Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATA CEDERA FISIK PADA PASIEN

PERIOPERASI ATAU POSTOPERASI

KELOMPOK 3
Hasrat Ndruru 173302040037
Krisman Harapan Ziliwu 173302040053
Alabid Telaumbanua 173302040048
Anstasya Beatrick 173302040001
Fitri Kristianis Zalukhu 173302040006
Vania Almira 173302040025

PRODI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA MEDAN
MEDAN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena hanya
dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada teman- teman
yang lain atas segala bantuan dan dukungannya.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk makalah
ini. Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amin.

Medan, 2019

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
Daftar Isi .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi .......................................................................................... 3
B. Anatomi dan Fisiologi ..................................................................... 3
C. Patofisiologi .................................................................................... 4
D. Etiologi ............................................................................................ 5
E. Gejala Klinis .................................................................................... 6
F. Penatalaksanaan Medis ................................................................... 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian .......................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 17

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien . Kata perioperatif adalah gabungan dari tiga fase
pengalaman pembedahan yaitu : pre operatif, intra operatif dan post operatif.
Jadi operasi (perioperatif) merupakan tindakan pembedahan pada suatu
bagian tubuh yang mencakup fase praoperatif, intraoperatif dan pascaoperatif
(postoperatif) yang pada umumnya merupakan suatu peristiwa kompleks yang
menegangkan bagi individu yang bersangkutan. Tim operasi terdiri dari dokter
ahli, asisten dokter ahli, anesthesiologist atau perawat anastesi, circulating
nurses dan scrub nurses. Butuh kerjasama yang baik dan fasilitas yang memadai
untuk keberhasilan operasi.

B. Etiologi
Pembedahan dilakukan untuk berbagai alasan (Buku ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner dan Suddarth ) seperti :
a. Diagnostik, seperti dilakukan biopsi atau laparatomi eksplorasi
b. Kuratif, seperti ketika mengeksisi masa tumor atau mengangkat apendiks
yang inflamasi
c. Reparatif, seperti memperbaiki luka yang multipek
d. Rekonstruktif atau Kosmetik, seperti perbaikan wajah
e. Paliatif, seperti ketika harus menghilangkan nyeri atau memperbaiki
masalah, contoh ketika selang gastrostomi dipasang untuk
mengkompensasi terhadap kemampuan untuk menelan makanan

C. Tahap dalam Keperawatan Perioperatif


a. Fase Pre operatif
Fase pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan
perioperatif yang dimulai ketika pasien diterima masuk di ruang terima
pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk
dilakukan tindakan pembedahan.
Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut
dapat mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik
ataupun rumah, wawancara pre operatif dan menyiapkan pasien untuk
anestesi yang diberikan pada saat pembedahan. Persiapan pembedahan
dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan psikologi baik
pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).
1) Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi
emosinya tidak stabil. Hal ini dapat disebabkan karena takut akan perasaan

4
sakit, narcosa atau hasilnya dan keeadaan sosial ekonomi dari keluarga.
Maka hal ini dapat diatasi dengan memberikan penyuluhan untuk
mengurangi kecemasan pasien. Meliputi penjelasan tentang peristiwa
operasi, pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan), alat khusus yang
diperlukan, pengiriman ke ruang bedah, ruang pemulihan, kemungkinan
pengobatan-pengobatan setelah operasi, bernafas dalam dan latihan batuk,
latihan kaki, mobilitas dan membantu kenyamanan.
2) Persiapan Fisiologi, meliputi :

a) Diet (puasa) : Pada operasi dengan anaesthesi umum, 8 jam


menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum
operasi pasien tidak diperbolehkan minum. Pada operasai dengan
anaesthesi lokal /spinal anaesthesi makanan ringan diperbolehkan.
Tujuannya supaya tidak aspirasi pada saat pembedahan, mengotori
meja operasi dan mengganggu jalannya operasi.
b) Persiapan Perut : Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi
dilakukan pada bedah saluran pencernaan atau pelvis daerah
periferal. Tujuannya mencegah cidera kolon, mencegah konstipasi
dan mencegah infeksi.
c) Persiapan Kulit : Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari
rambuy
d) Hasil Pemeriksaan : hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG
dan lain-lain.
e) Persetujuan Operasi / Informed Consent Izin tertulis dari pasien /
keluarga harus tersedia.
b. Fase Intra operatif
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan
ke instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup
pemasangan IV cath, pemberian medikasi intaravena, melakukan
pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Contoh : memberikan
dukungan psikologis selama induksi anestesi, bertindak sebagai perawat
scrub, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan
menggunakan prinsip - prinsip dasar kesimetrisan tubuh.
Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi
yaitu pengaturan posisi karena posisi yang diberikan perawat akan
mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan psikologis pasien. Faktor
yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
1) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
2) Umur dan ukuran tubuh pasien.
3) Tipe anaesthesia yang digunakan.

