Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini gaya hidup atau pola hidup sehat seseorang sangat berpengaruh pada
kesehatan tubuh, apabila tidak menjaga dengan baik maka akan menimbulkan
penyakit serta komplikasi. Pola penyakit yang dulunya didominasi oleh
penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh penyakit
degenerative diantaranya adalah penyakit kardiovaskular (Harper,2010).
Berbagai penyakit kardiovaskular tercatat sebagai penyebab kematian nomor
satu didunia (Pusat data dan info kementrian kesehatan,2014).

Penyakit kardiovaskuler atau penyakit jantung merupakan kematian nomor


satu di Negara penghasil rendah dan menengah sebanyak 7,5 juta kasus
(WHO,2015). Kemudian pada tahun 2016 mengalami peningkatan sebanyak
17,5 juta kasus kematian karna kardiovaskuler, sedangkan pada tahun 2017
meningkat kembali angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler sebanyak
17,7 juta jiwa (WHO 2017). Dari data angka kejadian tersebut secara umum
dapat disimpulan bahwa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan tentang
penyakit kardiovaskuler.Salah satu penyebab utama kematian penyakit
kardiovaskuler selain penyakit jantung koroner dan stroke adalah gagal
jantung. (Pusat data kementrian kesehatan,2014). Gagal jantung merupakan
tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan merupakan masalah kesehatan
dunia (Dumitru,2010).

Pada penelitian di Amerika, risiko berkembangnya gagal jantung adalah 20%


untuk usia ≥40 tahun, dengan kejadian >650.000 kasus baru yang didiagnosis
gagal jantung selama beberapa dekade terakhir. Kejadian gagal jantung
meningkat dengan bertambahnya usia. Tingkat kematian untuk gagal jantung
sekitar 50% dalam waktu 5 tahun (Yancy, 2013).

1
2

Prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia tahun 2015 sebesar 0,13%


atau diperkirakan sekitar 229.696 orang. Dalam profil Kesehatan Indonesia
tahun 2016, gagal jantung menyebabkan 113.395 orang menjalani rawat inap
diseluruh rumah sakit.Sedangkan pada tahun 2017 mengalami peningkatan
yaitu mencapai 420.449 orang yang mengalami rawat inap diseluruh rumah
sakit.Dari hasil datadan angka kejadian tersebut dapat disimpulkan bahwa
penyakit gagal jantung di Indonesia dalam setiap tahunnya mengalami
peningkatan (Kemenkes RI,2017).

Estimasi jumlah penderita penyakit jantung di provinsi Kalimantan Selatan


pada tahun 2015 sebanyak 643 orang, pada tahun 2016 mengalami
peningkatan jumlah penderita penyakit jantung yaitu 730 orang, sedangkan
pada tahun 2017 penderita penyakit jantung yaitu 4.972 orang. Dari hasil
data angka kejadian tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah penderita
penyakit jantung cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
(Dinkes Prov. Kalsel 2017).

Berdasarkan data yang di dapatkan di salah satu Rumah SakitUmum


Banjarmasin yaitu RSUD Ulin Banjarmasin ditemukan angka kejadian pada
tahun 2015 sebanyak 436 pasien, tahun 2016sebanyak 653 pasien, sedangkan
pada tahun 2017 sebanyak 713 pasien. Dari data angka kejadian tersebut
secara umum dapat disimpulan bahwa dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan tentang penyakit gagal jantung (Rekam Medik RSUD Ulin
Banjarmasin).

Masalah kesehatan yang progresif dengan angka mortalitas dan morbilitas


yang tinggi dinegara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia
adalah penyakit gagal jantung.Terjadinya gagal jantung apabila terjadi gejala
kompleks yaitu adanya nafas pendek yang tipikal saat istirahat atau saat
melakukan aktifitas disertai / tidak kelelahan. Hal tersebut disebabkan oleh
lumen pembuluh darah yang menyempit sehingga terjadi kelainan aliran
3

darah dan dapat mengakibatkan hipertensi. Hipertensi merupakan penyebab


utama terjadinya penyakit gagal jantung (Perki,2015).

Hipertensi juga merupakan salah satu faktor resiko utama kematian diseluruh
dunia, diperkirakan sekitar 9,4 juta orang atau 22% kematian disebabkan
oleh hipertensi pada tahun (2014), sedangkan pada tahun (2015) angka
kejadian hipertensi meningkat menjadi 972 juta orang atau 26,4%
masyarakat dunia mengalami hipertensi. Berdasarkan hasil data tersebut
terjadi peningkatan penyakit hipertensi dari tahun ke tahun (WHO,2015).

Sedangkan di Indonesia angka kejadian hipertensi cukup tinggi, data


statististik tahun 2013 pada responden >18tahun sebesar 25,8%, , selain itu
menurut Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) pada tahun 2016
menunjukkan peningkatan prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun
ke atas sebesar 32,4%. Dari informasi diatas menunjukkan bahwa hipertensi
mengalami peningkatan meskipun informasi terkait di kemukakan dalam
kurun waktu 3 tahun sekali (Kemenkes RI,2018).

