Anda di halaman 1dari 10

Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Di Puskesmas Baturaden II

Irwansyah1), Murniati2), Indri Heri Susanti 3)


Prodi S1 Keperawatan, STIKes Harapan Bangsa Purwokerto

ABSTRACT

Background: Hypertension is the death cause number three in Indonesia after stroke and
tuberculosis in 6,8% level. Hypertension is affected by some factors such as age, sex, education
level, physical activities, genetic (heredity), food, smoking habit, consuming alcohol, and stress..
Objective: This research is supposed to knowing the risk factors of hypertension in Puskesmas
Baturraden 2. This research is using observational method. Respondents in this study are the
hypertension sufferers in Puskesmas Baturraden 2 and using total sampling from 69 respondents.
The data analysing is using chi square and spearman rank..
Result: The result of this study is showing that there is relation between the duration and frequency
of smoking, and the type of cigarettes with hypertension (p value 0,029; 0,002; and 0,012). There is
no relation between consuming alcohol and hypertension (p value 0,551). There is no relation
between stress level and hypertension (p value 0,427)..

Keywords: risk factors and hypertension

PENDAHULUAN Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%)


Hipertensi kini menjadi masalah (Riskesdas, 2013).Hasil Riskesdas tahun
global karena prevalensinya yang terus 2013 menunjukkan angka prevalensi
meningkat dan kian hari semakin hipertensi secara nasional (25,8%), jika
mengkhawatirkan, diperkirakan pada tahun dibanding hasil riskesdas tahun 2007
2025 sekitar 29% orang dewasa di seluruh (31,7/1000) menunjukkan adanya penurunan
dunia akan menderita hipertensi (Depkes RI, angka prevalensi, namun hal ini tetap perlu
2006).Berdasarkan data dari American Heart diwaspadai mengingat hipertensi merupakan
Asosiation (AHA) tahun 2011, di Amerika salah satu faktor risiko penyakit degeneratif
dari 59% penderita hipertensi hanya 34% antara lain penyakit jantung, stroke dan
yang terkendali, disebutkan bahwa 1 dari 4 penyakit pembuluh darah lainnya.
orang dewasa menderita hipertensi Penyakit Hipertensi di Jawa Tengah
(Heidenreich, et al, 2011). Berdasarkan pada tahun 2015 masih menempati proporsi
National Health and Nutrition Examination terbesar dari seluruh Penyakit Tidak Menular
Survey (NHANES) tahun 2010, dari 66,9 juta (PTM) yaitu sebesar 57,87%, sedangkan
penderita hipertensi di USA, 46,5% urutan kedua terbanyak adalah Diabetes
hipertensi terkendali dan 53,5% hipertensi Militus sebesar 18,33 %.Berdasarkan laporan
tidak terkendali (NHANES, 2010). rumah sakit dan Puskesmas, prevalensi kasus
Penyakit hipertensi di Indonesia hipertensi Jawa tahun 2011 sebanyak
merupakan penyebab kematian ketiga untuk 634.860 kasus (72,1%), tahun 2012 sebanyak
semua umur setelah stroke (15,4%) dan 544.771 kasus (67,57%), dan pada tahun
tuberkulosis (7,5%), dengan jumlah 2013 sebanyak 497.966 kasus (58,6%)
mencapai 6,8%. Prevalensi hipertensi di (Dinkes Jateng, 2015).Tahun 2016 Banyumas
Indonesia yang didapat melalui pengukuran memiliki prevalensi hipertensi esensial
pada umur ≥ 18 tahun sebesar 25,8%, sebanyak 68% dan hipertensi akibat faktor
tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti lain sebanyak 32% (Dinkes Banyumas,
Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan 2016).
Jumlah penduduk beresiko > 15 akan memberi sinyal pada kelenjar adrenal
tahun yang dilakukan pengukuran tekanan untuk melepaskan efineprin (adrenalin).
darah pada tahun 2015 tercatat sebanyak Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
2.807.407 kasus (11,03%). Presentase pembuluh darah dan memaksa jantung untuk
penduduk yang dilakukan pemeriksaan bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih
tekanan darah tahun 2015 tertinggi di Kota tinggi.
