Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Zaitun

Jurusan Keperawatan

ISSN 2301– 5691


Artikel Penelitian
PENGARUH K ONSELING K ESEHATAN MENTAL TERH ADAP
K ETIDAK BERDAYAAN PASIEN STRO K E NON HEMORAGIK
DI RSUD. PROF. DR. ALO EI SABOE KOTA GORONTALO

THE EFFECT OF MENTAL H EALTH COUNSELING ON TH E


HELPLESSNESS IF NO N-HEMORRHAGIC STROK E PATIENTS
IN PRO F.DR.ALOEI SABOE GORONTALO CITY

1
N ovita Ef endi, 2 Fir ma wat i, 3 Fadli S ya msu ddin
Pr ogr a m Studi I lmu K ep er awatan Univer s itas Muha mma diya h G or onta lo
e- ma il: novita efendi011 @gmail.com

ABSTRAK
Stroke Non Hemoragik merupakan suatu penyakit yang di awali dengan terjadinya serangkaian perubahan
dalam otak karena terhambatnya atau berhentinya suplay darah ke otak dikarenakan adanya sumbatan,
sehingga menyebabkan kehilangan fungsi tubuh dan ketidakberdayaan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh konseling kesehatan mental terhadap ketidakberdayaan pasien stroke non
hemoragik. Penelitian ini menggunakan desain Pre Eksperimental One Grup Pre Test Post Test,
Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling sehingga didapatkan 30 responden, yang
kemudian diberikan konseling kesehatan mental. Hasil Penelitian menunjukkan p=0,00 (p<0,05) yang
berarti terdapat pengaruh yang signifikan Konseling Kesehatan Mental terhadap ketidakberdayaan pasien
stroke non hemoragik. sehingga diharapkan perlu diberikan konseling kesehatan mental untuk mengurangi
masalah ketidakberdayaan pada pasien stroke Non hemoragik.

kata Kunci : Ketidakberdayaan, Konseling Kesehatan Mental, Stroke Non Hemoragik

ABSTRACT
Non-Hemorrhagic Stroke is a disease that begins with a series of changes in the brain due to obstruction or
cessation of blood supply to the brain due to blockage, causing loss of body function and helplessness.
This study aims to determine the effect of mental health counselling on the helplessness of non-
hemorrhagic stroke patients. This study used a Pre Experimental One Group Pre Test Post Test design.
Sampling used a purposive sampling technique so that 30 respondents were obtained, who were then
given mental health counselling. The results showed that p = 0.00 (p <0.05) which means that there is a
significant effect of Mental Health Counselling on the powerlessness of non-hemorrhagic stroke patients.
So it is hoped that mental health counselling needs to be given to reduce the problem of helplessness in
non-hemorrhagic stroke patients.