Data dari provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 hipertensi menduduki


peringkat kedua setelah penyakit diare dengan jumlah 51.022 kasus
pertahunnya sedangkan pada tahun 2017 terjadi peningkatan dan penyakit
hipertensi menduduki peringkat pertama dari total sebelumnya meningkat
menjadi 154.343 jiwa yang terkena hipertensi. Dari informasi tersebut
menunjukkan bahwa penyakit hipertensi mengalami peningkatan tiap
tahunnya (Dinkes Kota Banjarmasin, 2017).

Berdasarkan data rekam medic RSUD Ulin Banjarmasin didapatkan data


hipertensi pada tahun 2015 ditemukan pasien dengan hipertensi sebanyak
269 orang, sedangkan tahun 2016 ditemukan sebanyak 434 orang dan pada
tahun 2017 ditemukan sebanyak 658 orang. Dalam data tersebut dapat
4

disimpulkan bahwa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dengan


penyakit hipertensi (Rekam Medik RSUD Ulin Banjarmasin).

Hasil data tersebut menunjukkan bahwa adanya peningkatan prevalensi gagal


jantung dan hipertensi, yang dimana hipertensi lebih banyak dijumpai pada
pasien dengan gagal jantung serta masih menyebabkan kematian yang terus
meningkat tiap tahunnya (Perki,2015).

Framingham yang dikutip dari Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2,


Oktober 2013 menyebutkanbahwa hipertensi menyumbang sekitar
seperempat dari kasus gagal jantung. Pada populasi usia lanjut, sebanyak 68%
kasus gagal jantung dikaitkan dengan hipertensi.Demikian juga menurut Nia
Triswanti, dkk (2015) menyebutkan bahwa ada hubungan hipertensi dengan
kejadian gagal jantung kongestif di Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin.

Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin merupakan rumah sakit tipe A
rujukan terbesar di provinsi Kalimantan Selatan yang mempunyai pelayanan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilatif pada penderita penyakit jantung.
Berdasarkan hasil data diatas menunjukkan bahwa dalam tiap tahunnya
terjadi peningkatan penyakit gagal jantung dan hipertensi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukandi RSUD Ulin Banjarmasin


Ruang Alamanda pada tanggal 12 juli 2018 didapatkan data pasien yang
dirawat dengan gagal jantung 3 bulan terkhir pada bulan april 2018 sebanyak
60 orang, mei 2018 sebanyak 48 orang, sedangkan pada bulan juni sebanyak
34 orang. Dimana hasil data yang didapatkan selama 3 bulan terakhir pada
penyakit gagal jantung mengalami penurunan dan hasil data tersebut
ditemukan diagnosa gagal jantung dengan disertai komplikasi penyakit lain,
sedangkan dari hasil wawancara dari 8 pasien yang dirawat ditemukan 5
diantaranya mengalami penyakit gagal jantung disertai hipertensi dan 3
diantaranya mengalami penyakit gagal jantung tidak disertai hipertensi.
5

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah ditemukan diatas maka
rumusan masalah yang akan diteliti yaitu apakah jenis hipertensi berhubungan
dengan kejadian gagal jantung di Ruang Alamanda RSUD Ulin Banjarmasin.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan jenis hipertensi dengan kejadian gagal jantung
di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2018.
1.3.2 Tujuan Khusus
Berdasarkan tujuan umum penelitian dapat dirumuskan tujuan khusus
sebagai berikut :
1.3.2.1 Mengidentifikasi jenis hipertensi di RSUD Ulin Banjarmasin
1.3.2.2 Mengidentifikasi penyakit gagal jantung di RSUD Ulin
Banjarmasin.
1.3.2.3 Menganalisa hubungan jenis hipertensi dengan kejadian
gagal jantung di RSUD Ulin Banjarmasin.

1.4 Manfaat
1.4.2 Untuk Instansi Kesehatan
Sebagai masukkan atau ukuran untuk mengetahui sejauh mana profesi
kesehatan dan perawat telah menyebarkan informasi kesehatan serta
menjadi bahan masukkan bagi pengetahuan keilmuan dalam bidang
kesehatan.
1.4.3 Untuk Pasien
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi klien
mengenai hubunganjenis hipertensi yang mempengaruhi gagal jantung.
1.4.4 Untuk Peneliti yang akan datang
Penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar bagi penelitian
selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.
6

