalah mengenai …………………………………………………………..

36. Kehidupan seksualku …………………………………………………………………………………………………………………

37. Jika aku sedang dirundung malang, maka …………………………………………………………………………………

38. Anak-anakku ……………………………………………………………………………………………………………………………

39. Yang paling kuinginkan dari hidup ini adalah …………………………………………………………………………….

40. Orang yang kuanggap sebagai atasanku …………………………………………………………………………………..

41. Ketakutanku kadang-kadang memaksa aku untuk ……………………………………………………………………

42. Kalau aku sedang tak bersama sahabat-sahabatku, maka mereka ………………………………………

43. Kenangan masa kecilku yang paling mengesankan …………………………………………………………………..

44. Tuhan ialah ……………………………………………………………………………………………………………………………….

45. Hal paling buruk yang pernah kulakukan ………………………………………………………………………………….


46. Orang-orang yang bekerja bersamaku ……………………………………………………………………………………….

47. Aku bisa bahagia sepenuhnya, seandainya ………………………………………………………………………………

48. Tampaknya, aku paling pandai dalam ………………………………………………………………………………………

49. Hal yang betul-betul menjengkelkan aku ialah …………………………………………………………………………..

50. Suatu hari, aku akan ………………………………………………………………………………………………………………….

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
MENGERTI CARA DIRI BERFUNGSI

Kita belajar saling mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan waktu dan situasi,
dan dengan demikian berubah pulalah tingkah laku kita.

Apa dan siapa kita ini pada saat tertentu, itu biasanya merupakan hasil kompromi
antara kecenderungan kita dengan tuntutan lingkungan. Tugas kita adalah menjaga
supaya tuntutan dari dalam seimbang dengan tuntutan dari luar, sehingga kita
berfungsi sesempurna mungkin dari hari ke hari.

Sebagian besar hidup kita berlangsung dalam alam komunikasi dengan diri sendiri.
Kita berpikir, merasa dan berbincang-bincang dengan diri kita sendiri. Kesadaran
kita bertumbuh dan berkembang bersama pengetahuan dan pengalaman kita dalam
menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan alam. Sementara kita belajar untuk
mengungkapkan diri dengan semakin jelas, kita semakin menyadari apa fungsi kita
sebagai manusia dan siapa diri kita.

Periksalah diri Anda sehubungan dengan kegiatan atau fungsi kehidupan di dalam
tabel berikut. Jika sebagian besar waktu dan tenaga Anda dihabiskan untuk salah
satu macam tingkah laku, berilah tanda dalam kolom ‘kuat’. Jika hanya sedikit
waktu atau usaha yang Anda gunakan dalam kegiatan tersebut, berilah tanda pada
kolom ‘lemah’. Jika Anda menilai bahwa jumlah waktu dan energy yang dihabiskan
untuk kegiatan itu sedang-sedang saja, berilah tanda ‘sedang’.

Fungsi-Fungsi Contoh-contoh Tindakan Kuat Sedang Lemah


Kehidupan
MERASA Beremosi, mengadakan hubungan,
menanggapi, mengasihi
BERFIKIR Bernalar, mengerti, memperhitungkan,
mengenal

KUATIR Merasa terancam, takut, panic

BERINTUISI Mengikuti naluri, membentuk kesan-kean,


menangkap, mendalami

MENGINDRIA Mengamati, melihat, mengalami,


terangsang

MENCIPTA Membuat, menghasilkan, membayangkan,


menemukan

BERKEMAUAN Mengatur, melakukan, memutuskan,


mempengaruhi
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
Berikutnya, lingkarilah tiga sifat yang paling menyita perhatian Anda, lalu berilah komentar
di bawah ini; komentari juga sifat-sifat lain yang Anda kehendaki.

Kadang-kadang

Kadang-kadang
Sering sekali

Sering sekali
Sering

Sering
Sifat-sifat Positif + 3 +2 +1 -1 -2 -3 Sifat-Sifat negatif
1. Suka bekerja sama Tidak suka bekerja sama