Salatiga sebesar 41,52%, sebaliknya Rokok yang dihirup dapat
presentase terendah di Kabupaten mengakibatkan peningkatan tekanan
Banjarnegara sebesar 0,83% (Dinkes Jateng, darah.Berdasarkan hasil Riskesdas tahun
2015). 2013 menunjukan bahwa proporsi terbanyak
Berdasarkan jenis kelamin, perokok aktif setiap hari pada umur 30-34
persentase hipertensi pada kelompok laki-laki tahun sebesar 33,4 %, umur 35-39 tahun 32,2
sebesar 20,88%, lebih tinggi dibanding pada %, sedangkan proporsi perokok setiap hari
kelompok perempuan yaitu 16,28%. pada laki-laki lebih banyak di bandingkan
Kabupaten/kota dengan persentase hipertensi perokok perempuan (47,5% banding 1,1%).
tertinggi adalah Wonosobo yaitu 42.82%, Merokok akan mengakibatkan vasokontriksi
diikuti Tegal 40.67 %, dan Kebumen 39,55 pembuluh darah perifer dan pembuluh di
%. Kabupaten/kota dengan persentase ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan
hipertensi terendah adalah Pati yaitu 4,50%, darah. Secara umum rokok dapat dibedakan
diikuti Batang 4,75 %, dan Jepara 5,55 menjadi dua jenis yaitu rokok filter dengan
%(Dinkes Jateng, 2015). rokok non filter. Dibandingan rokok filter,
Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan rokok non filter memiliki kandungan nikotin
Banyumas tahun 2014 terdapat kasus dan tar lebih besar (Suparto,2007). Hal ini
hipertensi sebanyak 3.618 kasus yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
tersebar diberbagai Puskesmas yang ada di Yashinta, dkk (2015).
Kabupaten Banyumas. Berdasarkan jenis Selain rokok, salah satu faktor risiko
kelamin presentase kelompok perempuan dari penyakit hipertensi adalah konsumsi
lebih tinggi yaitu 1.880 kasus dibandingkan alkohol. Konsumsi alkohol di dunia
dengan laki-laki yaitu 1.738 kasus menyebabkan kematian lebih dari 3,3 juta
(DinkesBanyumas, 2014). Hipertensi orang setiap tahunnya atau 5,9% dari semua
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, kematian (WHO, 2014).Adapun teori yang
jenis kelamin, tingkat pendidikan, aktivitas mendukung pernyataan tersebut antara
fisik, faktor genetik (keturunan), asupan lainpernyataan Komaling dan Wongkar
makan, kebiasaan merokok, konsumsi (2013) yaitu alkohol memiliki efek yang
alkohol dan stres (Rosta, 2011). hampir sama dengan karbon monoksida,
Faktor pemicu atau resiko hipertensi yaitu dapat meningkatkan keasaman darah.
dapat dibedakan menjadi faktor yang tidak Darah akan menjadi kental sehingga jantung
dapat diubah dan faktor yang dapat akan dipaksa bekerja lebih kuat lagi agar
diubah.Salah satu faktor risiko hipertensi darah yang sampai ke jaringan mencukupi.
yang dapat diubah yaitu kebiasaan Selain itu teori lain yang disampaikan oleh
merokok.Merokok merupakan salah satu Depkes RI (2006) adalah tekanan darah
kebiasaan yang dapat mempengaruhi tekanan akibat alkohol belum jelas. Namun, diduga
darah. Dengan menghisap sebatang rokok peningkatan kadar kortisol dan peningkatan
akan mempunyai pengaruh besar terhadap volume sel darah merah serta kekentalan
kenaikan tekanan darah atau hipertensi. Hal darah berperan dalam menaikkan tekanan
ini dapat disebabkan karena gas Co yang darah. Beberapa studi menunjukkan
dihasilkan oleh asap rokok dapat hubungan langsung antara tekanan darah dan
menyebabkan pembuluh darah “Kramp” asupan alkohol serta diantaranya melaporkan
sehingga tekanan darah naik. Nikotin bahwa efek terhadap tekanan darah baru
didalam rokok setelah masuk kedalam tubuh, nampak bila mengkonsumsi alkohol sekitar
2-3 gelas ukuran standar setiap harinya.Hasil METODE PENELITIAN
penelitian Haendra (2012) tentang hubungan Jenis penelitian yang digunakan
konsumsi alkohol dengan hipertensi adalah penelitian penelitian analitik, dengan
menyatakan ada hubungan yang bermakna menggunakan pendekatan cross sectionals.
antara konsumsi alkohol dan peningkatan Populasi dalam penelitian ini adalah pasien
tekanan darah (p value=0,43). poliklinik umum di PKM Baturaden II yang
Tingkat stres juga sangat erat menderita hipertensi pada bulan Mei – Juli
merupakan masalah yang memicu terjadinya 2017sebanyak 69 pasien laki – laki. Sampel
hipertensi.Tingkat stres merupakan suatu yang digunakan dalam penelitian ini adalah
keadaan non spesifik yang dialami penderita dengan menggunakan teknik total sampling.