5
4) Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan
(arthritis).
Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien : Atur posisi
pasien dalam posisi yang nyaman dan sedapat mungkin jaga privasi
pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya ditutup dengan duk.
Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua
bagian. Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak
steril :
1) Anggota steril, terdiri dari : ahli bedah utama / operator, asisten ahli
bedah, Scrub Nurse / Perawat Instrumen
2) Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari : ahli atau pelaksana
anaesthesi, perawat sirkulasi dan anggota lain (teknisi yang
mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).
c. Fase Post operatif
Fase Post operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre
operatif dan intra operatif yang dimulai ketika klien diterima di ruang
pemulihan (recovery room)/ pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi
tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah.
Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup rentang
aktivitas yang luas selama periode ini. Pada fase ini fokus pengkajian
meliputi efek agen anestesi dan memantau fungsi vital serta mencegah
komplikasi. Aktivitas keperawatan kemudian berfokus pada peningkatan
penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan, perawatan tindak lanjut
dan rujukan yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi serta
pemulangan ke rumah.

Fase post operatif meliputi beberapa tahapan, diantaranya adalah :

1) Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca


anastesi (recovery room)
Pemindahan ini memerlukan pertimbangan khusus
diantaranya adalah letak insisi bedah, perubahan vaskuler dan
pemajanan. Pasien diposisikan sehingga ia tidak berbaring pada
posisi yang menyumbat drain dan selang drainase. Selama
perjalanan transportasi dari kamar operasi ke ruang pemulihan
pasien diselimuti, jaga keamanan dan kenyamanan pasien dengan
diberikan pengikatan diatas lutut dan siku serta side rail harus
dipasang untuk mencegah terjadi resiko injury. Proses transportasi
ini merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan perawat
anastesi dengan koordinasi dari dokter anastesi yang bertanggung
jawab.
2) Perawatan post anastesi di ruang pemulihan atau unit perawatan
pasca anastesi

6
Setelah selesai tindakan pembedahan, pasien harus dirawat
sementara di ruang pulih sadar (recovery room : RR) atau unit
perawatan pasca anastesi (PACU: post anasthesia care unit) sampai
kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan
memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang perawatan (bangsal
perawatan). PACU atau RR biasanya terletak berdekatan dengan
ruang operasi. Hal ini disebabkan untuk mempermudah akses bagi
pasien untuk :
a) perawat yang disiapkan dalam merawat pasca operatif (perawat
anastesi)
b) ahli anastesi dan ahli bedah
c) alat monitoring dan peralatan khusus penunjang lainnya.

D. Klasifikasi Perawatan Perioperatif


Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan
pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu :
a. Kedaruratan/Emergency : Pasien membutuhkan perhatian segera,
gangguan mungkin mengancam jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan
tanpa di tunda. Contoh : perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih
atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar
sanagat luas.
b. Urgen : Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat
dilakukan dalam 24-30 jam. Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu
ginjal atau batu pada uretra.
c. Diperlukan : Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat
direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan. Contoh : Hiperplasia
prostat tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan tyroid, katarak.
d. Elektif : Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan,
bila tidak dilakukan pembedahan maka tidak terlalu membahayakan.
Contoh : perbaikan Scar, hernia sederhana, perbaikan vaginal.
e. Pilihan : Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan
sepenuhnya pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan
pribadi dan biasanya terkait dengan estetika. Contoh : bedah kosmetik.
Sedangkan menurut faktor resikonya, tindakan pembedahan di bagi
menjadi :

a. Minor : Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko


kerusakan yang minim. Contoh : incisi dan drainage kandung kemih,
sirkumsisi
b. Mayor : Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat
serius. Contoh : Total abdominal histerektomi, reseksi colon, dan lain-
lain.

