Anda di halaman 1dari 8

GAMBARAN AKTIVITAS FISIK PENDERITA STROKE

Cut Ayu Husnul Khatimah1, Mursal2, Hayatun Thahirah3

1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe, 24300
2
Dosen Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe, Indonesia 24300
3
Dosen Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe, Indonesia 24300
*Correspondence: mursal@stikeslhokseumawe,ac.id

ABSTRACT
Insufficient activity is one of the main risk factors for premature death worldwide. People who are
less active are 20%-30% more likely to die early than those who are moderately active. Insufficient
physical activity is a major risk factor for stroke. The purpose of the study was to find out how the
description of the physical activity of stroke patients. This research design was using descriptive
method. The population in this study were all 32 stroke sufferers. The number of samples in this
study were 32 using total sampling technique. This research was carried out on July 25 to July 31,
2021. The data analysis in this study was processed by a computerized system. The result showed of
study, it was found that the physical activity of stroke patients, the majority did physical activity as
many as 18 respondents (56.3%) and did not do physical activity as many as 14 respondents
(43.7%).

Keywords : Physical Activity, Stroke

ABSTRAK
Aktivitas yang tidak mencukupi adalah satu dari faktor risiko utama terhadap kematian dini di
seluruh dunia. Orang yang kurang aktif memiliki peluang lebih mungkin sebesar 20%-30% untuk
meninggal lebih cepat dibandingkan mereka yang cukup aktif. Aktivitas fisik yang tidak mencukupi
merupakan faktor risiko utama stroke. Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimanakah gambaran
aktivitas fisik penderita stroke. Desain penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita stroke sebanyak 32 orang. Jumlah sampel
dalam penelitian ini sebanyak 32 dengan menggunakan teknik total sampling. Penelitian ini telah
dilaksanakan pada tanggal 25 Juli sampai dengan 31 Juli 2021. Analisis data dalam penelitian ini
diolah dengan sistem komputerisasi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa aktivitas fisik
penderita stroke mayoritas melakukan aktivitas fisik sebanyak 18 responden (56.3%) dan tidak
melakukan aktivitas fisik sebanyak 14 responden (43.7%).

Kata Kunci : Aktivitas Fisik, Stroke

1
PENDAHULUAN kesehatan sebesar 6,6 per mil dan yang
Stroke adalah salah satu penyakit berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan atau
kardiovaskuler yang berpengaruh terhadap gejala sebesar 10,5 per mil. Jadi, sebanyak
arteri utama menuju dan berada di otak, 62,8 persen penyakit stroke telah
stroke terjadi ketika pembuluh darah yang terdiagnosis oleh nakes. Prevalensi penyakit
mengangkut oksigen dan gizi menuju otak jantung koroner, gagal jantung, dan stroke
pecah atau terhambat oleh bekuan sehingga terlihat meningkat seiring peningkatan umur
otak tidak mendapat darah yang responden. Prevalensi stroke pada laki-laki
dibutuhkannya. Jika kejadian berlangsung lebih tinggi daripada perempuan (Dinkes
lebih dari 10 detik akan menimbulkan Provinsi Aceh, 2020).
kerusakan permanen otak (Feigin, 2016). Paparan data dari Dinas Kesehatan
Berdasarkan World Health Bireuen (2020), prevalensi stroke di
Organization (WHO) (2020), pada tahun Kabupaten Bireuen sebanyak 422 kasus
2020, diperkirakan 40 juta kematian terjadi stroke yang terdiri dari laki-laki sebanyak
oleh penyakit tidak menular, yaitu 70% dari 247 kasus dan perempuan sebanyak 175
total kematian (56 Juta). Mayoritas kematian kasus stroke (Dinkes Bireuen, 2020).
tersebut disebabkan oleh empat penyakit Berdasarkan laporan Puskesmas Peusangan
tidak menular utama. Dari total kematian jumlah penderita stroke pada tahun 2020
karena penyakit tidak menular, proporsinya sebanyak 32 kasus stroke (Puskesmas
adalah kardiovaskular 45%, kanker 22%, Peusangan, 2020).
penyakit pernapasan kronis 10%, dan Stroke yang menyerang lanjut usia
diabetes 4%. Dari 56.4 juta kematian di menyebabkan ketergantungan lanjut usia
seluruh dunia pada tahun 2020, lebih dari semakin meningkat. Pada lansia terjadinya
setengah (54%) disebabkan oleh 10 proses menua yang mengakibatkan
penyebab teratas. Stroke adalah pembunuh kelemahan (impairment), keterbatasan
terbesar kedua setelah penyakit jantung (disability) dan keterlambatan atau
iskemik. Penyakit ini tetap menjadi ketidakmampuan (handicap) yang akan
penyebab utama kematian di dunia dalam 15 dialami bersamaan dengan proses
tahun terakhir (WHO, 2020). kemunduran (Nugroho, 2018).
Hasil Riskesdas tahun 2018, Penyakit stroke banyak ditemukan
prevalensi penyakit stroke di Indonesia pada masyarakat yang berusia 45 tahun ke
meningkat seiring bertambahnya umur. atas. Stroke terjadi secara mendadak dan
Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis dapat berakhir pada kematian serta
tenaga kesehatan adalah usia 75 tahun keatas kecacatan yang permanen pada anggota
(43,1%) dan terendah pada kelompok usia gerak. Dampak yang ditimbulkan akibat
15-24 tahun yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi stroke antara lain adalah kelemahan atau
stroke berdasarkan jenis kelamin lebih kelumpuhan pada ekstremitas anggota gerak
banyak laki-laki (7,1%) 2 dibandingkan serta gangguan penglihatan akibat
dengan perempuan (6,8%). Berdasarkan keterbatasan lapang pandang. Hal ini
tempat tinggal, prevalensi stroke di menyebabkan ketidakmampuan penderita
perkotaan lebih tinggi (8,2%) dibandingkan stroke dalam melakukan aktivitas sehari-hari
dengan daerah pedesaan (5,7%) (Riskesdas, secara mandiri. Mereka menjadi bergantung
2018). kepada orang lain di sekitarnya. Hal ini yang
Laporan Dinas Kesehatan Provinsi menyebabkan kualitas hidup mereka
Aceh (2020), prevalensi stroke di Provinsi menurun. Faktor kualitas hidup yang paling
Aceh berdasarkan diagnosis tenaga mempengaruhi lansia pasca stroke adalah

2
status fungsional. Dengan meningkatkan menjadi lebih tinggi sehingga otot jantung
fungsi fisik maka diharapkan dapat harus bekerja lebih keras pada setiap
membantu memberikan kualitas hidup yang kontraksi. Otot jantung yang bekerja
lebih baik (Kemenkes Pusdatin, 2014). semakin keras dan sering memompa, maka
Kesembuhan pasien stroke tergantung makin besar tekanan yang dibebankan pada
pada beberapa elemen yaitu jumlah dan arteri sehingga dapat menyebabkan tekanan
lokasi otak yang rusak, kesehatan umum darah meningkat (Anggara dan Prayitno,
pasien yang bersangkutan, sifat-sifat 2013).
(personality) dan kondisi emosional pasien. Penelitian sebelumnya yang dilakukan
Demikian juga dukungan dari keluarga dan oleh Audina (2018), dengan judul Hubungan
kawan-kawan serta yang terpenting adalah aktivitas fisik dengan kejadian stroke pada
pengobatan yang diterimanya (Pudiastuti, penduduk Bogor Tengah tahun 2016. Hasil
2018). penelitian ini mendapatkan prevalensi stroke
Gaya hidup sering menjadi penyebab di Kecamatan Bogor Tengah sebesar 15 per
berbagai penyakit yang menyerang usia 1000 penduduk. Terdapat hubungan
produktif, karena generasi muda sering aktivitas fisik dengan stroke dengan risiko
menerapkan pola makan yang tidak sehat yang berbeda pada kelompok umur. Pada
dengan seringnya mengkonsumsi makanan kelompok umur kurang dari 45 tahun,
tinggi lemak dan kolesterol tapi rendah serat. penduduk dengan aktivitas fisik yang kurang
Selain banyak mengkonsumsi kolesterol, akan berisiko terkena stroke sebesar 5.43
mereka mengkonsumsi gula yang berlebihan kali lebih tinggi dibandingkan yang
sehingga akan menimbulkan kegemukan mempunyai aktivitas fisik cukup. Pada
yang berakibat terjadinya penumpukan kelompok umur 45 tahun atau lebih,
energi dalam tubuh (Dourman, 2013). penduduk dengan aktivitas fisik yang kurang
Aktivitas yang tidak mencukupi akan berisiko terkena stroke sebesar 1.18
adalah satu dari faktor risiko utama terhadap kali lebih tinggi dibandingkan yang
kematian dini di seluruh dunia. Orang yang mempunyai aktivitas fisik cukup.
kurang aktif memiliki peluang lebih Sedangkan penelitian Rika (2017),
mungkin sebesar 20%-30% untuk meninggal dengan judul Hubungan Antara Aktivitas
lebih cepat dibandingkan mereka yang Fisik Dan Hiperurisemia Dengan Kejadian
cukup aktif. Aktivitas fisik yang tidak Stroke Di RSUD DR. HI. Abdul Moeloek
mencukupi merupakan faktor risiko utama Provinsi lampung tahun 2016. Hasil: Pada
penyakit kardiovaskular, kanker, dan penelitian ini menunjukkan distribusi
diabetes (WHO, 2018). frekuensi responden dengan aktivitas sedang
Tingkat aktivitas fisik dikategorikan yaitu sebanyak42 responden (73,7%), kadar
cukup apabila seseorang melakukan latihan ureum normal yaitu sebanyak 37 responden
fisik atau olahraga selama 30 menit setiap (64,9%), mengalami stroke nonhemoragik
hari, atau minimal 3-5 hari dalam seminggu yaitu sebanyak 34 responden (59,6%). Ada
(WHO, 2017). Latihan fisik adalah metode hubungan antara aktivitas fisik (p value
yang efektif untuk meningkatkan fungsi 0,001), hiperurisemia (p value 0,012)
endotel. Peningkatan pelepasan dari dengan kejadian stroke di RSUD DR. HI.
substansi vasodilator nitrit oksida dianggap Abdul Moeloek Provinsi Lampung
satu mekanisme dimana fungsi endotel Tahun2016.
ditingkatkan melalui latihan fisik (Kearns, Hasil survei awal yang dilakukan oleh
2017). Aktivitas fisik yang kurang dapat peneliti terhadap 10 penderita stroke,
mempengaruhi frekuensi denyut jantung terdapat 7 orang masih memerlukan bantuan

3
untuk berjalan, mandi, berpakaian buang air a. Identitas Responden
besar, dan buang air kecil dan kurang Identitas responden adalah yang terdiri
mampu melakukan aktivitas fisik di rumah dari inisial responden, umur, jenis
seperti mencuci, memasak, menyapu dan kelamin, pekerjaan dan pendidikan.
menyetrika, hal ini disebabkan oleh b. Aktivitas Fisik
penderita stoke yang parah sehingga mereka Kuesioner yang digunakan pada aktivitas
kurang mampu melakukan aktivitas fisik fisik berupa 15 pernyataan. Pengukuran
pada kesehariannya. Sedangkan 3 orang aktivitas fisik dengan menggunakan skala
lainnya melakukan aktivitas fisik seperti guttman, untuk setiap pernyataan penulis
biasanya di rumah seperti jalan kaki, membuat score penilaian, jika menjawab
bersepeda, melakukan kegiatan di rumah, “Ya” diberi nilai 1 dan jika menjawab
karena mereka menganggap aktivitas fisik “Tidak” diberi nilai 0, dengan kategori
dapat melancarkan peredaran darah di dalam sebagai berikut:
tubuh. a. Dilakukan, dengan kategori x ≥10.
Berdasarkan latar belakang dan b. Tidak Dilakukan, dengan kategori x
penelitian terkait diatas maka yang menjadi <10.
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Pengolahan data merupakan proses
bagaimana gambaran aktivitas fisik yang sangat penting dalam penelitian. Oleh
penderita stroke. karena itu, harus dilakukan dengan baik dan
benar. Pengolahan data dilakukan secara
METODELOGI manual yaitu melalui tahap:
Dalam rancangan penelitian ini a. Memeriksa data (Editing)
penulis menggunakan metode penelitian Peneliti menyeleksi atau memeriksa
deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang ulang kelengkapan pengisian kuesioner
dilakukan dengan tujuan utama untuk dari pertanyaan yang ada sehingga tidak
mengetahui gambaran atau deskriptif ada kuesioner yang terbuang. Kuesioner
tentang suatu keadaan secara objektif. diurutkan dari no 1 sampai dengan no 32.
Metode penelitian deskriptif digunakan Proses ini untuk melihat apakah semua
untuk memecahkan atau menjawab data sudah diisi sesuai petunjuk serta
permasalahan yang sedang dihadapi pada tidak ada kesalahan dalam pengisian
situasi sekarang. kuesioner saat penelitian berlangsung.
Populasi dalam penelitian ini adalah b. Pengkodean (Coding)
seluruh penderita stroke sebanyak 32 orang. Setelah semua data yang ada pada
Teknik pengambilan sampel dalam kuesioner lengkap, peneliti melakukan
penelitian ini adalah Total Sampling yaitu coding terhadap semua jawaban atau
teknik pengambilan sampel dimana jumlah informasi responden. Peneliti
sampel sama dengan populasi. Jumlah memberikan kode jawaban secara angka
sampel dalam penelitian ini seluruh atau kode tertentu sehingga lebih mudah
penderita stroke sebanyak 32 orang. dan sederhana pada saat pengolahan data
Instrument penelitian yang digunakan dilakukan. Untuk setiap pernyataan
dalam penelitian ini berupa kuesioner yang penulis membuat score penilaian, jika
dimodifikasi oleh peneliti. Adapun menjawab “Ya” diberi nilai 1 dan jika
instrumen dalam penelitian ini adalah menjawab “Tidak” diberi nilai 0.
sebagai berikut: c. Proses pemasukan data (Processing)
Dalam proses ini, peneliti memasukkan
data kedalam master tabel. Semua data

4
dimasukkan secara cermat dari no 1 Berdasarkan Tabel 2 diatas,
sampai dengan no 32. Entri data ini didapatkan bahwa pekerjaan responden
dilakukan dengan mengisi kolom-kolom mayoritasnya Ibu Rumah Tangga (IRT)
atau kotak-kotak pada master tabel sesuai yang berjumlah sebanyak 9 responden
dengan jawaban masing-masing. Untuk (28.1%).
setiap pernyataan penulis membuat score
penilaian, jika menjawab “Ya” diberi Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik
nilai 1 dan jika menjawab “Tidak” diberi Responden Berdasarkan
nilai 0. Pendidikan (n=32)
d. Tabulasi (Tabulating)
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Peneliti mengelompokkan responden
1 SD 5 15.6
berdasarkan kategori yang telah dibuat 2 SMP 7 21.9
untuk variabel yang diukur dan 3 SMA 14 43.8
ditampilkan dalam bentuk tabel. Peneliti 4 PT 6 18.8
memisahkan untuk tabel karakteristik Jumlah 32 100
responden, analisis univariat supaya lebih
mudah dipahami bagi yang membaca. Berdasarkan Tabel 3 diatas,
Analisa data dalam penelitian ini, didapatkan bahwa pendidikan responden
yaitu analisis univariat yang bertujuan untuk mayoritasnya berada pada pendidikan SMA
menjelaskan atau mendeskripsikan setiap yang berjumlah sebanyak 14 responden (43.
variable penelitian. 8%).

HASIL PENELITIAN Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik


Responden Berdasarkan Jenis
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
Kelamin (n=32)
Responden Berdasarkan Umur
(n=32)
No Jenis
Frekuensi Persentase
Kelamin
No Umur Frekuensi Persentase (%) 1 Laki-Laki 18 56.3
1 36-45 tahun 11 34.4 2 Perempuan 14 43.7
2 46-55 tahun 14 43.8 Jumlah 32 100
3 56-65 tahun 7 21.9
Jumlah 32 100
Berdasarkan Tabel 4 diatas,
Berdasarkan Tabel 1 diatas, didapatkan bahwa jenis kelamin responden
didapatkan bahwa umur responden berada mayoritasnya berada pada jenis kelamin
pada umur 46-55 tahun yang berjumlah laki-laki yang berjumlah sebanyak 18
sebanyak 14 responden (43.8%). responden (56.3%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Tabel 5. Distribusi Frekuensi Aktivitas


Responden Berdasarkan Pekerjaan Fisik Penderita Stroke (n=32)
(n=32)

No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) No Aktivitas Fisik Frekuensi Persentase


1 Petani 8 25.0 (%)
2 PNS 5 15.6 1 Dilakukan 18 56.3
3 Pedagang 6 18.8 2 Tidak
4 Pekerja 14 43.7
4 12.5 Dilakukan
Swasta
5 IRT 9 28.1 Jumlah 32 100
Jumlah 32 100

5
Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat tentunya akan mempengaruhi persepsi
disimpulkan bahwa aktivitas fisik penderita responden tentang aktivitas fisik penderita
stroke, responden yang mempunyai aktivitas stroke. Tingkat pendidikan seseorang juga
fisik dilakukan lebih tinggi sebanyak 18 akan mempengaruhi nilai-nilai yang
responden (56.3%), dibandingkan dengan dianutnya, cara berfikir, cara pandang
responden yang mempunyai aktivitas fisik bahkan persepsinya terhadap suatu masalah
tidak dilakukan sebanyak 14 responden (Kearns, 2017).
(43.7%). Jenis kelamin responden
mayoritasnya berada pada jenis kelamin
PEMBAHASAN laki-laki yang berjumlah sebanyak 18
Karakteristik Responden responden (56.3%). Hal ini sejalan dengan
Berdasarkan hasil penelitian pendapat Rika (2017), data distribusi jenis
didapatkan bahwa umur responden berada kelamin responden menunjukkan bahwa
pada umur 46-55 tahun yang berjumlah responden dengan jenis kelamin perempuan
sebanyak 14 responden (43.8%). Hal ini dan laki-laki hampir berimbang sehingga
sejalan dengan pendapat Rika (2017), umur tidak ada suatu dominasi jenis kelamin
responden dapat menjadi salah satu faktor tertentu dan diharapkan mampu mewakili
yang berpengaruh dalam melakukan keadaan keduanya.
aktivitas fisik karena umur akan
berpengaruh terhadap cara pandang, Aktivitas Fisik Penderita Stroke
pemikiran dan penilaian. Kemungkinan Berdasarkan hasil penelitian
faktor penyebab hasil tersebut, diantaranya didapatkan bahwa aktivitas fisik penderita
karena memperoleh informasi tentang stroke, responden yang mempunyai aktivitas
aktivitas fisik diperkirakan lebih besar pada fisik dilakukan lebih tinggi sebanyak 18
kelompok usia yang lebih tua. responden (56.3%), dibandingkan dengan
Pekerjaan responden mayoritasnya responden yang mempunyai aktivitas fisik
IRT yang berjumlah sebanyak 9 responden tidak dilakukan sebanyak 14 responden
(28.1%). Aktivitas fisik penderita stroke (43.7%).
juga dipengaruhi oleh pekerjaannya. Aktivitas fisik adalah setiap
Kemudahan sarana transportasi dan jenis pergerakan tubuh akibat aktivitas otot-otot
pekerjaan menyebabkan fisik kurang skelet yang mengakibatkan pengeluaran
bergerak secara teratur yang membuat energi. Setiap orang melakukan aktivitas
pekerja relatif statis untuk waktu lama, hal fisik antara individu satu dengan yang lain
tersebut bersama dengan obesitas tergantung gaya hidup perorangan dan faktor
merupakan faktor risiko utama terjadinya lainnya. Aktivitas fisik terdiri dari aktivitas
penyakit degeneratif termasuk strok selama bekerja, tidur, dan pada waktu
(Audina, 2018). senggang. Latihan fisik yang terencana,
Pendidikan responden mayoritasnya terstruktur, dilakukan berulang-ulang
berada pada pendidikan SMA yang termasuk olahraga fisik merupakan bagian
berjumlah sebanyak 14 responden (43. 8%). dari aktivitas fisik. Aktivitas fisik sedang
Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang dilakukan secara terus menerus dapat
didominasi dengan latar belakang mencegah resiko terjadinya penyakit tidak
pendidikan yang cukup baik, sehingga menular seperti penyakit pembuluh darah,
memiliki pengetahuan yang baik terkait diabetes, kanker dan lainnya (Kristanti,
dengan pelayanan informasi tentang 2012).
aktivitas fisik penderita stroke. Hal ini

6
Kesembuhan pasien stroke tergantung akan berisiko terkena stroke sebesar 1.18
pada beberapa elemen yaitu jumlah dan kali lebih tinggi dibandingkan yang
lokasi otak yang rusak, kesehatan umum mempunyai aktivitas fisik cukup.
pasien yang bersangkutan, sifat-sifat Menurut asumsi peneliti aktivitas fisik
(personality) dan kondisi emosional pasien. yang kurang dapat mempengaruhi frekuensi
Demikian juga dukungan dari keluarga dan denyut jantung menjadi lebih tinggi
kawan-kawan serta yang terpenting adalah sehingga otot jantung harus bekerja lebih
pengobatan yang diterimanya (Pudiastuti, keras pada setiap kontraksi. Otot jantung
2018). yang bekerja semakin keras dan sering
Aktivitas yang tidak mencukupi memompa, maka makin besar tekanan yang
adalah satu dari faktor risiko utama terhadap dibebankan pada arteri sehingga dapat
kematian dini di seluruh dunia. Orang yang menyebabkan tekanan darah meningkat.
kurang aktif memiliki peluang lebih Berdasarkan hasil penelitian, maka
mungkin sebesar 20%-30% untuk meninggal dapat disimpulkan aktivitas fisik penderita
lebih cepat dibandingkan mereka yang stroke, responden yang mempunyai aktivitas
cukup aktif. Aktivitas fisik yang tidak fisik baik sebanyak 18 responden (56.3%),
mencukupi merupakan faktor risiko utama tingkat aktivitas fisik yang teratur dan
penyakit kardiovaskular, kanker, dan memadai membantu mengurangi risiko
diabetes (WHO, 2018). stroke. Aktivitas fisik juga berkontribusi
Tingkat aktivitas fisik dikategorikan pada pengendalian berat badan,
cukup apabila seseorang melakukan latihan pengendalian stroke, peningkatan tekanan
fisik atau olahraga selama 30 menit setiap darah dan peningkatan kadar kolesterol dan
hari, atau minimal 3-5 hari dalam seminggu lipid darah lainnya.
(WHO, 2017). Latihan fisik adalah metode
yang efektif untuk meningkatkan fungsi KESIMPULAN
endotel. Peningkatan pelepasan dari Berdasarkan hasil penelitian
substansi vasodilator nitrit oksida dianggap didapatkan bahwa aktivitas fisik penderita
satu mekanisme dimana fungsi endotel stroke, responden yang mempunyai aktivitas
ditingkatkan melalui latihan fisik (Kearns, fisik dilakukan lebih tinggi sebanyak 18
2017). responden (56.3%), dibandingkan dengan
Penelitian sebelumnya yang dilakukan responden yang mempunyai aktivitas fisik
oleh Audina (2018), dengan judul Hubungan tidak dilakukan sebanyak 14 responden
aktivitas fisik dengan kejadian stroke pada (43.7%).
penduduk Bogor Tengah tahun 2016. Hasil
penelitian ini mendapatkan prevalensi stroke UCAPAN TERIMA KASIH
di Kecamatan Bogor Tengah sebesar 15 per a. STIKes Muhammadiyah Lhokseumawe
1000 penduduk. Terdapat hubungan yang telah memberikan izin, ilmu dan
aktivitas fisik dengan stroke dengan risiko arahan dalam melaksanakan penelitian.
yang berbeda pada kelompok umur. Pada b. Pihak Puskesmas yang memberikan izin
kelompok umur kurang dari 45 tahun, serta ikut berpartisipasi dalam penelitian
penduduk dengan aktivitas fisik yang kurang ini.
akan berisiko terkena stroke sebesar 5.43
kali lebih tinggi dibandingkan yang DAFTAR PUSTAKA
mempunyai aktivitas fisik cukup. Pada Audina. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik
kelompok umur 45 tahun atau lebih, Dengan Kejadian Stroke Pada
penduduk dengan aktivitas fisik yang kurang

7
Penduduk Bogor Tengah tahun Pengembangan Kesehatan
2016. Jurnal Keperawatan. Kementerian RI tahun 2018. Diakses
Anggara Dwi, F H dan Prayitno N. (2013). dari
Faktor-faktor yang Berhubungan http://www.depkes.go.id/resources/d
dengan Tekanan Darah di ownload/general/Hasil%20Riskesda
Puskesmas Telaga Murni Cikarang s%20 2016.pdf.
Barat. Jakarta: Program Studi Rika. (2017). Hubungan Antara Aktivitas
Kesehatan Masyarakat STIKES Fisik Dan Hiperurisemia Dengan
MH. Thamrin. Jurnal Ilmiah Kejadian Stroke Di RSUD DR. HI.
Kesehatan. Vol 5/ No. 1. Abdul Moeloek Provinsi lampung
Dinkes Aceh, (2020). Angka Kejadian tahun 2016. Jurnal Keperawatan.
Stroke di Aceh. Banda Aceh: WHO. (2018). Stroke, Cerebrovascular
Provinsi Aceh. accident. Stroke.
Dinkes Aceh Utara, (2020). Angka Kejadian doi:http://www.who.int/topics/cereb
Stroke di Kabupaten Bireuen. Kota rovascular_accident/en/index.html.
Juang: Kabupaten Bireuen. WHO. (2020). Diakses 09 Februari 2021:
Puskesmas Peusangan, (2020). Angka Progres Toward Achieving the Fight
Kejadian Stroke di Puskesmas Millennium Development
Peusangan. Kota Juang: Kabupaten Goals.http://www.who.int.com.
Bireuen.
Dourman. (2013). Waspadai Stroke Usia
Muda. Jakarta : Cerdas Sehat.
Feigin V., (2016). Stroke, Panduan
Bergambar Tentang Pencegahan
dan Pemulihan Stroke. Jakarta: PT.
Bhuana Ilmu Populer pp. 9-20.
Kearns, K. J. (2017). Altered resting-state
network connectivity in stroke
patients with and without apraxia of
speech. NeuroImage: Clinical, 8,
429–439.
https://doi.org/10.1016/j.nicl.2015.0
3.013.
Kristanti, E.P. (2012). Pengaruh Manajemen
Stres Terhadap Stres dan Tekanan
Darah Pada Pasien Hipertensi.
Tesis. Fak. Psikologi.
Kemenkes Pusdatin. (2014). Profil
Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta:
Pusat Data dan Informasi -
Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Nugroho. (2018). Keperawatan Gerontik.
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018).
Badan Penelitian dan

Anda mungkin juga menyukai