2. Ramah Kejam

3. Dapat menanggung Kurang dapat menanggung

frustasi dengan baik frustasi

4. Bertanggung jawab Tidak bertanggung jawab

5. Bisa bermasyarakat Tertutup dan pemalu

dan bergaul

6. Dapat dipercaya Suka menipu

7. Membangun Merusak

8. Sopan tutur kata Kasar/tidak senonoh/ jorok

9. Rasional Tidak rasional

10. Kreatif Menyesuaikan diri

11. Mentaati suara hati Bermoral rendah

12. Sopan Tidak sopan

13. Santai Tegang/cemas

14. Pandai Tidak pandai

15. Bersahabat/ suka Tidak bersahabat/egois

membantu

16. Terarah pada tujuan Tidak terarah pada tujuan

apapun

17. Menguasai emosi Dikuasai emosi

18. Mementingkan orang Mementingkan diri

lain/suka berbagi sendiri/egosentris

19. Penuh perhatian Acuh tak acuh

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
BERTUJUAN
Dalam hidup ini Anda mempunyai tujuan ganda: pertama, hidup dan tumbuh, dan
dengan demikian belajar, menemukan dan mengembangkan ‘Aku’ Anda semampu
Anda. Makna tujuan ini adalah mengalami kegembiraan dan perkembangan pribadi.

Kita gembira bila kita mengalami diri sebagai makhluk hidup dalam dunia yang
senantiasa berubah dan menantang. Dalam menghadapi tantangan hidup, tentu juga
mengalami pertentangan, kegagalan, kekecewaan dan keputusasaan. Tetapi, justru
hal-hal yang negative dalam hidup itulah yang memberi Anda perspektif, keteguhan
dan perasaan-perasan positif untuk mengatasi cobaan dan kemelut hidup.

Tujuan kedua adalah mempelajari apa saja yang mungkin tentang dunia dan alam
semesta ini, supaya Anda dapat menyumbangkan sesuatu pada kebudayaan dan
perkembangan umat manusia. Jadi, tugas Anda ialah mewujudkan dan menerapkan
tenaga hidup Anda demi perkembangan diri Anda sendiri serta dunia ini.

Pikirkanlah sumbangan apa yang mungkin Anda berikan (betapa sederhananya pun) pada
dunia kesenian, umat beriman, kalangan pedagang, pemerintahan, kesusasteraan,
teknologi, karya kemanusiaan atau ilmu pengetahuan. Bagaimana hidup Anda dapat
menunjang perkembangan umat manusia di masa yang akan datang?

 Sumbangan kreatif, ………………………………………..……………………………………..…………………


 Dukungan …………………………………………………………………………..……………………………………………
 Pelayanan …………………………………………………………………………………………………………………………
 ………………………………………………………………………………………………………………………………………
 …………………………………………………………………………….……………………………………………………….

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001

Hidup dan energy Anda sendiri merupakan hasil interaksi dan evolusi kekuatan-
kekuatan alam semesta. Hidup Anda adalah suatu anugerah yang harus digunakan
dan dinikmati. Caranya terserah pada Anda sendiri. Pada dasarnya, hidup Anda
tergantung pada cara Anda menghayatinya. Kalau mau, hidup Anda dapat lebih
bermakna, asal Anda menggunakan daya kemampuan Anda untuk meningkatkannya.

Tujuan dan cita-cita manusia erat sekali kaitannya dengan nilai-nilai yang
dianggapnya penting. Ada banyak nilai yang Anda hargai karena kecenderungan dan
pengalaman pribadi Anda unik. Dengan memperjelas dan memperkembangkan sistem
nilai Anda sendiri, Anda dibantu membuat hidup Anda bermakna, bertujuan dan
terarah. Seumur hidup, takkan pernah Anda berhenti mencari nilai-nilai dan tujuan
pribadi Anda sendiri.
Berilah tanda pada apa yang Anda anggap Uang
sebagai yang terpenting dalam hidup ini. Kedudukan

Kekuasaan

Cinta

Pekerjaan

Permainan

Kesalehan

Keberhasilan

Kecantikan

Lain-Lain

Berilah tanda pada apa yang Anda rasa Uang


sebagai yang paling tidak penting dalam
Jabatan
hidup ini.
Kekuasaan

Cinta

Pekerjaan

Permainan

Kesalehan

Keberhasilan

Kecantikan

Lain-Lain

Uang
Berilah tanda pada nilai-nilai anggota
keluarga atau sahabat Anda yang sangat Jabatan
berbeda dengan nilai-nilai Anda. Kekuasaan

Cinta

Pekerjaan

Permainan

Kesalehan

Keberhasilan

Kecantikan

Lain-Lain
*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan
Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
Proses pertumbuhan manusia yang umum berbeda dari proses pertumbuhan sebagai
orang perorangan. Sebagai orang perorangan, Anda harus membentuk sasaran serta
tujuan jangka pendek Anda sendiri dalam rangka kesadaran umum yang luas. Maka,
Anda harus merumuskan secara pragmatis nilai-nilai hidup serta cita-cita Anda,
supaya Anda dapat menanggulanginya secara obyektif. Dengan demikian, perumusan
konkret sasaran dan tujuan Anda yang terbatas itu merupakan langkah pertama
dalam menentukan dan mengaktualisasikan diri Anda.

