Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN STROKE DI

RSUD LANTO DAENG PASEWANG KABUPATEN JENEPONTO

The Relationship Between Dietary Habit And Behavior Of Stroke Incidence In Hospital
Lanto Daeng Pasewang Jeneponto

Nurhikmah1, Sumardi Sudarman2, Aswadi3


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Pancasakti Makassar

Korespondensi :nurhikmah@gmail.com

RINGKASAN
Penyakit Stroke adalah penyakit yang ditandai dengan gejala kehilangan fungsi otak karena
terhentinya suplai darah ke otak. Tanpa darah otak tidak akan mendapatkan asupan oksigen dan
nutrisi, sehingga sel-sel pada sebagian area otak akan mati. Stroke merupakan merupakan salah satu
penyakit degeneratif yang terdapat di pelayanan kesehatan Rsud Lanto Daeng Pasewang Jeneponto,
data awal 2020 diperoleh 426 orang. Tujuan Penelitian untuk mengetahui hubungan jenis makan,
jumlah makan , frekuensi makan , aktivitas fisik dan merokok dengan kejadian stroke di Rsud Lanto
Daeneg Pasewang Kabupaten Jeneponto. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuantitatif dengan pendekatan “cross sectional study” dengan jumlah responden 80 orang dengan
metode pengambilan sampel yaitu purposive sampling dan hasil penelitian diperoleh dari survey
menggunakan kuisioner. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis makan
dengan kejadian stroke ( nilai p= 0.013), ada hubungan anrata jumlah makan dengan kejadian stroke
(niali p=0.006), tidak ada hubungan antara frekuensi makan dengan kejadian stroke (nilai p=0.416),
ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian stroke (nilai p=0.001), ada hubungan antara
merokok dengan kejadian stroke (nilai p= 0.036)
Kata kunci : Stroke, jenis, jumlah, frekuensi makan, aktifitas fisik, merokok

ABSTRACT
Srtoke is a disease characterized by symptoms of loss of brain function due to cessation of
blood supply to the brain. Without blood, the brain will not get oxygen and nutrients. So that cells in
some areas of the brain will die. Stroke is one of the degenerative diseases found in the health services
of Lanto Daeng Pasewang Regional Hospital In Jeneponto, early 2020 data obtained by 426 people.
The aim of the study To determine the relationship between types of food, amount of food, frequency
of eating, physical activity and smoking the incidence of stroke in Lanto Hospitals Pasewang,
Jeneponto Regency. Research method the type of research used in this research is quantitative with a
“cross sectional study” approach with a total of 80 respondents with a purposive sampling method and
the research results obtained from a survey using a quastionnaire. The result method Showed that
there was a relationship between the type of eating and the incidence of stroke ( value = 0,013), there
was a relationship between the amount of food and incidence of stroke (p value = 0.006), there was no
relationship between the frequency of eating and the incidence of stroke (p value = 0.416), there was a
relationship between physical activity and the incidence of stroke (p value = 0.001), there is a
relationship between smoking and the incidence of stroke (p value = 0.036).
Key Words : Stroke, amount, frequency of eating, physical activity, smoking

PENDAHULUAN
Stroke merupakan masalah kesehatan kematian cukup tinggi akibat stroke (19,9%
global dan penyebab utama kecacatan. WHO dari seluruh kematian di Cina), bersama
mengestimasi peningkatan jumlah pasien dengan Afrika dan Amerika Utara. Insiden
stroke di beberapa negara Eropa sebesar 1,1 stroke di seluruh dunia sebesar 15 juta orang
juta pertahun pada tahun 2000 menjadi 1,5 juta setiap tahunnya, sepertiganya meninggal dan
pertahun pada tahun 2025. Dari 56,9 juta sepertiganya mengalami kecacatan permanen.
kematian di seluruh dunia pada tahun 2016, Sekitar 795.000 pasien stroke baru atau
lebih dari separuh (54%) disebabkan oleh 10 berulang terjadi setiap tahunnya. Sekitar
penyebab teratas. Penyakit jantung dan stroke 610.000 adalah serangan pertama dan 185.000
adalah pembunuh terbesar di dunia, yang adalah serangan berulang. Angka kematian
menyebabkan gabungan 15,2 juta kematian akibat stroke ini dalam kurung waktu 5 tahun,
pada tahun 2016. Penyakit ini tetap menjadi lebih dari setengah pasien stroke berusia > 45
penyebab utama kematian secara global dalam tahun yang meninggal. (Jurnal Diah
15 tahun terakhir. (WHO, 2018). Mutiarasari, Ishemic Stroke: Symptoms, Risk
Stroke menurut WHO (World Health Factors, and Prevention 2019)
Organisation) adalah gangguan otak fokal Penyakit degeneratif telah menjadi
ataupun global secara mendadak yang penyebab kematian terbesar di dunia hingga
disebabkan oleh gangguan vaskuler dan dapat saat ini. Menurut laporan World Health
menyebabkan kematian yang berlangsung Organization (WHO), kematian akibat
selama 24 jam atau lebih (Truelsen et al., penyakit degeneratif diperkirakan akan terus
2000). Stroke merupakan tanda-tanda klinis meningkat diseluruh dunia. Peningkatan
yang berkembang akibat adanya gangguan terbesar akan terjadi dinegara – negara
fungsi otak secara cepat baik lokal maupun berkembang dan negara miskin. Dalam jumlah
global karena pecahnya pembuluh darah total, pada tahun 2030 diprediksi akan ada 52
maupun sumbatan pada pembuluh darah di juta jiwa kematian per tahun atau naik 14 juta
otak dengan berlangsungnya gejala selama 24 jiwa dari 38 juta jiwa pada tahun ini. Lebih
jam atau lebih (World Health Organization, dari dua per tiga (70%) dari populasi global
2016). akan meninggal akibat penyakit degeneratif
Stroke merupakan penyebab kematian (Buletin Kesehatan, 2011). Menurut
nomor 3 setelah penyakit jantung koroner (Indrawati, 2009 dalam Maukar, Ismanto dan
(13%) dan kanker (12%) di negara – negara kundre 2015) mengatakan beberapa penyakit
maju. Prevalensi stroke bervariasi di berbagai degeneratif yang banyak terjadi dimasyarakat
belahan dunia. Prevalensi stroke di Amerika adalah penyakit jantung koroner, hipertensi,
Serikat adalah sekitar 7 juta (3,0%), sedangkan diabetes, stroke dan kanker. Penyakit
di Cina prevalensi stroke berkisar antara 1,8% degeneratif seperti stroke juga sudah mulai
(pedesaan) dan 9,4% (perkotaan). Di seluruh ditemui tidak hanya oleh orang yang berusia
dunia, Cina merupakan negara dengan tingkat lanjut namun juga di kalangan umur muda.