Keywords: Powerlessness, Mental Health Counselling, Non Hemorrhagic Stroke

Published By: Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Gorontalo


Jurnal Zaitun
Jurusan Keperawatan
PENDAHULUAN sekitar 51% angka kematian setiap tahunnya.
Stroke adalah gangguan fungsi otak Kematian akibat stroke di perkirakan akan terus
yang di sebabkan oleh adanya gangguan aliran meningkat men capai 23,3 juta kematian pada
darah, hal tersebut dikarenakan sumbatan atau tahun 2030. Prevalensi penyakit stroke di
pecahnya pembuluh darah di otak sehingga Indonesia berdasarkan Diagnosis Tenaga
mengakibatkan sel-sel otak kekurangan darah, Kesehatan (Nakes) yaitu sekitar 7,0% dengan
oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya jumlah estimasi absolut sebesar 1.236.825
dapat terjadi kematian sel-sel. Stroke orang, di Aceh jumlah penderita stroke
merupakan penyebab kematian nomor 3 di berdasarkan data Kementrian Kesehatan pada
Negara maju setelah penyakit jantung dan dan tahun 2019 mencapai 12,8% dengan jumlah
kanker(Misbach J., dan Kalim, 2011). estimasi absolut sebesar 34.313 orang,
Menurut WHO merupakan penyakit Sedangkan provinsi Gorontalo pada tahun 2020
neurologis umum yang menimbulkan tanda- berada di urutan ke 22 dengan jumlah Estimasi
tanda klinis yang berkembang sangat cepat absolut sebesar 3.473 orang (Riskesdas 2018).
berupa defisit neurologi fokal dan global, Data Riskesdas 2013 prevalensi stroke
berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat nasional 12,1 per mil, sedangkan pada Riskesdas
menyebabkan kematian. Setiap tahun 15 juta 2018 prevalensi stroke 10,9 per mil, tertinggi di
orang di dunia menderita stroke. Dari 15 juta Provinsi Kalimantan Tib mur (14,7 per mil),
orang tersebut, 5 juta orang meninggal, dan 5 terendah di Provinsi Papua (4,1 per
juta orang lainnya mengalami kecacatan mil).Proporsi faktor risiko perilaku utama yang
permanen. Stroke jarang ditemukan pada orang menjadi tantangan dalam upaya pencegahan dan
di bawah 40 tahun, 70% kasus stroke ditemukan pengendalian Penyakit Tidak Menular pada
di negara dengan penghasilan rendah dan umumnya di Indonesia berdasarkan data
menengah, 87% kematian akibat stroke juga Riskesdas 2018 adalah: Sekitar 87,9% penduduk
ditemukan pada negara-negara tersebut. (WHO usia ≥3 tahun, sering konsumsi makanan manis-
2017). manis, Sekitar 91,5% penduduk usia ≥3 tahun,
Berdasarkan data American Heart sering konsumsi minuman manis, Sekitar 72,7%
Association (AHA) Sekitar 795.000 orang di penduduk usia ≥3 tahun, sering konsumsi
Amerika Serikat mengalami stroke setiap makanan asin, Sekitar 86,7% penduduk usia ≥3
tahunnya, dengan 610.000 orang mendapatkan tahun, sering konsumsi makanan berlemak/
serangan stroke untuk pertama kalinya dan berkolesterol/ gorengan. Sekitar 27,9%
185.000 orang dengan serangan stroke penduduk usia ≥3 tahun, sering konsumsi
berulang(AHA, 2019). makanan daging/ ayam/ ikan olahan dengan
Di Indonesia stroke mengakibatkan pengawet, Sekitar 33,5% penduduk usia ≥10

Published By: Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Gorontalo


tahun, kurang aktivitas fisik, Sekitar 95,4% diantaranya yaitu ketidak berdayaan. (NANDA
penduduk usia ≥5 tahun, kurang konsumsi 2012).
buah/sayur. Menurut Badan Penyelenggara Ketidakberdayaan merupakan persepsi
Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan tahun 2016 seseorang bahwa suatu tindakan yang
Stroke menghabiskan biaya pelayanan kesehatan dilakukannya tidak akan mempengaruhi secara
sebesar 1,43 Trilyun, tahun 2017 naik menjadi bermakna atau kondisi individu yang tidak dapat
2,18 Trilyun dan tahun 2018 mencapai 2,56 mengendalikan keadaan tertentu yang
Trilyun rupiah. dirasakannya, ada dua factor yang dapat
Secara umum Stroke terbagi menjadi 2 mengakibatkan munculnya ketidakberdayaan,
yaitu stroke hemoragik dan non hemoragik, yaitu factor predisposisi yang terdiri dari faktor
stroke non hemoragik merupakan terjadinya biologis (genetik, status nutrisi, dan kondisi
penyumbatan aliran darah ke otak, sedangkan kesehatan), factor psikologis(keterampilan
stroke hemoragik merupakan pecahnya verbal, moral,kepribadian, ungkapan tidak
pembuluh darah otak sehingga menimbulkan memiliki kemampuan dan konsep diri), dan
perdarahan otak dan merusaknya. pada sosial (usia, gender, pekerjaan, status sosial,
penelitian ini lebih difokuskan kepada pasien agama atau keyakinan). Faktor presipitasi yang
dengan stroke non hemoragik. Hal ini terdiri dari biologis ( genetik, riwayat trauma,
disebabkan karena stroke non hemoragik fisik atau psikis), psikologis (Self control) dan
merupakan jenis stroke yang peling sering sosial budaya (Peran sosial, budaya, pekerjaan
terjadi, diperkirakan sekitar 80% kasus stroke dan pendapatan)(FIK UI, 2016). Pada pasien
diseluruh dunia disebabkan oleh stroke non stroke memiliki tingkat ketidakberdayaan yang
hemoragik, sehingga lebih banyak pasien Yang lebih tinggi dibandingkan penyakit bukan kronis.
menderita stoke non hemoragik dibandingkan Pada pasien stroke ketidakberdayaan terjadi 10-
stroke hemoragik. 25% untuk perempuan dan 5-12% pada laki-laki.
Pada pasien stroke non hemoragik secara Hasil penelitian menunjukkan sekitar 30-56%
khusus mengalami kehilangan kesehatan aspek penderita penyakit stroke Non hemoragik yang
biospsikososial, misalnya kehilangan fungsi dan dirawat mengalami ketidakberdayaan .
kesehatan tubuh, yaitu terdapat gangguan pada Ketidakberdayaan Pasien stroke muncul
satu aspek dan akan berdampak pada aspek lain. karena pasien stroke cenderung bergentung pada
perubahan fisik pada pasien stroke disebabkan orang lain, Sehingga pasien Sulit mengubah
oleh proses penyakit dan program terapi yang fikiran negatifnya ke arah yang positif..
dapat menimbulkan masalah fisik dan Ketidakberdayaan positif ditandai dengan
psikososial. Masalah psikososial yang timbul mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi
dari respon individu terhadap penyakit terhadap ketidakmampuan untuk melakukan

Published By: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo


aktivitas, Mengatakan ketidakmampuan estimasi yang relistis terhadap dirinya sendiri
perawatan diri. Selain itu, pasien tampak enggan dan dapat menerima kekurangan atau
mengungkapkan perasaan sebenarnya, gagal kelemahannya, kemampuan menghadapi
mempertahankan ide atau pendapat yang masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki
berkaitan dengan orang lain ketika mendapat kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta
perlawanan dan ekspresi muka murung. Akitnya memiliki kebahagiaan dalam hidupnya,
penderita Stroke Non hemoragik akan sehingga ketika individu memiliki masalah
mengalami ketergantungan terhadap orang lain, dalam aspek psikosososial, sangat perlu untuk
penurunan kemampuan perawatan diri serta mendapatkan konseling kesehatan mental.
gagal mempertahankan ide dan pendapat (FIK (Pieper 2012).
UI, 2016). Konseling kesehatan mental bertujuan
Hal yang dapat dilakukan untuk untuk pencegahan dan peningkatan kesehataan
membantu klien dengan ketidak berdayaan mental dan perawatan disfungsi. Kesehatan
adalah mengontrol ketidakberdayaan dengan mental berkaitan dengan kemampuan individu
latihan berfikir positif, membantu klien dengan dalam memikirkan, merasakan, menjalankan
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan kehidupan sehari-hari, memandang diri sendiri
yang berkenan dengan perawatan, pengobatan dan orang lain, mengevaluasi berbagai alternatif
dan masa depannya, sehingga perlu mengontrol dalam mengambil keputusan (Gladding 2012).
ketidakberdayaan melalui peningkatan Berdasarkan data awal yang diperoleh
kemampuan mengendalikan situasi yang masih dari Ruangan Bedah & Neuro (G3) RSUD Prof.
bisa dilakukan klien, membantu klien Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo, angka kejadian
meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pasien stroke di Ruangan Bedah & Neuro (G3)
yang dideritanya, salah satunya yaitu dengan sejak Januari 2021 hingga Mei 2021 sebanyak
menggunakan metode konseling ( FIK UI, 200 kasus pasien stroke yang terbagi dalam
2016). stroke iskemik, stroke hemoragik dan post stroke
Konseling adalah pemberian bantuan yang (Rekam Medis, 2021).
dilakukan oleh seseorang kepada individu untuk Hasil wawancara awal terhadap 6 (Enam)
membantu mengatasi masalah yang sedang di orang pasien stroke yang dirawat di Ruangan
alami klien. Konseling yang dilakukan dalam Bedah dan Neuro (G3) RSUD Prof. Dr. Aloei
penelitian ini yaitu konseling yang mengarah Saboe Kota Gorontalo Pada tanggan 3 Juni 2021
pada kesehatan mental individu. , pasien mengatakan perasaan sedih, cemas,
kesehatan mental adalah suatu keadaan tidak berdaya atau mengalami keterbatasan fisik,
dimana seseorang tidak mengalami perasaan sulit menerima kondisi saat ini, merasa kurang
bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki berguna dan merasa bahwa pengobatan yang

Published By: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo


dilakukannya kemungkinan tidak akan untuk mencatat hasil dari masing-masing
mengembalikan kondisinya seperti dulu lagi. pertanyaan tiap variabel yang terdiri dari :
Berdasarkan Uraian di atas peneliti Pengaruh Pendidikan kesehatan terhadap
tertarik untuk melakukan penelitian Apakah resiko ketidakberdayaan Pasien Stroke Non
terdapat Pengaruh konseling kesehatan mental Hemoragik
terhadap Ketidakberdayaan pada pasien Stroke
HASIL DAN PEMBAHASAN
Non hemoragic di RSUD Prof.Dr. Aloei Saboe
Kota Gorontalo.. Analisis Univariat
Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik
METODE PENELITIAN Responden
Jenis desain penelitian yang di gunakan No. Umur F %
oleh peneliti adalah Pre Eksperimental yaitu 1. 35-55 tahun 4 13.3%
desain dengan pendekatan One grup pre test post 2. >55 tahun 26 86.7%
test design, penelitian ini menjelaskan hubungan Jenis kelamin
sebab akibat dengan cara melibatkan satu 1. Laki-laki 18 60%

keompok subjek. kelompok subjek diobservasi 2. Perempuan 12 40%

sebelum dilakukan intervensi, kemudian Lama menderita

diobservasi lagi setelah dilakukan intervensi 1. <1 tahun 6 20%

(Nursalam,2016). Populasi pada penelitian ini 2. > 1 tahun 24 80%

adalah penderita Stroke Non di RSUD Prof. dr. Tingkat Pendidikan

Aloei Saboe sebanyak 102 orang. Pengambilan 1. Pendidikan tertinggi 12 40%

sampel pada penelitian ini dilakukan dengan 2. Pendidikan terendah 18 60%

menggunakan rumus Arikunto. sampel dalam Tempat Tinggal


penelitian ini adalah sebanyak 30 Responden 1. Dalam Gorontalo 28 93.3%
yaitu 26 responden dari ruangan poli rawat jalan 2. Luar Daerah gorontalo 2 6.7%
dan 4 responden dari ruangan rawat inap G3 Total 30 100%
Neuro. Instrumen yang di gunakan dalam Sumber, data primer (2021)
penelitian ini adalah menggunakan lembar Tabel 1 Distribusi frekuensi berdasarkan
identitas dan lembar kuesioner. Lembar umur responden terbanyak yang menderita
identitas responden di gunakan untuk stroke non hemoragik dalam penelitian ini
mencatat identitas responden meliputi : adalah > 55 tahun sebanyak 26 responden
inisial nama, umur, jenis kelamin, untuk (86.7%). Berdasarkan jenis kelamin responden
menggambarkan karakteristik responden. terbanyak dalam penelitian ini adalah Laki-laki
Sedangkan lembar kuesioner di gunakan sebanyak 18 responden (60%). Jadi, dalam

Published By: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo


penelitian ini penderita stroke non hemoragik Analisis Bivariat
terbanyak adalah laki.laki.Pasien Stroke non Pengaruh Konseling kesehatan Mental
hemoragik berdasarkan lama menderita, ketidakberdayaan Pasien Stroke Non
responden terbanyak yang mengalami stroke hemoragik DI RSUD.Prof.Dr.Aloei Saboe
Non hemoragik adalah >1 tahun sebanyak 24 Kota Gorontalo
responden (46.7%). Distribusi frekuensi Sebelum-
Mean
Std.
t
P
N
sesudah Dev value
berdasarkan tingkat pendidikan dalam penelitian Ketida Sebelum 53.80 2.83 8.43 0,00 30
kberda
Sesudah 57,60 1.52
ini adalah pendidikan tertinggi sebanyak, 18 yaan
Sumber data primer(2021)
responden (60%), dan distribusi responden
berdasarkan tempat tinggal, responden terbanyak Dari Hasil uji statistik pada ketidakberdayaan

yang tinggal dalam daerah Kota gorontalo yaitu pasien tentang kesehatan mental di dapatkan

28 responden (93.3%). nilai mean sebelum perlakukan yaitu 53.80,

Distribusi Responden Berdasarkan setelah perlkuan 57,60 dengan standar deviasi


sebelum perlakukan yaitu 2.833 dan setelah
ketidakberdayaan Pada Pasien Stroke
perlakuan nilai standard deviasi 1.522, dan
Non Hemoragik
perbandingan jumlah nilai sebelum dan sesudah
Sebelum di Sesudah
berikan diberikan konseling kesehatan yaitu 8.430, maka
Total
Ketidakberdayaan konseling konseling
kesehatan kesehatan didapatkan nilai p=0.00 dengan α < 0.005, maka
n % n % n %
Positif 26 86.7% 2 6.7% dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
30 100%
Negatif 4 13.3% 28 93.3
bermakna dan signifikan konseling kesehatan
mental terhadap ketidakberdayaan pasien stroke
Total 30 100% 30 100%

Sumber, data primer (2021) non hemoragik di RSUD Prof. Dr. Hi. Aloei

Tabel 2 .Dapat dilihat bahwa terdapat Saboe kota gorontalo.

penurunan tingkat ketidakberdayaan responden


Pembahasan
sebelum dan sesudah di berikan konseling
Gambaran Ketidakberdayaan Pasien Stroke
kesehatan mental, Hal ini dilihat dari distribusi
Non Hemoragik
frekuensi responden yang mengalami
Berdasarkan penelitian yang telah
ketidakberdayaan positif sebelum diberikan
dilakukan oleh peneliti dapat dilihat bahwa
perlakuan yaitu 26 responden (86.7%) ,
terdapat perbedaan tingkat ketidakberdayaan
sedangkan distribusi frekuensi responden yang
pada pasien stroke non Hemoragik di RSUD
mengalami ketidakberdayaan Positif setelah
prof. Dr. Aloei Saboe Kota Gorontalo sebelum
diberikan perlakuan yaitu 2 responden (6.7%).
di berikan konseling kesehatan mental, Hal ini
dilihat dari penurunan tingkat ketidakberdayaan
responden sebelum dan sesudah di berikan
Published By: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
konseling kesehatan mental, Hal ini dilihat dari penderita penyakit stroke yang dirawat
distribusi frekuensi responden yang mengalami mengalami ketidakberdayaan. Seseorang yang
ketidakberdayaan positif sebelum diberikan mengalami ketidakberdayaan kehilangan kontrol
perlakuan yaitu 26 responden (86.7%) , dan terhadap kejadian dalam hidupnya dan merasa
ketidakberdayaan negative sebanyak 4 segala sesuatu tidak bermakna bagi dirinya,
responden ( 13.3%), sedangkan distribusi Perasaan ketidakberdayaan disebabkan
frekuensi responden yang mengalami pengalaman distress dan perubahan emosional
ketidakberdayaan Positif setelah diberikan seperti agitasi, frustrasi, marah, takut dan cemas.
perlakuan yaitu 2 responden (6.7%) dan Perasaan ketidakberdayaan yang dialami oleh
ketidakberdayaan negative yaitu 28 Responden pasien stroke seringkali disertai gangguan
(93.3%). depresi. Kondisi depresi ini di ekpresikan oleh
Pada penelitian ini terdapat 2 responden klien secara verbal dan dapat disimpulkan bahwa
(6.7%) yang tidak mengalami perbedaan setelah kondisi depresi sering menyertai perasaan
dan sesudah diberikan konseling hal ini ketidakbedayaan.
disebabkan pada saat dilakukan observasi Pengaruh Konseling kesehatan mental
sebelum dan sesudah di berikan konseling terhadap ketidakberdayaan pasien Stroke
responden sudah menerima keadaan yang Non Hemoragik Di RSUD Prof.Dr.Aloei
dideritanya sehingga responden merasa bahwa Saboe Kota gorontalo
perlakuan yang diberikan tidak dapat mengubah
Dalam penelitian ini peneliti terlebih
pola pikirnya. hal ini membuktikan bahwa data
dahulu melakukan Uji normalitas data, sebelum
yang didapatkan sesuai dengan tujuan penelitian
dilakukan Uji paired t test, yang bertujuan untuk
yaitu mengidentifikasi tingkat ketidakberdayaan
mengetahui apakah data yang digunakan
pasien stroke Non hemoragik di RSUD. Prof. Dr.
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
Aloei Saboe Kota Gorontalo.
data yang digunakan yaitu uji Kolmogrov
Hal ini sejalan dengan teori yang
smirnov, dan dapat di ketahui bahwa data dalam
dikemukakan (Hidayat, Asep, 2014) bahwa pada
penelitian ini berdistribusi normal karena nilai
pasien yang menderita penyakit kronis
signifikan pada saat pre test yaitu 0,19 yang
khususnya penyakit stroke, mengalami
berarti > 0,005, dan nilai signifikan pada saat
ketidakberdayaan terhadap harapan kesembuhan
post test yaitu 0,025 yang berarti >0,005
dan penanganan akan penyakit yang diderita
Penelitian ini menunjukkan bahwa setelah
sehingga menimbulkan keputusan yang tidak
dilakukan uji paired t test, secara umum
bisa dilakukan oleh penderita penyakit kronis.
konseling kesehatan mental dapat mempengaruhi
Begitu pula sesuai dengan hasil penelitian
ketidakberdayaan pada pasien stroke non
(Rochdiat.W, 2012) bahwa sebanyak 56%
hemoragik. hal ini dapat dilihat dari hasil
Published By: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
penelitian mengenai variable ketidakberdayaan yang realistis agar sukses, serta tetapkan waktu
pasien stroke di RSUD Prof.Dr. Aloei Saboe dalam implementasi tujuan sesuai tujuan struktur
Kota Gorontalo sebelum dan sesudah diberikan yang sesuai, lalu menetapkan tujuan lanjutan
perlakuan diperoleh nilai uji statistic (p= 0,00), agar klien dapat membedakan situasi yang
dengan p<0,005 berarti dalam penelitian ini dapat dikontrol dan tidak dapat dikontrol atau
menolak H0 terima H1. Maka, dapat disimpulkan menerima situasi yang tidak dapat diubah,
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara dengan cara bantu klien mengidentifikasi
ketidakberdayaan pasien stroke sebelum dan masalah dan diskusikan dengan tujuan dan
sesudah diberikan Konseling kesehatan mental. kebutuhan yang belum terpenuhi identifikasi
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan strategi yang mungkin dimodifikasi, bantu klien
oleh Novi Nurul(2017) bahwa Tindakan identifikasi situasi yang tidak dapat diubah agar
keperawatan untuk klien ketidakberdayaan terhindar dari masalah frustasi (FIK UI-RSMM,
sesuai dengan standar asuhan keperawatan 2012).
psikososial yang dikembangkan magister Menurut Hidayat ( 2014) Pada pasien
keperawatan jiwa terdiri dari dua strategi yang menderita penyakit stroke mengalami
pelaksanaan. Tindakan keperawatan yang ketidakberdayaan terhadap harapan kesembuhan
pertama untuk klien dengan ketidakberdayaan dan penanganan akan penyakit yang diderita
dengan latihan berfikir positif. Kedua, evaluasi sehingga menimbulkan keputusan yang tidak
ketidakberdayaan, berusaha mengembangkan bisa dilakukan oleh penderita penyakit kronis.
harapan positif dan latihan mengontrol perasaan Sama halnya dengan penelitian ini, pada saat
ketidakberdayaan.Sesuai dengan standar asuhan peneliti melakukan observasi terhadap masalah
keperawatan intervensi pertama pada psikologis pada pasien stroke non hemoragik
ketidakberdayaan adalah melakukan pendekatan terdapat beberapa responden yang menunjukkan
untuk mengkaji masalah ketidakberdayaannya. respon maladaptive terhadap penyakitnya.
Dalam melakukan pendekatan perawat Berdasarkan uraian di atas penulis
menggunakan Konseling kesehatan. menganalisis bahwa konseling kesehatan mental
Mcleod (2010) mengatakan konseling memiliki tingkat keberhasilan dalam membantu
adalah kegiatan yang terjadi ketika seseorang menurunkan tingkat ketidakberdayaan pada
bermasalah mengundang dan memungkinkan pasien stroke non hemoragik, dikarenakan
orang lain untuk masuk ke dalam jenis hubungan dengan dilakukannya konseling responden dapat
tertentu dengan mereka. Langkah pertama yang lebih memahami mengenai penyakitya serta
harus dilakukan saat konseling kesehehatan yaitu mekanisme koping untuk mengatasai masalah
identifikasi masalah penyebab perasaan psikologisnya
negative, bantu klien membuat tujuan sederhana

Published By: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo


PENUTUP dan menerapkan ilmu yang telah didapat dan
Kesimpulan membagi pengalaman yang didapatkan peneliti
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh kepada peneliti yang lain dan dapat
konseling kesehatan mental terhadap mengembangkan dalam bentuk metode
ketidakberdayaan pasien stroke non hemoragik penelitian atau desain penelitian lainnya untuk
di RSUD. prof.Dr. H. Aloei Saboe Kota lanjutan mengenai “Pengaruh pendidikan
Gorontalo dapat ditarik kesimpulan sebagai kesehatan terhadap ketidakberdayaan pada
berikut : pasien stroke non hemoragik di RSUD Prof. Dr.
1. ketidakberdayaan responden sebelum Hi. Aloei Saboe Kota gorontalo”,.
diberikan konseling kesehatan mental yaitu 3. Bagi institusi pendidikan.
ketidakberdayaan positif 26 responden Dari hasil penelitian ini Agar dapat
(86.7%). ketidakberdayaan negative menjadikan bahan acuan untuk dilakukan lebih
sebanyak 4 responden ( 13.3%), lanjut tentang variabel-variabel yang belum
2. ketidakberdayaan responden setelah diteliti dan dapat memberikan tambahan ilmu
diberikan konseling kesehatan mental yaitu pengetahuan dan informasi untuk dilakukannya
ketidakberdayaan positif 2 responden penelitian terkait konseling kesehatan dan
(6.7%) dan ketidakberdayaan negative yaitu ketidaberdayaan
28 Responden (93.3%) 4. Bagi RSUD Prof. Dr. Hi. Aloe Saboe Kota
3. Terdapat pengaruh konseling kesehatan Gorontalo
mental terhadap ketidakberdayaan pasien Bagi institusi rumah sakit aloei saboe
Stroke Non Hemoragik. Peneliti mengaharapkan setelah mengetahui hasil
Saran penelitian ketidakberdayaan pada pasien pasca
Berdasarkan kesimpulan yang telah stroke, diharapkan rumah sakit dapat
diuraikan, maka saran yang dapat diberikan yaitu memfasilitasi seperti diadakannya konseling agar
1. Bagi masyarakat pasien yang mengalami gangguan psikososial
Bagi masyarakat. diharapkan penelitin ini yaitu ketidakberdayaan dapat tertangani dengan
dapat memberikan pengetahuan tentang baik dalam psikologis
pengaruh Konseling kesehatan mental terhadap 5. Bagi Praktik keperawatan
ketidakberdayaan Bagi praktik Keperawatan di harapkan dapat
2. Bagi peneliti selanjutnya. dijadikan sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat pengetahuan terutama pemberian asuhan
meneliti secara menyeluruh tentang masalah keperawatan pada aspek psikososial pada pasien
psikologis yang di alami oleh pasien stroke Non stroke non hemoragik dengan ketidakberdayaan.
hemoragik, serta mengembangkan pengetahuan

Published By: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo


DAFTAR PUSTAKA
1. Misbach j.2011.Stroke Aspek Diagnosis,
Patofisiologi, Manajemen, Jakarta: Badan
Penerbit FKUI
2. World Health Organization (WHO), 2017.
Departemen Mental Health Substance
3. American Heart Association (AHA), 2018,
Health Care Research: Coronary Heart
Disease
4. RISKESDAS, 2018. Data penderita Stroke
Di Provinsi Gorontalo
5. NANDA, 2018. Nursing Diagnosies
Definitions and Classification. NANDA
International
6. Pieper, J. & Uden, M. V. (2012) Religion in
Coping and Mental Health Care. New
York: Yord University Press, Inc
7. Gladding, S.T. (2012). Konseling Profesi
yang Menyeluruh. Jakarta: Indeks
8. Rekam medis. 2021, Data Pasien Stroke Di
Ruangan G3 Neuro RSUD Prof.dr Aloei
Saboe Kota Gorontalo
9. Nursalam, 2016, Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba
Medika
10. Hidayat, Asep. (2014). Asuhan
Keperawatan Psikososial
Ketidakberdayaan dengan Diabetes Militus.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
11. Mecleod.2016.Pengantar Konseling : Teori
dan Studi Kasus. Jakarta : kencana

Published By: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo

Anda mungkin juga menyukai