Anda di halaman 1dari 11

REFERAT

KERACUNAN GAS KARBONDIOKSIDA

Pembimbing:

Letkol Laut (K/W) Dr. dr.Titut Harnanik, dr., M.Kes

Penyusun:

Lettu Laut (K) dr. Sholefudin NRP 22595/P

Lettu Laut (K/W) dr. Hari Dewanti NRP 22605P

LEMBAGA KESEHATAN KELAUTAN TNI ANGKATAN LAUT


Drs. Med. R. Rijadi Sastropanoelar, Phys.
TA. 2022
KERACUNAN KARBONDIOKSIDA (CO2)

1. KARBON DIOKSIDA (CO2)

a. Sifat-Sifat Kimia Dan Fisika

Karbon dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika

dihirup pada konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbon dioksida di

atmosfer, ia akan terasa asam di mulut dan mengengat di hidung dan

tenggorokan. Efek ini disebabkan oleh pelarutan gas di membran

mukosa dan saliva yang membentuk larutan asam karbonat yang lemah.

Sensasi ini juga dapat dirasakan ketika seseorang bersendawa setelah

meminum air berkarbonat (misalnya Coca Cola). Konsentrasi yang lebih besar

dari 5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan, sedangkan konsentrasi lebih dari

50.000 ppm dapat membahayakan kehidupan hewan. 1

Gambar 1. Struktur Gas Karbon Dioksida

Sifat fisik dan kimia karbondioksida adalah: 2

1) Berat molekular : 44,01

2) Densitas : 1,527

1
Kris Permentier, Carbon dioxide poisoning: a literature review of an often forgotten cause of
intoxication in the emergency department. International Journal of Emergency Medicine. 2017. Hal.1.
2
Ibid, hal. 2.

2
3) Titik mencair : suhu -78,33°C pada 76 torr

4) Tekanan uap air : > 1 atm pada suhu 20°C

5) Kelarutan: larut dalam air pada tingkat 171 ml/100 ml suhu 0°C dan 76

torr, 88 ml/100 ml suhu 20°C dan 36 ml/100 ml suhu 60 °C dan 76 torr.

Dibawah tekanan tinggi, karbondioksida lebih larut.

6) Faktor konversi pada 25 °C dan 760 torr : 1 ppm= 1,80 mg/ m 3; 1 mg/ m3=

0,556 ppm

Pada keadaan STP, rapatan karbon dioksida berkisar sekitar 1,98 kg/m³,

kira kira 1,5 kali lebih berat dari udara. Molekul karbon dioksida (O=C=O)

mengandung dua ikatan rangkap yang berbentuk linear. Ia tidak bersifat dipol.

Senyawa ini tidak begitu reaktif dan tidak mudah terbakar, namun bisa

membantu pembakaran logam seperti magnesium.3

Gambar 1. Ikatan ion karbon dioksida

Pada suhu −78,51° C, karbon dioksida langsung menyublim menjadi

padat melalui proses deposisi. Bentuk padat karbon dioksida biasa disebut

sebagai "es kering". Fenomena ini pertama kali dipantau oleh seorang

kimiawan Perancis, Charles Thilorier, pada tahun 1825. Es kering biasanya

digunakan sebagai zat pendingin yang relatif murah. Sifat-sifat yang

3
Loc.cit

3
menyebabkannya sangat praktis adalah karbon dioksida langsung menyublim

menjadi gas dan tidak meninggalkan cairan. Penggunaan lain dari es kering

adalah untuk pembersihan sembur.4

Cairan kabon dioksida terbentuk hanya pada tekanan di atas 5,1 atm; titik

tripel karbon dioksida kira-kira 518 kPa pada −56,6 °C (Silahkan lihat diagram

fase di bawah). Titik kritis karbon dioksida adalah 7,38 MPa pada 31,1 °C.

Terdapat pula bentuk amorf karbon dioksida yang seperti kaca, namun ia tidak

terbentuk pada tekanan atmosfer. Bentuk kaca ini, disebut sebagai karbonia,

dihasilkan dari pelewat bekuan CO2 yang terlebih dahulu dipanaskan pada

tekanan ekstrem (40-48 GPa atau kira-kira 400.000 atm) dilandasan intan.

