Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP PENURUNAN

TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN STROKE NON HEMORAGIK


DI RSUD SALATIGA

Yunita Murtisari *), Ismonah **), Supriyadi ***)


*)
Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**)
Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
***)
Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang

ABSTRAK

Stroke menjadi penyebab kecacatan nomor satu di dunia. Di Indonesia, diperkirakan dalam setiap
tahunnya ada 500.000 penduduk yang terkena serangan stroke. Pasien stroke mengalami depresi
cenderung tidak bisa melakukan kegiatan apapun, semua kegiatan hariannya dibantu oleh keluarga
atau perawat. Upaya untuk menurunkan tingkat depresi pada penderita stroke dengan terapi alternatif
yaitu dengan memberikan terapi musik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien stroke non hemoragik
di RSUD Salatiga. Desain penelitian ini adalah One group pre-post test design, jumlah sampel 33
responden dengan tehnik purposive sampling. Hasil analisis uji Wilcoxon untuk tingkat depresi
sebelum dan sesudah intervensi menunjukkan nilai P = 0,000 (< 0,05), artinya pada tingkat signifikan
5% terbukti ada pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat depresi pada
pasien stroke non hemoragik. Tingkat depresi sebelum diberikan intervensi 26 responden (78,8%)
mengalami depresi sedang, 7 responden (21,2%) mengalami depresi parah. Setelah diberikan
intervensi, 9 responden (27,3%) normal, 24 responden (72,7%) mengalami depresi ringan.
Karakteristik berdasarkan kelompok usia yaitu 61-70 tahun (39,5%) sebanyak 13 responden. Paling
banyak diderita oleh laki-laki sebanyak 19 responden (57,6%). Rekomendasi hasil penelitian ini
adalah sebagai alternatif dalam menurunkan tingkat depresi pada pasien stroke non hemoragik.

Kata Kunci : Terapi Musik Klasik, Depresi, Stroke Non Hemoragik

ABSTRACT

Stroke become the number one cause of disability in the world. In Indonesia, each year there are an
estimated 500,000 people affected by stroke. Stroke patients are depressed tend to not be able to do
any activity, all daily activities assisted by family or caregivers. Efforts to reduce the level of
depression in stroke patients with alternative therapies is to provide music therapy. This study aims to
determine the effect of classical music therapy to decrease the level of depression in non-hemorrhagic
stroke patients in hospitals Salatiga. This study design is One group pre-post test design, the number of
samples 33 respondents with purposive sampling technique. The results of the analysis of the
Wilcoxon test for levels of depression before and after the intervention showed the value of P = 0.000
(<0.05), meaning that the significant level of 5% proved to be no influence of classical music therapy
to decrease the level of depression in patients with non-hemorrhagic stroke. Given the level of
depression before the intervention 26 respondents (78.8%) had moderate depression, 7 respondents
(21.2%) experienced severe depression. After a given intervention, 9 respondents (27.3%) normal, 24
respondents (72.7%) had mild depression. Characteristics by age group is 61-70 years (39.5%) of 13
respondents. Most suffered by as many as 19 male respondents (57.6%). Recommendations resulting
from this research is as an alternative in the lower levels of depression in patients with non-
hemorrhagic stroke.