Sasaran/tujuan umum :

Aku ingin berhasil

Aku ingin memulihkan kesehatanku

Aku ingin menikah

Aku sungguh ingin menamatkan sekolah

Aku ingin punya pekerjaan yang baik

Aku ingin berbahagia

Aku ingin menyelamatkan perkawinanku

Aku bermaksud menolong orang lain

Aku harus mampu menyelesaikan apa yang telah kumulai

Aku ingin memecahkan masalah-masalahku

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
Tujuan Pribadi (khusus)

Aku ingin mengambil cuti panjang

Aku ingin lebih memahami diriku sendiri

Aku ingin menjadi istri/suami yang lebih baik

Aku ingin dapat mencinta tanpa rasa takut

Aku ingin lebih percaya pada diriku sendiri

Aku ingin belajar mengetik

Aku ingin mencapai gelar sarjana

Aku ingin mengatasi rasa takut akan tempat yang penuh sesak

Aku ingin belajar bergaul dengan rekan-rekan sekantor

Aku ingin sanggup berbincang-bincang dengan keluargaku tanpa menjadi

marah dan pergi begitu saja

Aku sungguh ingin menguasai sifat pemarahku sewaktu bekerja

Aku ingin terpilih menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

tahun ini

Aku ingin berat badanku turun 5 kg sebelum hari ulangtahunku


*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001

Cobalah merumuskan kembali salah satu tujuan khusus Anda, sehingga menjadi lebih
khusus, sebagai berikut :

 Anda ingin mampu melakukan apa?


 Sampai seberapa jauh tujuan itu ingin Anda capai
 Kapan Anda akan menyelesaikannya?
 Apakah ada hal-hal yang lebih penting bagi Anda, yang harus Anda kerjakan
dulu? Jika ada, apakah itu?

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
MENCINTA DAN MENGUKUHKAN KEMAUAN

Agar ‘diri sejati’ Anda terwujud, Anda harus mengembangkan serta menyalurkan
dorongan serta energy Anda ke dalam cara hidup yang terarah. Cara hidup Anda
sebagian besar ditentukan oleh potensi, nilai-nilai, tujuan dan kesempatan Anda
sendiri. Walaupun demikian, kebutuhan manusia akan cinta mempersatukan kita
dengan sesame dan merupakan dorongan manusiawi yang terpenting. Tanpa cinta
hidup kita hampa, tak berarti dan tak bertujuan.

Mencinta tidaklah mudah, dan juga tidak selalu membawa kegembiraan dan
kebahagiaan. Kepedihan hati serta kekecewaan akibat cinta harus kita akui adanya.
Termasuk pula di dalamnya penolakan cinta atau cinta tak berbalas, rasa cemburu
serta pilih kasih. Rasa benci, dengki serta masih banyak kejahatan lain, merupakan
kebalikan cinta yang nyata. Semua pengalaman resiko yang harus kita ambil,
apabila kita membuka diri secara mendalam kepada sesama.

Pertunangan atau perkawinan saya berada dalam keadaan :

_____ Baik sekali _____ Baik _____ OKE _____Cukup ______Menyedihkan

 Anda membujang? Mengapa?

 Apakah itu memang keinginan Anda?

 Anda ingin memiliki teman hidup?

 Bagaimanakah cara Anda menemukannya?

 Apakah Anda merasa santai, jika berhadapan dengan seorang lawan jenis Anda?

 Pernahkan Anda mendapatkan pengalaman pahit dalam hal ini, sehingga takut

mengambil resiko untuk melibatkan diri?