Penemuan ini mengkonfirmasikan teori yang menyatakan bahwa karbon

dioksida bisa berbentuk kaca seperti senyawa lainnya yang sekelompok

dengan karbon, misalnya silikon dan germanium. Tidak seperti kaca silikon dan

germanium, kaca karbonia tidak stabil pada tekanan normal dan akan kembali

menjadi gas ketika tekanannya dilepas. 5

b. Fisiologis Manusia

CO2 diangkut di darah dengan tiga cara yang berbeda: 6

1) Kebanyakan (sekitar 70% – 80%) dikonversikan menjadi

ion bikarbonat HCO3− oleh enzim karbonat anhidrase di sel-sel darah

merah, dengan reaksi

CO2 + H2O → H2CO3 → H+ + HCO3−.

2) 5% – 10% larut di plasma

3) 5% – 10% diikat oleh hemoglobin sebagai senyawa karbamino


4
Loc.cit
5
Ibid, hal. 2.
6
Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. Edisi keenam. Jakarta: EGC, 2011.

4
Hemoglobin, molekul pengangkut oksigen yang utama pada sel darah

merah, mengangkut baik oksigen maupun karbon dioksida. Namun CO2 yang

diangkut hemoglobin tidak terikat pada tempat yang sama dengan oksigen. Ia

bergabung dengan gugus terminal-N pada empat rantai globin. Namun, karena

efek alosterik pada molekul hemoglobin, pengikatan CO2 mengurangi jumlah

oksigen yang dapat diikat. Penurunan pengikatan karbon dioksida oleh karena

peningkatan kadar oksigen dikenal sebagai efek Haldane dan penting dalam

traspor karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru. Sebaliknya, peningkatan

tekanan parsial CO2 atau penurunan pH akan menyebabkan pelepasan

oksigen dari hemoglobin, dikenal sebagai efek Bohr.7

Karbon dioksida adalah salah satu mediator autoregulasi setempat suplai

darah. Apabila kadar karbon dioksidanya tinggi, kapiler akan mengembang

untuk mengijinkan arus darah yang lebih besar ke jaringan yang dituju. Ion

bikarbonat sangatlah penting dalam meregulasi pH darah. Laju pernapasan

seseorang dipengaruhi oleh kadar CO2 dalam darahnya. Pernapasan yang

terlalu lambat akan menyebabkan asidosis pernapasan, sedangkan

pernapasan yang terlalu cepat akan menimbulkan hiperventilasi yang bisa

menyebabkan alkalosis pernapasan. Walaupun tubuh memerlukan oksigen

untuk metabolisme, kadar oksigen yang rendah tidak akan menstimulasi

pernapasan. Sebaliknya pernapasan distimulasi oleh kadar karbon dioksida

yang tinggi. Akibatnya, bernapas pada udara bertekanan rendah atau

campuran gas tanpa oksigen (seperti nitrogen murni) dapat menyebabkan

kehilangan kesadaran. Hal ini sangatlah berbahaya bagi pilot tempur. Ini juga

adalah alasan mengapa penumpang pesawat diinstruksikan untuk memakai

masker oksigen kedirinya sendiri terlebih dahulu sebelum membantu orang lain
7
Ibid.

5
ketika tekanan kabin berkurang, jika tidak maka terjadi risiko tidak sadarkan

diri. Lingkungan tanpa oksigen memadai tidak memungkinkan bagi sel-sel

dalam tubuh untuk mendapatkan oksigen yang mereka butuhkan untuk

bertahan hidup. Untungnya, tubuh mengkompensasi kelebihan ion H+ dengan

mengikat proton dengan hemoglobin. Selain itu, paru-paru mencoba untuk

mengkompensasi dengan mengeluarkan CO2 berlebih, yang merupakan

alasan napas cepat terlihat saat terpapar CO2 akut. Setelah kontak yang

terlalu lama, ginjal mulai menyeimbangkan pH darah dengan mempertahankan

bikarbonat dan buang air ion hidrogen untuk membenarkan asidosis.8

2. KERACUNAN GAS KARBON DIOKSIDA

a. Definisi

Keracunan gas Karbon Dioksida adalah keadaan darurat yang

menyebabkan asfiksia dan asidosis sehingga mengakibatkan gangguan

metabolisme sel. CO2 dianggap sebagai racun inhalasi yang potensial. Dalam

keadaan berat dapat terjadi kematian. Karbon dioksida akan menyebabkan

asfiksia karena berkurangnya jumlah oksigen di udara pernapasan dan proses

ini pada tahap awal akan dipercepat dengan adanya efek langsung CO2 pada

pusat pernapasan sehingga akan menyebabkan makin cepat dan dalamnya

pernapasan, sehingga tingkat keracunan perinhalasi tadi makin berat. 9

b. Manifestasi Klinis

8
Ibid.
9
Kris Permentier, Carbon dioxide poisoning: a literature review of an often forgotten cause of
intoxication in the emergency department. International Journal of Emergency Medicine. 2017. Hal. 3.

