Anda di halaman 1dari 39

ABSES

MANDIBULA
DEFINISI

ABSES

Abses (Latin: abscessus) merupakan kumpulan nanah


(netrofil yang telah mati) yang terakumulasi
disebuah kavitas jaringan karena adanya proses infeksi

Abses mandibula
Rongga patologis yang berisi pus yang berasal dari proses
infeksi yg bersifat odontogenik di daerah mandibula (fascial
spaces of mandible)
Anatomi
Secara umum :
Simpisis
Kortex /body
Ramus
Fascial spaces primer

Submental spaces Fascial spaces sekunder


Masticatory space
Buccal spaces
Cervical space
Sublingual spaces Retropharyngeal space

Submandibular spaces Lateral pharyngeal space


Prevertebral space
Body of mandible space
Patogenesis
Odontogenik :

Infeksi
Infeksi gigi
gigi (( pulpa)
pulpa)
Tempat berkumpulnya Kuman

Abses
Abses periapikal
Tingkat infeksi (+,+), daya tahan
periapikal tubuh
Penanganan (-), pasien , faktor penyulit ( DM, UREMIA, PENYAKIT
JANTUNG, USIA)

Periosteum subperiosteal ( abses) fascial spaces


Periosteum
Setelah subperiosteal
pus menembus subperiosteal (abses) fascial
fascial spaces spaces
tertimbun pus
( tergantung space yang berkaitan dengan lokasi gigi yang terinfeksi )

Penyebaran
Penyebaran pus
pus melalui
melalui :: jaringan
jaringan lunak,
lunak, pembuluh
pembuluh darah
darah dan
dan
pembuluh limfe
pembuluh limfe

ABSES
ABSES REGIO
REGIO MANDIBULA
MANDIBULA // MAKSILA
MAKSILA
Contoh penyebaran Kuman
dari molar III
Insiden
Jenis kelamin : pria lebih banyak dibanding perempuan
Usia : dapat terjadi pada semua usia
Klasifikasi Abses sekitar mandibula
(MANDIBULAR FASCIAL SPACES)
Abses submandibular
Abses submental
Abses perimandibuler
Sublingual abses
Abses retropharingeal space
Abses Masticator space
Abses submandibular
Abses yang berlokasi pada submandibular space.
Batas inferior fascia profunda dari hyoid sampai
mandibula, batas lateral corpus mandibula, dan
batas superior mukosa dasar mulut.
Keadaan umum: nyeri, lemah, lesu, malaise ,
demam, trismus ringan (+)

Px. Ekstra oral : Px. Intra oral:


- Asimetri wajah - Periodontitis akut
- Tanda radang jelas - Muccobuccal fold
- Fluktuasi +
- Fluktuasi (-)
- Tepi rahang teraba
Infeksi berasal dari gigi molar
mandibula dengan ujung akar
di bawah m. mylohyoid dan dari
pericoronitis.
Gejala infeksi berupa
pembengkakan pada daerah
segitiga submandibula leher
disekitar sudut mandibula,
perabaan terasa lunak dan
adanya trismus ringan.
Abses Submentale
Abses yg berlokasi di
submentale space, tepat midline
simpisis mandibula.
Infeksi berasal dari gigi incisivus
mandibula. Dan juga penyebaran
dari submandibular spaces.
Tanda & Gejala infeksi berupa
bengkak pada garis midline yang
jelas di bawah dagu, nyeri,
disfagia, swelling
Abses perimandibuler

Abses yang berlokasi di margo mandibula sampai ke submandibula.


Biasanya berasal dari infeksigigi molar mandibula
Gejala dan tanda : bengkak dagu samping, nyeri, lemas , disfagia,
trismus ringan
Pemeriksaan extra oral : asimetris wajah, eritem, bengkak, sulit buka
mulut
Pemeriksaan intraoral : periodontitis akut
Abses subliangual
Terletak di dasar mulut, superior dari m.
mylohyoid, dan sebelah medial dari
mandibula.
Infeksi berasal dari gigi anterior mandibula

dengan ujung akar di atas m. mylohyoid.


Gejala infeksi berupa pembengkakan dasar

mulut, terangkatnya lidah, nyeri, dan


dysphagia
Abses Retropharingeal Space
Infeksi berasal dari:
Gigi molar mandibula
Dari infeksi saluran pernapasan atas
Dari tonsil, parotis, telinga tengah, dan sinus
Gejala infeksi berupa :
Kaku leher, sakit tenggorokan, dysphagia, hot potato voice, stridor.
Merupakan infeksi fascial spaces yang serius karena infeksi dapat
menyebar ke mediastinum dan daerah leher yang lebih dalam
(menyebabkan kerusakan n. vagus dan n cranial bawah, Horner syndrome)
Abses Masticator space
Infeksi berasal dari gigi molar III mandibula.