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001

Ada banyak cara untuk menyampaikan tenaga hidup Anda kepada sesama lewat
cinta: Cinta serta semangat menolong dari seorang ibu terhadap anak-anaknya;
cinta dan ketergantungan anak-anak pada ibu mereka; cinta seksual yang menjadi
ungkapan kasih sayang orang dewasa. Semua bentuk cinta ini merupakan ungkapan
yang unik dari tenaga hidup yang dasariah.
Orangtua

Siapakah yang sungguh-sungguh Anda Anak


cintai?
Suami/Istri

Teman

Oranglain

Memberikan waktu cukup


Bagaimanakah cara Anda mencintai
Memberikan perhatian penuh
mereka?
Kasih

Memberikan perhatian yang


Sepantasnya

Memperlihatkan perhatian
Tanpa pamrih

Dengan cara lain

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan


Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001

Tetapi, mencintai dan menghargai diri sendiri melulu belumlah cukup. Cinta-diri
yang sejati tercermin dalam keprihatinan serta perhatian kepada sesama dan
masyarakat di tempat Anda hidup. Hanya dengan mencintai sesama dan
memberikan sumbangan bagi perkembangan mereka lah, Anda dapat merasa
gembira atas perkembangan Anda.

Ceritakanlah pengorbanan yang telah Anda lakukan di masa lalu demi perbaikan
prbadi Anda.

Sikap dan tingkah laku manakah yang ingin Anda kembangkan, Anda perkuat dan
Anda teguhkan?

____ Kesabaran ____ rasa sosial _____ ketekunan

____ Kegembiraan ______ Kebijaksanaan _____ dan lain-lain

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
MEMAJUKAN DAN MENGELOLA DIRI SENDIRI

Selesaikan pernyataan-pernyataan berikut ini untuk mencerminkan maksud dan tujuan


Anda sendiri.

 Aku ingin ……………………………………………………………

 Aku mendambakan ……………………………………………………………

 Aku dapat ……………………………………………………………

 Aku mau ……………………………………………………………

 Aku harus ……………………………………………………………

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001

Hampir kita semua berharap dapat memperbaiki dengan berusaha terus untuk
mencapai tujuan-tujuan pribadi sebagaimana telah kita rencanakan.
BEKERJA

Bekerja dan berupaya dengan rela


Mencerminkan cinta dan perhatian Anda

Hidup ini menuntut berbagai macam pekerjaan dan usaha. Banyak waktu yang Anda
gunakan untuk urusan sehari-hari, misalnya memasak, membersihkan rumah,
mencuci pakaian, dan lain-lain. Kadang-kadang kita juga terlibat dalam tugas dan
pekerjaan yang tidak memuaskan dan tidak berarti bagi perkembangan pribadi kita.
Tetapi, tugas-tugas ini pun mendukung aktualisasi diri kita. Sebab, setiap orang
yang bekerja dan mencari rezeki, memperlihatkan perhatian, usaha dan tanggung
jawab pada diri sendiri. Pekerjaan membawa kesejahteraan dalam bentuk yang
berbeda-beda.

Keuntungan apa yang Anda ambil dari pekerjaan Anda?


______ Uang? _______ Kedudukan? _______ Kegiatan Sehat?
_______ Kreatifitas dalam mengungkapkan diri? _____ dan lain-lain

“Jika kamu menantikan keadaan yang sempurna, kamu takkan pernah menyelesaikan
sesuatu pun!”(Pkh 11:4).
Coba terapkan peribahasa ini terhadap diri Anda! Bagaimaan pendapat Anda?

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001

Keadaan sempurna, yang memungkinkan kita untuk mencapai tujuan dengan mudah,
jarang ada. Biasanya, kita sendirilah yang harus memanfaatkan situasi dengan
sebaik-baiknya untuk mencapai sesuatu. Mengatasi kelesuan dengan melakukan
sesuatu itu berarti mengalirkan tenaga yang amat kita butuhkan untuk keberhasilan
selanjutnya.
Setiap kali kita beranjak dari potensi menuju tindakan nyata, dari kemungkinan
menuju pelaksanaan, kita mengamalkan satu segi kemanusiaan kita. Itulah yang
dimaksud dengan mengaktualisasikan diri.

Kita masing-masing dapat memilih cara untuk mendayagunakan sebagian tenaga kita
guna mengejar sesuatu yang ingin kita usahakan. Kita dapat melakukan pekerjaan
atau permainan yang aneka ragam, tergantung pada situasi lingkungan dan
persetujuan kita. Memang, sungguh menguntungkan kalau seseorang merasa bahagia
dalam pekerjaan yang menghasilkan nafkahnya.

Pekerjaan apakah yang paling Anda sukai?