Stroke adalah penyakit tingkat prevalensi yang tinggi adalah stroke
serebrovaskular yang sering ditemukan di iskemik. Stroke iskemik masuk ke dalam pola
negara maju, saat ini juga banyak terdapat di 10 besar penyakit pada pasien rawat inap di
negara berkembang salah satunya di negara RSU Provinsi Bali dalam 4 tahun berturut-
Indonesia. Satu diantara enam orang di dunia turut yaitu tahun 2014-2017 dan terjadi
akan terkena stroke. Masalah stroke di peningkatkan kejadian stroke iskemik dari
Indonesia menjadi semakin penting karena di tahun 2015 ke 2016 sebesar 54%.
Asia menduduki urutan pertama dengan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
jumlah kasusnya yang semakin banyak. tahun 2018, menyatakan bahwa prevalensi
Penyakit stroke merupakan salah satu dari stroke di Indonesia 12,1 per 1.000 penduduk,
penyakit tidak menular yang masih menjadi angka itu naik dibandingkan Riskesdas tahun
masalah kesehatan yang penting di Indonesia. 2013 yang sebesar 8,3%. Stroke menjadi
Seiring dengan semakin meningkatnya penyebab kematian utama di hampir semua
morbiditas dan mortalitas dalam waktu yang rumah sakit di Indonesia. Sebesar 14,5%
bersamaan, dimana di Indonesia peningkatan angka kejadian stroke meningkat dengan tajam
kasus dapat berdampak negatif terhadap di Indonesia. Bahkan saat ini, Indonesia
ekonomi dan produktivitas bangsa, karena merupakan negara dengan jumlah penderita
pengobatan stroke membutuhkan waktu lama stroke terbesar di Asia dan menempati urutan
dan memerlukan biaya yang besar (Kemenkes, ketiga penyebab kematian setelah penyakit
2014 dalam rosdina 2017) jantung dan kanker (Riskesdas, 2015 dalam
Di Indonesia, stroke merupakan Na’im, Arisdiani, Hermanto 2019)
pembunuh nomor satu menurut Badan Prevalensi stroke berdasarkan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan diagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Sulawesi Selatan (17,9%), diikuti Daerah
Tahun 2013. Data kejadian stroke dari Istimewa Yogyakarta (16,9%). Prevalensi
Balitbangkes yaitu prevalensi (angka kejadian) penyakit stroke tertinggi di Indonesia yaitu
stroke bisa dilihat di hasil Riset Kesehatan Sulawesi Selatan berdasarkan gejala dan
Dasar (Riskesdas) peningkatan prevalensi diagnosis oleh tenaga kesehatan pada tahun
stroke untuk stroke responden usia 15 tahun ke 2007 sebesar 7,4% dan terjadi peningkatan
atas dari 8,3 per 1.000 pada tahun 2010 drastis pada tahun 2013 yaitu 17,9%
menjadi 12,1 per 1000 pada Riskesdas 2013 (Kemenkes RI, 2013 dalam Munir 2019)
(jurnal Indriani Baharuddin dkk, 2019) Data dari Dinas Kesehatan Provinsi
Prevalensi stroke di Indonesia pada Sulawesi Selatan 2018, jumlah kasus stroke
tahun 2018 sebesar 10,9% dan mengalami pada tahun 2015 sebanyak 2.734 kasus,
kenaikan sebanyak 3,9% dalam lima tahun menurun pada tahun 2016 sebanyak 2.036
terakhir. Berdasarkan profil kesehatan kasus dan kembali meningkat di tahun 2017
provinsi Bali, tipe stroke yang memiliki sebanyak 3.544 kasus. Berdasarkan data dari
rekam medik Stroke Centre RSKD Dadi disusun berdasarkan tujuan penelitian. Dan
Provinsi Sulawesi Selatan (2018), dan pada data skunder diambil dari kepala ruangan
tahun 2017 sebanyak 5.529 kasus (jurnal rekam medis di RSUD Lanto Daeng Pasewang
Baharuddin dkk, 2019) untuk melengkapi hasil penelitian mengenai
Pada wilayah kerja RSUD Jeneponto jumlah pasien yang ada diwilayah kerja.
sendiri tercatat pada tahun 2017 1.333 orang Instrumen penelitian adalah alat-alat yang
penderita stroke yang Berkunjung di Rs Lanto akan digunakan untuk mengumpulkan data,
Daeng pasewang, pada tahun 2018 1.454 instrumen penelitian ini dapat berupa
orang. Jumlah pasien stroke terus mangalami kuesioner, alat tulis,kamera, HP untuk
peningkatan di setiap tahunya. Sedangkan, menghitung IMT dan kebutuhan kalori.