akibat tuntutan emosi, fisik atau lingkungan Teknik pengumpulan data yang digunakan
yang melebihi daya dan kemampuan untuk dalam penelitian ini adalah dengan
mengatasi dengan efektif.Tingkat stres melakukan perizinan untuk dilakukannya
diduga melalui aktivitas syaraf simpatis penelitian yaitu dimulai dari STIKes Harapan
(syaraf yang bekerja saat Bangsa Purwokerto kemudian peneliti
beraktivitas).Peningkatan aktivitas syaraf mengajukan surat permohonan izin penelitian
simpatis mengakibatkan tekanan darah secara kepada Kepala Puskesmas Baturaden II untuk
intermitten (tidak menentu).Gangguan pengambilan data. Menentukan subjek
kepribadian yang bersifat sementara dapat penelitian: pasien hipertensi yang berkunjung
terjadi pada orang yang menghadapi keadaan ke Puskesmas sesuai dengan kriteria inklusi.
yang menimbulkan stres.Apabila stres Mengumpulkan responden di poli rawat jalan
berlangsung lama dapat mengakibatkan puskesmas.
peninggian tekanan darah yang menetap Melakukan pengukuran tekanan
(Sutanto, 2010).Hal ini sesuai dengan darah terhadap responden. Pemberitahuan
penelitian yang dilakukan oleh Ekasaputri kepada responden: perkenalan, penjelasan
(2010) yang menyatakan ada hubungan yang tujuan dan manfaat penelitian serta meminta
bermakna antara stres dengan hipertensi. persetujuan (inform concent). Melakukan
Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi penggambilan data dengan menggunakan
hipertensi pada penduduk di Indonesia tahun kuesioner. Peneliti membagikan kuesioner
2007 adalah 33,9% sedangkan prevalensi kepada sampel penelitian dan memberikan
stres sebesar 12,1%. instruksi agar sampel atau responden
Berdasarkan survey pendahuluan menjawab seluruh pertanyaan yang
yang telah dilakukan oleh penulis di diberikan. Peneliti mengambil kuesioner
Puskesmas Baturaden II diperoleh data setelah kuesioner diisi oleh responden.
hipertensi pada tahun 2016 sebesar 951 Analisis data dalam penelitian ini
kasus. Diklasifikasikan berdasarkan jenis adalah dengan menggunakan program
kelamin perempuan yang mengalami komputer yaitu analisis univariat yang
hipertensi sebanyak 648 orang, sedangkan disajikan disajikan dalam bentuk tabel
laki – laki yang mengalami hipertensi distribusi frekuensi dan analisis bivariate
sebanyak 303 orang.Data yang diperoleh menggunakan analisis uji spearman rank
berdasarkan data pasien rawat jalan di dan uji chi square.
Puskesmas Baturaden II.
Masih tingginya angka hipertensi di HASIL & PEMBAHASAN
Puskesmas Baturaden II mendorong peneliti a. Hasil
untuk mengetahui faktor resiko kebiasaan Responden dalam penelitian ini
merokok, konsumsi alkohol, dan tingkat stres sebanyak sebanyak 69 penderita yang
dengan kejadian hipertansi di Puskesmas diambil dengan menggunakan total
Baturaden II tahun 2017. sampling. Hasil penelitian menunjukan
bahwa faktor risiko kejadian hipertensi di
Puskesmas berdasarkan lama merokok
lebih dari separuh berada pada kategori ≤ hipertensi di Puskesmas Baturaden II
1 tahun yaitu sebanyak 45 responden tahun 2017.
(65,2%), berdasarkan faktor frekuensi Kejadian Hipertensi (f) (%)
merokok yang paling dominan adalah Ringan 26 37,7
perokok sangat berat yaitu sebanyak 24 Sedang 27 39,1
responden (34,8%), berdasarkan faktor Berat 16 23,2
jenis rokok yang dikonsumsi sebagian Total 69 100
besar menggunakan jenis rokok Kretek
sebanyak 43 responden (62,3%), b. Pembahasan
berdasarkan faktor konsumsi alkohol Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor
hampir separuh tidak konsumsi alkohol risiko kejadian hipertensi di Puskesmas
yaitu sebanyak 60 responden (87,0%), dan berdasarkan lama merokok lebih dari separuh
berdasarkan tingkat stres yang paling
berada pada kategori . ≤ 1 tahun yaitu
dominan pada tingkat stres berat yaitu
sebanyak 45 responden (65,2%), berdasarkan
sebanyak 22 (31,9%). (Lihat tabel 4.1). faktor frekuensi merokok yang paling
Tabel 4. 1 Distribusi frekuensi faktor dominan adalah perokok sangat berat yaitu
risiko kejadian hipertensi di sebanyak 24 responden (34,8%), berdasarkan
Puskesmas Baturaden II tahun 2017. faktor jenis rokok yang dikonsumsi sebagian
Kategori (f) (%) besar menggunakan jenis rokok Kretek
Lama Merokok sebanyak 43 responden (62,3%). Merokok
> 1 tahun 24 34,8 merupakan salah satu faktor yang dapat
≤ 1 tahun 45 65,2 memicu terjadi hipertensi. Dari hasil
Frekuensi merokok penelitian menunjukan bahwa frekuensi
Perokok Sangat Berat 24 34,8 merokok responden pada kategori sangat
Perokok Berat 15 21,7 berat dengan jenis rokok kretek.