Pekerjaan yang mengembangkan kreatifitas berdagang

Pekerjaan administrative Ekonomi dan Keuangan

Pekerjaan yang mengandalkan otot ……………………………..

Dalam bidang-bidang manakah Anda mempunyai tujuan atau masalah yang harus segera Anda
selesaikan? Tujuan atau masalah apakah itu?

 Sekolah/pekerjaan
 Kemampuan khusus (skill)
 Hidup bermasyarakat
 Hidup berkeluarga
 Dll

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
MEMAJUKAN DAN MENGELOLA SENDIRI

Dalam diri setiap manusia


Terdapat kemampuan besar
Untuk mengerti diri sendiri
Mengubah gambarannya tentang diri sendiri
Tentang sikap dan tingkah laku
Yang telah dikembangkannya
(Carl Rogers)

Hampir kita semua berharap dapat memperbaiki diri dengan berusaha keras untuk
mencapai tujuan-tujuan pribadi sebagaimana telah kita rencanakan. Kita berikhitar
menjadi ‘orang yang lebih baik’, dapat membina diri dengan menjadi ‘manusia
sejati’. Untuk mencapai hal itu, berbagai macam cara telah kita lakukan. Yang
diperlukan adalah: usaha secara sadar dan sistematis untuk mengatur tingkah laku
kita dan mengelola diri ktia secara tepat; pendeknya : pengelolaan diri.

Dengan menerapkan beberapa prinsip ilmu jiwa tentang cara belajar, kita akan
dapat mengalahkan kebiasaan buruk dan memperteguh kebiasaan baik.Prinsip-prinsip
yang akan dilakukan itu adalah :

 Menentukan tingkahlaku sasaran


 Mencatat perubahan dalam suatu tabel
 Melaksanakan tindakan konkret yang diinginkan
 Melangkah maju
 Meneguhkan

Sebutkanlah salah satu kebiasaan buruk Anda yang ingin Anda atasi :

Mementingkan diri sendiri bertindak kurang dewasa

Kurang dapat dipercaya kurang bergairah

…………………………………….

Catatlah satu tingkah laku yang Anda pilih untuk dicapai dan ingin Anda usahakan
seefektif mungkin.

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
Setelah Anda tentukan tingkah laku sasaran Anda, Anda harus membuat sebuah
tabel, mencatat tujuan serta ‘posisi titik tolak Anda’. Tabel itu dapat Anda
gunakan sebagia landasan untuk mengontrol sewaktu-waktu berapa jauh Anda telah
berhasil dalam praktek.

PENGENDALIAN DIRI Mng Senin Sel Rabu Kamis Jumat Sabtu


Makan tidak *
kekenyangan
Tidur tidak seenaknya *

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001

Tabel harus ‘tetap putih bersih’ sebagai sasaran setiap minggu. Dari catatan di
atas dapat kita simpulkan, bahwa rencana berjalan baik selama satu minggu, kecuali
pada hari Senin dan Jumat. Pada hari itu ia tidur terlalu lama dan makan terlalu
banyak. Tampak jelas pada tabel bahwa ada usaha untuk mengatur diri sendiri
selama seminggu itu.

Sesudah mencatat tingkahlaku sasaran, Anda akan dapat memperbaiki diri secara
bertahap. Akan lebih baik lagi, jika harapan-harapan Anda masuk akal dan Anda
memberikan 'hadi‘h'bagi diri sendiri bila Anda berhail maju.

Memberi hadiah bagi diri sendiri, setiap kali berhasil melangkah maju dalam
mengejar tujuan atau cita-cita, amat penting artinya. Mungkin, cukup hanya
memuji diri dengan mengatakan “Sukses !”. Atau yang lainnya, seperti pilihan Anda
pada tabel berikut ini.

Hadiah apakah yang paling efektif bagi diri Anda?

membeli barang Berlibur ke luar kota

Bersantai-santai Dan lain-lain

Anda ingin mengganjar diri Anda berapa kali?

Apakah yang paling perlu Anda tingkatkan dalam diri Anda sendiri?
Penguasaan Diri Tanggung jawab
Keterlibatan Penampilan
Dan lain-lain

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001

Bertekadlah untuk melaksanakan apa yang semestinya Anda lakukan;


Lakukanlah apa yang Anda putuskan tanpa mundur (Benyamin Franklin)
MENYADARI ARTI ORANG LAIN BAGI KITA

Ia hidup dalam sebuah rumah di tepi jalan; ia teman banyak orang (Homer)

Kita saling membutuhkan. Anda hidup, mencinta, belajar dan tumbuh menjadi
dewasa hanya sejauh terlibat dengan orang-orang lain. Inilah unsur yang amat
penting dalam proses aktualisasi diri.