Keywords: Classical Music Therapy, Depression, Non Hemorrhagic Stroke

Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan ...... (Y. Murtisari,2014 ) 1
PENDAHULUAN kurang. Depresi merupakan gangguan mental
Penyakit cerebrovaskuler memiliki dampak yang sering terjadi di tengah masyarakat.
yang besar terhadap kesehatan dan Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka
memerlukan perhatian yang besar di seluruh seseorang bisa jatuh ke fase depresi (Sianturi,
dunia. Salah satu contohnya yang paling 2006, ¶1).
menakutkan adalah stroke. Menurut World
Health Organization (WHO), stroke adalah Hal tersebut diatas sesuai dengan
tanda-tanda klinik yang berkembang cepat penelitian yang dilakukan oleh Primasari
akibat gangguan fungsi otak fokal (global) (2011), menunjukkan bahwa keluarga
dengan gejala-gejala yang berlangsung selama dengan pemberian dukungan tergolong
24 jam/lebih yang menyebabkan kematian
sedang sebanyak 18 orang (47,4%),
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
sedangkan yang memiliki dukungan
vaskuler (Hendro, 2000 dalam Judha & Rahil,
2011, hlm.55).
tergolong kurang sebanyak 7 orang
(18,4%) sehingga diperlukan perhatian
Pada masyarakat Barat, 80% penderita khusus dari tenaga kesehatan. Sedangkan
mengalami stroke iskemik dan 20% distribusi tingkat depresi pada penderita
mengalami stroke hemoragik. Insiden stroke stroke yang mengalami depresi ringan
meningkat seiring pertambahan usia (Dewanto, sebanyak 18 orang (47,4%), sedangkan
et.al., 2009, hlm.24). Di Indonesia, yang mengalami depresi berat sebanyak 4
diperkirakan dalam setiap tahunnya ada orang (10,5%).
500.000 penduduk yang terkena serangan
stroke. Sekitar 2,5% meninggal dan sisanya
Secara umum gejala depresi pada pasien
cacat ringan maupun berat (Rudianto, 2010,
stroke sama dengan depresi pada kasus non
hlm.2). Prevalensi stroke hemoragik di Jawa
Tengah tahun 2012 adalah 0,07 lebih tinggi
stroke. Data di Amerika mengatakan
dari tahun 2011 (0,03%). Prevalensi tertinggi bahwa sekitar 10-27% dari 600.000
di tahun 2012 adalah Kabupaten Kudus sebesar penderita stroke didiagnosis menderita
1,84%. Sedangkan prevalensi stroke non depresi berat dalam waktu setahun sejak
hemoragik pada tahun 2012 sebesar 0,07, lebih awal mengalami stroke. Sebagai tambahan
rendah dibanding tahun 2011 (0,09%). 15 sampai 40% mengalami beberapa gejala
Prevalensi tertinggi adalah kota Salatiga depresi dalam dua bulan pertama setelah
sebesar 1,16% (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa stroke (Andri, 2010, ¶5).
Tengah, 2012, hlm.39). Insiden penyakit stroke
di RSUD Salatiga tahun 2010 sebanyak 436
Penelitian yang dilakukan oleh Yuliami
kasus, tahun 2011 menurun menjadi 363 kasus,
(2006), menunjukkan dari 70 responden
tahun 2012 sebanyak 386 kasus dan tahun
2013 insiden penyakit stroke di RSUD Salatiga
subyek penelitian yang tidak depresi
melonjak menjadi 515 kasus. mengalami kesembuhan dalam 3,88
minggu (95% CI 3,37;4,39) dan penderita
Pasien stroke cenderung tidak bisa melakukan dengan depresi akan mengalami
kegiatan apapun, semua kegiatan hariannya kesembuhan dalam 5,78 minggu (95% CI
dibantu sepenuhnya oleh keluarga atau 5,05;6,06). Penelitian ini menunjukkan
perawat. Bahkan ingin menyampaikan maksud bahwa penderita stroke dengan depresi
dan tujuan juga tidak mampu, hanya bisa membutuhkan waktu lebih lama untuk
menggunakan bahasa tubuh atau isyarat untuk perbaikan defisit neurologis dibandingkan
menyampaikan apa yang diinginkannya. Hal
penderita tanpa depresi.
tersebut membuat pasien stroke mengalami
depresi, apalagi jika pasien berada dalam
keluarga yang support sistemnya sangat