untuk data di Rs Lanto Daeng Pasewang pada Teknik pengolahan data menggunakan
tahun 2019 ada 1.009 orang, jumlahnya komputer program SPSS 16 for windows
mengalami penurunan karena adanya kemudian diolah dengan prosedur pengolahan
penghentian pelayanan karena kurangya obat data. Analisis univariat yang di lakukan tiap
tersedia. Dari hasil data ini dapat diketahui variabel dari hasil penelitian berupa distribusi
adanya kenaikan jumlah pasien di Rsud Lanto frekuensi dan presentase dari tiap variabel dan
Daeng Pasewang (Profil Pasien Di RSUD Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua
Lanto Daeng Pasewang 2020). variabel yang digunakan berpengaruh dengan
BAHAN DAN METODE tabulasi silang diantara semua variabel
Jenis penelitian yang digunakan dalam dependent dan variabel independent dengan
penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode chi-square. Tujuan dari penelitian ini
pendekatan cross sectional study. Lokasi adalah untuk mengetahui Hubungan Pola
Penelitian akan dilakukan diwilayah kerja Makan Dan Perilaku Dengan Kejadian Stroke
Rumah Sakit Umum Daerah Lanto Daeng di Rumah Sakit Umum Lanto Daeng
Pasewang pada bulan September 2020. Pasewang Kabupaten Jeneponto.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh HASIL
pasien yang berkunjung di wilayah kerja Rsud Tabel 1 Karakteristik Responden
Lanto Daeng Pasewang pada bulan januari – Karakteristik n %
Responden
mei pada tahun 2020 sebanyak 426 orang. Umur ( Tahun)
Besar sampel yang diambil pada penelitian ini 20-30 tahun 5 6.3
31-40 tahun 7 8.8
sebanyak 80 responden dengan teknik 41-50 tahun 23 28.8
penarikan sampel yaitu simple rondom 51-60 tahun 26 32.5
61-70 tahun 14 17.5
sampling dengan kriteria Pasien yang >71 tahun 5 6.3
berkunjung, Bisa membaca dan menulis dan Jenis Kelamin
Laki-laki 49 51.3
bersedia untuk diwawancarai. Data diperoleh Perempuan 31 48.8
dengan menggunakan lembaran kuesioner Pendidikan
SD 23 28.8
yang berupa daftar pertanyaan yang telah
SMP 12 15.0 Tidak Sesuai 29 36.3
SMA 33 41.3 Frekuensi Makan
Sarjana 12 15.0 Normal 69 86.3
Pekerjaan Tidak Normal 11 13.8
Tidak bekerja 13 16.3 Aktifitas Fisik
IRT 20 25.0 Ya 34 42.5
PNS 23 28.8 Tidak 46 57.5
Wiraswasta 16 20.0 Merokok
Petani 8 10.0 Berisiko Rendah 28 35.0
Total 80 100% Berisiko Tinggi 52 65.0
Kejadian Stroke
Sumber Data Primer, 2020 Menderita 31 38.8
Tabel 1 menunjukkan bahwa Tidak menderita 49 61.3
Total 80 100%
responden paling banyak adalah berusia 51-60 Sumber Data Primer, 2020
yaitu sebanyak 26 responden (32,5%). Tabel 2 menunjukkan bahwa
Sedangkan yang terendah adalah responden berdasarkan jenis makan terdapat 41
yang berusia 20-30 dan >71 yaitu 5 responden responden (51.3%) yang tidak sesuai di
(6.3%). Responden paling banyak adalah laki- bandingkan yang sesuai yaitu 39 responden
laki yaitu sebanyak 49 responden (51.3%). (48.8%). Berdasarkan jumlah makan terdapat
Sedangkan responden perempuan yaitu 51 responden (63.8%) yang sesuai di
sebanyak 31 responden (48.8%). Responden bandingkan dengan yang tidak sesuai yaitu 29
dengan tingkat pendidikan paling banyak responden (36.3%). Frekuensi makan terdapat
adalah SMA yaitu sebanyak 33 responden 69 responden (86.3%) dengan frekuensi
(41.3%). Sedangkan yang rendah yaitu SMP makan normal dan di bandingkan dengan
dan sarjana sebanyak 12 responden (15.0%). yang tidak normal yaitu 11 responden
Responden dengan status pekerjaan paling (13.8%). Berdasarkan aktifitas fisik terdapat
banyak adalah PNS yaitu sebanyak 23 46 responden (57.5%) yang tidak melakukan
responden (28.0%). Sedangkan yang rendah aktifitas fisik dan di bandingkan dengan yang
yaitu petani sebanyak 8 responden (10.0%). melakukan aktifitas fisik yaitu 34 responden
Analisis Univariat (42.5%). distribusi merokok terdapat 28
Tabel 2 Distribusi Responden responden (35.0%) dengan status berisiko
Berdasarkan variabel yang diteliti lebih sedikit sedangkan responden yang tidak
Distribusi Berdasarkan n (%)
Variabel berisiko yaitu 52 responden (65.0%). Dan
Jenis Makan berdasarkan kejadian stroke lebih banyak
Sesuai 39 48.8
Tidak Sesuai 41 51.3 yang tidak menderita yaitu 49 responden
Jumlah Makan (61.3%) dibandingkan dengan yang menderita
Sesuai 51 63.8
stroke yaitu sebanyak 31 responden (38.8%).

Analisis Bivariat
Tabel 3 Analisis Hubungan Variabel Penelitian Dengan Kejadian Stroke
Kejadian Stroke
Variabel Penelitian Tidak Jumlah p-value
Menderita Menderita
n % n % n %
Jenis makan
Sesuai 21 26.3 18 22,5 39 48.8 0,013
Tidak Sesui 10 12.5 31 38.8 41 51.3
Jumlah makan
Sesuai 26 32.5 25 31.3 51 63.8 0,006
Tidak Sesui 5 6.3 24 30.0 29 36.3
Frekwensi makan
Normal 25 31.3 44 55.0 69 86.3 0,410
Tidak Normal 6 7.5 5 6.3 11 13.7
Aktifitas fisik
Ya 21 26.3 13 16.3 34 42.5 0,001
Tidak 10 12.5 36 45.0 46 57.5
merokok
Berisiko Rendah 6 7.5 22 27.5 28 35.0 0,035
Berisiko Tinggi 25 31.3 27 33.8 52 65.0
Jumlah 31 38.8 49 61.3 80 100
Sumber Data Primer 2020
Tabel 3 menunjukkan bahwa 24 responden (30.0%) yang tidak menderita
berdasarkan jenis makan responden terlihat stroke. Hasil analisis statistic dan uji chi-
dari 39 responden yang mengonsumsi jenis square menunjukkan nilai p=0.006 lebih kecil
makannya sesuai dan menderita stroke 21 dari ɑ (0.05). Artinya, terdapat hubungan
responden (26.3%) yang tidak menderita antara jumlah makan dengan kejadian stroke.