Perokok Sedang 16 23,2 Wijaya (2009) berpendapat bahwa
Perokok Ringan 14 20,3 merokok merupakan salah satu faktor yang
Jenis Rokok dapat diubah, adapun hubungan merokok
Rokok Filter 26 37,7 dengan hipertensi adalah nikotin akan
Rokok Kretek 43 62,3 menyebabkan peningkatan tekanan darah
Konsumsi Alkohol karena nikotin akan diserap pembuluh darah
Tidak 60 87,0 kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh
Ya 9 13,0 pembuluh darah hingga ke otak, otak akan
Tingkat Stres bereaksi terhadap nikotin dengan memberi
Normal 14 20,3 sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
Ringan 14 20,3 efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini
Sedang 15 21,7 akan menyempitkan pembuluh darah dan
Berat 22 31,9 memaksa jantung untuk bekerja lebih berat
Sangat Berat 4 5,8 karena tekanan yang lebih tinggi.Selain itu,
Total 69 100 karbon monoksida dalam asap rokok
menggantikan oksigen dalam darah. Hal ini
akan menagakibatkan tekanan darah karena
Berdasarkan tabel didapatkan jantung dipaksa memompa untuk
bahwa kejadian hipertensi di memasukkan oksigen yang cukup kedalam
Puskesmas Baturaden II bahwa organ dan jaringan tubuh.
hipertensi yang paling dominan adalah Konsumsi alkohol juga merupakan salah
dengan hipertensi sedang yaitu satu faktor yang dapat memicu terjadinya
sebanyak 27 penderita (39,1%). (Lihat hipertensi. Seluruh responden tidak konsumsi
tabel 4.2) alkohol yaitu sebanyak 60 responden
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi kejadian (87,0%). Konsumsi alkohol yang berlebih
dapat menyebabkan gangguan pada pada nikotin yang merangsang bangkitnya
sistem kardiovaskuler. Konsumsi alkohol adrenalin hormon yang dapat menyebabkan
akut mengakibatkan penurunan kontraktilitas tekanan darah meningkat serta kadar
miokard dan mengakibatkan vasodilatasi kolesterol dalam darah yang erat
perifer, yang akhirnya akan menghasilkan hubungannya dengan serangan jantung
sedikit penurunan pada tekanan darah dan (Sitorus, 2008). Seperti zat-zat kimia lain
mekanisme kompensasi dengan peningkatan dalam asap rokok, nikotin diserap oleh
curah jantung. Konsumsi oksigen jantung pembuluh-pembuluh darah kapiler di dalam
meningkat pada pasien yang meminum paru-paru dan diedarkan ke aliran darah
alkohol setelah berolahraga ringan. Hal ini hingga ke otak. Otak bereaksi terhadap
mungkin tidak akan berpengaruh secara nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar
signifikan pada peminum yang sehat pada adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin).
umumnya, namun pada wanita dan pria Hormon ini akan menyempitkan pembuluh
dengan penyakit jantung menetap hal ini darah dan memaksa jantung untuk bekerja
dapat berbahaya (Schuckit, 2005). lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.
Hasil penelitian juga menunjukan bahwa Nikotin yang terkandung dalam rokok dan
tingkat stres yang paling dominan pada asap rokok dapat membuat pembuluh darah
tingkat stres berat yaitu sebanyak 22 (31,9%). mengecil sehingga meningkatkan tekanan
Stres merupakan suatu keadaan non spesifik darah segera setelah hisapan pertama
yang dialami penderita akibat tuntutan emosi, (Rhoden and Schein, 2010).
fisik atau lingkungan yang melebihi daya dan Hal ini sejalan dengan penelitian yang
kemampuan untuk mengatasi dengan efektif. telah dilakukan oleh Yashinta, dkk (2015),
Stres muncul akibat aktivitas syaraf simpatis dengan hasil uji chi-square didapatkan
(syaraf yang bekerja saat beraktivitas). adanya hubungan bermakna antara jenis
Peningkatan aktivitas syaraf simpatis rokok dengan kejadian hipertensi (p=0,017).
mengakibatkan tekanan darah secara Namun berbeda dengan penelitian yang
intermitten (tidak menentu). Gangguan dilakukan oleh Hafiz, dkk (2016) didapatkan
kepribadian yang bersifat sementara dapat hasil nilai p = 0,128 (p> 0,05), artinya tidak
terjadi pada orang yang menghadapi keadaan terdapat hubungan yang bermakna antara
yang menimbulkan stres. Apabila stress merokok dengan kejadian hipertensi.
