HIPEROKSIA
Pembimbing:
Letkol Laut (K/W) Dr. Titut Harnanik, dr., M.Kes
Penyusun:
Lettu Laut (K/W) dr. Irawan NRP 22588/P
I. Pendahuluan
II. Definisi
Gambar : Kualitas oksigen yang terlarut dalam cairan darah dan dalam kombinasi dengan
hemoglobin pada PO2 yang sangat tinggi.
Efek PO2 alveolus yang tinggi terhadap PO2 jaringan.
III. Etiologi
Penyebab toksisitas oksigen akut dan kronis yang dapat
menyebabkan kerusakan oksidatif pada membran sel yang menyebabkan
kolapnya alveoli pada paru-paru, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Paparan yang terlalu lama terhadap tekanan parsial oksigen di atas
normal
2. Paparan yang lebih pendek pada tekanan parsial yang sangat
tinggi.
Toksisitas akut bermanifestasi dengan efek system saraf pusat (SSP),
sedangkan toksisitas kronis berefek ke paru. Keracunan oksigen yang
parah dapat menyebabkan kerusakan sel dan kematian. Yang memiliki
resiko untuk keracunan oksigen, diantaranya pasien terapi oksigen
hiperbarik, pasien yang terpapar oksigen tingkat tinggi yang
berkepanjangan, bayi premature, dan penyelam bawah air.
Efek paru dapat muncul cepat dalam 24 jam setelah menghirup
oksigen murni. Gejalanya meliputi nyeri dada pleuritik, berat substernal,
batuk, dan dispnea sekunder akibat trakeobronkitis dan atelektasis serap
yang dapat menyebabkan edema paru. Gejala paru biasanya mereda 4
jam setelah penghentian paparan.
Efek SSP bermanifestasi dengan banyak gejala potensial. Gejala
dan tanda awal cukup bervariasi, tetapi kedutan pada otot perioral dan
tangan merupakan gambaran yang cukup konsisten. Jika paparan
tekanan oksigen berkelanjutan tinnitus, disforia, mual, dan kejang umum
dapat berkembang. Toksisitas SSP dipercepat oleh faktor-faktor seperti
peningkatan PCO2, stres, kelelahan, dan dingin.
IV. Epidemiologi
Efek SSP sekunder akibat toksisitas oksigen dikenal sebagai efek Bert.
Hal ini dapat terjadi dengan terapi oksigen hiperbarik dalam korelasi yang
bergantung pada dosis. Risiko keseluruhan mungkin sesering 1 dalam 2000
hingga 3000 perawatan. Namun, risiko ini mungkin setinggi 1 dalam 200 pada
tekanan yang lebih tinggi (2,8 hingga 3,0 kali tekanan atmosfer normal atau satu
atmosfer absolut (ATA)) dan serendah 1 dalam 10.000 untuk perawatan pada 2
ATA (udara absolut atmosfer) atau kurang. Insiden menunjukkan gejala SSP
sekunder toksisitas oksigen adalah 2% dengan tingkat kejang 0,6%.
Fenomena toksisitas paru sering disebut sebagai efek Smith. Hal ini
dapat terjadi setelah kontak yang terlalu lama dengan oksigen >0,5 ATA. Insiden
menunjukkan gejala paru dengan toksisitas oksigen adalah 5%. Bayi baru lahir
prematur berada pada risiko yang berbeda untuk displasia bronkopulmoner dan
fibroplasia retrolental dengan paparan oksigen konsentrasi tinggi dalam waktu
lama.
Beberapa bahan kimia seperti agen kemoterapi bleomycin juga meningkatkan
risiko keracunan oksigen
Dalam Hukum Dalton disebutkan bahwa total tekanan suatu campuran gas
adalah sama dengan jumlah tekanan parsial dari masing-masing bagian gas.
Sebagai contoh, udara yang kita hirup merupakan campuran gas, terdiri dari
Nitrogen (N2) 79%, Oksigen (O2) 21%, dan 1% terdiri dariuap air (H2O),
karbondioksida (CO2) dan gas lain-lain. Berdasarkan hal tersebut maka 79% dari
tekanan atmosfer 760 mmHg (sekitar 600 mmHg) ditimbulkan oleh molekul N2,
begitu juga dengan oksigen yaitu 21% dari tekanan atmosfer (sekitar 160 mmHg)
ditimbulkan oleh molekul O2 di udara. Untuk tekanan udara atmosfer dapat
dituliskan sebagai PN2 + PO2 + PH2O + PCO2 + Pgaslain = 760 mmHg.
menghasilkan aktivasi jalur respon stres pada sel epitel dan endotel, yang
dapat memodulasi pertumbuhan sel, peradangan, dan kematian sel (Lee & Choi,
2003). Beberapa penelitian, baik pada model hewan maupun pada manusia, telah
melaporkan efek buruk dari paparan hiperoksia yang berkepanjangan termasuk
toksisitas paru dan peningkatan risiko hasil yang buruk (Baleeiro, Wilcoxen,
Morris, Standiford, & Paine, 2003; Barazzone, Horowitz, Donati, Rodriguez, &
Piguet, 1998; Davis dkk., 2009; de Jonge dkk., 2008; Farquhar dkk., 2009; Janz
dkk., 2012; Kilgannon dkk., 2010; Li dkk., 2007; Nagato dkk., 2009;
Schwingshackl dkk., 2017).
Dengan memakai oksigen 100%, dan tekanan lebih dari 1 ATA maka kadar
oksigen di dalam tubuh akan meningkat. Kebutuhan oksigen dapat tercukupi
sehingga seolah-olah tubuh tidak membutuhkan Hb untuk suplai oksigen ke
seluruh tubuh. Hal ini sangat bermanfaat pada kasus-kasus perdarahan masif,
anemia, thalasemia, atau kelainan sel darah merah. Pada kasus geriatri, para lansia
mengalami kekurangan oksigen sebab fungsi paru yang menurun, pembuluh darah
yang kurang baik (aterosclerosis), kekentalan darah meningkat, sehingga terjadi
gangguan pada organ-organ.
Rosyanti, L., Hadi, I., Rahayu, D. yuniar, & Wida, A. (2019). MEKANISME
YANG TERLIBAT DALAM TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK.
HEALTH INFORMATION JURNAL PENELITIAN, 11.