7
E. Komplikasi Post Operatif dan Penatalaksanaanya
a. Syok
Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya berupa syok
hipovolemik. Tanda-tanda syok adalah : Pucat , Kulit dingin, basah,
Pernafasan cepat, Sianosis pada bibir, gusi dan lidah, Nadi cepat, lemah
dan bergetar , Penurunan tekanan darah, Urine pekat.
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah kolaborasi
dengan dokter terkait dengan pengobatan yang dilakukan seperti terapi
obat, terapi pernafasan, memberikan dukungan psikologis, pembatasan
penggunaan energi, memantau reaksi pasien terhadap pengobatan, dan
peningkatan periode istirahat.
b. Perdarahan
Penatalaksanaannya pasien diberikan posisi terlentang dengan
posisi tungkai kaki membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur
sementara lutut harus dijag tetap lurus. Kaji penyebab perdarahan, Luka
bedah harus selalu diinspeksi terhadap perdarahan.
c. Trombosis vena profunda
Trombosis vena profunda adalah trombosis yang terjadi pada
pembuluh darah vena bagian dalam. Komplikasi serius yang bisa
ditimbulkan adalah embolisme pulmonari dan sindrom pasca flebitis.
d. Retensi urin
Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan
rektum, anus dan vagina. Penyebabnya adalah adanya spasme spinkter
kandung kemih. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah
pemasangan kateter untuk membatu mengeluarkan urine dari kandung
kemih.
e. Infeksi luka operasi (dehisiensi, evicerasi, fistula, nekrose, abses)
Infeksi luka post operasi dapat terjadi karena adanya kontaminasi
luka operasi pada saat operasi maupun pada saat perawatan di ruang
perawatan. Pencegahan infeksi penting dilakukan dengan pemberian
antibiotik sesuai indikasi dan juga perawatan luka dengan prinsip steril.
f. Sepsis
Sepsis merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana kuman
berkembang biak. Sepsis dapat menyebabkan kematian karena dapat
menyebabkan kegagalan multi organ.
g. Embolisme Pulmonal
Embolsime dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah, udara
dan lemak) yang terlepas dari tempat asalnya terbawa di sepanjang aliran
darah. Embolus ini bisa menyumbat arteri pulmonal yang akan
mengakibatkan pasien merasa nyeri seperti ditusuk-tusuk dan sesak nafas,
cemas dan sianosis. Intervensi keperawatan seperti ambulatori pasca
operatif dini dapat mengurangi resiko embolus pulmonal.

8
h. Komplikasi Gastrointestinal

Komplikasi pada gastrointestinal sering terjadi pada pasien yang


mengalami pembedahan abdomen dan pelvis. Komplikasinya meliputi
obstruksi intestinal, nyeri dan distensi abdomen.

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Pengkajian fase Pre Operatif

1) Pengkajian Psikologis : meliputi perasaan takut / cemas dan


keadaan emosi pasien

2) Pengkajian Fisik : pengkajian tanda-tanda vital : tekanan darah,


nadi, pernafasan dan suhu.

3) Sistem integument : apakah pasien pucat, sianosis dan adakah


penyakit kulit di area badan.

4) Sistem Kardiovaskuler : apakah ada gangguan pada sisitem


cardio, validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?,
kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi., Kebiasaan
merokok, minum alcohol, Oedema, Irama dan frekuensi jantung.

5) Sistem pernafasan : Apakah pasien bernafas teratur dan batuk


secara tiba-tiba di kamar operasi.

6) Sistem gastrointestinal : apakah pasien diare ?

7) Sistem reproduksi : apakah pasien wanita mengalami menstruasi


?

8) Sistem saraf : bagaimana kesadaran ?

9) Validasi persiapan fisik pasien : apakah pasien puasa, lavement,


kapter, perhiasan, Make up, Scheren, pakaian pasien /
perlengkapan operasi dan validasi apakah pasien alaergi
terhadap obat ?

b. Pengkajian fase Intra Operatif

Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien


yang diberi anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan

9
pada pasien yang diberi anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian
psikososial. Secara garis besar yang perlu dikaji adalah :

1) Pengkajian mental : Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan


pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya perawat
menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan
memberi dukungan agar pasien tidak cemas/takut menghadapi
prosedur tersebut.