berlangsung lama dapat mengakibatkan Hasil penelitian yang telah dilakukan
peninggian tekanan darah yang menetap meunjukan bahwa tidak terdapat hubungan
(Sutanto, 2010). Hubungan faktor kebiasaan antara konsumsi alkohol dengan kejadian
merokok dengan kejadian hipertensi pada hipertensi dengan nilai chi-square dengan p
pasien di Puskesmas Baturaden II. value 0.551. Hasil penelitian menunjukan
Hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa alkohol tidak mempengaruhi kejadian
terdapat hubungan antara lamanya merokok, hipertensi, akan tetapi untuk konsumsi
frekuensi merokok dan jenis rokok dengan alkohol tidak memiliki banyak efek yang
kejadian hipertensi (p< 0,05). Kebiasan positif. Sekitar 35 % peminum alkohol
merokok bukan merupakan kebiasan yang mengalami blackout , suatu episode amnesia
baik terhadap kesehatan, hasil penelitian anterograde temporer, di mana penderitanya
menunjukan bahwa lamanya merokok, tidak mampu mengingat keseluruhan atau
frekuensi dan jenis rokok yang dikonsumsi sebagian kejadian pada saat minum.
menunjukan adanya hubungan terhadap Gangguan lain yang paling sering adalah
kejadian hipertensi. Hipertensi dapat terjadi gangguan tidur (Schuckit, 2005). Konsumsi
diakibatkan oleh kandungan yang ada pada alkohol dalam jumlah besar dan waktu lama
rokok yang dihisap. (biasanya bertahun-tahun) dapat juga
Sudoyo (2009) berpendapat bahwa menyebabkan sejumlah gangguan neurologis.
merokok merupakan faktor risiko penyakit Konsumsi alkohol akut mengakibatkan
kardiovaskuler. Dalam rokok terkandung penurunan kontraktilitas miokard dan
mengakibatkan vasodilatasi perifer, yang keadaan tubuh terganggu karena tekanan
akhirnya akan menghasilkan sedikit psikologis. Biasanya stress bukan karena
penurunan pada tekanan darah dan penyakit fisik tetapi lebih mengenai
mekanisme kompensasi dengan peningkatan kejiwaan. Akan tetapi karena pengaruh
curah jantung. Konsumsi oksigen jantung tingkat stress tersebut maka penyakit fisik
meningkat pada pasien yang meminum bisa muncul akibat lemah dan rendahnya
alkohol setelah berolahraga ringan. Hal ini daya tahan tubuh pada saat tersebut
mungkin tidak akan berpengaruh secara (Wirawan, 2012).
signifikan pada peminum yang sehat pada Hubungan tingkat stres dengan hipertensi
umumnya, namun pada wanita dan pria melalui aktivitas saraf simpatis, dalam
dengan penyakit jantung menetap hal ini kondisi stress adrenalin ada didalam aliran
dapat berbahaya (Schuckit , 2005). darah, sehingga menyebabkan kenaikan
Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah sehingga siap untuk bereaksi.
tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme Menurut Sue Hichlift dalam Vita Health
peningkatan tekanan darah akibat alkohol (2005), Stres adalah respon yang dapat
masih belum jelas. Namun, diduga mengancam kesehatan jasmani ataupun
peningkatan kadar kartisol, dan peningkatan emosional. Bila seseorang terus menerus
volume sel darah merah serta kekentalan dalam keadaan ini, maka tekanan darah akan
darah kortisol, dan peningkatan volume sel tetap meningkat. Stres akan meningkatkan
darah merah serta kekentalan darah berperan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
dalam menaikkan tekanan darah. Hasil jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas
penelitian yang telah dilakukan tidak sejalan syaraf simpatis. Oleh karena stres maka
dengan hasil beberapa studi menunjukkan tubuh akan bereaksi, termasuk antara lain
hubungan langsung antara tekanan darah dan berupa meningkatnya ketegangan otot,
asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan meningkatnya denyut jantung, dan
bahwa efek terhadap tekanan darah baru meningkatnya tekanan darah. Reaksi ini
nampak apabila mengkonsumsi alkohol dipersiapkan tubuh untuk bereaksi secara
sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap cepat, yang apabila tidak digunakan, maka
harinya (Depkes, 2008). akan dapat menimbulkan penyakit, termasuk
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian hipertensi (Greenberg, 1999 dalam
yang telah dilakukan oleh Haendra (2012) Handayani, 2008).