stroke 18 responden (22.5%). Sedangkan dari Frekuensi makan responden terlihat dari 69
41 responden yang mengonsumsi jenis makan responden yang frekuensi makannya normal
yang tidak sesuai dan menderita stroke 10 dan menderita stroke 25 responden (32.3%)
responden (12.5%) dan 31 responden (38.8%) yang tidak menderita stroke 44 responden
yang tidak menderita stroke. Hasil analisis (55.0%). Sedangkan dari 11 responden yang
statistic dan uji chi-square menunjukkan nilai frekuensi makannya yang tidak normal dan
p=0.013 lebih kecil dari ɑ (0.05). Artinya, menderita stroke 6 responden (7.5%) dan 5
terdapat hubungan antara jenis makan dengan responden (6.3%) yang tidak menderita
kejadian stroke. Berdasarkan dengan jumlah stroke.Hasil analisis statistic dan uji chi-square
makan responden terlihat dari 51 responden menunjukkan nilai p=0.410 lebih be sar dari ɑ
yang mengonsumsi jumlah makannya sesuai (0.05). Artinya, tidak terdapat hubungan antara
dan menderita stroke 26 responden (32.5%) frekuensi makan dengan kejadian stroke.
yang tidak menderita stroke 25 responden Aktifitas fisik responden terlihat dari 34
(31.3%). Sedangkan dari 29 responden yang responden yang melakukan aktifitas fisik dan
mengonsumsi jumlah makan yang tidak sesuai menderita stroke 21 responden (26.3%) yang
yang menderita stroke 5 responden (6.3%) dan tidak menderita stroke 13 responden (16.3%).
Sedangkan dari 46 responden yang tidak terlihat dari 39 responden yang i jenis makan
melakukan aktifitas fisik dan menderita stroke sesuai terdapat 21 responden (26.3%) yang
10 responden (12.5%) dan 36 responden menderita stroke dan 18 responden (22.5%)
(45.0%) yang tidak menderita stroke. Hasil yang tidak menderita stroke. Sedangkan dari
analisis statistic dan uji chi-square 41 responden yang mengonsumsi jenis makan
menunjukkan nilai p=0.001 lebih kecil dari ɑ tidak sesuai terdapat 10 responden (12.5%)
(0.05). Artinya, terdapat hubungan antara yang menderita dan 31 responden (38.8%)
frekuensi makan dengan kejadian stroke. Dan yang tidak menderita stroke. Hasil analisis dan
kebiasaan merokok responden terlihat dari 28 chi-square menunjukkan nilai p=0.013 lebih
responden yang berisiko dan menderita stroke kecil dari ɑ (0.05). Artinya terdapat hubungan
6 responden (7.5%) yang tidak menderita antara jenis makan dengan kejadian stroke.
stroke 22 responden (27.5%). Sedangkan dari Fakta yang ada dilapangan memperlihatkan
52 responden yang tidak berisiko dan bahwa dari 39 responden yang mengonsumsi
menderita stroke 25 responden (31.3%) dan 27 jenis makan sesuai dengan yang di anjurkan
responden (33.8%) yang tidak menderita terdapat 21 responden (26.3%) yang menderita
stroke. Hasil analisis statistic dan uji chi- stroke, hal ini bisa disebabkan oleh faktor lain
square menunjukkan nilai p=0.035 lebih kecil seperti mereka mengonsumsinya dalam jumlah
dari ɑ (0.05). Artinya, terdapat hubungan yang banyak serta kurangya olah raga secra
antara merokok dengan kejadian stroke. teratur untuk pembakanran lemak dalam darah
PEMBAHASAN yang bisa menyebabkan terkena stroke.
Hubungan Jenis Makan Dengan Sedangkan dari 41 responden yang
Kejadian Stroke mengonsumsi jenis makan tidak sesuai
Jenis makanan merupakan variasi atau
terdapat 31 responden (38.8%) yang tidak
aneka ragam bahan makanan yang
menderita stroke, hal ini disebabkan pada
dikonsumsi akan menghasilkan susunan menu
jumlah yang di konsumsi yang harusnya hanya
yang sehat dan seimbang untuk tubuh. Jika
sedikit tapi karena keenakan akhirnya tidak
makanan dikonsumsi beraneka ragam dan
terkontrol ataupun dari jenis pekerjaan
kaya nutrisi akan menghasilkan nutrisi yang
responden yang bekerja dikantoran yang
sangat bermanfaat untuk tubuh. Diantaranya
kurang melakukan aktifitas dan hanya banyak
Karbohidrat, lemak, dan protein yang
duduk.
merupakan zat gizi makro sebagai sumber
Dalam sebuah penelitian, bagi para
energi, sedangkan vitamin dan mineral
penderita stroke dengan adanya ahli diet atau
merupakan zat gizi mikro sebagai pengatur
ahli gizi bisa membantu mereka untuk
kelancaran metabolisme tubuh (Oetoro 2012
mengetahui berapa banyak kalori yang
dalam Ramadani 2017)
dibutuhkan setiap harinya. Pola makan yang
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
sehat untuk mencegah atau mengatasi stroke
berdasarkan jenis makan pada responden
adalah makanan yang rendah lemak, rendah
gula, dan rendah kolestrol. Mengubah pola Penelitian ini sejalan dengan yang telah
makan dan patuh pada aturan yang memang dilakukan oleh (Magreysti Maukar dkk, 2014)
susah-susah gampang, apa lagi jika terbiasa di ruangan rawat inap F Neurologi
makan makanan sembarangan. Namun, demi berdasarkan hasil penelitian didapati dari hasi
menghindari serangan stroke kita harus uji statistic dengan menggunakan uji chi-
mengatur dan menjaga pola makan yang sehat square(x2) diperoleh nilai p=0.042 < ɑ=0.05,
(RSUD dr Zainoel abidin, 2017). dari data didapat hubungan yang bermakna
Memperhatikan jenis makan yang boleh antara pola makan dari jenis dengan kejadian
dan tidak untuk dikonsumsi bisa membantu stroke.