Dengan menjalin hubungan dengan orang-orang lain, sehingga mereka ditolong


memperoleh kebutuhan mereka, Anda sebenarnya memenuhi kebutuhan jasmani-
rohani Anda sendiri. Kita semua butuh diakui dan diterima banyak orang. Kita
memerlukan hubungan akrab dengan sekurang-kurangnya satu orang yang penting
dalam hidup kita.

Siapakah orang yang paling berarti dalam hidup Anda?

Suami/istri Anak Ayah

Ibu Sahabat kekasih Dll

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001

Pedoman dasar dalam membangun persaudaraan adalah ‘memperlakukan orang lain


sebagaimana kita ingin diperlakukan’. Kalau Anda melukai orang lian, sesungguhnya
Anda melukai diri Anda sendiri.

Bagaimana sahabat Anda atau orang lain menyokong hidup Anda?

Dengan memberikan semangat dengan memberikan nasehat

Dengan kehadiran pribadi dengan saran dan pujian

Dll

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001

Anda adalah hasil perbuatan Anda sendiri. Akan menjadi apa Anda itu, tergantung
pada apa yang Anda pikirkan dan Anda lakukan.

Dengan menunjukkan keprihatinan, cinta dan perhatian kepada orang lain, kita
betul-betul mengubah dunia sekitar kita. Rahasia cinta merupakan rahasia
kehidupan.
S. Fransiskus dari Asisi dalam doanya yang termasyhur :
Tuhan, anugerahilah aku ketenangan untuk menerima apa yang tak mungkin
kuubah, keberanian untuk mengubah apa yang dapat kuubah, dan
kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya.

Adakah sesuatu yang Anda alami sebagai akibat dari bantuan dan perhatian Anda pada
orang-orang lain? Apakah akibat yang Anda alami?

Apakah Anda terlibat dalam salah satu bidang kegiatan berikut ini?

Politik Karya sosial Kegiatan kelompok

Karya gerejani Dan lain-lain

Menurut Anda, dengan cara apa Anda dapat menyumbang masyarakat (seandainya Anda
ingin melakukan lebih dari pada yang sekarang Anda perbuat)?

Hal-hal apa sajakah dalam hidup Anda, yang sesungguhnya ingin Anda ubah tetapi Anda
merasa tidak mampu melakukannya?

Pekerjaan Penguasaan diri Ambisi

Kehidupan sosial yang akitf bersikap lebih ramah

Kemalasan berdoa dan lain-lain

Apakah kebutuhan sosial Anda terpenuhi?

Hampir tidak ada Sedikit lumayan

Baik baik sekali

Apakah sifat-sifat sahabat karib Anda yang paling berarti bagi Anda?

*) Sumber : Robert E. Vallet. Aku Mengembangkan Diriku.Jakarta: Cipta Loka Caraka, 2001
MEMPERBAHARUI DIRI

Proses mengaktualisasikan diri senantiasa menuntut supaya kita membangkitkan,


mengarahkan, menggunakan dan memperbaharui daya hidup kita. Memperbaharui
diri berarti memanfaatkan secara sistematis aneka pengalaman, yang membantu
kita untuk tetap berhubungan dengan batin kita dan alam sekitar. Berkat latihan
tertentu setiap hari, ktia dapat selalu menggairahkan dan mengisi kembali hidup
kita sehari-hari. Dan, kalau kegiatan-kegiatan rutin itu kadang-kadang ditopang
dengan acara khusus, maka kita sungguh-sungguh dapat menyegarkan kembali hidup
kita. Latihan dan usaha memperbaharui diri, membuat hidup kita lebih seimbang,
gembira serta penuh semangat.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk memperbaharui diri :