tentang hubungan konsumsi alkohol dengan Berdasarkan hasil penelitian yang telah
hipertensi menyatakan ada hubungan yang didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan
bermakna antara konsumsi alkohol dan antara tingkat stress dengan kejadian
peningkatan tekanan darah (p=0,43). hipertensi. Hal tersebut dapat disebabkan
Penelitian yang ditelah dilakukan juga tidak oleh faktor yang menyebabkan hipertensi.
sejalan denag penelitian yang dilakukan oleh Penyebab terjadinya hipertensi tidak selalu
Merlisa, dkk (2014) yang menyatakan bahwa dari faktor psikologis akan tetapi yang paling
nilai probabilitas 0,046 dengan tingkat dominan adalah dari faktor primer. Faktor
kesalahan 0,05. Hasil perhitungan tersebut primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan ginjal, gangguan obat tertentu, dan kerusakan
antara konsumsi alkohol dengan hipertensi di vaskuler (Yogiantoro, 2006).
Puskesmas Airmadidi. Dari hasil penelitian yang dilakukan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan hasil yang tidak sejalan dengan
dilakukan didapatkan bahwa tidak terdapat hasil penelitian yang dilakukan oleh
hubungan antara tingkat stres dengan Jullaman, (2008) yaitu dari penduduk usia
kejadian hipertensi. Hasil penelitian diatas 18 tahun yang berkunjung di
menunjukan bahwa tingkat stress berat Puskesmas di wilayah kerja Kabupaten Aceh
dengan hipertensi sedang sebanyak 11 Tamiang menunjukkan bahwa orang yang
responden. Stres adalah suatu kondisi dimana mempunyai gejala stres beresiko 1,55 kali
(95% CI; 1,17-2,05) untuk menderita
hipertensi dibandingkan dengan orang yang SARAN
tidak mempunyai gejala stres (Jullaman, Hasil penelitian ini dapat digunakan
2008). Hubungan antara stres dengan sebagai masukan atau referensi bahwa
hipertensi juga dapat diketahui dari studi merokok dapat menimbulkan atau
prevalensi penyakit hipertensi penduduk di meningkatkan kejadian hipertensi, sehingga
Indonesia dan faktor yang berisiko yang petugas Puskesmas diharapkan dapat
dilakukan oleh Sarwanto, dkk (2009) yang melakukan kegiatan pendidikan kesehatan
terbukti secara signifikan mempunyai tentang bahaya merokok secara berkala. Bagi
hubungan pada gangguan mental sedang responden Hasil penelitian ini dapat
(OR=1,264) dan gangguan mental berat digunakan sebagai informasi mengenai
(OR=1,397) meningkatkan hipertensi, namun bahaya merokok dengan kejadian hipertensi.
hubungan bersifat protekstif pada gangguan Sehingga masyarakat perlu meningkatkan
mental ringan (OR=0,944). partisipasi dalam menjaga lingkungan sehat
Hasil penelitian yang telah dilakukan bersama dan menjaga pola hidup sehat
tidak sejalan dengan penelitian yang dengan olahraga. Bagi peneliti selanjutnya
dilakukan oleh Katerin, dkk (2014) Penelitian ini perlu dikembangkan lebih
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang lanjut dengan menganalisis faktor dari
sangat bermakna antara stres dengan kebiasaan pola makan yang dapat
hipertensi pada pasien rawat jalan di berpengaruh terhadap kejadian hipertensi..
Puskesmas Rapak Mahang Kabupaten Kutai Bagi perawat Dapat meningkatkan dalam
Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur pemberian asuhan keperawatan khususnya
dengan nilai p <0,001 artinya terdapat terhadap penderita hipertensi.
korelasi diantara dua variabel yang diuji.
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yuliarti REFERENSI
(2005), tidak dapat dibuktikan adanya
hubungan stres dengan hipertensi (nilai-p = Arfa, M., (2014). Pengaruh Teknik Relaksasi
0,169). Nafas Dalam terhadap Penurunan
Nyeri pada Pasien Post-Operasi
KESIMPULAN Appendisitis di Ruangan Bedah
Faktor risiko kejadian hipertensi di RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei Saboe
Puskesmas berdasarkan lama merokok lebih Kota Gorontalo, Tesis, Universitas
dari separuh berada pada kategori ≤ 1 tahun Negeri Gorontalo, Gorontalo
(65,2%), frekuensi merokok yang paling Arifin, Muhammad H, Wayan W., Ratnawati,
dominan adalah perokok sangat berat N.K.A., (2016). faktor-faktor yang
(34,8%), faktor jenis rokok yang dikonsumsi berhubungan dengan hipertensi
sebagian besar menggunakan jenis rokok pada lansia di wilayah kerja UPT
Kretek (62,3%), konsumsi alkohol hampir Puskesmas Petang I, Kabupaten
separuh tidak konsumsi alkohol (87,0%), dan Badung. E-journal Medika Vol 5
berdasarkan tingkat stres yang paling No. 7
dominan pada tingkat stres berat (31,9%). Arikunto, S., (2009). Prosedur Penelitian
Terdapat hubungan lamanya merokok, Suatu Pendekatan Praktik. Edisi
frekuensi merokok, dan jenis rokok dengan Revisi 6. Jakarta : Rineka Cipta.
kejadian hipertensi (p value 0.029; 0,002 dan Dalimartha, S (2008). Care your self,
0,012). Tidak terdapat hubungan antara Hipertensi. Jakarta : Penebar Plus
konsumsi alkohol dengan kejadian hipertensi Dinas Kesehatan Banyumas (2016).