untuk mencegah terkena penyakit stroke Hubungan Jumlah Makan Dengan
ataupun penyakit yang lain. Asupan sayuran Kejadian Stroke
Menurut ( Pratiwi 2013 dalam
hijau dan kuning setiap hari karena
Ramadani 2017) Jumlah atau porsi merupakan
mengandung antioksidan tinggi yang dapat
suatu ukuran maupun makanan yang
menurunkan 26% resiko kematian akibat
dikonsumsi pada tiap kali makan. Setiap orang
stroke (Nina hertiwi putri, 2019)
harus menyeimbangkan jumlah kalori yang
Peneliti berasumsi mengonsumsi jenis
masuk dengan jumlah energi yang
makanan yang berisiko dapat meningkatkan
dikeluarkan. Konsumsi makan sehari-hari
lemak darah sehingga menyebabkan
harus mengandung zat gizi dalam jenis dan
responden berisiko terkena penyakit stroke.
jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan
(Yastroki 2010) mengatakan makanan yang
setiap orang atau kelompok umur.
mengandung kolestrol tinggi dapat dapat
Kekurangan atau kelebihan salah satu unsur
meningkatkan LDL yang dapat berisiko terjadi
zat gizi akan memyebabkan penyakit.
stroke, hal ini dapat memicu timbulnya plaq
Hasil dari penelitian ini menunjukkan
dalam pembuluh darah arteri dan dapat
bahwa bedasarkan dengan jumlah makan
mengakibatkan penyumbatan serta
responden terlihat bahwa 51 responden yang
menghambat aliran darah keseluruh organ
jumlah makannya sesuai dengan porsi,
tubuh dan otak. (Dalam Febi Susilawati,
terdapat 26 responden (32.5%) menderita
Nurhayati, 2018)
stoke dan 25 responden (31.3%) tidak
Penelitian ini sejalan dengan yang telah
menderita. Sedangkan dari 29 responden yang
dilakukan oleh Febi Susilawati dan Nuthayati
jumlah makan tidak sesuai tedapat 5
(2018) di RSD Mayjend H.M Ryacudu
responden (6.3%) yang menderita stroke dan
kabupaten Lampung utara. Hasil uji statistic
24 responden (30.0%) yang tidak menderita
didapatkan nilai p value 0,001, artinya lebih
stroke. Hasil analisis statistic dan uji chu-
kecil dibandingkan dengan nilai alpha (0,00 <
square menunjukkan nilai p=0.006 lebih kecil
0,05) dan OR=1. Dengan demikian dapat
dari ɑ (0.05). Artinya, terdapat hubungan
disimpulkan ada hubungan makan makanan
antara jumlah makan dengan kejadian stroke.
yang berisiko terhadap stroke.
Fakta di lapangan menunjukkan seseorang, hal ini terjadi disbabkan karena
bahwa dari 51 responden dengan jumlah tidak memperhatikan kadar kolesterol dalam
makan yang sesui terdapat 26 responden makanan yang dikonsumsi (Warmbrand,2009
(32.5%) yang menderita stroke, hal ini di dalam Rey dkk, 2016)
sebabkan oleh faktor lain seperti mengonsumsi Peneliti beransumsi dari kegiatan
makanan lain selain makanan utama seperti penelitian yang telah di lakukan kepada
makanan yang siap saji dan makanan yang responden didapati bahwa ada beberapa dari
diolah dengan cara di goreng atau makanan mereka sudah mengatur jumlah makan yang
yang boleh di konsumsi yang tidak memicu boleh di konsumsi, tapi terkadang mereka suka
kolesterol menjadi naik seperti gorengan dan mengonsumsi makanan lain di luar jadwal
makanan yang bersantan. Sedangkan dari 29 makannya. Adapun juga mereka masih suka
responden dengan jumlah makan yang tidak mengonsumsi makanan yang yang dapat
sesuai terdapat 24 responden (30.0%) yang memicu penyakit dengan alasan suka
tidak menderita stroke, hal ini terjadi karena mengonsumsi makanan tersebut.
responden sering mengonsumsi makanan Penelitian ini sejalan dengan Rey ivi
lainnya sebagai selingan seperti makanan siap ouslan dkk (2016) hasil chi squarenya
saji ataupun karena frekuensi makannya yang diperoleh x2 (6.9633) > x2 tabel (3.841), yang
berlebih sehingga bisa juga memicu terjadinya berarti terdapat pola makan dengan jumlah
stroke. kadar kolesterol yang tinggi.
Menurut (Balawati dalam Ramadani Hubungan Frekuensi Makan Dengan
2017) mengatakan makanan dalam porsi besar Kejadian Stroke
Jadwal amakan adalah jumlah
dapat menyebabkan refliks isi lambung yang
kegiatan makan dalam sehari-hari baik
pada akhirnya membuat kekuatan dinding
kualitatif maupun kuantitatif. Frekuensi
lambung menurun. Kondisi seperti ini dapat
merupakan seringnya seseorang melakukan
menimbulkan peradangan atau luka pada
kegiatan makan dalam sehari baik makanan
lambung. Perlu diterapkan kebiasaan
utama maupun makanan selingan. Frekunsi
mengonsumsi makanan yang seimbang dengan
makan dalam sehari terdiri dari tiga makanan
jumlah yang sesui untuk mencukupi kebutuhan
utama yaitu makan pagi, siang, dan malam.
masing-masing individu, sehingga tercapai
Jadwal makan sehari dibagi menjadi makan
kondisi kesehatan yang baik. Oleh karena itu
pagi (sebelum pukul 09.00), makan siang (jam
mengonsumsi makanan sesui dengan yang di
12.00-13.00), dan makan malam (jam 18.00-
butuhkan sangatlah baik untuk kesehatan kita
19.00 (Oktaviani, 2011 dalam Ramadani 2017)
semua.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan
Pola makan merupakan keteraturan
bahwa bedasarkan dengan jumlah makan
seseorang dalam mengonsumsi makanan yang
responden terlihat bahwa berdasarkan dengan
dihitung berdasarkan jumlah makan yang
frekuensi makan responden dari 69 responden
dapat mempengaruhi kadar kolesterol
yang frekuensi makannya normal namun hubungan riwayat makan dengan kejadian
menderita stroke ada 25 responden (32.3%) stroke diperoleh nilai p=0.003 dengan tingkat
dan yang tidak menderita ada 44 responsen kemaknaan ɑ=0.05 yang berarti ada hubungan
(55.0%). Sedangkan dari 11 reponden yang bermakna responden dengan kejadian stroke.
frekuensi makannya tidak normal ada 6 Pada penelitian yang lain menunjukkan
responden (7.5%) yang menderita stroke dan 5 hasil yang berbeda dengan penelitian yang
responden (6.3%) yang tidak menderita stroke. dilakukan oleg Siregar (2002) yang
Hasil analisis statistic dan uji chi-square mengatakan bahwa tidak ada hubungan
menunjukkan nilai p=0.410 lebih besar ɑ bermakna antara riwayat makan dengan
(0.05). Artinya tidak terdapat hubungan antara kejadian stroke.
frekuensi makan dengan kejadian stroke. Hubungan Aktifitas Fisik Dengan
Fakta dilapangan mengatakan bahwa dari Kejadian Stroke
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh
69 responden yang frekuensi makannya
meningatkan pengetahuan tenaga dan energi.
normal ada 25 responden (32.3%) yang
Seseorang menderita stroke karena memiliki
menderita stroke, hal ini bisa disebabkan oleh
perilaku yang dapat meningkatkan faktor
faktor lain seperi responden porsi dalam
risiko stroke. Gaya hidup yang tidak sehat
mengonsumsi lebih banyak. Sedangkan yang
seperti mengkonsumsi makanan tinggi lemak
frekuensi makannya tidak normal namun tidak
dan tinggi kolesterol, kurang aktivitas fisik,
menderita stroke ada 5 responden (6.3%), hal
dan kurang olahraga, meningkatkan risiko
ini juga bisa disebabkan karena responden
terkena penyakit stroke (Aulia dkk, 2008
tidak mengonsumsi makanan utama di satu
dalam Yulendasari 2017).
waktu tapi diganti dengan makan buah-buahan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan
ataupun makanan pengganti lain seperti roti
bahwa bedasarkan dengan aktifitas fisik
dan bubur.
responden terlihat dari 34 responden yang
Peneliti menganalisis bahwa stroke tidak
melakukan aktifitas fisik yang menderita
selalu terjadi karena frekuensi makan yang
stroke ada 21 responden (26.3%) dan yang
tidak teratur, karena stroke juga bisa terjadi
tidak menderita ada 13 responsen (16.3%).
karena faktor lain. Dari analisis data di peroleh
Sedangkan dari 46 responden yang tidak
bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi
melakukan aktifitas fisik ada 10 responden
makan dengan kejadian stroke.
(12.5%) yang menderita stroke dan 36
Penelitian ini menunjukkan tidak ada
responden (45.0%) yang tidak menderita
hubungan antara frekuensi makan dengan
stroke. Hasil analisis statistic dan uji chi-
kejadian stroke berbeda dengan hasil
square menunjukkan nilai p=0.001 lebih kecil
penelitian yang dilakukan oleh (Puspita
dari (0.05). Artinya, terdapat hubungan antara
AyuRamadhani Dkk 2015) di poli syaraf
aktifitas fisik dengan kejadian stroke.
Rumah Sakit Airlangga Surabaya yang
menunjukkan hasil uji statistic tentang
Fakta dilapangan mengatakan bahwa dari terdapat responden yang kurang melakukan
34 responden yang melakukan aktifitas fisik olahraga. Dari beberapa jawaban responden
ada 21 responden (26.3.3%) yang menderita ada yang terkendala karena pekerjaanya yang
stroke, hal ini bisa disebabkan oleh faktor lain hanya duduk saja sehingga kurang melakukan
seperti dia melakukan aktifitas fisik tapi hanya aktifitas fisik.
sebentar saja ataupun karena pola makannya Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang tidak teratur. Sedangkan yang tidak yang telah dilakukan oleh Rika Yulendasari
melakukan aktifitas fisik olah raga namun (2016) di RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek
tidak menderita stroke ada 36 responden Provinsi Lampung . Hasil uji chi square
(45.0%), hal ini juga bisa disebabkan karena didapatkan nilai p value 0,001, artinya lebih
responden tidak mengonsumsi makanan yang kecil dibandingkan dengan nilai alpha (0,001 <
bisa memicu penyakit stroke ataupun juga 0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan
dilihat dari jenis pekerjaannya yang seorang secara statistik dengan derajat kepercayaan
petani yang setiap hari melakukan aktifitas 95%, diyakini terdapat hubungan antara
fisik dengan bekerja di kebun. aktivitas fisik dengan kejadian stroke.
Olah raga selama 30 menit secara rutin Hasil penelitian ini sejala dengan yang
setiap hari mampu melancarkan peredaran telah dilakukan oleh Gracia ety al 2013 nilai
darah dalam tubuh dan meregangkan otot-otot. p=0.000, r=0.608 terdapat hubungan yang kuat
Aktifitas seprti berjalan kaki, senam aerobik, antara aktifitas fisik dengan konstopasi pada
bersepeda dan berlari. Untuk usia lanzia di pasien stroke.
anjurkan untuk berjalan kakin atau melakukan Hubungan Merokok Dengan Kejadian
senam aerobik. Sedangkan untuk aktifitas fisik Stroke
Menurut (Sutanto 2010 dalam Nuryanti,
untuk yang sudah menderita stroke di anjurkan
Andraini 2019) menjelaskan bahwa terjadinya
untuk melatih atau melakukan terapi fisik
aterosklerosis pada perokok adalah timbulnya
untuk bagian tubuh yang mengalami stroke.
plaq pada pembuluh darah oleh nikotin
Melakukan beberapa pekerjaan setiap hari
sehingga terjadi aterosklerosis. Selain itu
dapat memperkuat otot-otot serta dapat
merokok menyebabkan elastisitas pembuluh
mengurangi timbunan lemak didalam dinding
darah berkurang sehingga meningkatkan
pembuluh darah (Rahmi Laksmi Ambardini,
pengerasan pembuluh darah arteri dan
2020)
meningkatkan faktor pembekuan darah yang
Menurut asumsi peneliti aktifitas fisik
memicu terjadinya stroke. Adapun peranan
seseorang sangat mempengaruhi agar terhidar
rokok pada proses aterosklerosis.
dari penyakit stroke ataupun penyakit lainnya.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan
Dengan adanya aktifitas fisik seperti olahraga
bahwa bedasarkan dengan merokok dirlihat
dan lain-lain akan memberikan pengaruh yang
dari 28 responden yang berisiko ada 6
baik terhadap kesehatan tubuh kita. Dimana
responden (7.5%) yang menderita stroke dan
terlihat jelas dari hasil penelitian masih banyak
yang tidak menderita ada 22 responsen setengah dari orang yang merokok 20 batang
(27.5%). Sedangkan dari 52 responden yang per hari.
tidak berisiko ada 25 responden (31.3%) yang Peneliti berasumsi bahwa pengaruh rokok
menderita stroke dan 27 responden (33.8%) bagi kesehatan sangatlah bepengaruh, tidak
yang tidak menderita stroke. Hasil analisis hanya menimbulkan masalah kesehatan seperti
statistic dan uji chi-square menunjukkan nilai stroke tpi juga dapat menimbulkan maslah
p=0.035 lebih kecil dari ɑ (0.05). Artinya, kesehatan lainnya speri TB dll. Banyak di
terdapat hubungan antara merokok dengan antara responden yang sudah mengetahui
kejadian stroke. bahaya konsumsi rokok bagi kesehatan tubuh
Fakta dilapangan mengatakan bahwa dari tapi mereka masih melakukannya. Dengan
28 responden yang berisiko rendah ada 6 alasan karena sudah terbiasa dan susah untuk
responden (7.5%) yang menderita stroke, hal berhenti. Ada beberapa dari mereka berhenti
ini bisa disebabkan oleh faktor lain seperti merokok setelah terkena penyakit. Penelitipun
kurang olah raga ataupun karena pola memberikan pemahaman kepada beberapa
makannya yang tidak teratur. Sedangkan yang responden tentang bahayanya rokok bagi
berisiko tinggi namun tidak menderita stroke kesehatan tubuh kita.
ada 27 responden (33.8%), hal ini juga bisa Penelitian ini sejalan dengan penelitian
disebabkan karena responden tidak yang dilakukan oleh Pomarida Simbolon,
mengonsumsi makanan yang bisa memicu Nagoklan Simbolon, Magda Siringo-ringo
penyakit stroke ataupun juga dilihat dari jenis (2018) di Rumah Sakit santa Elisabeth Medan
pekerjaannya sebagai petani yang terus Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,008 (p <
melakukan pekerjaan tiap hari dan juga bisa 0,05). Ada hubungan faktor merokok dengan
saja responden merokok namun jenis rokoknya kejadian stroke.
berbeda seperti rokok kretek di bandingkan Hasil penelitian ini sejalan dengan
rokok filter yang tinggi akan zat nikotin. penelitian yang dilakukan oleh (Giri Udani ,
Pada penelitian yang diterbitkan British 2013) di Rumah Sakit Abdoel Moeloek
Medical Journal, rabu 24 januari 2018, disimpulkan p value 0.028 ada hubungan
menegaskan bahwa perokok yang menghisap merokok dengan kejadian stroke.
satu batang rokok setiap hari memiliki resiko KESIMPULAN DAN SARAN
terserang penyakit cardiovasculer dan stroke Berdasarkan hasil penelitian tentang
yang setara dengan perokok yang menghisap hubungan pola makan dan perilaku terhadap
setengah bungkus rokok per hari. Dal kejadian Stroke Di Rsud Lanto Deang
kesimpulan di jurnal , mereka mengungkapkan Pasewang Kabupaten Jeneponto 2020 ditarik
bahwa merokok hanya satu batang perharipun kesimpulan bahwa dalam hasil penelitian di
dapat meningkatkan resiko terkena penyakit temukan adanya hubungan antara jenis makan,
jantung koroner dan stroke yang jauh lebih jumlah makan, frekuensi makan, aktifitas fisik
besar dari perkiraan sebelumnya, yakni sekitar dan merokok dengan kejadian stroke di Rsud
Lanto daeng Pasewang Kabupaten Jeneponto Dr Abidin,Z.(2017).Nutrisi yang tepat untuk
pasien stroke. http://rsudza.
2020. Disaranakan bagi petugas kesehatan
acehprov.go.id/tabloid/2017/06/05/nutri
agar memberikan pemahaman kepada pasien si-yang-tepat-untuk-pasien stroke/
15/07/2020
tentang jenis makanan yang boleh dan tidak di
Diah Mutiarasari. (2019). Ishemic Stroke :
konsumsi sesuai dengan keluhan untuk Symptoms, Risk Faktor, And Prevention
menghindarai masalha kesehatan yang lebih
Dinkes Kebumen. 2013. Apa Penyebab Stroke
lanjut. Memberikan edukasi tentang
Giri Udani. (2013). Faktor Resiko Kejadian
pentingnya menjaga jumlah makanan setiap
Stroke. Program Studi Keperawatan
hari untuk menghidari terjadinya masalah Politeknik Kesehatan Tanjungkarang
kesehatan seperti terkena penyakit stroke.
Junaidi. (2011). Stroke Waspadai Ancamanya.
Memberikan saran kepada pasien yang Penerbit Andi, Yogyakarta
berkunjung untuk menjaga frekuensi makan
Kemenkes. (2014). Jurnal Analisis Faktor
dalam sehari-hari . Memberikan pemahaman Mortalitas Stroke Hemoragik: Rosdina,
2017
tentang pentingya melakukan olah raga rutin
Kuncoro. (2015). Memahami kadar kolestrerol
untuk membakar lemak dalam tubuh serta normal http://www.pasiensehat.
com/2015/02/memahami-kadakolestrol-
dapat melatih otot-otot tubuh kita. Dan
normal.html?m=1/17/06/2020
memberikan pemahaman kepada psien yang
Na’im, Arisdiani, Hermanto.(2019). Hubungan
berkunjung akan bahayanya rokok bagi
Tingakat Pengetahuan Keluarha
kesehatan tubuh kita, tidak hanya dapat Tentang Penyakit Stroke Dengan
Penanganan Pre-Hospital. Program
menimbulkan penyakit stroke tapi juga bisa
Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah
menimbulkan masalah kesehatan lainnya Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal
seperti penyakit paru-paru dan lain sebagainya
Nina Hertiwi Putri. ( 2019). Gaya Hidup Dan
DAFTAR PUSTAKA Pola Makan Sehat Jadi Kunci
Pencegahan Stroke. https://www.
Almatrsier. (2008). Penuntun Diet. PT sehatq.com/artikel/gaya-hidup-dan-
Gramedia, Jakarta pola-makan-sehat-jadi-kunci-
pencegahan-stroke/amp/11/11/2020
Ambardini, R. (2020). Aktifitas Fisik Pada
Lanjut Usia. Staf pengajar FIK, Nuryanti, Rus Andraini. (2018). Merokok
Universitas Negeri Yogyakarta Berhubungan Dengan Kejadian Stroke.
Jurusan keperawatan poltekkes
Annisa Ika Putri. (2015). Frekuensi Dan kemenkes kaltim
Determinan Kejadian Stroke Pada
Penderita Hipertensi Dewasa Di Profil Kesehatan Rsud Lanto Daeng Pasewang
Wilayah Pedesaan. Fakultas Kesehatan (2017-2012019). Rekam Medis
Masyarakat Depok.
Puspita Ayu R, Merryana. A. (2015).
Baharudduin, Bustan, Globel. (2019). Hubungan Tingkat Stres , Asupan
Hubungan Stres Dengan Kejadian Nutrium, Dan Riwayat Makan Dengan
Stroke SDi RSKD Provinsi Sulawesi Kejadian Stroke Departemen Gizi
Selatan. Paskasarjana Universitas Kesehatan, Fakultas Kesehatan
Muslim Indonesia (UMI) Masyarakat, Universitas Airlangga,
Surabaya, Indonesia
Ramadani, A (2017). Hubungan Jenis, Jumlah Rumah Santa Elisabeth Medan. Stikes
Dan Frekuensi Makan Dengan Pola santa elisabeth medan
Buang Air Besar Dan Keluhan
Pencernaan Pada Mahasiswa Muslim Sufmela, N. (2019). Studi Kasus Proses
Saat Puasa Ramadhan. Skripsi fakultas Asuhan Gizi Terstandar ada Pasien
kesehatan universitas air langga Stroke Hemoragik Dan Non Hemoragik
Rawat Inap Di Ruang Angrek Rsud Prof
Rifa, A. (2013). Contoh menu sehari-hari Dr. W. z, Johanes Kupang. Politeknik
untuk penderita stroke http://id.scribd. kesehatan kemenkes kupang program
com/doc/184385558/Contoh-Menu studi gizi
Sehari-Untuk Stroke/05/07/2020
Susilawati, Nurhayati. (2018). Faktor Kejadian
Rey ivi ouslan dkk. (2016). Pola Makan Dan Stroke Di Rumah Sakit. Jurusan
Kadar KolesterolPada Penderita Stroke. keperawatan poltekkes tanjungkarang
Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan bengkulu, Jurusan Tegar, Dewi. (2017). Pengaruh Latihan Bola
Kebidanan Lunak Dengan Stroke. Fakultas
Rika, A. (2020). Tanda-tanda Peringatan Stoke kesehatan UMP
Yang Tak Boleh Diabaikan.
https://hellosehat.com/pusatkkesehatan/ Warmbrand, dan Dean, J. Keriekes. (2001).
stroke/tanda-tandaperingatan-stroke- Siklus Darah Dalm Tubuh Manusia.
yang-tak-boleh diabaikan/21/07/2020 Jakarta: PT Alex Media Komputindo

RISKESDAS. (2018). (Jurnal Ainun Na’im, WHO (2016). Pengertian Stroke


Triana Arisdiani, Hermanto Program
Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Yulendasari . (2017). Hubungan Antara
Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal 2019). Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Stroke
Jurnal kesehatan andalas Dan Hiperuresemia Dengan Kejadian
Stroke Di Rsud Dr. HI. Abdul Moeloek
Sibarani, Ulfa, Afriyanti. (2019). Hubungan Provinsi Lampung Tahun 2016.
Aktifitas Fisik Terhadap KonstipasiPada Program studi keperawatan, fakultas
Pasien Stroke Di Rs Siti Rahma Padang. kedokteran universsitas maslahayati
bandar lampung
Simbolo, Simboli, Magda. (2018). Faktor
Merokok Dengan Kejadian Stroke Di

Anda mungkin juga menyukai