Anda di halaman 1dari 13

Nama : Fitrotus Fatma Farafishah

NIM : 153112620120026

Telaah Kritis Jurnal


No Bagian Telaah
1 Judul Artikel Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian
Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien yang Berkunjung ke
Poli Penyakit Dalam di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang.
2 Nama Penulis Dwi Puji Handayani, Auly Tarmali, Sigit Ambar Widyawati

3 Latar belakang Dewasa ini semakin banyak penyakit yang


menyerang manusia, terutama penyakit-penyakit yang
berbahaya, salah satunya adalah penyakit yang
berhubungan dengan aliran darah terutama penyakit
jantung koroner. Menurut WHO pada tahun 2005 tardapat
17,5 juta orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler,
mewakili 30% dari seluruh kasus kematian di dunia
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan
keadaan dimana terjadi penimbunan plak pembuluh darah
koroner.Hal ini menyebabkan arteri koroner menyempit
atau tersumbat. Arteri koroner merupakan arteri yang
menyuplai darah ke otot jantung dengan membawa
oksigen yang banyak. Terdapat beberapa faktor yang
memicu penyakit ini yaitu gaya hidup, faktor genetik, usia
dan penyakit penyerta yang lain. (Cristoper C, 2010)
Faktor resiko timbulnya penyakit jantung koroner
dibedakan menjadi 2, yaitu faktor resiko yang dapat
diubah atau diperbaiki dan faktor resiko yang tidak dapat
diubah atau tidak dapat diperbaiki yang dapat mendorong
timbulnya plak diarteri koroner. Faktor resiko yang dapat
diubah atau diperbaiki yaitu, kadar kolesterol, hipertensi,
merokok, diabetes mellitus, stres, besitas, alkohol, kurang
aktivitas. Sedangkan faktor resiko yang tidak dapat diubah
yaitu, genetik atau keturunan, jenis kelamin, dan usia
(Soeharto, 2004).
Berdasarkan laporan World Health Statistic 2010
tercatat 17,1 juta orang meninggal di dunia akibat penyakit
jantung koroner dan di perkirakan angka ini akan terus
meningkat hingga 2030 menjadi 23,4 juta kematian di
dunia atau merupakan 43% (Cristoper, 2010).
Berdasarkan data studi pendahuluan yang di lakukan
peneliti pada bulan Januari selama 3 hari didapatkan data
penderita penyakit jantung koroner yaitu sebesar 715
kasus pada tahun 2013 meningkat menjadi 765 kasus
penderita penyakit jantung koroner pada tahun 2014. Dari
beberapa pertanyaan yang diberikan kepada 15 pasien laki-
laki yang berkunjung ke poli penyakit dalam dengan cara
memilih kasus penyakit jantung koroner sebanyak 8 orang
dan 7 orang lainnya tidak menderita penyakit jantung
koroner. Dari 8 orang pasien yang menderita penyakit
jantung koroner 6 (75%) orang memiliki kebiasaan
merokok dan 2 (25%) orang tidak memiliki kebiasaan
merokok. Sedangkan 7 orang pasien yang tidak, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian penyakit
jantung koroner pada pasien yang berkunjung ke poli
penyakit dalam di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang.
4 Tujuan Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan
kejadian penyakit jantung koroner pada pasien yang
berkunjung ke poli penyakit dalam di RSUD Ungaran
Kabupaten Semarang.
5 Waktu dan Tempat Juli 2015 di STIKES NGUDI WALUYO
6 Desain Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian
survei analitik dengan pendekatan case control.
Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh
pasien penyakit jantung yang berkunjung ke poli
penyakit dalam RSUD Ungaran pada bulan Januari
sampai bulan Mei 2015, sedangkan populasi kontrol
adalah semua pasien yang tidak menderita
penyakit jantung koroner di poli penyakit dalam
RSUD Ungaran pada bulan Januari sampai Mei
2015.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
quota sampling. Kriteria inklusi kasus pada penelitian
ini adalah Pasien yang menderita penyakit jantung
koroner berdasarkan hasil diagnosis Dokter dan
hasil pemeriksaan elektrokardiografi yang
berkunjung ke poli penyakit dalam pada tanggal
Juni-8 Juli 2015. Sedangkan inklusi kontrol adalah
pasien yang tidak menderita penyakit jantung
koroner berdasarkan hasil diagnosis dokter dan
hasil pemeriksaan elektrokardiografi berdasarkan
waktu pemeriksaan penyakit jantung pada tanggal
30 Juni-8 Juli 2015 yang berkunjung ke poli
penyakit dalam sebanyak 31 responden.
Dalam penelitian ini menggunakan alat
pengumpulan data kuesioner (berisi tentang
kebiasaan merokok) dan kejadian penyakit jantung
koroner berdasarkan diagnosis Dokter serta hasil
pemeriksaan elektrokardiografi.