 Pertama-tama diperlukan istirahat, tidur dan hiburan secara teratur. Dengan


menghentikan segenap pekerjan rutin untuk beberapa saat, kita menyegarkan
diri supaya dapat bekerja lagi dengan semangat baru. Tidur secara teratur dan
cukup, mengembalikan tenaga dan menghilangkan kelelahan.
 Merangsang tubuh dengan lembut, misalnya dengan berjemur di panas matahari
atau dipijat, dapat membangkitkan kembali tenaga kita.
 Gerak badan perlu juga dilakukan secara teratur seperti berjalan kaki dalam
lingkungan alamiah, meskipun hanya sebentar, merupakan salah satu cara yang
menyegarkan.
 Menggunakan waktu-waktu luang untuk kegiatan pertukangan, perbengkelan,
kesenian atau music itu juga memungkinkan Anda memperbaharui diri.
 Berlibur ke tempat-tempat khusus
 Berdoa atau berkontemplasi (renungan atau semadi)
Doa bukan untuk mengubah Tuhan melainkan si pendoa (Kierkegaard). Doa
memiliki suatu kekuatan yang telah diakui oleh manusia dari berbagai lingkungan
kebudayaan. Doa dan kontemplasi seringkali menjawab kebutuhan seseorang
untuk mengungkapkan diri dan mengarahkan hidupnya.
Pengembangan Pikiran Positif

Pikiran yang positif dalam pandangan Kristen tidak datang dengan sendirinya.
Alkitab mengungkapkan bahwa pikiran manusia (di luar Kristus) adalah sia-sia dan
jahat (Roma 1:21b, 24, 28-30; 3:9-18, 23. Banding : Yeremia 17:5-6, 9)
sehingga dari pikiran yang jahat akan keluar sikap/perbuatan yang jahat (Yakobus
3:11-12). Di dalam Kristus seorang Kristen menerima kepenuhan hiudp, di mana
ada pengampunan dosa.

Pikiran positif dapat dikembangkan seterusnya dengan cara berikut :

Kembangkanlah kemauan untuk memikirkan hal-hal positif (Kolose 3:1-2; Filipi 4:8-
9). Hal ini dapat dilakukan dengan jalan praktis, yaitu berdialog dengan diri sendiri
untuk menentukan sikap seperti berikut :

 Saya rindu berpikir yang baik, benar, suci, tulus, jujur, dst
 Saya mau berpikir yang baik, benar, suci, tulus, jujur, dst
 Saya siap berpikir yang baik, benar, suci, tulus, jujur, dst, maka saya
dapat berpikir positif (banding : Filipi 4:8-9)

Kembangkanlah kebiasaan untuk memikirkan hal-hal yang positif (1 Kor 15:31;


Roma 12:1-2, 9-21)

 Saya rindu selalu untuk berpikir baik, benar, suci, tulus, jujur, membangun,
dst
 Saya mau selalu untuk berpikir baik, benar, suci, tulus, jujur, membangun,
dst
 Saya siap selalu untuk berpikir baik, benar, suci, tulus, jujur, membangun,
dst

Pengembangan Gaya Positif

Dari pikiran dan kebiasaan positif, akan merupakan dasar untuk mengembangkan
sikap atau gaya positif. Langkah-langkah praktis untuk mengembangkan sikap atau
gaya positif adalah :

Ambillah gaya positif dengan memadukan pikiran dan tindakan positif, melalui cara :

 Gaya proaktif dan antisipatif – untuk setiap berkembang menghadapi


kemungkinan apa saja
 Gaya inovatif dan kreatif menemukan hal dan cara baru guna bekerja dengan
baik
 Gaya sinergetis untuk berpikir komprehensif (implisit/eksplisit)
 Gaya selektif proporsional – untuk mengambil langkah/tindakan tepat
 Gaya antusias untuk membangkitkan dan mempertahankan semangat hidup serta
kerja dalam segala kondisi
 Gaya asertif dengan kemampuan meliaht sisi positif-negatif untuk bersikap ulet
serta siap bekerja keras. Gaya asertif juga didasari kemampuan untuk melihat
aspek negative dan positif serta mengambil keputusan yang tepat.
 Gaya perseverans untuk mengembangkan ketabahan guna bertahan dalam segala
kondisi/situasi
 Gaya kritis untuk tidak terjebak, yang menolong untuk membuat penilaian dan
keputusan yang tepat
 Gaya pragmatis-produktif untuk terus mendatangkan/mencipta hal-hal yang
membangun serta membawa keberhasilan

Kembangkanlah sikap untuk bertindak positif dengan memadukan ketetapan sikap


batin positif serta langkah praktis positif, dalam lingkup berikut :

Sisi Psikologis :

 Kalahkanlah sikap pesimis dengan berkata saya akan bangkit, saya akan maju
 Kalahkanlah perasaan kuatir dalam diri dengan berkata masih ada cara lain
untuk maju dan berhasil
 Berikanlah semangat kepada diri dengan berkata kepada diri sendiri, “Saya
dapat kalau saya mau, saya bisa kalau saya mulai.”
 Jadikan setiap hari bagi Anda sebagai hari baik, dengan berkata, “hari ini
adalah hari istimewa bagi saya. “
 Tolaklah sikap menanti nasib!