2 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. … No. …


Depresi pada pasien stroke disebabkan disebabkan musik memiliki beberapa
karena ketidakmampuan pasien dalam kelebihan, yaitu karena musik bersifat
melakukan sesuatu yang biasanya nyaman, menenangkan, membuat rileks,
dikerjakan sebelum terkena stroke. Hal ini berstruktur, dan universal (Eka, 2011, ¶1).
menyebabkan pasien merasa dirinya tidak
berguna lagi, karena banyaknya Penelitian terkait terapi musik dilakukan
keterbatasan yang ada dalam diri akibat oleh Suhartini (2008), hasil penelitian
penyakitnya (Sindo, 2012, ¶5). Pada menunjukkan 90% responden mengalami
penderita stroke, depresi akan perubahan penurunan tekanan darah sistol,
memperlambat proses penyembuhan, 95% responden mengalami perubahan
memperberat gejala fisik, mengganggu penurunan tekanan darah diastole, 60%
rehabilitasi, dan meningkatkan angka responden mengalami perubahan
kematian (Bali Post, 2010, ¶5). penurunan respirasi, 100 % responden
mengalami perubahan penurunan nadi.
Diagnosis dan terapi depresi yang tepat
pada pasien stroke dapat memperbaiki Salah satu jenis terapi musik yang paling
penyakit stroke dengan meningkatkan sering digunakan adalah terapi musik
status medisnya, meningkatkan kualitas klasik. Terapi musik klasik adalah usaha
hidupnya dan mengurangi kesakitan dan untuk meningkatkan kualitas fisik dan
ketidakberdayaannya. Pengobatan depresi mental dengan rangsangan nada atau suara
juga dapat memperpendek proses yang mengandung irama, lagu, dan
rehabilitasi yang akhirnya menuju keharmonisan yang merupakan suatu karya
percepatan dari proses penyembuhan. sastra zaman kuno yang bernilai tinggi
Proses ini juga akan mengurangi biaya yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni,
perawatan yang dikeluarkan dalam bentuk dan gaya yang diorganisir
pengobatan pasien stroke (Andri, 2010, sedemikian rupa sehingga tercipta musik
¶6). yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan
mental. Irama pada musik klasik memiliki
Salah satu upaya untuk mengatasi depresi nada-nada yang bervariasi, terkadang dari
pada penderita storke dengan terapi lambat ke cepat dan kadang sebaliknya.
alternatif untuk menurunkan depresi pada Musik klasik juga mempunyai kategori
pasien stroke yaitu dengan memberikan frekuensi alfa dan theta 5000-8000 Hz.
terapi musik. Terapi musik adalah suatu Frekuensi tersebut dapat merangsang tubuh
proses yang terencana bersifat preventif dan pikiran menjadi rileks sehingga
dalam usaha penyembuhan terhadap merangsang otak menghasilkan hormon
penderita yang mengalami hambatan serotonin dan endorfin yang menyebabkan
dalam pertumbuhannya baik fisik, motorik, tubuh menjadi rileks dan membuat detak
sosial, emosional, maupun mental jantung menjadi stabil. Hal inilah yang
intelegency (Suryana, 2012, hlm.15). mendukung otak dapat berkonsentrasi
Musik memiliki kekuatan untuk mengobati dengan optimal dalam membangun
penyakit dan meningkatkan kemampuan jaringan-jaringan sipnasis dengan lebih
pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan baik (Irawaty, 2013, ¶10)
menjadi sebuah terapi, musik dapat
meningkatkan, memulihkan, dan
memelihara kesehatan fisik, mental,
emosional, sosial dan spiritual. Hal ini

Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan ...... (Y. Murtisari,2014 ) 3
Hal ini sesuai dengan penelitian yang (Hamilton Rating Scale for Depression)
dilakukan oleh Eddyanto (2003), yang terdiri dari 15 kelompok gejala.
didapatkan perbedaan yang bermakna
penurunan intensitas depresi 20% dari nilai Sebelum dilakukan uji statistik pada
awal untuk kelompok perlakuan variabel bebas dan variabel terikat,
mendengarkan musik Mozart dibandingkan dilakukan uji normalitas Shapiro Wilk.
kelompok pembanding (kontrol) Hasil uji normalitas data sebelum diberikan
(p=0,013) dan penurunan intensitas depresi terapi musik klasik yaitu 0,003 dan
14% dari nilai awal untuk kelompok sesudah diberikan terapi musik klasik yaitu
karawitan dibandingkan dengan kelompok 0,339 sehingga data dikatakan tidak
pembanding (p=0,034). berdistribusi normal (p≤ 0,05), maka uji
statisktik menggunakan Wilcoxon.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian pre- HASIL PENELITIAN
eksperimen yang termasuk dalam metode 1. Gambaran karakteristik responden
penelitian kuantitatif. Rancangan penelitian ini meliputi : usia dan jenis kelamin.
adalah one group pre-post test design yang
artinya melakukan pengamatan awal pada
Tabel 5.1
pasien sebelum diberikan intervensi, setelah itu Distribusi Frekuensi Responden
diberikan intervensi kemudian dilakukan Berdasarkan Kelompok Usia
pengamatan akhir. Pada penelitian ini Pasien Stroke Non Hemoragik di RSUD
bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi Salatiga
musik klasik terhadap penurunan tingkat (n=33)
depresi pada pasien stroke non hemoragik
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi. No Usia (tahun) Frekuensi Presentase
1 41-50 4 12,0
Populasi penelitian ini adalah semua pasien 2 51-60 6 18,1
3 61-70 13 39,5
stroke non hemoragik di RSUD Kota 4 71-80 10 30,4
Salatiga sebanyak 33 orang. Tehnik Total 33 100,0
pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan tehnik purposive sampling, Tabel 5.1 menunjukkan bahwa mayoritas
yaitu dengan cara memilih sampel diantara responden penderita penyakit stroke non
populasi sesuai dengan yang dikehendaki hemoragik adalah pada kelompok usia
peneliti, berdasarkan karakteristik populasi antara 61-70 sebanyak 13 responden
yang akan diteliti. (39,5%)
Alat pengumpulan data pada penelitian ini
Tabel 5.2
berupa musik klasik dan kuesioner. Jenis Distribusi Frekuensi Responden
musik klasik yang digunakan adalah Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin
Mozart - Symphony, Beethoven – Pasien Stroke Non Hemoragik di RSUD
Moonlight Sonata, dan Vivaldi – Four Salatiga
(n=33)
Season. Alat yang digunakan untuk
memutar musik klasik yaitu alat pemutar Presentase
musik berupa ipod mini yang No Jenis Kelamin Frekuensi
(%)
disambungkan dengan headshet untuk 1. Laki-laki 19 57,6
mendengarkan musik tersebut. Sedangkan 2. Perempuan 14 42,4
Total 33 100,0
untuk Mengukur tingkat/ derajat depresi
menggunakan modifikasi HRS-D

4 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. … No. …


Tabel 5.2 menunjukkan bahwa responden 3. Analisis Tingkat Depresi Sebelum dan
yang paling banyak menderita penyakit Sesudah diberikan Terapi Musik Klasik
stroke non hemoragik adalah pada pada Pasien Stroke Non Hemoragik
kelompok jenis kelamin laki-laki sebanyak
19 responden dengan persentase 57,6%. Tabel 5.5
Pengaruh Terapi Musik Klasik terhadap
2. Tingkat Depresi Penurunan Tingkat Depresi
(n=33)
a. Tingkat depresi sebelum pemberian
terapi musik klasik Variabel Median Min Max P Value
Pre 16,00 14 22
0,000
Tabel 5.3 Post 9,00 3 13
Distribusi Frekuensi Responden
Berdasarkan Tingkat Depresi Berdasarkan tabel 5.5, menunjukkan bahwa
Pasien Stroke Non Hemoragik Sebelum sebelum diberikan intervensi memiliki nilai
Intervensi di RSUD Salatiga median 16,00, nilai minimum 14 dan nilai
(n=33) maximum 22. Sedangkan setelah diberikan
intervensi memiliki nilai median 9,00, nilai
Presentase minimum 3 dan nilai maximum sebanyak 13
No Tingkat Depresi Frekuensi
(%) responden. Hasil analisis uji Wilcoxon
1. Depresi sedang 26 78,8 untuk tingkat depresi sebelum dan sesudah
2. Depresi parah 7 21,2 intervensi menunjukkan nilai P = 0,000
Total 33 100,0 (< 0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak
yang artinya ada pengaruh pemberian terapi
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa tingkat musik klasik terhadap penurunan tingkat
depresi pada pasien stroke non depresi pada pasien stroke non hemoragik
hemoragik sebelum diberikan intervensi
paling banyak pada kategori depresi
sedang yaitu 26 responden (78,8%) PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa
b. Tingkat depresi sesudah pemberian tabel 5.1 dan tabel 5.2 menunjukkan mayoritas
terapi musik klasik responden berusia antara 61-70 sebanyak 13
responden (39,5%) dan berjenis kelamin laki-
Tabel 5.4 laki yaitu sebanyak 19 responden dengan
Distribusi Frekuensi Responden persentase 57,6%.
Berdasarkan Tingkat Depresi
Pasien Stroke Non Hemoragik Sesudah
Intervensi di RSUD Salatiga Pada usia 61-70 tahun merupakan masa
(n=33) penyesuaian terhadap menurunnya kekuatan
dan kesehatan, serta masa pensiun dan
Presentase berkurangnya penghasilan (Santrock, 2003,
No Tingkat Depresi Frekuensi hlm. 27).
(%)
1. Normal 9 27,3
2. Depresi ringan 24 72,7 Dengan bertambahnya usia, terjadi proses
Total 33 100,0 penuaan secara degeneratif yang akan
berdampak pada perubahan pada diri manusia.
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa tingkat Proses yang disebut sebagai arteriosklerosis
depresi pada pasien stroke non
atau pengapuran dinding pembuluh darah
hemoragik sesudah diberikan intervensi
paling banyak pada kategori depresi dapat terjadi dimana-mana dan akan berlanjut
ringan yaitu 24 responden (72,7%). menjadi proses yang menghambat aliran darah
yang pada suatu saat dapat menutup pembuluh
darah. Pada tahap awal gangguan dari dinding
pembuluh darah yang menyebabkan

Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan ...... (Y. Murtisari, 2014 ) 5
elastisitasnya berkurang akan memacu jantung responden (37,5%). Jenis kelamin yang paling
bekerja lebih keras karena terjadi hipertensi. banyak menderita stroke non hemoragik yaitu
Selanjutnya bila terjadi sumbatan, maka laki-laki sebanyak 19 responden (59,4%)
jaringan yang dialiri zat asam oleh pembuluh dibandingkan dengan perempuan sebanyak 13
darah ini akan rusak/mati, hal inilah yang responden (40,6%).
disebut infark. Bila kejadian ini terjadi di otak,
maka akan terjadi stroke (Azizah, 2011, hlm. Berdasarkan tabel 5.3, menunjukkan bahwa
26). tingkat depresi sebelum pemberian terapi
musik klasik terjadi pada depresi tingkat
Laki-laki lebih banyak terkena stroke daripada sedang sebanyak 26 responden (78,8%) dan
wanita, yaitu mencapai kisaran 1,25 kali lebih depresi tingkat parah sebanyak 7 orang
tinggi. Namun anehnya justru lebih banyak (21,2%).
wanita yang meninggal dunia karena stroke.
Hal ini disebabkan pria umumnya terkena Depresi pada stroke terjadi karena sumbatan
serangan stroke pada usia muda, sedangkan atau pecahnya pembuluh darah di otak yang
wanita pada usia yanng sudah tinggi (tua) menyebabkan jalur komunikasi ke daerah otak
(Wiwit, 2010, hlm. 23). tersebut menjadi terhambat. Yang biasanya
terkena pada pasien stroke adalah bagian otak
Laki-laki cenderung menganut gaya hidup yang mengatur fungsi perasaan dan gerakan
merokok yang dapat merusak lapisan dari pasien sehingga yang terlihat pada diri
pembuluh darah. Dari hasil berbagai penelitian penderita stroke adalah kesulitan dalam
diketahui bahwa orang-orang yang merokok melakukan gerakan akibat lumpuhnya tubuh
ternyata memiliki kadar fibrinogen darah yang sebagian dan gangguan suasana perasaan dan
lebih tinggi dibanding orang yang tidak tingkah laku. Selain itu juga karena adanya
merokok. Peningkatan kadar fibrinogen ini ketidakmampuan dalam melakukan sesuatu
dapat mempermudah terjadinya penebalan yang biasanya dikerjakan sebelum terkena
pembuluh darah sehingga pembuluh darah stroke. Hal ini terkadang menyebabkan pasien
menjadi sempit dan kaku. Dengan demikian, menjadi merasa dirinya tidak berguna lagi
dapat menyebabkan gangguan aliran darah. karena banyaknya keterbatasan yang ada
Merokok bukan hanya menjadi faktor pemicu dalam diri pasien akibat penyakitnya itu
penyakit stroke namun juga merupakan faktor (Andri, 2010, ¶ 9).
pemicu dari penyakit jantung koroner dan
penyakit lainnya juga. Seperti yang diketahui, Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
asap rokok mengandung lebih dari seribu dilakukan oleh Banowati (2011) yang
macam zat kimia berbahaya misalnya seperti mengatakan bahwa angka kecacatan pasien
tar, nikotin, karbonmonoksida, dan sebagainya. hemiparese sekitar 50 - 60% dari pasien yang
Merokok menyebabkan aliran darah di dalam menderita stroke. Seperlima sampai sepertiga
tubuh menjadi lebih lambat menyebabkan dari mereka mengalami cacat menahun dan tak
darah menjadi lebih cepat menggumpal, dan dapat kembali normal seperti sebelum sakit.
mendorong terjadinya aterosklerosis pada Keadaan ini dapat menimbulkan berbagai
pembuluh darah, otak dan juga jantung akibat sampingan seperti keadaan stres,
(Saraswati, 2009, ¶3). frustrasi, keadaan ansietas dan depresi, serta
menurunnya semangat hidup.
Hal tersebut didukung oleh penelitian yang
dilakukan Napitupulu dan Yando (2011) yang Kondisi depresi pada penderita stroke juga bisa
menyebutkan bahwa usia paling tinggi terjadi karena faktor neurobiologik atau faktor
menderita stroke non hemoragik adalah psikologik. Faktor neurobiologik yaitu
kelompok usia > 50 tahun yaitu sebanyak 20 kerusakan anatomik dan vaskularisasi di otak
responden (62,5%) dibandingkan dengan yang menyebabkan ketidakseimbangan
kelompok usia ≤ 50 tahun yaitu sebanyak 12