2) Pengkajian fisik : Tanda-tanda vital (bila terjadi


ketidaknormalan maka perawat harus memberitahukan
ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).

3) Transfusi dan infuse : Monitor flabot sudah habis apa belum.

4) Pengeluaran urin : Normalnya pasien akan mengeluarkan urin


sebanyak 1 cc/kg BB/jam.

c. Pengkajian fase Post Operatif

1) Status respirasi : Meliputi : kebersihan jalan nafas, kedalaman


pernafasaan, kecepatan dan sifat pernafasan dan bunyi nafas.

2) Status sirkulatori : Meliputi : nadi, tekanan darah, suhu dan


warna kulit.

3) Status neurologis : Meliputi tingkat kesadaran.

4) Balutan Meliputi : keadaan drain dan terdapat pipa yang harus


disambung dengan sistem drainage.

5) Ke nyamanan Meliputi : terdapat nyeri, mual dan muntah

6) Keselamatan Meliputi : diperlukan penghalang samping tempat


tidur, kabel panggil yang mudah dijangkau dan alat pemantau
dipasang dan dapat berfungsi.

7) Perawatan Meliputi : cairan infus, kecepatan, jumlah cairan,


kelancaran cairan. Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa,
hubungan dengan alat penampung, sifat dan jumlah drainage.

8) Nyeri Meliputi : waktu, tempat, frekuensi, kualitas dan faktor


yang memperberat / memperingan.

2. Asuhan Keperawatan Perioperatif

10
NO. NANDA NOC NIC

1. Pre Operatif Tujuan : cemas dapat Penurunan kecemasan


terkontrol.
Cemas b.d krisis · Bina hubungan saling
situasional Kriteria hasil : percaya dengan klien /
Operasi keluarga
· Secara verbal dapat
mendemonstrasikan · Kaji tingkat kecemasan
teknik menurunkan klien.
cemas.
· Tenangkan klien dan
· Mencari informasi dengarkan keluhan klien
yang dapat dengan atensi
menurunkan cemas
· Jelaskan semua
· Menggunakan prosedur tindakan kepada
teknik relaksasi untuk klien setiap akan
menurunkan cemas melakukan tindakan

· Menerima status · Dampingi klien dan


kesehatan. ajak berkomunikasi yang
terapeutik

· Berikan kesempatan
pada klien untuk
mengungkapkan
perasaannya.

· Ajarkan teknik relaksasi

· Bantu klien untuk


mengungkapkan hal-hal
yang membuat cemas.

· Kolaborasi dengan tim


kesehatan lain untuk
pemberian obat penenang,

2. Pre Operatif Tujuan : bertambah- Pendidikan kesehatan :


nya pengetahuan proses penyakit
Kurang pasien tentang
Pengetahuan b.d penyakitnya. · Kaji tingkat
keterbatasan pengetahuan klien.
informasi tentang Pengetahuan: Proses
penyakit dan · Jelaskan proses

11
proses operasi Penyakit terjadinya penyakit, tanda
gejala serta komplikasi
Kriteria hasil : yang mungkin terjadi
· Pasien mampu · Berikan informasi pada
men-jelaskan keluarga tentang
penyebab, komplikasi perkembangan klien.
dan cara
pencegahannya · Berikan informasi pada
klien dan keluarga tentang
· Klien dan keluarga tindakan yang akan
kooperatif saat dilakukan.
dilakukan tindakan
· Diskusikan pilihan
terapi

· Berikan penjelasan
tentang pentingnya
ambulasi dini

· Jelaskan komplikasi
kronik yang mungkin akan
muncul

3. Post Operatif Tujuan : kerusakan Pengelolaan jalan napas


per-tukaran gas tidak
Gangguan terjadi · Kaji bunyi paru,
pertukaran gas frekuensi nafas,kedalaman
b.d efek samping Status Pernapasan: dan usaha nafas.
dari anaesthesi. ventilasi
· Auskultasi bunyi napas,
Kriteria hasil : tandai area penurunan atau
hilangnya ventilasi dan
· Status adanya bunyi tambahan
neurologis DBN
· Pantau hasil gas darah
· Dispnea tidak ada dan kadar elektrolit
· PaO2, PaCO2, pH · Pantau status mental
arteri dan SaO2 dalam
batas normal · Observasi terhadap
sianosis, terutama
· Tidak ada gelisah, membran mukosa mulut
sianosis, dan keletihan
· Pantau status