Sisi Rohani :

 Awalilah setiap hari hidup Anda dengan doa untuk memohon


ketenangan/damai batiniah dari Tuhan. Katakanlah kepada Tuhan,
“Jadikanlah hari ini hari berkat bagi saya.”
 Doakanlah semua hal, dan semua orang yang berkaitan langsung dengan Anda
 Ucapkanlah doa ini setiap saat: “TUHAN, saya mau berbuat baik kepada
setiap orang pada setiap saat”(Mat 7:12 band. Galatia 6: 9-10).

Sisi Sosial :

 Binalah hubungan baik dengan semua orang


 Perbaikilah hubungan yang retak dengan siapa saja, apabila hal itu
ada/terjadi
 Berpantanglah untuk menyalahkan orang lain, situasi/kondisi yang dihadapi,
bersedialah untuk mengevaluasi, mengeritik dan mengoreksi diri.
 Mulailah setiap pertemuan dengan senyum/sopan dan bercakaplah dengan
ramah serta bersikap sabar terhadap siapa saja.
 Katakanlah kepada diri, “ada saja jalan untuk mengatasi kesulitan hubungan
dengan orang lain.”
 Bukalah mata Anda untuk mengenal siapa di depan Anda, di mana Anda
berbicara dan bicaralah sepatutnya.
 Katakanlah, saya akan mengatur/menggunakan waktu untuk diri, keluarga dan
orang lain dengan baik dan proporsional

Sisi Ekonomi :

 Katakanlah saya mau bekerja dengan benar, baik, keras dan lebih setia
 Saya mau menyiapkan iklim kerja yang kondusif bagi diri dan bagi orang lain
 Katakanlah kepada diri, uang bukanlah tujuan akhir hidup saya, saya tidak
ingin jalan pintas ke akhir dengan uang! Saya akan menggunakan uang untuk
mencapai tujuan saya.
 Katakanlah, saya tidak akan mengalah kepada kegagalan kerja, saya akan
bangkit dan berhasil
 Bagi saya sukses adalah bahagian dari kerja, bukan tujuan akhir
DAFTAR PUSTAKA

_______. Berani-jadilah dirimu!. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2003

Angelis. Barbara De. Confidence – Percaya Diri Sumber Sukses dan Kemandirian.
Jakarta: PT Gramedia, 2002.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika – Doktrin Manusia. Surabaya ; Momentum,
2004
Erickson, Millard J. Teologi Kristen Volume Dua. Malang: Gandum Mas, 2003.
Gondowijoyo, J.H. Membangun Manusia Rohani. Terobosan untuk Transformasi di
Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset, 2009.
Gunasa, D. Gunasa, Yulia Singgih D. Psikologi Praktis Anak, Remaja dan Keluarga,
Jakarta: Penerbit Libri, 2011
Gunasa, Yulia Singgih D. Psikologi Anak Bermasalah. Jakarta: Penerbit Libri, 2011
Hoekema, Anthony A. Manusia: Ciptaan Menurut Gambar Allah. Surabaya:
Momentum, 2003
Hurlock, Elizabeth. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Tentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012
Ingram, Chip. The Miracle of Life Change. Mukjizat Perubahan Hidup.
Yogyakarta: Andi Offset, 2009.
Maxwell, John C. Talent is Never Enough – Temukan Pilihan-Pilihan yang Akan
Membawa Anda Melampaui Bakat Anda. Jakarta: Immanuel, 2009
Ruben, Agustinus. Konsep Diri (Self Concept). Medan: CV. Mitra, 2014

Sinamo, Janasen. 8 Etos Keguruan. Bandung: Bina Media Informasi, 20112


Thiessen, Henry C. Teologi Sistematika.Malang: Gandum Mas, 2010
Tomatala, Yakob. Cara Meraih Sukses. Malang: Gandum Mas, 2009
Vallet, Robert E. Aku Mengembangkan Diriku. Jakarta: Yayasan Cipta Loka
Caraka, 2001

Anda mungkin juga menyukai