(p value 0.551). Tidak Terdapat hubungan Distribusi Penyakit Hipertensi.
antara tingkat stres dengan kejadian Banyumas
hipertensi (p value = 0,427).
Edi J., Sufrida Y., Mira G (2013). Hipertensi 2007, Skripsi, Program Studi
Kandas Berkat Herbal. Jakarta: Sarjana Kesehatan Masyarakat
FMedia Departemen Epidemiologi
Efendi, F- M. (2009). Keperawatan Universitas Indonesia, Depok
Kesehatan Komunitas: Teori dan Kemenkes RI (2011). Pedoman Pembinaan
Praktik Dalam Keperawatan. Kesehatan Lansia Bagi Petugas
Faradisi, F. (2012). Efektivitas terapi murotal kesehatan. Jakarta
dan terapi musik klasik terhadap Koch ME, Kain ZN, Ayoub C, Rosenbaum
penurunan tingkat kecemasan SH. (2008). The sedative and
pasien pra operasi di Pekalongan analgesic sparing effect of music.
Vol V No. 2. Jurnal Ilmiah Anesthesiology.
Kesehatan. Maryanti. (2010). Pengaruh Terapi Musik
Harmono, Rudi. (2010). Pengaruh Latihan Gamelan Jawa Nada Slendro
Relaksasi Otot Progresif Terhadap Terhadap Penurunan Tekanan
Penurunan Tekanan darah Klien Darah Pada Lansia Dengan
Hipertensi Primer Di Kota Malang. Hipertensi Di Posyandu Lansia
Jakarta: Universitas Indonesia Yuswo Adhi Rw Xvii Kelurahan
Handoyo, A. (2006). Aplikasi olah nafas 2. Srondol Wetan Semarang.
Jakarta: PT. Elex Media Semarang: Universitas Diponegoro
Komputama Maryam, S. Dan Mia, F (2011). Mengenal
Hidayat, A (2007). Riset keperawatan dan Usia Lanjut dan Perawatannya.
Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Jakarta : Salemba Medika
Salemba Medika Menon V, Levitin DJ. (2005). The rewards of
(2009). Metode Penelitian music listening: response and
Keperawatan dan Teknik Analisis physiological connectivity of the
Data. Jakarta: Salemba Medika mesolimbic system. Neuroimage.
(2011). Metode Penelitian Mucci, K. & Mucci R. (2002). The Healing
Keperawatan dan Teknik Analisis Sound Of Music: Manfaat Musik
Data. Jakarta: Salemba Medika Untuk Kesehatan. Jakarta:
Insiyah, Rini Tri H., (2014). Penurunan Gramedia Pustaka Utama
Tekanan Darah Dengan Murwani, A. (2011). Perawatan Pasien
Menggunakan Tehnik Nafas Dalam Penyakit Dalam. Yogyakarta:
(Deep Breathing) Pada Pasien Goesyen Publising
Hipertensi Di Puskesmas Bendosari
Kabupaten Sukoharjo. Surakarta: Nafilasari., M Y., (2013). faktor-faktor yang
Kementerian Kesehatan Politeknik berhubungan dengan hipertensi
Kesehatan Surakarta Jurusan pada lansia di wilayah kerja UPT
Keperawatan Puskesmas Petang I, Kabupaten
Irwan. (2016). Epidemiologi Penyakit Tidak Badung. Semarang: STIKes
menular Edisi 1. Yogyakarta: Telogorejo
Deepublish Nasihah, OS. (2012). Pengaruh relaksasi
Jones, CU., Sangthong, B., Pachriat, O and progresif terhadap perubahan
Jones DA. (2010). Slow Breathing tekanan darah pada lansia
Training Reduces Resting Blood penderita hipertensi di Posyandu
Pressure and the Pressure Lansia Desa Sindutan Temon
responses to Exercise. E Pub: Kulon Progo.