6
Karbon dioksida akan menyebabkan asfiksia karena berkurangnya jumlah

oksigen di udara pernapasan dan proses ini pada tahap awal akan dipercepat

dengan adanya efek langsung CO2 pada pusat pernapasan sehingga akan

menyebabkan makin cepat dan dalamnya pernapasan, sehingga tingkat

keracunan perinhalasi tadi makin berat. Gejala keracunan akibat CO2 adalah:

1) Sakit kepala serta kepala terasa berat

2) Lemah

3) Telinga berbunyi (tinitus)

4) Nausea dan vomitting

5) Otot-otot menjadi lemah

6) Disorientasi

7) Hilangnya kesadaran

8) Konvulsi

9) Tekanan darah meningkat disertai dengan sianosis

10) Pernapasan cepat dan nadi cepat

11) Collaps, koma dan meninggal

Gejala keracunan tergantung pada konsentrasi CO2 di dalam sumber

keracunan. Apabila hampir saluran atmosfer mengandung CO2 maka efek

toksis CO2 begitu hebatnya dan ditandai dengan spasme glottis, konvulsi,

koma yang terjadi secara mendadak dan kematian segera. Biasanya kematian

karena keracunan CO2 ini sering membawa korban lebih dari seorang karena

si penolong tidak menduga korban pertama keracunan gas dan berbahaya.10

c. Patofisiologi11

10
Linda Engelmann, Risk Assessment Regarding Perceived Toxicity and Acceptance of Carbon
Dioxide-Based Fuel by Laypeople for Its Use in Road Traffic and Aviation. Permentier et al.
International Journal of Emergency Medicine. 2017.
11
Anne Marie Helmenstine, Ph.D. Carbon Dioxide Poisoning. Update on May 06, 2022. Diunduh di:
http://chemistry.about.com/od/medicalhealth/a/Carbon-Dioxide-Poisoning. htm.

7
Kandungan karbon dioksida di udara segar bervariasi antara 0,03% (300

ppm) sampai dengan 0,06% (600 ppm) bergantung pada lokasi. Menurut

Otoritas Keselamatan Maritim Australia, "Paparan berkepanjangan terhadap

konsentrasi karbon dioksida yang sedang dapat menyebabkan asidosis dan

efek-efek merugikan pada metabolisme kalsium fosforus yang menyebabkan

peningkatan endapan kalsium pada jaringan lunak. Karbon dioksida beracun

kepada jantung dan menyebabkan menurunnya gaya kontraktil. Pada

konsentrasi tiga persen berdasarkan volume di udara, ia bersifat narkotik

ringan dan menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, dan

menyebabkan penurunan daya dengar. Pada konsentrasi sekitar lima persen

berdasarkan volume, ia menyebabkan stimulasi pusat pernapasan, pusing-

pusing, kebingungan, dan kesulitan pernapasan yang diikuti sakit kepala dan

sesak napas. Pada konsentrasi delapan persen, ia menyebabkan sakit kepala,

keringatan, penglihatan buram, tremor, dan kehilangan kesadaran setelah

paparan selama lima sampai sepuluh menit.

Oleh karena bahaya kesehatan yang diasosiasikan dengan paparan

karbon dioksida, Administrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Amerika

Serikat menyatakan bahwa paparan rata-rata untuk orang dewasa yang sehat

selama waktu kerja 8 jam sehari tidak boleh melebihi 5.000 ppm (0,5%). Batas

aman maksimum untuk balita, anak-anak, orang tua, dan individu dengan

masalah kesehatan kardiopulmonari (jatung dan paru-paru) secara signifikan

lebih kecil. Untuk paparan dalam jangka waktu pendek (di bawah 10 menit),

batasan dari Institut Nasional untuk Kesehatan dan Keamanan Kerja Amerika

Serikat (NIOSH) adalah 30.000 ppm (3%). NIOSH juga menyatakan bahwa

8
konsentrasi karbon dioksida yang melebihi 4% adalah langsung berbahaya

bagi keselamatan jiwa dan kesehatan.

Adaptasi terhadap peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada manusia.

Inhalasi CO2 yang berkelanjutan dapat ditoleransi pada konsentrasi inspirasi

tiga persen paling sedikit selama satu bulan dan empat persen konsentrasi

insiparsi selama lebih dari satu minggu. Diajukan juga bahwa konsentrasi

insipirasi sebesar 2,0 persen dapat digunakan untuk ruangan tertutup

(seperti kapal selam) oleh karena adaptasi ini bersifat fisiologis dan reversibel.

Penurunan kinerja atau pada aktivitas fisik yang normal tidak terjadi pada

tingkat konsentrasi ini.

Gambaran-gambaran ini berlaku untuk karbon dioksida murni. Dalam

ruangan tertutup yang dipenuhi orang, konsentrasi karbondioksida akan

mencapai tingkat yang lebih tinggi daripada konsentrasi di udara bebas.

Konsentrasi yang lebih besar dari 1.000 ppm akan menyebabkan

ketidaknyamanan terhadap 20% penghuni dan ketidaknyamanan ini akan

meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi CO2. Ketidaknyamanan

ini diakibatkan oleh gas-gas yang dikeluarkan sewaktu pernapasan dan

keringatan manusia, bukan oleh CO2. Pada konsentrasi 2.000 ppm, mayoritas

penghuni akan merasakan ketidaknyamanan yang signifikan dan banyak yang

akan mual-mual dan sakit kepala. Konsentrasi CO2 antara 300 ppm sampai

dengan 2.500 ppm digunakan sebagai indikator kualitas udara dalam ruangan.

Keracunan karbon dioksida akut dikenal sebagai lembap hitam.

Para penambang biasanya akan membawa sesangkar burung kenari ketika

mereka sedang bekerja untuk memperingati mereka ketika kadar karbon

dioksida mencapat tingkat yang berbahaya. Burung kenari akan terlebih dahulu

9
mati sebelum kadar CO2 mencapai tingkat yang berbahaya untuk manusia.

Karbon dioksida menyebabkan kematian yang luas di Danau

Nyos di Kamerun pada tahun 1996. Karbon dioksida yang lebih berat yang

dikeluarkan mendorong oksigen keluar, menyebabkan kematian hamper 2000

orang.

d. Pemeriksaan Penunjang12

Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis adalah dengan

Blood Gas Analysis. Keasaman darah (pH arteri) dan tekanan parsial karbon

dioksida (pCO2) merupakan bukti untuk menegakkan diagnosis intoksikasi

karbon dioksida. Dalam praktek yang sebenarnya, penentuan pCO 2 arteri

memakan waktu dan merupakan prosedur yang tidak praktis untuk rumah sakit

yang besar. Pengukuran pH adalah cepat dan akurat. Untuk semua tujuan

praktis, intoksikasi karbon dioksida dapat didiagnosis pada dasar adanya

asidosis respiratorik yang menyertainya.

Tidak ada kadar tertentu yang ditetapkan untuk diagnostik arteri pH atau

pCO2. Oxygen provocative test telah terbukti menjadi salah satu prosedur yang

paling berguna dalam mendiagnosis intoksikasi karbon dioksida.

PO2 arterial yang rendah dan PCO2 yang tinggi dan pH yang rendah dapat

menyebabkan terjadinya dilatasi dari pembuluh darah cerebral dan pembuluh

darah retina volume darah dalam tengkorak meningkat dan akibatnya

meningkatkan tekanan cairan otak.

Gangguan pembuluh darah otak pantas menjadi pertimbangan utama

dalam diferensial diagnosis sindrom ini. Asidosis diabetik, gangguan elektrolit,

12
Kris Permentier, Carbon dioxide poisoning: a literature review of an often forgotten cause of
intoxication in the emergency department. International Journal of Emergency Medicine. 2017. Hal.3.

10
koma dan uremia hepar harus singkirkan terlebih dahulu. Anamnesis dan

pemeriksaan fisis yang cermat merupakan dasar bagi mendiagnosis intoksikasi

karbon dioksida.

e. Penanganan13

1) Secepat mungkin korban dikeluarkan dari sumber keracunan. Hati - hati

bagi penolong karena harus memakai masker gas oksigen supaya tidak

terbawa serta keracunan. Apabila menemukan kasus demikian haruslah curiga

bahwa korban adalah akibat keracunan gas beracun

2) Pindahkan dari daerah yang berbahaya tadi dan berikan pernapasan

buatan

3) Berikan gas oksigen dengan normal dan high concentration oxygen.

4) Terapi simptomatis

13
Ibid, hal. 4.

11

Anda mungkin juga menyukai