DETEKSI DINI PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN DENGAN
PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS
Di susun oleh
Erni Djibu
1911.14201.730
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
STIKES WIDYAGAMA HUSADA
MALANG
2020 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang dimana sebagian penduduknya masih berstatus ekonomi menengah kebawah, dan sekarang tengah menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit menular dan Penyakit Tidak Menular. Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi antara lain oleh perubahan lingkungan, perilaku masyarakat, transisi demografi, teknologi, ekonomi dan sosial budaya. Peningkatan beban akibat PTM (penyakit tidak menular) sejalan dengan meningkatnya faktor risiko yang meliputi meningkatnya tekanan darah, gula darah, indeks massa tubuh atau obesitas, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan merokok serta alkohol (Kemenkes RI, 2019). Meningkatnya PTM (penyakit tidak menular) dapat menurunkan produktivitas sumber daya manusia, bahkan kualitas generasi bangsa.Hal ini berdampak pula pada besarnya beban pemerintah karena penanganan PTM (penyakit tidak menular) membutuhkan biaya yang besar. Pada akhirnya, kesehatan akan sangat mempengaruhi pembangunan sosial dan ekonomi. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan RI secara khusus mengingatkan masyarakat untuk menjaga kesehatan melalui gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS) guna mewujudkan Indonesia sehat (Kemenkes RI, 2016). Pola penyakit di Indonesia saat ini mengalami transisi epidemiologi, yaitu suatu keadaan yang menunjukkan terjadinya perubahan pada pola penyakit dan kematin yang ditandai dengan beralihnya penyebab kematian yang semula di dominasi oleh penyakit infeksi yang tetap menjadi masalah kesehatan, bergeser ke PTM yang menjadi masalah kesehatan baru. Kemudian penyakit menular yang sudah lama hilang muncul kembali, serta munculnya penyakit menular baru. Secara global PTM penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya yaitu penyakit kardiovaskuler. Menurut Sanchis-Gomar, Perez- Quilis, dan Leischik dan Lucia (2016) penyakit kardiovaskular merupakan sekumpulan penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Penyakit kardiovaskular terdiri dari PJK, penyakit arteri koroner, dan sindrom koroner akut. PJK merupakan penyebab kematian dan kecacatan terbesar di negara berkembang. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa penyakit jantung koroner (PJK) menjadi salah satu masalah kesehatan dalam system kardiovaskular yang jumlahnya meningkat cepat dengan angka kematian 6,7 juta kasus (WHO, 2017). Perhitungan WHO (World Health Organization) yang memperkirakan pada tahun 2020 mendatang, penyakit kardiovaskuler akan menyumbang sekitar 25% dari angka kematian dan mengalami peningkatan khususnya di negara-negara berkembang, salah satu diantaranya berada di Asia Tenggara. Angka kematian yang disebabkan oleh PJK mencapai 1,8 juta kasus pada tahun 2014, yang artinya PJK menjadi penyakit yang mematikan di kawasan Asia Tenggara salah satu negaranya adalah Indonesia (WHO, 2017). Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yang disebabkan adanya plak yang menumpuk di dalam arteri koroner yang mensuplai oksigen ke otot jantung. Penyakit ini termasuk bagian dari penyakit kardiovaskuler yang paling umum terjadi. Penyakit kardiovaskuler merupakan gangguan dari jantung dan pembuluh darah termasuk stroke, penyakit jantung rematik dan kondisi lainnya (WHO, 2013). Penyakit jantung coroner biasa disebut dengan PJK merupakan penyakit kardiovaskuler yang disebabkan oleh penyumbatan pada arteri koroner oleh tumpukan plak, polutan atau zat-zat kimia lingkungan yang biasanya masuk ke tubuh melalui makanan, minuman atau berbentuk gas yang terkumpul pada dinding arteri koronaria. Menurut Iskandar (2017), hal ini membuat adanya kemungkinan penggumpalan darah pada bagian arteri yang menyempit, dengan begitu tidak ada lagi darah yang bisa mengalir karena aliran arteri diblok oleh gumpalan darah yang sudah menjadi keras. Dampak dari penyempitan arteri koroner ialah menurunya suplai darah ke jantung dan apabila suplai darah ke jantung menurun mengakibatkan menurunya suplai oksigen ke jantung. Oksigen merupakan penting bagi tubuh yang merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia.(Naga,2014). faktor resiko dari PJK dapat di bagi dua, yaitu yang pertama adalah faktor resiko yang dapat diubah yaitu hipertensi, dislipidemia, merokok, obesitas, diabetes melitus, aktifitas fisik, stress, dan yang kedua faktor resiko yang tidak dapat diubah yaitu umur, jenis kelamin dan genetik. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama yang dapat diubah. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa penderita hipertensi lebih beresiko 5x menderita PJK di banding dengan yang tidak hipertensi (Farahdika, 2015; Abdul, 2014). Penyakit jantung koroner disebabkan oleh gabungan Antara genetik dan faktor gaya hidup. Jantung koroner dapat dipengaruhi oleh berbagai gaya hidup yang tidak sehat yang dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah koroner. Faktor gaya hidup yang dapat menyebabkan PJK diantaranya adalah rokok, peningkatan jumlah lemak dan kolesterol dalam darah, tekanan darah tinggi, dan kadar glukosa dalam darah. Selain itu, terdapat berbagai kondisi dan kebiasaan lain yang dapat meningkatkan resiko PJK seperti kelebihan berat badan, sindrom metabolic, kurangnya aktivitas fisik, usia, dan riwayat penyakit jantung pada keluarga. (Al-zoughool, Al- Ahmari, dan Khan, 2018; Tennakoon, 2012; Schnohr et.al., 2002). Hiperglikemia, hipertensi dan hiperkolesterolemia merupakan factor yang paling sering menyebabkan PJK. Hiperglikemia dalam waktu yang panjang dapat menyebabkan disfungsi endotel berupa spasme koroner dan oklusi akibat thrombus. Kondisi tersebut dapat menghambat aliran darah pada pembuluh darah koroner (Efimov, Sokolova, Sokolov, 2001). Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu yang lama dapat meningkatkan shiff cairan pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan injury dan menimbulkan respon inflamasi pada lapisan intima. Selain itu, hipertensi dapat meningkatkan kinerja ventrikel sehingga jantung bekerja lebih keras sehingga ukurannya akan membesar. Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan jantung (Smeltzer and Bare, 2010) Gold standar untuk mendeteksi PJK adalah angiogram koroner berbasis kateter. Namun, prosedur tersebut bersifat invasif sehingga tidak cocok sebagai alat skrining atau metode memperkirakan risiko PJK. Konsep skrining tidak hanya membutuhkan strategi yang hemat biaya tetapi juga aman dan akurat, dengan sensitivitas tinggi untuk mendeteksi penyakit. Skrining harus ditargetkan pada gangguan dengan prevalensi tinggi. Model prediksi risiko kardiovaskular penting dalam pencegahan dan penatalaksanaan penyakit kardiovaskular. Model-model ini digunakan dalam praktik klinis untuk mengidentifikasi dan mengobati populasi berisiko tinggi serta untuk mengkomunikasikan risiko secara efektif. Fragmingham heart studi merupakan titik tonggak yang penting upaya pencegahan penyakit jantung yang menghasilkan konsep pengkajian dan penilaian risiko serta prediksi penyakit jantung koroner pada individu yang tidak menunjukkan gejala klinik (asimtomatik) berdasarkan prediktor yang praktis, relevan, minimal tetapi tetap dianggap cukup akurat. Suatu cara mudah penghitungan dibuat agar memudahkan penggunakan dengan model penghitungan faktor risiko dan menghasilkan skor dan angka perkiraan kejadian penyakit jantung koroner yang dikenal dengan Frahmingham Risk score (Sharmini, 2014). Frahmingham Risk score menggunakan data pengamatan untuk merumuskan sistem estimasi risiko berdasarkan variabel kategori dimana risiko seseorang untuk mengalami penyakit jantung dan pembuluh darah diperkirakan pada 10 tahun. Variabel yang digunakan dalam penghitungan faktor risiko penyakit jantung koroner adalah usia, Diabetes Mellitus, merokok, tekanan darah dan kolesterol LDL (Margaret L. Wallace, 2015). Menurut Novita (2012) Program latihan fisik rehabilitatif bagi penderita gangguan jantung bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik tubuh, memberi penyuluhan kepada pasien dan keluarga perihal pola hidup yang benar dalam mencegah perburukan dan membantu pasien agar dapat kembali beraktivitas fisik sebelum mengalami gangguan jantung. Kapasitas olah raga secara negatif mempengaruhi kemampuan pasien PJK untuk melakukan aktivitas yang dibutuhkan dalam kegiatan sehari-hari sehingga menurunkan kualitas hidup pasien.Rehabilitasi jantung secara efektif dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.Latihan aerobic interval training (AIT), yang mencakup sesi latihan dengan intensitas tinggi dan intensitas rendah merupakan modalitas yang efektif untuk meningkatkan kapasitas fungsional pada pasien PJK (Novita, 2012). Upaya pencegahan penyakit jantung oleh pemerintah dilakukan salah satunya dengan pembentukan Posbindu penyakit tidak menular (PTM). Posbindu merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM seperti penyakit jantung yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik (Kemenkes 2015). Dengan meningkatnya angka kejadian PJK di Indonesia, petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan berbagai program pencegahan PJK. PJK dapat dicegah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mencegah PJK melalui berbagai program pendidikan kesehatan, dan memfasilitasi pemeriksaan berbagai faktor resiko PJK secara berkala bagi penderita yang mempunyai penyakit hipertensi untuk mendeteksi dini penyakit jantung cokorer. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan peneliian tentang deteksi dini penyakit jantung koroner pada pasien dengan penyakit hipertensi, yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan mengurangi resiko terjadinya penyakit jantung koronr pada pasien dengan penyakit hipertensi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “Apakah terdapat Hubungan antara hipertensi dengan penyakit jantung koroner ?” 1.3 Tujuan Penelitian. 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui apakah terdapat Hubungan antara hipertensi dengan penyakit jantung koroner 1.3.2 Manfaat Penelitian a. Bagi STIKES Widyagama Husada Malang Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan tambahan data serta masukkan alternatif terkait deteksi dini penyakit jantung koroner pada pasien dengan penyakit hipertensi. Serta hasil penelitian ini dapat dijadikan penelitian selanjutnya sebagai bahan acuan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut. b. Bagi Mahasiswi Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan dan pengetahuan tentang deteksi dini penyakit jantung koroner pada pasien dengan penyakit hipertensi c. Bagi Tenaga Kesehatan Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada tenaga kesehatan khususnya perawat, dalam melakukan penyuluhan deteksi dini penyakit jantung koroner pada pasien dengan penyakit hipertensi.