15;64(5):673-82. Novita, P. (2012). Pengaruh Terapi Musik
Kartikawati, A., 2008, Prevalensi dan Terhadap Nyeri Post Operasi Open
Determinan Hipertensi pada Pasien Reduction And Internal Fixation
Puskesmas di Jakarta Utara Tahun (ORIF) Di RSUD DR. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung. Tesis Santjaka A. (2011). Statistik Untuk Penelitian
Universitas Indonesia. Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Depok.http://lib.ui.ac.id/file?file=di Medika
gital/20328120-T30673%20- Sari, Hannna F. (2010). Relaksasi Untuk
%20Pengaruh.terapi.pdf. diakses Mengurangi Stres Pada Penderita
pada tanggal 12 Desember 2016 Hipertensi Esensial. Jurnal ISSN
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Vol 12 No 1
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Saryono (2009). Metodologi Penelitian
Rineka Cipta Kesehatan. Jogjakarta: Mitra
Nugroho, W (2008). Perawatan Lanjut Usia, Cendekia Press
editor ; Sylvana Evi Linda ; Desain Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku
Cover, Yulli M-Jakarta : EGC Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume
2, Jakarta: EGC.
Nurrahmani, U. (2012). Cara-cara Mencegah Sritunga, S., Wijewardena, K., Ekanayaka R
Hipertensi. Yogyakarta: Familia & Mundukotuwa, P. (2013). Effect
of music on blood pressure, pulse
Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan rate and respiratory rate of
Metodologi Penelitian Ilmu asymptomatic individuals: A
Keperawatan. Jakarta: Salemba randomized controlled trial. Jurnal
Medika of National Institute of Health
Pratiwi, Desi Ratna. (2014). Pemberian Sciences, Kalutara, Sri Lanka
Terapi Musik Klasik terhadap Vol.5, No.4A, 59-64 (2013)
Penurunan Tingkat Kecemasan Sritunga, S et al. (2013). Effect of music on
padaAsuhan Keperawatan Ny.s blood pressure, pulse rate and
dengan Fraktur Femur Sinistra 1/3 respiratory rate of asymptomatic
Distal dan Fraktur Radius Ulna individuals: A randomized
Dekstra 1/3 Tengah di Ruang controlled trial
Mawar RSUD dr.Soediran Mangun Sugiono (2009). Statistika Untuk Penelitian.
Sumarso Wonogiri Tahun 2014. Bandung: Alfabeta
Puspitorini, M., (2008). Cara Mudah Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I,
Mengatasi Darah Tinggi. Simadibrata M dan Setiati S.
Jogjakarta: Image Press (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Ramayulis, Rita. (2010). Menu dan Resep Dalam Edisi V Jilid I. Jakarta:
Untuk Penderita Hipertensi. Interna Publishing
Jakarta: Penebar. Plus
Resti, I.B., (2014). Teknik Relaksasi Otot Suryana, D. (2012). Terapi Musik. Bandung:
Progresif untuk Mengurangi Stres Gramedia Pustaka Utama
pada Penderita Asma. Jurnal Ilmiah Suwardianto, Heru., (2011). Pengaruh
Psikologi Terapan, Volume 2, No. Terapi Relaksasi Napas Dalam
1, Januari 2014 (Deep Breathing) Terhadap
Riskesdas. (2013). Laporan Nasional Hasil Perubahan Tekanan Darah Pada
Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Penderita Hipertensi Di Puskesmas
Badan Penelitian dan Kota Wilayah Selatan Kota Kediri.
Pengembangan Kesehatan Jurnal STIKes RS Baptis Kediri
Departemen Kesehatan RI. Volume 4.
(Diakses pada 26 Januari, 2016) Tamher, S. (2009). Kesehatan Usia Lanjut
Rudianto, B.F. (2013). Menaklukan Dengan Pendekatan Asuhan.
Hipertensi dan Diabetes. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Yogyakarta: Sakkhasukma
Tawang, E. (2013). Pengaruh Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi Sedang-Berat di
Ruangan Irina C BLU Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado. ejournal
keperawatan (e-Kp) Volume 1.
Nomor 1. Agustus 2013
Udjianti, W. J. (2010). Keperawatan
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Ward, J.P.T., R.W. Clarke, dan R.W.A.
Linden. (2009). At a Glance –
Fisiologi, Erlangga, Jakarta.
Wahyudi, N (2008). Keperawatan Gerontik.
Edisi 2. Jakarta: EGC
Wardani, DW., (2015). Pengaruh teknik
relaksasi nafas dalam sebagai
terapi tambahan terhadap
penurunan tekanan darah pada
pasien hipertensi tingkat I (studi
kasus di instalasi Rawat Jalan Poli
Spesialis Penyakit Dalam RSUD
Tugurejo Semarang)
Yuanitasari, L. 2008. Terapi Musik untuk
Anak Balita. Yogyakarta:
Cemerlang Publishing.hlm 2
Yulianti, D. (2004). Managemen Stress.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai