Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Meningkatnya tingkat sosial dalam kehidupan masyarakat dan ditunjang
pula oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berdampak pada
peningkatan usia harapan hidup masyarakat, hal ini tentunya akan menimbulkan
pergeseran pola penyakit dimana penyakit degeneratif dan pembuluh darah akan
menggeser penyakit infeksi sebagai pembunuh utama penduduk Indonesia.
Jumlah penderita stroke meningkat setiap tahun, menyerang penduduk usia
tua, muda dan produktif. Stroke menjadi penyebab kecatatan nomor satu dan
penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung yaitu 11,3 persen
dari total kematian di seluruh dunia. Di Amerika Serikat tercatat setiap 40 detik
terjadi kasus stroke, dan setiap 4 menit terjadi kematian akibat stroke (American
Hearth Assosiation, 2015). Prevalens rate Amerika mencapai 2,8 persen,
sementara di Cina prevalens ratenya mencapai 1,6 persen, Indonesia diperkirakan
sama dengan kedua negara tersebut.
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2019, kematian akibat
stroke sebesar 51% diseluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Setiap
tahun di Amerika Serikat, sekitar 795.000 orang mengalami stroke yang baru atau
berulang. Dari jumlah tersebut, sekitar 610.000 merupakan serangan awal, dan
185.000 merupakan stroke berulang. Studi epidemiologi menunjukkan bahwa
sekitar 87% dari stroke di Amerika Serikat ialah iskemik, 10% sekunder untuk
perdarahan intraserebral, dan lainnya 3% mungkin menjadi sekunder untuk
perdarahan subaraknoid.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2020 diketahui
prevalensi penyakit tidak menular mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 antara lain kanker, stroke, penyakit
ginjal kronis, diabetes melitus dan hipertensi. Prevalensi kanker naik dari 1,4
persen menjadi 1,8 persen, prevalensi stroke dari 7 persen menjadi 10,9 persen,
penyakit ginjal kronis dari 2 persen menjadi 3,8 persen, berdasarkan pemeriksaan

1
gula darah diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen dan hasil
pengukuran tekanan darah hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen.
Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular yang mengalami
kenaikan prevalensi yang tinggi yaitu menjadi 10,9 permil penduduk dimana
diukur berdasarkan hasil diagnosis dokter pada penduduk kelompok umur di atas
15 tahun. di. Provinsi Sumatera Utara termasuk ke dalam 20 wilayah dengan
prevalensi stroke tertinggi di Indonesia (Riskesdas, 2018). Stroke tergolong ke
dalam cerebrovascular disease (CVD) dan menjadi salah satu masalah kesehatan
serius yang ditandai dengan tingginya morbiditas dan mortalitasnya. Stroke
merupakan penyakit pada otak berupa gangguan fungsi saraf lokal dan/atau
global, munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf pada
stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik dan
menyebabkan gejala antara lain : kelumpuhan wajah dan anggota badan, bicara
tidak lancar, bicara tidak jelas (pelo), perubahan kesadaran, gangguan penglihatan,
dan lainlain (Kemenkes RI, 2013).
Stroke menempati peringkat terbesar ketiga dalam pembiayaan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN). Sejak 2016 hingga 2018 Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) mencatat bahwa biaya pelayanan kesehatan untuk stroke
terus meningkat. Apabila di 2016 mencapai 1,43 triliun rupiah angkanya
meningkat di tahun berikutnya menjadi 2,18 triliun rupiah, dan mencapai 2,56
triliun rupiah di 2018. Melihat data tersebut dapat disimpulkan bahwa
peningkatan stroke berdampak buruk pada pertumbuhan perekonomian dan
produktivitas negara sebab dalam penanganannya memerlukan biaya yang besar
dan jangka waktu yang lama. Maka dari itu perlu kerja keras dari seluruh lapisan
masyarakat untuk menuntaskan kenaikan prevalensi stroke dan juga fokus pada
upaya promotif dan preventif tentang edukasi mengenai stroke, bagaimana cara
mencegah stroke, serta apa saja faktor risiko kejadian stroke pada penduduk.
Stroke secara luas diklasifikasikan ke dalam stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Faktor risiko stroke dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu
faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi meliputi hipertensi,

2
kolesterol, merokok, konsumsi alkohol, obesitas, gaya hidup. Faktor risiko yang
tidak dapat dimodifikasi meliputi usia, jenis kelamin, ras/etnis, dan genetik. Data
mengenai faktor risiko yang dapat memicu terjadinya stroke mengalami
peningkatan prevalensi stroke dimulai usia 18 tahun pada 2013 bergeser ke 15
tahun pada 2018 di Indonesia dengan kasus hipertensi terdiagnosis/minum obat
34,1 persen dan tidak terdiagnosis 65,9 persen (Riskesdas RI, 2018).
Berdasarkan penelitian Lestarida Nasution (2019), faktor terjadinya stroke
berdasarkan hipertensi 61,3%, penyakit jantung 74%, penyakit diabetes melitus
58%. Adanya hubungan yang signifikan antara diabetes melitus dengan penyakit
stroke. Diabetes melitus menyebabkan laju penuaan sel berlangsung sangat cepat
akibat kadar glukosa yang tinggi disertai kerapuhan pembuluh darah, sehingga
beresiko tinggi terhadap hipertensi dan penyakit jantung yang akhirnya
meningkatkan resiko serangan stroke.
Berdasarkan penelitian Henny Arwina (2020), Faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian stroke Iskemik. Hasil penelitian adalah ada
hubungan tekanan darah dengan kejadian stroke iskemik sebanyak 44 orang
(62,85%), adanya hubungan kadar gula darah dengan stroke iskemik dan ada
Hubungan indeks masa tubuh dengan kejadian stroke iskemik yaitu sebanyak 61
orang (87,14%) dari hasil uji chi-square 0,011.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah apa saja “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Stroke
Iskemik Pada Penderita Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan
Tahun 2022”.

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke
Iskemik Pada Penderita Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan
Tahun 2022.

3
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan tekanan darah dengan kejadian stroke iskemik
di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan
b. Untuk mengetahui hubungan tingkat kelelahan fisik dengan kejadian stroke
iskemik di Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan
c. Untuk mengetahui hubungan IMT dengan kejadian stroke iskemik di
Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan

Manfaat Penelitian
Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat membantu memberikan informasi mengenai faktor-
faktor yang berhubungan dengan terjadinya stroke iskemik sehingga dapat
menjadi dasar dalam upaya pencegahan penyakit stroke khususnya pada usia
produktif.
Bagi Tempat Penelitian
Bagi Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dalam mengatasi terjadinya stroke iskemik sehingga dapat
menjadi dasar dalam upaya pencegahan penyakit stroke.
Bagi Perawat
Melalui penelitian ini diharapkan perawat dapat menjalankan perannya dan
dapat mengetahui faktor apa saja yang menjadi penyebab terjadinya stroke
iskemik di tengah-tengah masyarakat untuk membantu pencegahannya dan
sumber pedoman informasi bagi perawat.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan
data dasar dalam penelitian selanjutnya terkait dengan kejadian penyakit stroke
iskemik.

Anda mungkin juga menyukai