Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam. 2. Nama pasien : Tn. H 3. Diagnosa medis : Hemoroid interna derajat III 4. Diagnosa keperawatan : Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik. 5. Justifikasi tindakan :
Hemoroid interna adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis
yang tidak merupakan keadaan patologik, hanya apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan atau penyulit, diperlukan tindakan (R. Sjamsuhidayat, 2004:672). Hemoroid dapat disebabkan oleh faktor usia, konstipasi, kehamilan, pekerjaan yang mengharuskan duduk yang terlalu lama dan mengangkat beban berat. Homoroid biasanya ditandai dengan adanya perdarahan, nyeri, anemia, keluarnya mucus, dan rasa gatal karena iritasi perianal. Penatalaksaan medis yang biasa dilakukan pada pasien dengan hemoroid interna derajat III yaitu hemoroidektomi. Hemoroidektomi merupakan upaya pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat hemoroid. Pada tindakan hemoroidektomi adakan mengakibatkan terjadinya diskontinuitas jaringan sehingga tubuh merespon dengan melepaskan mediator kimia berupa bradikinin, histamin, serotenin, dan prostaglandin untuk merangsang ujung saraf perifer untuk menghantarkan rangsangan ke substansi gelatinosa sehingga dipersepsikan sebagai nyeri pada cortex cerebri. Teknik relaksasi adalah suatu teknik merilekskan ketegangan otot yang dapat menunjang nyeri (Brunner dan Suddarth, 2002 : 233). Teknik relaksasi napas dalam dipercaya mampu merangsang tubuh untuk melepaskan opoid endogen yaitu endorfin dan enkefalin. Endorfin dan enkefalin merupakan substansi di dalam tubuh yang berfungsi sebagai inhibitor terhadap transmisi nyeri (Smeltzer & Bare, 2002). Menurut Smeltzer and Bare (2002) endorfin merupakan neurotransmitter yang menghambat pengiriman rangsangan nyeri sehingga dapat menurunkan sensasi nyeri. Penurunan intensitas nyeri tersebut dipengaruhi oleh peralihan fokus responden pada nyeri yang dialami terhadap penatalaksanaan teknik relaksasi napas dalam sehingga suplai oksigen dalam jaringan akan meningkat dan otak bisa berelaksasi. Otak yang relaksasi itulah yang akan merangsang tubuh untuk menghasilkan hormon enderfin untuk menghantarkan transmisi impuls nyeri ke otak dan dapat menurunkan sensasi terhadap nyeri yang akhirnya menyebabkan intensitas nyeri yang dialami responden berkurang (Widiatie, 2015).
6. Prinsip-prinsip tindakan dan rasional :
No Prinsip Tindakan Rasional
. 1. Cuci tangan. Mencegah transmisi mikroorganisme. 2. Beri salam kepada pasien. Menerapkan etika keperawatan. 3. Memperkenalkan diri. Membina hubungan saling percaya dengan pasien. 4. Memverifikasi identitas pasien. Memastikan kebenaran tindakan yang akan dilakukan. 5. Jelaskan maksud dan prosedur Pasien memahami tujuan melakukan latihan napas dalam. tindakan yang akan dilakukan. 6. Memberi kesempatan kepada Menghindari kesalahpahaman pasien untuk bertanya bila ada tentang penjelasan perawat. sesuatu yang kurang jelas. 7. Atur posisi pasien agar rileks tanpa Posisi yang nyaman dapat adanya beban fisik. menambah rasa rileks pasien. 8. Instruksikan pasien untuk Memaksimalkan tarinas melakukan tarik napas dalam napas/memaksimalkan melalui hidung sehingga rongga ekspansi paru. Secara paru berisi udara. fisiologis, keadaan relaksasi ditandai dengan penurunan kadar epinefrin dan non epinefrin dalam darah, penurunan frekuensi denyut jantung, penurunan tekanan darah, penurunan frekuensi napas, penurunan ketegangan otot, metabolisme menurun, vasodilatasi dan peningkatan temperature pada ekstrimitas (Rahmayati,2010). 9. Instruksikan pasien dengan cara Teknik relaksasi napas dalam perlahan dan menghembuskan akan lebih efektif bila udara membiarkannya keluar dari dikombinasikan dengan mulut, pada saat bersamaan minta beberapa teknik lainnya, pasien untuk memusatkan seperti guided imagery. perhatiannya pada sesuatu hal yang Guided imagery merupakan indah. teknik yang menggunakan imajinasi seseorang untuk mencapai efek positif tertentu (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010). 10. Instruksikan pasien untuk bernapas Pasien melakukan napas dalam dengan irama normal beberapa saat yang efektif. (1-2 menit). 11. Instruksikan pasien untuk kembali Teknik relaksasi napas dalam menarik napas dalam, kemudian akan lebih efektif bila menghembuskan dengan cara dikombinasikan dengan perlahan dan mulai mengalir dari beberapa teknik lainnya, tangan, kaki, menuju ke paru-paru seperti guided imagery. Guided seterusnya rasakan udara mengalir imagery merupakan teknik ke selurug bagian anggota tubuh. yang menggunakan imajinasi seseorang untuk mencapai efek positif tertentu (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010). 12. Minta pasien untuk memusatkan Pasien dapat merasakan aliran perhatian pada kaki dan tangan, udara yang dihirup sehingga udara yang mengalir dan merasakan menambah rasa tenang. ke luar dari ujung-ujung jari tangan dan kaki dan rasakan kehangatannya. 13. Instruksikan pasien untuk Pasien dapat etrlatih untuk mengulang teknik ini apabila rasa melakukan tindakan relaksasi nyeri kembali lagi. napas dalam. 14. Setelah pasien mulai merasakan Pasien dapat melakukan latihan ketenangan, minta pasien untuk ini secara mandiri jika melakukan secara mandiri. mengalami nyeri. 15. Berpamitan dengan pasien. Menerapkan etika keperawatan. 16. Cuci tangan. Mencegah transmisi mikroorganisme. 7. Bahaya-bahaya yang mungkin terjadi akibat tindakan tersebut dan cara pencegahannya: Bahaya yang mungkin terjadi ialah pasien kurang memahami penjelasan perawat menyebabkan ketidaksesuaian dalam mempraktekkan latihan napas dalam. Bahaya tersebut dapat dicegah dengan mengevaluasi bagaimana klien mempraktekkan latihan napas dalam. 8. Tujuan tindakan tersebut dilakukan : Tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan (Smeltzer & Bare, 2002). 9. Hasil yang didapat dan maknanya Setelah dilakukan teknik relaksasi napas dalam pasien merasa nyerinya berkurang dan lebih tenang.