Analisis data dilakukan dengan analisis univariat


dan bivariat menggunakan program SPSS 16.

7 Hasil Kebiasaan Merokok


Tabel 1. Distribusi Frekuensi berdasarkan kebiasaan
Merokok

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Merokok

Rokok yang dihisap perhari


Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Rokok yang
dihisap perhari
Kejadian Penyakit Jantung Koroner
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian
Penyakit Jantung Koroner

Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian


Penyakit Jantung Koroner pada Pasien yang Berkunjung
ke Poli Penyakit Dalam
Tabel 5 Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan
Kejadian Penyakit Jantung Koroner

8 Pembahasan Berdasarkan instrumen didapatkan bahwa


responden yang memiliki kebiasaan merokok menderita
penyakit jantung koroner lebih besar yaitu sebanyak 27
responden (87,1%) daripada responden yang tidak
memiliki kebiasaan merokok dan menderita penyakit
jantung koroner yaitu sebanyak 4 responden (12,9%).
Sedangkan responden yang tidak memiliki kebiasaan
merokok dan tidak menderita penyakit jantung koroner
sebanyak 16 orang (51,6%) lebih besar dari pada responden
yang memiliki kebiasaan merokok dan tidak menderita
penyakit jantung koroner sebanyak 15 orang (48,4%). Hasil
analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square
didapatkan nilai P-value= 0,017.
Oleh karena p-value = 0,017 < (0,05) maka Ho
ditolak, dan disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian
penyakit jantung koroner pada pasien yang berkunjung ke
poli penyakit dalam di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang. Dari hasil uji juga diperoleh nilai Odds Ratio
sebesar 4,444, yang menunjukkan bahwa orang yang
merokok beresiko 4,4 kali lebih besar untuk terkena
penyakit jantung koroner daripada orang yang tidak
merokok.
Hal ini sesuai teori yang menyebutkan bahwa
kebiasaan merokok berhubungan erat dengan kejadian
penyakit jantung koroner, Pada umumnya orang dengan
kebiasaan merokok, akan menghisap bahan kimia
sebanyak 4000 bahan kimia dan 200 diantaranya beracun
antara lain nikotin, tar, dan karbon monoksida (CO) yang
dihasilkan oleh asap rokok memiliki dampak buruk
terhadap kesehatan.
Komponen utama asap rokok seperti gas karbon
monoksida (CO) dan nikotin berhubungan erat dengan
penyakit jantung atau penyakit kardiovaskular. Gas CO
pada asap rokok yang masuk ke dalam tubuh manusia
lewat inhalasi akan berikatan kuat dengan atom besi dan
kompleks protohaem pada hemoglobin dan membentuk
karboksihemoglobin. Daya ikat CO terhadap Hb lebih
kuat 250 kali dibandingkan daya ikat Oksigen terhadap
Hb, sehingga pada perokok yang menghirup gas CO dan
asap rokok dapat mengalami kekurangan oksigen akibat
adanya hambatan aliran oksigen dari darah keseluruh
tubuh. Apabila hal ini terjadi pada manusia akan
menyebabkan penyakit kardiovaskular yaitu aterosklerosis
yang akan berkembang menjadi penyakit jantung koroner
(Keith Allman& Wilson, 2011).
Selain itu, dari hasil penelitian didapatkan 4
responden (12,9%) yang tidak memiliki kebiasaan
merokok tetapi menderita penyakit jantung koroner. Hal
ini kemungkinan dikarenakan oleh faktor lain yang
mempengaruhi terjadinya penyakit jantung koroner seperti
hipertensi dan kadar lemak yang tinggi. Selain
dipengaruhi oleh hipertensi dan kadar lemak yang tinggi
Penyakit jantung koroner juga dipengaruhi oleh faktor lain
yaitu usia, jenis kelamin, genetik, kurang aktivitas, dan
obesitas. (Wardoyo,2006).
Berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan
responden yang memiliki kebiasaan merokok tetapi tidak
menderita penyakit jantung koroner sebanyak 15
responden (48,4%). Hal ini menunjukkan ketidaksesuaian
antara teori dengan hasil penelitian dilapangan oleh
peneliti. Hal ini dikarenakan seseorang yang merokok
memiliki ntensitas merokok yang berbeda-beda. Seseorang
yang berpeluang untuk terkena penyakit jantung koroner
dapat dilihat dari lama merokok serta rokok yang dihisap
perhari. Orang yang merokok dalam jangka waktu < 10
tahun dengan jumlah rokok yang dihisap kurang dari 1
pak (15 batang) rokok perhari resiko untuk terkena
penyakit jantung koroner lebih rendah dibandingkan
dengan orang yang merokok dalam jangka waktu 10
tahun dengan jumlah rokok yang dihisap lebih dari satu
pak (15 batang) rokok perhari, hal ini dikarenakan racun
yang ada di dalam tubuh belum berakumulasi. Hal ini
sesuai dengan teori bahwa zat kimia dalam rokok bersifat
kumulatif (ditimbun), suatu saat dosis racunnya akan
mencapai titik toksis sehingga mulai kelihatan gejala
yang ditimbulkannya, dampak rokok akan terasa setelah
10-20 tahun pasca digunakan (Bustan, 2007).

9 Kelebihan Sebagai informasi untuk menambah wawasan


responden tentang pentingnya kesehatan, apalagi
tentang kerugian merokok hingga bisa menjadi faktor
penyebab terkena penyakit jantung koroner.
Penelitian ini bisa digunakan sebagai data dasar untuk
penelitian lebih lanjut tentang faktor resiko lainnya
yang mempengaruhi terjadinya penyakit jantung
koroner seperti hipertensi, obesitas, kolesterol, stres,
usia, dan jenis kelamin.
Penelitian yang dilakukan bisa dijadikan bahan
masukan dan data awal bagi institusi Rumah Sakit
dalam memberikan konseling kesehatan, khususnya
tentang dampak rokok terhadap penyakit jantung
koroner pada pasien RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang
Kelebihan Judul :
1. Untuk pemilihan judul sangat menarik, karena
masalah yang diangkat merupakan masalah belum
bisa di selesaikan hingga saat ini.
2. Judul jelas, karena dengan melihat judul saja
pembaca sudah bisa mengerti isi singkat dari jurnal
yang diangkat.
Kelebihan pada Pendahuluan:
Untuk pendahuluannya sudah menjelaskan alasan
penulis mengangkat kasus ini karena menarik
disanding dengan bebagai fakta dari sumber. Seperti:
Menurut WHO pada tahun 2005 terdapat 17,5 juta
orang meninggal karena penyakit kardiovaskuler,
mewakili 30% dari seluruh kasus kematian di
dunia Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan
keadaan dimana terjadi penimbunan plak pembuluh
darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner
menyempit atau tersumbat
Kelebihan Hasil:
Data yang disajikan ringkas dengan tinjauan
menggunakan teks naratif, tabel, atau gambar serta
dilengkapi teks naratif dan disajikan dalam bentuk
yang mudah dimengerti.
Kelebihan Pembahasan:
Peneliti menafsirkan data dengan pola yang diamati.
Setiap hubungan antar variabel percobaan yang
penting dan setiap korelasi antara variabel dapat
dilihat jelas serta penjelasan yang berbeda dari
hipotesis atau hasil yang berbeda atau serupa dengan
setiap percobaan.
Kelebihan Kesimpulan:
Data yang disajikan berhubungan kembali pada
pertanyaan yang dinyatakan dalam pendahuluan.
Dengan mengacu pada bagian pendahuluan dan
kesimpulan, sehingga seorang pembaca memiliki ide
ilmu baru untuk mengembangkan penelitian ini.

10 Kekurangan Pada abstrak paragraf pertama, disebutkan bahwa


Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO
memperkirakan, jumlah penderita penyakit jantung
koroner akan terus meningkat seiring dengan jumlah
penduduk yang besar. Kenapa tidak dijelaskan/
dijabarkan alasan mengenai jumlah penduduk
menjadi faktor terjadinya kenaikan kejadian penyakit
jantung.
Dalam metode penelitian, analisis data dilakukan
dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan
program SPSS 16. Analisis bivariat dijelaskan
dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
bebas (kebiasaan merokok) dan terikat (kejadian
penyakit jantung koroner, sedangkan analisis
univariatnya tidak dijabarkan/ dijelaskan tujuan
analisisnya untuk apa.
Pada bagian hasil dan pembahasan, Tabel 3 mengenai
distribusi frekuensi berdasarkan rokok yang dihisap
perhari dibedakan menjadi 3 kategori, yaitu perokok
berat, perokok sedang, dan perokok ringan. Dalam
pembahasannya, kategori tersebut tidak dijelaskan
mengenai perbedaan ketiganya dalam hal
frekuensi/jumlah rokok yang dihisap perharinya.
(Pada tabel 3) Harusnya kontrol yang dicoret itu
adalah kasus, jadi yang dimaksud populasi kasus yaitu
seluruh pasien penyakit jantung yang dikattegorikan
berdasarkan rokok yang dihisap per hari
Teori ini harusnya tidak perlu dicantumkan karena
dalam hasil yang diteliti oleh peneliti, hanya
dijelaskan jumlah responden, tidak ada penjelasan
mengenai jenis kelamin, terkecuali jika dijelaskan
bahwa responden yang merokok terkena PJK jumlah
yang didapat ternyata lebih banyak laki-laki, baru
teori ini bisa dimasukkan dalam pembahasan

Kesalahan penulisan, seperti labih, control, table


Tidak ada spasi seperti chi-squaredengan, perhari,
perharis ebagai, ringansebanyak, karbonmonoksida,
(p<0,05)dan.
Harusnya huruf kecil seperti oksigen, penyakit.
Harusnya tidak dipisah sepeeti dari pada, di lakukan
Banyak kesalahan dalam penulisan daftar pustaka.
NB : Yang benar terlampir di sumber jurnal
11 Kesimpulan Pasien kasus dan kontrol yang berkunjung ke poli
penyakit dalam di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang yang memiliki kebiasaan merokok sebesar
64,5% dan yang tidak memiliki sebesar 35,5%.
Prosentase kejadian penyakit jantung koroner pada
pasien yang berkunjung ke poli penyakit dalam di
RSUD Ungaran sebesar 50,0%.
Berdasarkan hasil penelitian P-value= 0,017
(p<0,05)dan OR- 4,444 atau dapat dikatakan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna secara statistic
antara kebiasaan merokok dengan kejadian penyakit
jantung koroner pada pasien yang berkunjung ke poli
penyakit dalam di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang

Sumber Jurnal Anitasari. 2006. Hubungan stress dan merokok pada


remaja. Stikes Abdi Husada, Surabaya.
Asikin Hanafiah. 2004. Penyakit jantung koroner
di Indonesia. Jurnal Kardiologi.
Baraas. 1994. Mencegah serangan jantung dengan
menekan kolesterol. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Bierman, Edwin L. 1998. Aterosklerosis dan
bentuk aterosklerosis. Dalam Ahmad H Asdie (edisi
bahasa indonesia): Harison Prinsip-Prinsip Penyakit
Dalam, Vol.3, ed 13. ECG, Jakarta.
Bustan, MN. 2007. Epidemiologi penyakit tidak
menular. Rineka Cipta, Jakarta.
Cristoper. C. 2010. The Experiences of coronary
heart disease patients: Biopsychosocial. Dalam
Ahmad H Asdie (Edisi Bahasan Indonesia): Harison
Prinsip-Prinsip Penyakit Dalam, Vol.3, ed 13. ECG,
Jakarta.
Davidson, Christoper. 2003. Seri kesehatan
bimbingan dokter pada penyakit jantung koroner
(Alih bahasa). Dian Rakyat, Jakarta.
Deni. 2007. Pengaruh rokok pada penyakit jantung
koroner, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Gramedia Pustaka Utama.
Dian K, Avin F. 2007. Faktor-faktor penyebab
perilaku merokok pada remaja. Skripsi UGM dan UII
Yogakarta. :http://www.google.com/perilaku
merokok/pdf. 2012; 19 Maret.
Hidayat, A. Aziz. 2007. Metode penelitian
keperawatan dan teknik analisa data. Salemba
Medika.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012.
Profil Kesehatan Jawa Tengah. Jakarta.
Meylani. 2008. Faktor-Faktor yang berhubungan
dengan penyakit jantung Koroner. Stikes Medika
Husada, Yogyakarta
Moore, MC, Tennese % clarksville. 1997. Buku
pedoman terapi dan nutrisi. Edisi kedua (Alih
bahasa osevai, LD). Hipokrates, Jakarta. no 4 tahun
XIII Oktober-Desember.
Sastroasmoro, Sudigdo. 2008. Dasar-dasar
metodologi
Sitopoe, M. 2000. Kekhususan rokok Indonesia. PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
penelitian klinis. Sugung Seto, Jakarta.
Soeharto, I. 2004. Penyakit jantung koroner dan
serangan jantung. PT, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai