Perkembangan kemajuan ekonomi negara yang terus berubah tentu dapat mempengaruhi
tingkat gaya kehidupan masyarakat. Perubahan gaya hidup ini, dapat diikuti juga dengan
perubahan penyakit terutama perubahan penyakit tidak menular (PTM), hal ini banyak terjadi
pada negara-negara berpenghasilan tinggi seperti Amerika serikat dan negara-negara Eropa,
peningkatan penyakit degeneratif yang paling banyak kasus adalah penyakit jantung dan
memiliki beban ganda dalam penanganan peningkatan penyakit menular dan peningkatan
penyakit PTM. Dalam kajian World health organization (WHO), memaparkan bahwa PTM
menyebabkan sekitar 71 % kematian di seluruh dunia atau sama dengan 41 juta orang
Lebih dari 75% kematian dunia diakibatkan oleh penyakit kardiovaskular, kebanyakan terjadi
di negara-negara yang sedang berkembang dengan berpenghasilan rendah dan sedang. Saat
ini penyakit kardiovaskular menjadi salah satu penyakit yang dapat diperhatikan secara
khusus. penyakit kardiovaskuler terus mengancam dunia (global threat) dan merupakan
penyakit penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia. Penyakit kardiovaskuler yang
PJK dan stroke memiliki banyak faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, dislipidemia, dan
merokok. ACS didiagnosis ketika pasien datang dengan angina tidak stabil, infark miokard
tersebut memiliki spektrum yang luas dari risiko kematian dan kejadian iskemik
kardiovaskular. Penilaian risiko yang hati-hati dari pasien ACS membantu dokter untuk
menentukan prognosis dan, oleh karena itu, berguna dalam memandu manajemen dan
memberikan informasi yang berharga kepada pasien Agar praktis secara klinis, model
stratifikasi risiko harus langsung dan menggunakan faktor risiko klinis yang siap dipastikan
di rumah sakit.
Menurut riset World Health Organization, meluncurkan laporan bahwa sekitar 31%
penduduk dunia atau 17,9 juta orang di dunia dapat meninggal akibat penyakit jantung dan
pembuluh darah(2). Selain itu, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas),
menyatakan angka penemuan penyakit jantung dan pembuluh darah insidenssinya semakin
meningkat seiring dengan kemajuan dan perubahan perkembangan negara dari tahun ke
tahun. Di Indonesia kurang lebih, 15 dari 1000 orang, menderita penyakit kardiovaskular.(4)
Penyakit jantung di Indonesia, sesuai karakteristik menurut usia, paling tinggi sekitar 4,6 % -
4,7% terjadi pada usia 65-75 tahun, disusul 4%- 3,9% terjadi pada usia diatas 45-64 tahun.
1,3%. Yang artinya perkotaan lebih tinggi dari perkampungan. Sebentara itu sesuai
karakteristik gender penyakit jantung pada perempuan lebih 1,6% dan pada laki-laki 1,3%.(4)
Menurut Ghani dan kawan-kawan, penyakit jantung koroner adalah penyakit yang dapat
terjadi oleh karena plak yang menumpuk di dalam arteri koroner yang mensuplai oksigen ke
miokardium jantung.(5) Sementara itu, PJK adalah penyakit jantung yang terutama
dikarenakan oleh penghambatan pada arteri koronaria jantung akibat penyempitan yang
disebabkan aterosklerosis atau spasme, juga bisa dari kedua kombinasi tersebut.(6)
Proses Aterosklerosis koroner adalah perubahan variabel intima arteri yang dapat membentuk
akumulasi lipid, sel-sel darah, jaringan fibrous dan deposit kalsium yang kemudian lapisan
pada arteri koroner ikut mengalami perubahan. Selain itu, pada Aterosklerosis terjadi suatu