1.5 Penelitian Terkait


1.5.1 Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Christa F. D. Tambuwun,
Agnes L. Panda, Starry H. Rampengan(2016) yaitu tentang Gambaran
pasien gagal jantung dengan penyakit hipertensi yang menjalani rawat
inap di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. metode penelitian
yang digunakan adalah deskriptif prospektif dengan desain potong
lintang, populasi dan sampel yang diambil ialah pasien penderita gagal
jantung dengan penyakit hipertensi yang dirawat di UGD dan diruang
rawat inap RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang mencakup
seluruh populasi terjangkau dengan kriteria inklusi yaitu pasien yang
didiagnosis gagal jantung dengan penyakit hipertensi dan kriteria
eksklusi yaitu pasien yang tidak memiliki data hasil pemeriksaan
parameter ekokardiografi dan rontgen yang lengkap. Hasil penelitian
mendapatkan dari total 167 pasien gagal jantung, ditemukan gagal
jantung disertai hipertensi sebanyak 70 pasien (41,9%). Berdasarkan
hasil pemeriksaan ekokardiografi didapatkan klasifikasi terbanyak
ialah gagal jantung diastolik sebanyak 38 pasien (54,3%), gagal
jantung sistolik sebanyak 19 pasien (27,2%), dan kombinasi gagal
jantung sistolik diastolik sebanyak 13 pasien (18,5%). Prevalensi
terbanyak terdapat pada laki-laki (65,7%).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Christa F. D. Tambuwun,


Agnes L. Panda, Starry H. Rampengan(2016) diatas terletak pada
judul, variabel independent, jenis penelitian, populasi, sampel dan
tempat penelitian. variabel bebasnya gagal Antung dan variabel
terikatnya gambaran hipertensi dengan gagal jantung. populasi,
seluruh pasien yang dirawat di UGD dan diruang rawat inap RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang didiagnosis gagal jantung
periode September – November 2016 berjumlah 167 pasien.
7

1.5.2 Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Riza Alfian, Yugo Susanto,
Siti KhadizahDesember 2015 –Januari 2016 dengan judul Kualitas
Hidup Pasien Hipertensi Dengan Penyakit Penyerta Di Poli Jantung
RSUD Ratu Zalecha Martapura. Hipertensi dengan penyakit penyerta
adalah salah satu penyebab kematian nomor satu di dunia. Hal
tersebut pasti akan membahayakan jiwa pasien dan menurunkan
kualitas hidup pasien. Kualitas hidup merupakan indikator penting
untuk menilai keberhasilan intervensi pelayanan kesehatan, baik dari
segi pencegahan maupun pengobatan.Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien hipertensi dengan
penyakit penyerta gagal jantung dan hipertensi dengan penyakit
penyerta diabetes melitus di poli jantung RSUD Ratu Zalecha
Martapura.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.Pengambilan
data dilakukan secara prosfektif pada pasien rawat jalan di poli
jantung selama periode Desember 2015 –Januari 2016.Subjek
penelitian yang memenuhi kriteria inklusisejumlah 71 orang yang
terbagi atas 58 orang (82,36 %) pasien hipertensi dengan penyakit
penyerta gagal jantung dan 13 orang (17,64 %) pasien hipertensi
dengan penyakit penyerta diabetes melitus. Pengumpulan data
dilakukan dengan melakukan wawancara mengunakan kuesioner
Short Form 36(SF 36).Hasil penelitian menunjukkan untuk 58 orang
pasien hipertensi dengan penyakit penyerta gagal jantung 15 orang
(25,86%) kualitas hidup baik, dan 43 orang (74,14%) kualitas hidup
kurang baik, total skor kualitas hidup rata-rata yaitu 46,21 dengan
nilai skor tiap dimensi yaitu fungsi fisik 48,71, fungsi emosi 64,9,
fungsi sosial 50,25, kesehatan umum 44,11, keadaan fisik 31,9,
keadaan emosi 36,23, dimensi nyeri 36,85, dan fatique 58,72.
Sedangkan untuk 13 orang pasien hipertensi dengan penyakit penyerta
diabetes melitus 9 orang (69,23 %) kualitas hidup baik dan 4 orang
(30,77 %) kualitas hidup kurang baik, total skor kualitas hidup rata-
rata yaitu 67,93 dengan nilai skor tiap dimensi yaitu fungsi fisik 69,54,
8

fungsi emosi 86,00, fungsi sosial 75,96, kesehatan umum 49,68,


keadaan fisik 63,46, keadaan emosi 66,67, dimensi nyeri 61,92, dan
fatique 70,19.Berdasarkan hasil penelitian di poli jantung RSUD Ratu
Zalecha Martapura dapat disimpulkan bahwa pasien hipertensi dengan
penyakit penyerta gagal jantung mayoritas memiliki gambaran
kualitas hidup yang kurang baik dan pasien hipertensi dengan
penyakit penyerta diabetes melitus mayoritas memiliki gambaran
kualitas hidup baik.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Riza Alfian, Yugo Susanto,


Siti khadizah desember 2015 –Januari 2016 diatas terletak pada judul
penelitian, analisis data, hasil dan tempat penelitian. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif.Populasi pasien 71 orang, variabel
bebasnya adalah hipertensi.Pupulasi Sampel penelitian diambil
dengan Menggunakan metode Consecutive samplingpengumpulan
data dilakukan dengan melakukan wawancara dan mengisi kuesioner
pengukuran kualitas hidup pasien yang menjadi sampel penelitian.

Anda mungkin juga menyukai