ABSTRAK
Pendahuluan: Di Indonesia, stroke merupakan pembunuh nomor satu. Provinsi Lampung terdiagnosis tenaga
kesehatan 5,4‰. Gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan tinggi kolesterol,
kurang aktivitas fisik, dan kurang olahraga, meningkatkan risiko terkena penyakit stroke. Berdasarkan data angka
kejadian stroke di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung selama tahun 2015 terdapat 449 penderita
stroke dengan 130 kasus kematian yang diakibatkan stroke. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahui hubungan
antara aktivitas fisik dan hiperurisemia dengan kejadian stroke di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Tahun 2016.
Metode: Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah semua klien
di Ruang Bougenvil RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung bulan Januari – Maret 2016 sejumlah 129
klien. Sampel 57 orang. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan lembar
observasi. Analisa data yang digunakan uji chi square
Hasil: Pada penelitian ini menunjukkan distribusi frekuensi responden dengan aktivitas sedang yaitu sebanyak
42 responden (73,7%), kadar ureum normal yaitu sebanyak 37 responden (64,9%), mengalami stroke non
hemoragik yaitu sebanyak 34 responden (59,6%). Ada hubungan antara aktivitas fisik (p value 0,001),
hiperurisemia (p value 0,012) dengan kejadian stroke di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun
2016. Saran dalam penelitian bagi RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung untuk memberikan
penyuluhan kesehatan tentang faktor risiko stroke dengan menempelkan poster-poster terkait penyakit stroke
dilingkungan rumah sakit seperti di ruang tunggu pasien
101
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.2, April 2017: 101-108
proporsi penyakit menular sudah mulai menurun makanan tinggi lemak dan tinggi kolesterol, kurang
walaupun tetap terbilang tinggi. Proporsi penyakit aktivitas fisik, dan kurang olahraga, meningkatkan
menular di Indonesia dalam 12 tahun telah menurun risiko terkena penyakit stroke (Aulia dkk, 2008). Gaya
sepertiganya dari 44 % menjadi 28%. Sedangkan, hidup kurang aktifitas adalah 1 dari 10 penyebab
proporsi penyakit tidak menular mengalami kematian dan kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta
peningkatan yang cukup tinggi dari 42% menjadi kematian setiap tahun disebabkan oleh kurangnya
60%. Apabila di kelompok penyakit menular bergerak/aktifitas fisik. Antara 60% hingga 85% orang
tuberculosis yang memiliki proporsi morbiditas paling dewasa tidak cukup beraktifitas fisik untuk
tinggi pada semua umur (27,8%), maka di kelompok memelihara fisik mereka. Sedentary life style pada
penyakit tidak menular stroke yang memiliki proporsi masyarakat saat ini cenderung memicu penyakit-
morbiditas paling tinggi (26,9%) (SKRT, 2012). penyakit degeneratif. Kemajuan teknologi tanpa di
Di Indonesia, stroke merupakan pembunuh sadari telah membuat aktivitas fisik berkurang.
nomor satu menurut Badan Penelitian dan Proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara
Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) umum adalah 26,1 persen. Terdapat 22 provinsi
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun dengan penduduk aktivitas fisik tergolong kurang aktif
2013. Data kejadian stroke dari Balitbangkes yaitu berada diatas rata-rata Indonesia. Lima tertinggi
prevalensi (angka kejadian) stroke bisa dilihat di hasil adalah provinsi penduduk DKI Jakarta (44,2%),
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) peningkatan Papua (38,9%), Papua Barat (37,8%), Sulawesi
prevalensi stroke untuk stroke responden usia 15 Tenggara dan Aceh (masing-masing 37,2%),
tahun ke atas dari 8,3 per 1.000 pada tahun2010 sedangkan untuk Provinsi Lampung penduduk
menjadi 12,1 per 1000 pada Riskesdas 2013. aktivitas fisik tergolong kurang aktif sejumlah 23,8%
Pembagian angka kejadian stroke berdasarkan usia (Riskesdas, 2013).
yaitu umur 15-24 th (0,2 per seribu), umur 25-34 Kejadian kardiovaskular atau stroke dan
tahun (0,6 per seribu),umur 35-44 tahun (2,5 per hiperurisemia merupakan prediktor independen
seribu), umur 45-54 tahun (10,4 per seribu), umur 55- terjadinya keluaran buruk setelah serangan stroke
64 tahun (24 per seribu), umur 65-74 tahun (33,2 per akut. Peningkatan kadar asam urat serum
seribu) dan umur > 75 tahun (43, 1 per seribu) menyebabkan oksigenasi LDL-kolesterol dan
(Riskesdas, 2013). peroksidasi lipid. Peningkatan kadar asam urat serum
Prevalensi angka kejadian stroke pada laki-laki juga berhubungan dengan peningkatan produksi
lebih banyak dari pada wanita, laki-laki 7,1 perseribu, radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan
dan wanita 6,8 per seribu (Riskesdas 2013). Data dari membran (Fenty, 2007).
Balitbangkes sejak 2013 sampai 2014, menunjukkan Hiperurisemia merupakan keadaan dimana
proporsi menurut kelompok umur dibanding total klien kadar asam urat darah diatas normal. Berdasarkan
stroke (angka proporsional), yaitu kelompuk umur 21- populasi, umumnya rata-rata kadar asam urat darah
30 tahun (0,74%), 31-40 tahun (4,5%),41-50 tahun normal tertinggi adalah 7 mg/dl pada laki-laki dewasa
(18,5%),51-60 tahun (33,8%), dan > 60 tahun (42,1%) dan 6 mg/dl pada wanita premenopause.
(Riskesdas, 2013). Pemeriksaan asam urat sendiri dilakukan terhadap
Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan serum darah. Kadar asam urat normal untuk pria
diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 permil dan dewasa berkisar 3,5-7,0mg/dl dan untuk wanita 2,6-
yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala 6,0mg/dl. Apabila kadar asam urat diatas angka
sebesar 12,1 permil. Prevalensi Stroke berdasarkan normal, kondisi ini disebut hiperurisemia. Berbagai
diagnosis tenaga kesehatan tertinggi di Sulawesi macam permasalahan dapat ditimbulkan
Utara (10,8‰), diikuti DIYogyakarta (10,3‰), Bangka hiperurisemia, misalnya asidosis metabolik, pirai,
Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 permil. bahkan dapat berujung pada gagal ginjal (Fenty,
Prevalensi Stroke berdasarkan terdiagnosis tenaga 2007).
kesehatan dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Penelitian Hermawan (2013) menunjukkan nilai
Selatan (17,9‰), DI Yogyakarta (16,9‰), Sulawesi korelasi Spearmanr = -0,475 p=0,01 yang berarti
Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur sebesar 16 terdapat korelasi negatif yang secara statistik
permil sedangkan untuk Provinsi Lampung bermakna antara aktivitas fisik pada laki-laki dan
terdiagnosis tenaga kesehatan 5,4‰ (Riskesdas, stroke iskemik akut dengan kekuatan korelasi sedang.
2013). Uji regresi logistik ganda menunjukkan hasil OR =
Seseorang menderita stroke karena memiliki 13,95; CI 95% 1,19–163,58; dan p = 0,036. Hasil ini
perilaku yang dapat meningkatkan faktor risiko stroke. sudah mengontrol variabel perancu yaitu umur dan
Gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi merokok. Klien laki-laki yang melakukan aktivitas fisik
102
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.2, April 2017: 101-108
kurang 13,95 kali lebih beresiko terjadi serangan skor ≥ 7.9 dan Aktivitas Sedang : bila skor < 7.9
stroke iskemik akut dibandingkan dengan yang (Baecke, et al., 1982 dalam Hutajulu, 2012).
melakukan aktivitas fisik cukup. Penelitian ini menggunakan media kuesioner baku
Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang telah diuji validitas dan reabilitasnya dengan
Sunartejo (2012), menunjukkan setelah dilakukan nilai experimen rho 0,49. Untuk variabel hiperurisemia
analisa data menggunakan uji Chi Square didapatkan menggunakan pemeriksaan alat pemeriksaan Uric
nilai p=0,003 (p<0,05) untuk hiperurisemia, nilai acid easy touch. Dikatakan meningkat (jika kadar
p=0,011 (p<0,05) untuk hipertensi, nilai p=0,002 asam urat dalam darah > 7 mg/dl) dan normal (jika
(p<0,05) untuk LDL-Kolesterol tinggi dan nilai p=0,000 kadar asam urat dalam darah 3,5-7mg/dl).
(p<0,05) untuk gula darah puasa. Kesimpulan Pengolahan data dilakukan dengan Editing, Coding,
terdapat hubungan bermakna antara hiperurisemia Proccessing, Cleaning. Data yang terkumpul dalam
dengan angka kejadian stroke iskemik di RSUD Dr. penelitian ini dianalisa secara analisa univariat
Moewardi. dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi variabel
Berdasarkan data angka kejadian stroke di dependen dan variabel independent. Analisis Bivariat
RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung dengan Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi
selama tahun 2015 terdapat 449 penderita stroke Square
dengan 130 kasus kematian yang diakibatkan stroke.
Sedangkan sejak bulan Januari – Maret 2016, jumlah HASIL PENELITIAN
penderita stroke mencapai 129 kasus. Hasil pra Analisa Univariat
survey terhadap 10 penderita Stroke, diketahui bahwa
7 dari 10 orang (70%) yang mengalami stroke Tabel 1. Karakteristik Responden
mengatakan hanya melakukan aktivitas ringan,
sedangkan 3 dari 10 (30%) orang mengalami stroke Usia Jumlah Persentase
memiliki kadar ureum > 40 mg. Berdasarkan uraian 40-49 Tahun 2 3.5
diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan 50-59 Tahun 36 63.2
antara aktivitas fisik dan hiperurisemia dengan 60-69 Tahun 17 29.8
kejadian stroke di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek 70-79 Tahun 2 3.5
Provinsi Lampung Tahun 2016. Tujuan penelitian ini Jenis Kelamin
untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan Laki-laki 29 50.9
hiperurisemia dengan kejadian stroke di RSUD Dr. Hi. Perempuan 28 49.1
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2016. Jumlah 57 100,0
responden (26.3%). Sebagian besar responden stroke non hemoragik yaitu sebanyak 34 responden
dengan kadar ureum normal yaitu sebanyak 37 (59,6%), sedangkan responden dengan stroke
responden (64,9%), sedangkan responden dengan hemoragik sebanyak 23 responden (40.4%).
kadar ureum meningkat sebanyak 20 responden
(35,1%). Sebagian besar responden mengalami
Analisis Bivariat
Stroke
Hemoragik Non P OR
Aktivitas Fisik Total
Hemoragik Value (CI 95%)
n % n %
Berat 12 80.0 3 20.0 15 0,001 11,3 (2,7-
Sedang 11 26.2 31 73.8 42 47,6)
Total 23 40.4 34 59.6 57
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 15 Dengan demikian dapat disimpulkan secara statistik
responden dengan aktivitas fisik berat, sebanyak 12 dengan derajat kepercayaan 95%, diyakini terdapat
responden (80.0%) menderita stroke hemoragik dan 3 hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian
responden (20.0%) menderita stroke non hemoragik. stroke di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi
Sedangkan dari 42 responden dengan aktivitas fisik Lampung Tahun 2016. Sedangkan hasil uji OR
sedang sebanyak 11 responden (26,2%) menderita diperoleh nilai 11,3 (CI 96% 2,7-47,6), artinya
stroke hemoragik dan 31 responden (73.8%) responden dengan aktivitas fisik berat mempunyai
menderita stroke non hemoragik. Hasil uji chi square resiko 11,3 kali lebih besar untuk mengalami stroke
didapatkan nilai p value 0,001, artinya lebih kecil hemoragik dibandingkan dengan responden yang
dibandingkan dengan nilai alpha (0,001 < 0,05). aktivitas fisiknya ringan.
Tabel 4.
Hubungan Antara Hiperurisemia dengan Kejadian Stroke
Stroke
Hemoragik Non P OR
Hiperurisemia Total
Hemoragik Value (CI 95%)
n % n %
Meningkat 13 65.0 7 35.0 20 0,012 5,014
Normal 10 27.0 27 73.0 37 (1,555-16,2)
Total 23 40.4 34 59.6 57
Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 20 Sedangkan hasil uji OR diperoleh nilai 5,014 (CI 96%
responden hiperurisemia, sebanyak 13 responden 1,555-16,2), artinya responden hiperurisemia
(65.0%) menderita stroke hemoragik dan 7 responden mempunyai resiko 5,014 kali lebih besar untuk
(35.0%) menderita stroke non hemoragik. Sedangkan mengalami stroke hemoragik dibandingkan dengan
dari 37 responden dengan kadar ureum normal responden dengan kadar ureum normal.
sebanyak 10 responden (27,0%) menderita stroke
hemoragik dan 27 responden (73.0%) menderita A. PEMBAHASAN
stroke non hemoragik. Hasil uji chi square didapatkan Analisa Univariat
nilai p value 0,012, artinya lebih kecil dibandingkan Hasil penelitian diketahui bahwa dari 57
dengan nilai alpha (0,012 < 0,05). Dengan demikian jumlah responden sebagian besar responden
dapat disimpulkan secara statistik dengan derajat memiliki aktivitas sedang yaitu sebanyak 42
kepercayaan 95%, diyakini terdapat hubungan antara responden (73,7%), sedangkan responden dengan
hiperurisemia dengan kejadian stroke di RSUD Dr. Hi. aktivitas berat sebanyak 15 responden (26.3%).
Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2016.
104
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.2, April 2017: 101-108
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori menyebabkan: 1) penurunan NO dan peningkatan
Hutajulu, (2012) aktivitas fisik sehari-hari terdiri atas ROS, 2) inflamasi vaskuler dan proliferasi otot polos,
aktivitas bekerja, aktivitas olahraga, dan aktivitas 3) peningkatan produksi renin, dan 4) lesi vaskuler
pada waktu luang. Aktivitas bekerja adalah aktivitas pada ginjal. (Heinig dan Johnson, 2006; Feig et al.,
yang dilakukan di tempat kerja/sekolah. Aktivitas 2008). Proliferasi otot polos terjadi akibat aktivasi
bekerja pada umumnya merupakan bagian terbesar mitogen spesifik oleh asam urat. Walaupun otot polos
dari aktivitas keseharian seseorang karena pada tidak memiliki reseptor untuk asam urat, asam urat
umumnya sebagian besar waktu seseorang tetap dapat masuk ke dalam sel dengan bantuan
dihabiskan di tempat kerja. Aktivitas olahraga adalah organic anion transporter (OAT). Setelah masuk ke
kegiatan olahraga yang biasa dilakukan di waktu dalam sel otot polos, asam urat mengaktifkan protein
luang. Sedangkan kegiatan sehari-hari yang biasa kinase (Erk 1/2). Selanjutya Erk 1/2 akan menginduksi
dilakukan saat tidak bekerja (kecuali olahraga) sintesis de novo dari COX-2 dan tromboksan lokal
termasuk dalam aktivitas waktu luang. Ketiga jenis serta mengatur up regulation PDGF A (platelet
aktivitas tersebut, jika digabungkan akan derived growth factor A). Hasil akhir proses tersebut
menggambarkan tingkat aktivitas fisik keseharian adalah aktivasi mitogen spesifik yang menyebabkan
seseorang. proliferasi sel (Johnson et al., 2003). Asam urat juga
Data Riskesdas tahun 2013, menunjukkan menyebabkan akumulasi kristal urat di sekitar plak
proporsi aktivitas fisik penduduk yang tergolong atherosklerosis yang telah terbentuk. Kristal urat
kurang aktif di Indonesia sebesar 26,1%. Dari seluruh tersebut dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur
propinsi di Indonesia terdapat 22 propinsi yang klasik. Aktivasi komplemen mengakibatkan berbagai
aktivitas fisik penduduknya tergolong kurang aktif efek biologis seperti inflamasi, kemotaksis,
dengan proporsi di atas rerata nasional, termasuk di opsonisasi, dan aktivitas sitolitik. Asam urat juga akan
Propinsi Lampung yaitu sebesar 33,9% (Kemenkes, menstimulasi sintesis MCP-1 (monocyte
RI., 2013). chemoattractant protein-1) pada otot polos.
Menurut pendapat peneliti bahwa aktivitas fisik Caranya adalah dengan mengaktivasi p38
yang sedang dalam penelitian ini dipengaruhi oleh MAP kinase, factor transkripsi nuklear, NF-KB, dan
karena sebagian besar berusia 50-59 tahun yaitu AP-1. MCP-1 sendiri merupakan kemokin yang
sebanyak 36 responden (63,2%) sehingga mulai berperan penting dalam penyakit vaskular dan
memasuki masa pension, serta responden adalah atherosclerosis. Akibat dari mekanisme tersebut
wanita yang sebagian besar tidak bekerja (ibu rumah adalah peningkatan produksi sitokin proinflamasi
tangga) sehingga aktivitas yang dilakukan kurang, seperti TNF-α, IL-1β, dan IL-6. IL-6 yang juga dikenal
terlebih lagi saat ini sebagian besar masyarakat sebagai hepatocyte stimulating factor merangsang
menggunakan alat bantu dalam bekerja seperti hepatosit untuk memproduksi HCRP. HCRP
menggunakan mesin cuci, menggunakan kendaraan menurunkan produksi NO dengan cara menghambat
bermotor sehingga mengurangi aktivitasnya. enzim nitrit oksidase sintase (eNOS) (Bratawidjaja,
Hiperurisemia 2002; Johnson et al., 2003; Purwanto, 2009).
Hasil penelitian diketahui bahwa dari 57 jumlah Penelitian lapangan yang dilakukan pada
responden sebagian besar responden memiliki kadar penduduk Kota Denpasar, Bali mendapatkan
ureum normal yaitu sebanyak 37 responden (64,9%), prevalensi hiperurisemia sebesar 18,2% (Wisesa dan
sedangkan responden dengan kadar ureum Suastika, 2009). Sementara menurut Vazquez-
meningkat sebanyak 20 responden (35,1%). Mellado et al. (2004), hiperurisemia terjadi pada 5-
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Putra 30% populasi umum, dan prevalensi dapat lebih tinggi
(2009) bahwa hiperurisemia merupakan keadaan pada beberapa kelompok etnik tertentu. Prevalensi
dimana kadar asam urat darah diatas normal. hiperurisemia belakangan ini menunjukkan
Berdasarkan populasi, umumnya rata-rata kadar peningkatan di seluruh dunia, diduga karena
asam urat darah normal tertinggi adalah 7 mg/dl pada peningkatan prevalensi hipertensi dan penggunaan
laki-laki dewasa dan 6 mg/dl pada wanita obat-obatan.
premenopause. Pemeriksaan asam urat sendiri Menurut peneliti besarnya angka kejadian
dilakukan terhadap serum darah. Kadar asam urat hiperurisemia pada masyarakat di Kota Bandar
normal untuk pria dewasa berkisar 3,5-7,0mg/dl dan Lampung tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat
untuk wanita 2,6-6,0mg/dl. Apabila kadar asam urat mengkonsumsi hasil laut seperti ikan, udang, kerang
diatas angka normal, kondisi ini disebut hiperurisemia. yang berpotensi meningkatkan kadar purin dalam
Peningkatan kadar asam urat serum memiliki efek darah.
pada ginjal dan pembuluh darah. Hiperurisemia
105
Jurnal Kesehatan Holistik (The Journal of Holistic Healthcare), Volume 11, No.2, April 2017: 101-108
Departemen Kesehatan RI. (2007). Pedoman Mubarak, Wahit & Chayatin. (2008). Buku Ajar
Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Kebutuhan Dasar manusia Teori dan Aplikasi
Darah. Jakarta: Direktorat Jenderal dalam Praktik. Jakarta: EGC
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan RI Muttaqin A. (2008), Buku Ajar Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan,
Feigin V., (2007). Stroke, Panduan Bergambar Jakarta: Salemba Medika
Tentang Pencegahan dan Pemulihan Stroke.
Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer pp. 9-20 Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Fenty (2007) Hiperurisemia sebagai prediktor
prognosis keluaran klinis stroke infark Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi
http://etd.repository.ugm.ac.id Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman
Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Gibney, M.J., 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika
Jakarta: EGC
Potter, P.A, Perry, A.G. (2005) Buku Ajar
Hermawan (2013) Hubungan Derajat Aktivitas Fisik Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
Pada Laki-Laki Dengan Kejadian Stroke dan Praktik. Edisi 4. Volume 2. Alih Bahasa :
Iskemik Di RSUD Dr Moewardi Surakarta Renata Komalasari, dkk. Jakarta: EGC.2
(https://dglib.uns.ac.id).
Putra, Tjokorda. 2009. Hiperurisemia. Buku Ajar Ilmu
Hidayat AA (2012). Riset Keperawatan dan Teknik Penyakit Dalam. Edisi ke-5 Jilid III. Jakarta :
Penu lisan Ilmiah. Salemba Medika: Edisi 2. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Junaidi I., (2011). Stroke Waspadai Ancamannya. Indonesia, 2550-2559
Yogyakarta : ANDI
Smeltzer S. dan Bare BG, (2002), Buku Ajar
Kurniati A. 2011. Hubungan antara Retinopati Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Diabetika dengan Gangguan Kognitif pada Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh
Penderita Stroke Iskemik. Tesis. Semarang. Agung Waluyo…(dkk), EGC, Jakarta
Universitas Diponegoro
Soeroso.J,Algristian.H.,2011.”Asam Urat”,Penebar
Laily. (2012). Personal Hygiene. Yogyakarta: Graha. Plus,Jakarta.
Ilmu.
Sudoyo. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II,
Martono, H dan Kuswardini, RA Tuty, 2009. Stroke edisi V. Jakarta: Interna Publishing
dan Penatalaksanaanya Oleh Internis. Dalam:
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : 892 Sunartejo (2012), Hubungan Hiperurisemia Dengan
Angka Kejadian Stroke Iskemik Di RSUD Dr.
McDowell I. (1996). Measuring Health: A. Guide to Moewardi
rating scales and Questionnaires 2nd ed. New http://eprints.ums.ac.id/22009/16/10._Full_Nas
York: Oxford University Press kah_Publikasi.pdf
108