Jika abses besar maka infeksi dapat menyebar ke lateral pharyngeal space.

Pasien membutuhkan intubasi nasoendotracheal untuk alat bantu bernapas.

Berhubungan dengan banyak space di sekelilingnya sehingga infeksi pada

daerah ini dapat dengan cepat menyebar.


Gejala infeksi berupa panas, menggigil, nyeri dysphagia, trismus, sulit

bernafas.
Etiologi
Kebanyakan abses mandibula bersifat
Odontogenik
Infeksi gigi (43%)
Aerob : streptococcus sp, staphylococcus sp,
nieseria sp, Klepsiella sp, Niesseria sp
Anaerob : Bacteriodes melaninogenesis,
Eubacterium Peptostreptococcus
Diikuti oleh penggunaan obat intravena
(12%), tonsilofaringitis (6,7%) dan
fraktur mandibula (5,6%).
Alur infeksi jaringan lunak, sirkulasi,
saluran limfe.
Gejala Klinis Abses Mandibula
secara umum: Komplikasi
Nyeri Ulkus ( dm)
Bengkak eritem Varises pembulu darah
Trismus
Kerusakan saraf
Disfagia
Sumbatan jalan nafas
Malasie
Sepsis
Asimetris wajah
Syok ( septik/ neurogenik)
Panas
Sulit membuka mulut
Perdarahan ( hiprtensi dan

Panas / demam penderita kelinan darah )


Sesak Kematian

Pusing
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang :
Laboratorium
Radiologi
Diagnosis Defferencial

Kelaianan
TB Ekstra
Kelenjar
Paru Liur
Keganasan
Paratyroiditis
Limfadenitis
Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa : bedrest, oksigenase cukup,
oral hygene.
Medikamentosa : Antibiotik, antiinflamasi,
analgetik
Operasi : Insisi + drainase
Prognosis
Buruk jika :
Terjadi komplikasi (++)
Baik jika:
Tatalaksana cepat dan tepat
Komplikasi (-)
Deep Space Abcess
Terbentuk di dalam ruang potensial di antara
fasia leher dalam sebagai penjalaran infeksi dari
berbagai sumber: gigi, mulut, tenggorok, sinus
paranasal, telinga tengah, leher.
Golongan Streptococcus, Staphylococcus
Abses peritonsil, retrofaring, parafaring,
submandibula, angina Ludovici
Abses Peritonsil
Akumulasi pus terlokalisir di jaringan peritonsil yang
terbentuk akibat dari tonsilitis supuratif.
Di AS 30 kasus/100.000 orang/tahun. 1-76 tahun (15-
35 thn)
Cara Pemeriksaan
Klinis: palatum mole bengkak, menonjol kedepan,
teraba fluktuasi, uvula bengkak & terdorong ke sisi
kontralateral, tonsil bengkak dan hiperemis, detritus
Lab: darah perifer lengkap, elektrolit & kultur darah.
Kultur swab tenggorok
Radiologi:

Foto x-ray jaringan lunak polos: tampak nasofaring &


orofaring.
CT Scan: Rongga mulut & leher menggunakan kontras
intravena. Temuan yang biasa: kumpulan cairan
hipodens pada apex tonsil yang terkena dengan
penebalan pinggiran
USG: intraoral sederhana non invasif bedakan
selulitis & abses. Membantu aspirasi langsung pd fosa
tonsil sebelum penanganan bedah
Terapi:
Medikamentosa:
Antipiretik & analgetik: demam & rasa tidak nyaman
AB dimulai setelah kultur dari abses. Penicilin IV
pilihan baik untuk terapi empiris
Awal: Cephalexin/sefalosporin lain (dgn/tanpa
metronidazole)
Alternatif: cefuroxime (dgn/tanpa metronidazole),
klindamisin, trovafloxacin, amoksisilin. Lama
pengobatan 7-10 hari.
Kumur dengan cairan hangat & kompres dingin pd leher
Bedah:
Aspirasi jarum
Insisi & drainase: menginsisi mukosa di atas abses. Setelah
abses terlihat lakukan diseksi tumpul utk memecahkan
lokulisasi. Pembukaan dibiarkan terbuka utk drainasekumur
dgn NaCl.
Tonsilektomi

Setelah infeksi tenang: 2-3 minggu


Abses Retrofaring
Peradangan yang disertai pembentukan pus pd daerah
retrofaring
Insiden: anaksekarang dewasa meningkat. 50-
67%Laki-laki, 54% kulit putih
Cara pemeriksaan:
Klinis: nyeri & sukar menelan. Demam, leher kaku & nyeri.
Sesak napas krn sumbatan. Benjolan pd dinding belakang
faring, mukosa terlihat bengkak & hiperemis
Lab:
darah perifer lengkap pd studi leukosit 17.000 (3100-45900)
Kultur darah, kultur pus,
Radiologi:
Foto X-Ray jaringan lunak lateral: 88% menunjukan
pembengkakan jaringan lunak > 7 mm pada C2 & >
14 mm pd C6. Kadang2 menunjukan air fluid level,
gas di jaringan atau benda asing
CT Scan leher: dengan kontras IV. Tampak sebagai
lesi hipodens pd ruang retrofaringeal dengan
penebalan cincin perifer. Pembengkakan jaringan
lunak, lapisan lemak yang terobliterasi & efek massa.
MRI
USG
Terapi:
Medikamentosa: AB dosis tinggi (penicilin,
clindamycin)
Bedah
Pungsi dan insisi abses
Abses Parafaring
Peradangan yang disertai pembentukan pus pd ruang
parafaring
Cara pemeriksaan
Klinis: trismus, indurasi/pembengkakan di sekitar angulus
submandibula, demam tinggi, pembengkakan dinding
lateral faring sehingga menonjol ke arah medial
Lab: kultur & tes resistensi
Radiologi: foto jaringan lunak leher antero-posterior &
lateral gambaran deviasi trakea, udara di daerah
subkutis, cairan & pembengkakan di dalam jaringan
lunak.
Terapi:
Medikamentosa: AB dosis tinggi parenteral
terhadap kuman aerob dan anaerob
Bedah
Insisi dari luar dan intraoral
Abses Submandibula
Peradangan yang disertai pembentukan pus

pd daerah submandibula
Cara pemeriksaan
Klinis: demam & nyeri pd leher disertai
pembengkakan dibwh mandibula & atau dibwh
lidah. Air liur banyak, trismus, disfagia & sesak
napas. Pembengkakan didaerah submandibula,
fluktuatif & nyeri tekan. Angulus mandibula dpt
diraba, lidah terangkat keatas & terdorong
kebelakang
Radiologi:

Foto X-Ray jaringan lunak kepalaAP


Foto X-Ray panoramik: penyebab abses submandibula
berasal dari gigi
Foto X-Ray thoraks: evaluasi mediastinum, empisema
subkutis, pendorongan sal.napas & pneumonia akibat
aspirasi abses
CT Scan kontras ( Pem. Gold Standard pd abses leher
dalam). Tampak lesi dengan hipodens, batas yang
lebih jelas & kadang ada air fluid level
Terapi:
Medikamentosa: AB parenteral terhadap kuman
aerob dan anaerob. Secara empiris kombinasi
ceftriaxone dengan metronidazole cukup baik. AB
diberikan kurang lebih 10 hari
Bedah
Insisi dibuat pd tempat yg berfluktuasi, tergantung
letak dan luas abses
Mengingat adanya kemungkinan sumbatan jalan
napas, maka tindakan trakeostomi perlu
dipertimbangkan
Angina Ludovici (Ludwigs Angina)
Infeksi ruang submandibula berupa selulitis dengan tanda
khas berupa pembengkakan seluruh ruang submandibula,
tidak membentuk abses sehingga keras pd perabaan
submandibula. Penyakit infeksi odontogen dimana infeksi
bakteri berasal dari rongga mulut.
Cara pemeriksaan
Klinis: awal nyeri pd daerah gigi yg terinfeksi, dagu terasa
tegang & nyeri saat membukaa lidah. Ekstra oral:Eritema,
pembengkakan, perabaan yg keras seperti papan serta
peninggian suhu pd leher, disfonia. Intra oral:bengkak, nyeri &
peninggian pd lidah, disfagia, drooling, disarthria.
Lab:

Pem. Darah: tampak leukositosis


Kultur & sensitivitas
Radiologi

Foto X-Ray: menunjukkan luasnya pembengkakan


jaringan lunak
USG: menunjukkan lokasi & ukuran pus serta
metastasis dari abses
CT Scan: mendeteksi akumulasi cairan, penyebaran
infeksi serta derajat obstruksi jalan napas
MRI
Terapi:
Menjaga patensi jalan napas
Teknik intubasi serta penempatan fiber-optic Endotracheal
Tube. Intubasi dilakukan melalui hidung dgn menggunakan
teleskop yg fleksibel. Pemberian Dexamethasone IV selama 48
jam diawali dengan dosis 10mg lalu 4 mg tiap 6 jam selama 48
jam
Terapi AB secara progresif. Pencillin G dosis tinggi (2-4 juta
unit IV setiap 4 jam)
Dekompresi ruang submandibular, sublingual & submental.
Jika terbentuk nanah lakukan insisi dan drainase
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai