PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
jaringan otak (Burns, 2019). Saat ini stroke merupakan penyakit saraf yang
menjadi fokus perhatian karena dapat menyerang setiap orang tanpa memandang
ras, jenis kelamin ataupun usia (Padilla, 2019). Cedera vaskular serebral (CVS)
atau stroke secara umum terbagi atas stroke iskemik dan stroke hemoragik.
Berdasarkan kedua tipe tersebut, stroke iskemik lebih sering terjadi daripada
stroke hemoragik, yaitu 85% dan stroke hemoragik yaitu 15% (Haryono &
Utami, 2019).
suatu sindrom klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi otak yang dapat
menimbulkan kematian maupun kelainan yang menetap lebih dari 24 jam akibat
gangguan vaskuler (Burns, 2019). Ada dua klasifikasi umum stroke yaitu stroke
1
2
pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak berkurang atau terhenti,
Stroke berisiko terjadi pada semua kelompok usia dan meningkat dengan
bertambahnya usia. Orang berusia 55 tahun atau lebih memiliki risiko stroke
yang lebih tinggi daripada usia dibawah 55 tahun (Haryono & Utami, 2019).
Faktor risiko stroke spesifik di Indonesia lebih besar terjadi pada laki-laki, pada
usia yang semakin tua, tingkat pendidikan yang rendah, tidak bekerja, riwayat
(Ikawati & Anurogo, 2018). Serangan stroke dapat menyerang siapa saja
darah, penebalan pembuluh darah dan obesitas. Akan tetapi stroke lebih rentan
stroke justru meningkat (Irianto, 2018). Tingginya kasus stroke ini salah satunya
angka kejadian stroke menurut data dasar Rumah Sakit 63,2 per 100.000
3
dunia lebih dari 125.000 jiwa (Burns, 2019). Di Indonesia usia penderita stroke
umumnya berkisar 45 tahun keatas, gaya hidup modern dan serba instanisasi
berpeluang besar bagi seseorang untuk terserang stroke di usia muda (Pudiastuti,
2011).
berapa lama otak kekurangan aliran darah dan bagian mana yang terdampak
(Haryono & Utami, 2019). Komplikasi yang biasa terjadi 80-90% bermasalah
dalam berpikir dan mengingat, 80% penurunan parsial atau total gerakan lengan
dan tungkai, 70% menderita depresi dan 30% mengalami kesulitan bicara,
menelan, membedakan kanan dan kiri (Burns, 2019). Dampak lain yang
stroke.
adanya pilihan pribadi atau pilihan alternatif untuk memecahkan masalah yang
sedang melalui masa-masa sulit atau pengalaman yang tidak menyenangkan dan
tidak melihat adanya solusi untuk mencapai apa yang diinginkan, meskipun
kewalahan, terjebak, tidak aman atau memiliki banyak keraguan diri karena
2020).
stroke didiagnosis menderita depresi berat dalam waktu setahun sejak awal
mengalami stroke, 15-40% mengalami gejala depresi dalam dua bulan pertama
setelah stroke. Hal ini diakibatkan pasca terserang stroke mengakibatkan tingkat
pasien yang mengalami disabilitas (AHA, 2021). Disabilitas yang dialami pasien
emosi, nyeri, gangguan tidur dan disfagia (Padila, 2019). Terdapat kira-kira
2 juta orang bertahan hidup dari stroke yang mempunyai beberapa kecacatan.
Angka kejadian stroke adalah 200 per 100.000 penduduk dalam 1 tahun diantara
100.000 penduduk maka 800 orang akan menderita stroke dan beresiko
tekanan berat dan menggangu psikologis sehingga pasien stroke perlu melakukan
berupa emosional, kognitif, sistem pendukung serta pengkajian risiko (Black &
untuk menilai respon emosi pasien terhadap penyakit yang dideritanya. Selain itu
5
pengkajian digunakan untuk melihat perubahan peran pasien dalam keluarga dan
sehari-hari baik dalam keluarga maupun masyarakat (Haryono & Utami, 2019).
peringkat kedua penyumbang kematian terbanyak, mencapai 6,7 juta pada tahun
2012 dan pada tahun 2018 prevalensi stroke naik dari 7% menjadi 10,9%.
Sebanyak 69% stroke terjadi di negara dengan pendapatan rendah, menengah dan
negara dunia ketiga. Sebuah studi melaporkan bahwa ditahun 2013, terdapat
25,7 juta penderita stroke yang bertahan hidup, 6,5 juta meninggal karena stroke
dan 113 juta disability-adjusted life-years (DALYs) hilang karena stroke, dan
10,3 kasus baru stroke. Sebagian besar beban stroke dijumpai di negara maju,
American Heart Association (2020), menyatakan pada tahun 2017, ada 1,12
juta insiden stroke di Uni Eropa, 9,53 juta penderita stroke, 0,46 juta kematian
dan 7,06 juta hidup yang disesuaikan dengan kecacatan yang hilang karena
stroke. Pada tahun 2047, AHA memperkirakan tambahan 40.000 insiden stroke
(+3%) dan 2,58 juta kasus umum (+27%). Sebaliknya, 80.000 lebih kematian
(-17%) dan 2,31 juta lebih sedikit kehilangan tahun hidup yang disesuaikan
dalam tingkat kematian akan berkisar dari -2,86% (Estonia) hingga -0,08%
(Lithuania), dan tahun hidup yang disesuaikan dengan disabilitas dari -2,77%
(Riskesdas) tahun 2018, prevalensi stroke (permil) tertinggi ada pada Provinsi
Kalimantan Timur (14,7‰) dan terendah pada Provinsi Papua (4,1‰). Pada
Indonesia dan kasus stroke tertinggi terjadi pada kelompok usia 65-74 tahun
(4,91‰) dan terendah pada kelompok usia 15-34 tahun (0,08‰) (Kemenkes RI,
2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Irza, Rizka, Eka, dan Stephani (2020),
responden penelitian dapat dipengaruhi oleh usia mulai dari usia 35 tahun sampai
>65 tahun, kondisi penyakit dan program rehabilitasi. Hasil penelitian juga
harga diri sedang dan 5 responden yang memiliki harga diri rendah.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sanci, Yulius dan Rosiana (2019)
kehidupan yang bersifat psikologis dan sosial. Respon yang ditunjukkan oleh
seseorang dapat berupa respon adaptif dan maladaptif. Respon adaptif adalah
2 orang dan ketergantungan total sebanyak 4 orang. Survey awal yang dilakukan
hemiparese pada pasien yaitu tidak mampu berbicara dengan jelas, kesulitan
menggerakkan lidah, rahang dan mulut saat ingin berbicara, tidak mampu
berjalan tanpa bantuan fisik dan tidak mampu menggunakan tangan yang lemah
munculnya perasaan malu, keputusasaan dan rasa frustasi pada diri sendiri dan
orang lain.
B. Rumusan Masalah
ini adalah “Apakah ada hubungan mekanisme koping dan disabilitas dengan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Pekanbaru.
Pekanbaru.
D. Manfaat Penelitian
yang adaptif pada problem focused coping, emotional focused coping dan
dapat berkembang kearah depresi dan berisiko untuk terjadinya bunuh diri
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi atau
kepada pasien secara holistik pada aspek biologis, psikologis, sosial dan
spiritual pasien.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1. Konsep Stroke
a) Defenisi
disebabkan oleh adanya sumbatan total atau parsial pada satu atau lebih
b. Etiologi
1) Thrombosis Cerebral
terjadi pada orangtua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini
thrombosis otak :
a) Atherosclerosis
aliran darah
thrombosis
2) Emboli
oleh bekuan darah, lemak, udara. Pada umumnya emboli berasal dari
menimbulkan emboli :
(RHD)
b) Myokard infark
c) Fibrilasi
endocardium.
14
3) Hemorhagi
4) Hypoksia Umum
5) Hypoksia Setempat
c. Klasifikasi Stroke
1) Stroke Iskemik
a) Stroke trombotik
b) Stroke embolik
2019).
17
2019).
aliran darah kebagian sistem saraf . namun, pada kasus TIA tidak
Utami, 2019).
d. Patofisiologi Stroke
satu atau lebih penyakit yang mendasari atau faktor resiko. Patologi
19
terbagi menjadi dua daerah keparahan derajat otak, yaitu daerah inti
dan daerah penumbra. Daerah inti adalah daerah atau bagian otak
yang memiliki aliran darah kurang dari 10cc/100g jaringan otak tiap
tetapi masih lebih baik daripada daerah inti karena daerah ini masih
Utami, 2019).
iskemik tidak hanya bergantung pada luas daerah inti dan penumbra,
otak pada akhirnya mati atau nekrosis (Haryono & Utami, 2019).
darah pecah.
22
cedera otak sekunder setelahnya. Proses dan onset yang cepat pada
stroke perdarahan yang cepat, penangan yang cepat dan tepat menjadi
memahami pembicaraan orang lain atau lawan bicara, salah satu kelopak
mata sulit dipejamkan. Serangan kecil atau serangan awal stroke biasanya
diawali dengan daya ingat menurun dan sering kebingungan tiba-tiba dan
kemudian menghilang dalam waktu 24 jam selain itu tanda dan gejala
sensorik
tungkai atau salah satu sisi tubuh seperti baal, mati rasa sebelah
bawah kulit
baik
(Irianto, 2017)
24
f. Komplikasi Stroke
tergantung pada berapa lama otak kekurangan aliran darah dan bagian
wajah atau bagian tubuh lain. Terapi fisik dapat membantu penderita
(paralisis) pada satu bagian tubuh dapat terjadi setelah stroke. Hal ini
4) Masalah emosional
5) Rasa sakit
Nyeri, mati rasa, atau sensasi aneh lainnya dapat terjadi dibagian
dilengan tersebut.
mengalami stroke menjadi lebih menarik diri dan kurang sosial atau
26
g. Penatalaksanaan Stroke
nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir yang sering, oksigenasi,
1) Pengobatan Konservatif
2) Operatif
(Padila, 2019)
Stroke dapat disebabkan oleh arteri yang tersumbat atau bocor (stroke
aliran darah ke otak (transient ischemic attack atau TIA) yang tidak
sya’diah (2018), faktor risiko bagi stroke adalah kelainan atau penyakit
yang membuat seseorang lebih rentan terhadap serangan stroke antara lain
:
28
terjadinya stroke :
b) Penyakit jantung
(2) Disritmia
c) Diabetes mellitus
(Sya’diah, 2018)
a) Hyperlipidemia
membersihkannya.
b) Merokok
c) Obesitas
(sya’diah, 2018)
31
a. Definisi
(resources) yang dinilai dalam suatu keadaan yang penuh tekanan. Selain
melalui respon manifestasi (tanda dan gejala) dan pernyataan klien dalam
wawancara yang dapat dikaji melalui berbagai aspek, baik fisiologi dan
Menurut Stuart dan Sundeen (dalam Nasir dan Muhith, 2011), berdasarkan
dilakukan :
analitis
sebagai lelucon.
tersebut.
lebih baik.
(Sutejo, 2019)
1) Usia (maturasional)
2) Jenis kelamin
3) Pendidikan
4) Kesehatan
penuh tekanan.
(Sutejo, 2019)
37
memperbaikinya
Bila seseorang telah dapat memenuhi sebagian dari coping task maka
akan terlihat coping outcome yang dialami oleh individu yang merupakan
adalah:
berhasil
3. Konsep Disabilitas
a. Defenisi
amputasi, lumpuh payuh atau kaku, paraplegi, celebral palcy (CP) dan
berikut:
1) Model medis
2) Model sosial
3) Model rehabilitasi
4) Model Nagi
merupakan titik awal dari disabilitas model Nagi. Pada usia lanjut
(Syahrus, 2019)
c. Pengukuran Disabilitas
umum disabilitas terdiri dari disabilitas fisik dan disabilitas mental atau
41
makan, melakukan personal hygiene secara mandiri seperti buang air dan
disabilitas sedang hingga berat adalah sebanyak 11%. Hal ini dinilai
1) Penyakit kronis
2) Aktivitas fisik
3) Kebiasaan makan
berat badan dari normal telah terbukti menjadi risiko jangka panjang
diabetes dan stroke. Selain itu obesitas juga dapat memberikan beban
4) Merokok
5) Status demografi
a. Defenisi
yang dipertahankan klien karena klien tidak melihat adanya pilihan pribadi
atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energi atas
nama sendiri.
orang tanpa harapan (putus asa) tidak melihat adanya solusi atau cara untuk
Sebaliknya orang yang tidak berdaya bisa melihat alternatif atau jawaban,
(Carpenito, 2013).
b. Pengkajian Keputusasaan
1) Karakteristik Keputusasaan
gelap bagi ku” (Yip dan Chang, dalam Carpenito 2013). Batasan
(1) Fisiologi
(2) Emosional
merasa ;
(f) Demoralisasi
(h) Kelelahan
(3) Kognitif
(a) Focus pada masa lalu dan masa depan, bukan fokus pada
saat sekarang
diri.
(Sutejo, 2019)
c. Intervensi Keputusasaan
dan kekhawatiran
cara:
klien
harapan
dipilih klien
penting
dan menulis. Menurut Carpenito (2013) terdapat beberapa faktor lain yang
1) Penyakit
munculnya tanda-tanda atau gejala dari proses penyakit yang baru dan
2) Pengobatan
tergantung pada tingkat keparahan stroke (Black & Hawks, 2014). Hal
didiagnosis.
tindakan isolasi. Selain itu menurut Brother dan Anderson (2009 dalam
4) Usia (maturasi)
keputusasaan. Dalam hal ini maturasi terbagi atas kategori pada usia
anak, remaja, dewasa dan lanjut usia. Faktor yang berhubungan dengan
b) Pada remaja
yang disusun berdasarkan konsep dan teori yang dikemukakan pada tinjauan
pustaka. Kerangka teori penelitian ini dapat dilihat pada skema sebagai berikut:
54
Skema 2.1. Kerangka Teori Penelitian Sumber: Diolah dari Black &
Hawks, 2014; Lewis, Dirksen, Heitkamper & Bucher, 2014; Lazarus &
Folkman, 1984; Smeltzer, Bare, Hinkle & Cheever, 2010
55
C. Kerangka Konsep
dependen yaitu keputusasaan. Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat
Mekanisme koping
Keputusasaan pasien stroke
Disabilitas
D. Hipotesa
Hipotesis adalah pernyataan yang telah diuji secara statistik mengenai hubungan
antara dua atau lebih variable penelitian (Setiadi, 2013). Hipotesis dalam
Ha1: Ada hubungan mekanisme koping dengan keputusasaan pada pasien stroke
Ha2: Ada hubungan disabilitas dengan keputusasaan pada pasien stroke di Rumah
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
2013).
status atau hubungan fenomena penelitian yang dilakukan dalam satu waktu.
keputusasaan pada pasien stroke yang diukur dalam satu kali pengukuran dengan
menggunakan kuesioner.
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Prima Pekanbaru yang terletak
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien stroke yang sedang
2. Sampel
2013).
anggota populasi yang ditemui akan dijadikan sampel (Setiadi, 2013). Jumlah
N
n=
1+ N ( d ) ²
Keterangan :
n = Besarnya sampel
64
n=
1+64 ( 0,05 ) ²
64
n=
1+0,16
64
n=
1,16
n = 55,17 = 55
a. Kriteria Inklusi
suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti (Setiadi, 2013).
60
b. Kriteria eksklusi
(Setiadi, 2013). Adapun yang menjadi kriteria eklusi dalam penelitian ini
adalah :
disabilitas
responden
61
D. Etika Penelitian
1. Informed Consent
serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data.
Peneliti juga menjelaskan bahwa penelitian ini tidak berisiko bagi individu
tersebut. Jika responden menolak untuk diteliti, maka peneliti tidak akan
2. Anonimity
nama pada lembar pengumpulan data, cukup dengan memberi kode pada
responden bahwa data yang diperoleh akan dijaga kerahasiaannya dan hanya
3. Confidentiality
yang diberikan yang sudah berisi jawaban dan identitas diri responden
a. Beneficence
Beck, 2012). Pada penelitian ini manfaat penelitian tidak akan dirasakan
c. Justice
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh sendiri oleh peneliti dari hasil
dari :
a. Bagian pertama berisi data demografi meliputi nama (inisial), usia, jenis
(1) Jawaban Ya =1
(1) Jawaban Ya = 0
(Arfina, 2017).
65
dalam kuesioner ini adalah dengan nilai 0-100, dengan kriteria tidak
a) Tidak ada :1
b) Ringan :2
c) Sedang :3
d) Berat :4
e) Sangat Berat :5
a. Jawaban Ya :0
b. Jawaban Tidak :1
a. Jawaban Ya :1
b. Jawaban Tidak :0
Berdasarkan hasil uji validitas intrumen yang telah dilakukan oleh Arfina
(2017), dari ketiga expert pada kuesioner The Brief Cope Inventory, WHO
Disability Assessment Schedule 2,0 dan keputusasaan didapatkan nilai CVI yang
Tabel 3.1
Instumen CVI
The Brief Cope Inventory 0,868
WHO Disability Assessment Schedule 2,0 0,860
Keputusasaan 0,866
Tabel 3.1 menunjukkan dari hasil uji CVI dari ketiga expert kuesioner The Brief
mempunyai nilai CVI ≥ 0,78, hal ini menunjukkan bahwa ketiga instrumen ini dapat
67
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan, baik dari
masalah penelitian serta data laporan yang diperoleh dari RS Prima Pekanbaru
1. Prosedur administratif
Penelitian ini akan dilakukan setelah mendapat surat izin penelitian dan
keterangan lolos kaji etik dari Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
2. Prosedur teknis
penelitian.
responden.
responden dalam penelitian ini yang terdiri dari nomor medical record,
nama pasien dan umur pasien. Sebelum pengambilan data peneliti terlebih
telah dipersiapkan.
responden yang terdiri dari pertanyaan yang berkaitan dengan usia, jenis
data.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional dalampenelitian ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 3.2
Definisi Operasional
(Arfina, 2017)
Dependen
Keputus- Perasaan Menyebar Kuesioner Interval Dinyatakan
Asaan subjektif dan Kuesioner dalam
emosional dari rentang 0-20
penderita 1. 0-5 :
stroke yang normaL
kehilangan 2. 6-10 :
motivasi dan keputusas
melihat tidak aan
adanya cara ringan
lain untuk 3. 11-15 :
mencapai hal keputusas
yang lebih aan
baik dalam sedang
menghadapai 4. 16-20 :
penyakit. keputusas
(Sutejo, 2019) aan berat.
(Arfina, 2017)
Confounding
71
(Kemenkes
RI, 2018)
POLRI
H. Analisa Data
1. Pengolahan Data
yaitu:
a. Editing
Menilai apakah data sudah terisi lengkap sesuai dengan yang diharapkan,
tulisan cukup jelas terbaca, jawaban relevan dengan pertanyaan yang telah
masih terdapat data yang kurang atau jawaban yang masih kosong maka
kembali.
b. Coding
c. Entry
Peneliti akan melakukan proses entry data jika sudah yakin bahwa data
pengolahan data.
d. Cleaning
pada kuesioner. Setelah peneliti yakin semua data telah dibersihkan maka
Setelah seluruh data yang diperoleh diolah kemudian dilakukan analis data.
2. Analisa Univariat
Analisis yang dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian dengan
F
P= x100%
N
Keterangan :
P : Persentase variabel
F : Frekuensi
N : Jumlah sampel
Tabel 3.3
75
Jika nilai P<α (0,05) maka hipotesis penelitian (Ha) diterima, artinya
Jika nilai P>α (0,05) maka hipotesis penelitian (Ha) ditolak artinya tidak ada
Tabel 3.4
4. Analisa multivariat
77
penelitian ini adalah analisis multiple regression linier (regresi linier ganda).
kategorik.