proses disfungsi endotel dan inflamasi kronis yang dapat melibatkan dinding vaskuler dan
sel-sel imun.(7) Aterosklerosis dapat menyebabkan iskemik akibat kekurangan suplai darah
Prevalensi faktor risiko PJK berbeda pada seluruh etnis kelompok didunia. sesuai penelitian
yang dilakukan oleh Lembaga penelitian dan inovasi kesehatan dari beberapa universitas di
Australia, telah mengemukakan bahwa Tingkat hipertensi berada sekitar dua kali lebih besar
di Asia Selatan jika dibandingkan dengan populasi umum di London. Dalam studi Kolaborasi
Kohort Asia Pasifik, dapat mengungkapkan bahwa tekanan darah sistolik dan kolesterol total
lebih kuat terkait dengan risiko PJK di Asia dari pada wanita Kaukasia. khususnya, dalam
prediksi risiko PJK pada orang Asia. Oleh karena itu, Identifikasi PJK sangat penting untuk
adalah, herediter, usia, jenis kelamin, sosio ekonomi, letak geografi, makanan tinggi lemak
dan kalori, kurang mengkonsumsi serat dan buah-buahan, merokok, alkohol, kurang aktivitas
fisik, hipertensi, obesitas, diabetes mellitus, aterosklerosis, penyakit arteri perifer, stroke dan
hipertensi, diabetes mellitus, dan dislipidemia merupakan faktor risiko utama terhadap
kejadian penyakit jantung koroner. Sedangkan faktor risiko lain yang dapat dicegah adalah
obesitas, merokok, aktifitas fisik yang kurang.(10) Dari semua faktor resiko lebih spesifik lagi,
dapat dikelompokkan oleh World Heart Federation yaitu faktor risiko PJK yang dapat
dimodifikasi (modifiable risk factor) adalah hipertensi, merokok, diabetes mellitus, kurang
aktivitas fisik, diet tidak sehat, dislipidemia dan obesitas, sedangkan non-modifiable risk
ACS dan beberapa subtipe stroke iskemik memiliki patofisiologi yang serupa, termasuk
menjadi faktor risiko stroke akibat tromboemboli, atau fibrilasi atrium akibat iskemia, atau
dikembangkan untuk menilai pasien ACS yang berisiko mengalami komplikasi sehingga
dapat dikelola secara efisien dan tepat waktu untuk mengurangi kecacatan.
Pengetahuan gaya hidup sehat terhadap pencegahan kejadian penyakit jantung koroner sangat
penting untuk diketahui,(1) terutama berkaitan dengan gaya hidup sehat yang dapat
PJK. Dari berbagai penelitian telah dikemukakan terkait pengaruh relatif dari faktor-faktor
dalam penentuan kesehatan, sekitar 36-50% disebabkan oleh perilaku gaya hidup (6). Dalam
banyak penelitian menyarankan untuk menjalani gaya hidup sehat, diantaranya: rajin
sayur-sayuran yang cukup, Hal ini akan membantu target WHO yang mana telah
mengumumkan untuk menurunkan kejadian PTM sekitar 25% pada tahun 2025(2)
DAFTAR PUSTAKA
and incidence of coronary heart disease and cardiovascular disease in onlder women.
kemenkes indonesia;2018.
5. Ghani L, susilawati MD, Novriani H. Faktor resiko dominan penyakit jantung koroner
6. Benson K., et al. Preventive medicine report. Population- level changes in lifestyle
risk factor for cardiovascular disease in the heart of new ulm project. 2019; hlm. 340-
332.
8. Kumar AV, Abul K, Abbas, jon CA. Robbins basis phatology (ed 9). Canada:
elsevier;2013.
9. Goh LGH., et al. Cardiovascular disease risk score prediction models for woman and
10. Timmis A., et al. European society of cardiology: cardiovascular disease statistic
11. Djafri D., et al. Efek modifikasi faktor modifiabel penyakit jantung koroner: e
hospital-based matched case control study. Jurnal andalans. 2017; 24 (7): 99-93.