12
pernapasan dan oksigenasi

· Jelaskan penggunaan
alat bantu yang diperlukan
(oksigen,
pengisap,spirometer)

· Ajarkan teknik bernapas


dan relaksasi

· Laporkan perubahan
sehubungan dengan
pengkajian data (misal:
bunyi napas, pola napas,
sputum,efek dari
pengobatan)

· Berikan oksigen atau


udara yang dilembabkan
sesuai dengan keperluan

4. Post Operatif Tujuan : kerusakan Perawatan luka


integritas kulit tidak
Kerusakan terjadi. · Ganti balutan plester
integritas kulit dan debris
b.d luka post Penyembuhan Luka:
operasi Tahap Pertama · Cukur rambut sekeliling
daerah yang terluka, jika
Kriteria hasil : perlu

· Kerusakan kulit · Catat karakteristik luka


tidak ada bekas operasi

· Eritema kulit tidak · Catat katakteristik dari


ada beberapa drainase

· Luka tidak ada pus · Bersihkan luka bekas


operasi dengan sabun
· Suhu kulit DBN antibakteri yang cocok

· Rendam dalam larutan


saline yang sesuai

· Berikan pemeliharaan

13
lokasi IV

· Sediakan pemeliharaan
luka bekas operasi sesuai
kebutuhan

· Berikan pemeliharaan
kulit luka bernanah sesuai
kebutuhan

· Gunakan unit
TENS (Transcutaneous
Elektrikal Nerve
Stimulation) untuk
peningkatan penyembuhan
luka bekas operasi yang
sesuai

· Gunakan salep yang


cocok pada kulit/ lesi,
yang sesuai

· Balut dengan perban


yang cocok

· Pertahankan teknik
pensterilan perban ketika
merawat luka bekas
operasi

· Periksa luka setiap


mengganti perban

· Bandingkan dan
mencatat secara teratur
perubahan-perubahan pada
luka

· Jauhkan tekanan pada


luka

· Ajarkan pasien dan


anggota keluarga prosedur
perawatan luka

14
5. Post Operatif Tujuan : Nyeri dapat Manajemen Nyeri :
teratasi.
Nyeri akut b.d · Kaji nyeri secara
proses Kontrol Resiko komprehensif ( lokasi,
pembedahan karakteristik, durasi,
Kriteria hasil : frekuensi, kualitas dan
· Klien melaporkan faktor presipitasi ).
nyeri berkurang dg · Observasi reaksi NV dr
scala 2-3 ketidak nyamanan.
· Ekspresi wajah · Gunakan teknik
tenang komunikasi terapeutik
· klien dapat untuk mengetahui
istirahat dan tidur pengalaman nyeri klien

· v/s dbn · Kontrol faktor


lingkungan yang
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan.

· Pilih dan lakukan


penanganan nyeri
(farmakologis/non
farmakologis).

· Ajarkan teknik non


farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri.

· Kolaborasi pemberian
analgetik untuk
mengurangi nyeri.

· Evaluasi tindakan
pengurang nyeri

· Monitor TTV

15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan Perioperatif adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan
pengalaman pembedahan pasien . Kata perioperatif adalah gabungan dari tiga fase
pengalaman pembedahan yaitu : pre operatif, intra operatif dan post operatif. Fase
pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai
ketika pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien
dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan.
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau dipindahkan ke
instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada
fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup pemasangan IV cath, pemberian
medikasi intaravena, melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Fase Post
operatif merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre operatif dan intra operatif
yang dimulai ketika klien diterima di ruang pemulihan (recovery room)/ pasca
anaestesi dan berakhir sampai evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di
rumah.

16
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddart. 2002. Perawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Barbara C Long.1989. Praktek Perawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Dondoes, E. Marilyn, 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta :EGC.

Potter and Perry1999. Buku Ajar Fundamental Keperawatan vol 2. Jakarta : EGC

17

Anda mungkin juga menyukai