6 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. … No. …


neurotransmitter yang langsung menyebabkan Menurut Andri (2010, ¶12), pasien yang
gangguan perilaku dan emosional atau depresi. mengalami depresi parah sering mengalami
Sedangkan faktor psikologik yaitu stressor kehilangan berat badan yang bermakna tanpa
yang bersifat “kehilangan”. Bila kedua faktor diet (penurunan berat badan lebih dari 5%
berpengaruh bersama-sama, maka depresi akan berat badan dalam sebulan), berkurangnya
menjadi lebih berat (Wicaksana, 2008, hlm. nafsu makan hampir setiap hari, insomnia atau
20). hipersomnia, malas melakukan sesuatu, mudah
merasa lelah atau kehilangan energi, pemikiran
Keparahan dari depresi yang mengikuti stroke yang terus menerus tentang kematian (bukan
ditentukan juga oleh beberapa faktor, antara hanya ketakutan akan mati) juga munculnya
lain lokasi dari lesi di otak, adanya riwayat ide-ide bunuh diri yang berulang kali . Secara
keluarga yang mengalami depresi dan fungsi klinis diagnosis gangguan depresi dipenuhi
sosial sebelum terserang stroke. Pasien yang bila 5 dari gejala di atas dialami oleh pasien
selamat dari serangan stroke namun menderita dan telah berlangsung lebih dari dua minggu.
depresi terutama depresi berat biasanya akan
lebih sulit diminta kepatuhannya dalam Diagnosis dan terapi depresi yang tepat pada
berobat, pasien juga menjadi lebih mudah pasien stroke dapat memperbaiki penyakit
marah dan tersinggung serta dapat berubah stroke dengan meningkatkan status medisnya,
kepribadiannya (Andri, 2010, ¶ 6-7). meningkatkan kualitas hidupnya dan
mengurangi kesakitan dan ketidak
Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian berdayaannya. Pengobatan depresi juga dapat
yang dilakukan oleh Ratnasari (2012) yang memperpendek proses rehabilitasi yang
menyebutkan bahwa pasien stroke sebanyak 12 akhirnya menuju percepatan dari proses
responden paling banyak mengalami depresi penyembuhan. Proses ini juga akan
tingkat sedang (60%) dan sebanyak 9 mengurangi biaya perawatan yang dikeluarkan
responden mengalami ADL (Activity Day dalam pengobatan pasien stroke (Andri, 2010,
Living) dengan kategori sangat tergantung ¶6).
(45%). Dimana uji korelasi Spearman Rank
sebesar 0,499 sehingga dinyatakan ada Tatalaksana depresi adalah bagian yang tidak
hubungan yang signifikan antara depresi dan terpisahkan dari tatalaksana stroke secara
ADL pada pasien stroke. keseluruhan. Salah satu upaya untuk mengatasi
depresi pada penderita storke dengan terapi
Gejala depresi pada stroke sama halnya dengan alternatif untuk menurunkan depresi pada
yang dirasakan oleh pasien biasa. Pasien yang pasien stroke yaitu dengan memberikan terapi
mengalami depresi tingkat sedang mengalami musik.
kehilangan minat dan kegembiraan,
berkurangnya energi yang menuju Hal ini didukung oleh penelitian yang
meningkatnya keadaan mudah lelah dan dilakukan oleh Eddyanto (2003), didapatkan
menurunnya aktivitas, konsentrasi dan perbedaan yang bermakna penurunan intensitas
perhatian kurang, harga diri dan kepercayaan depresi 20% dari nilai awal untuk kelompok
diri yang kurang, gagasan tentang rasa bersalah perlakuan mendengarkan musik Mozart
dan tidak berguna, pandangan masa depan dibandingkan kelompok pembanding (kontrol)
yang suram dan pesimis, lamanya gejala (p=0,013) dan penurunan intensitas depresi
minimum sekitar 2 minggu, mengadaptasi 14% dari nilai awal untuk kelompok karawitan
kesulitan untuk meneruskan kegiatan sosial dibandingkan dengan kelompok pembanding
pekerjaan dan urusan rumah tangga (Azizah, (p=0,034).
2011, hlm. 67).

Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan ...... (Y. Murtisari, 2014 ) 7
Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa sosial yang biasa dilakukan (Azizah, 2011,
tingkat depresi pada pasien stroke non hlm. 67).
hemoragik sesudah diberikan intervensi terjadi
pada kategori depresi ringan yaitu 24 Hal ini didukung oleh penelitian yang
responden (72,7%) dan normal sebanyak 9 dilakukan Nuralita (2012), dari penelitian
orang (27,3%). didapatkan proporsi simtom depresif pada
pasien pasca stroke sebanyak 79.5%, dan lebih
Hal ini menunjukkan bahwa responden banyak dijumpai berupa sindrom depresif
mengalami penurunan setelah diberikan terapi ringan. Sedangkan responden yang mengalami
musik. Setelah diberikan terapi musik klasik penurunan menjadi normal, mereka memiliki
responden terlihat lebih tenang, rileks, dan koping sistem yang baik serta dukungan
bersemangat. Pemberian intervensi terapi keluarga yang kuat sehingga efek terapi musik
musik klasik pada pasien stroke non hemoragik klasik mampu diserap otak dengan baik dan
memberikan pengaruh terhadap penurunan tingkat depresi dapat turun menjadi normal.
tingkat depresi. Hal tersebut terjadi karena
adanya penurunan hormon adrenokortikotropik Hal tersebut didukung oleh penelitian
(ACTH) yang merupakan hormon pemicu Primadita (2011) yang menyatakan bahwa
stres. Penurunan hormon ACTH menyebabkan mahasiswa yang sedang menghadapi skripsi
seseorang menjadi rileks dan tenang (Djohan, sebelum diberikan terapi musik klasik paling
2005). banyak mengalami depresi tingkat sedang
sebanyak 15 responden (48%) dan setelah
Intervensi musik juga dapat mempengaruhi diberikan terapi musik klasik mengalami
aktivitas sistem saraf otonom tubuh dengan penurunan tingkat depresi menjadi normal
klasik seperti munculnya beberapa respon yang sebanyak 11 responden (35%). Selain dengan
bersifat spontan, misalnya mengetukkan jari. adanya terapi musik yang memiliki manfaat
Musik juga dapat mempengaruhi pernafasan, efek mozart, refreshing, motivasi,
denyut jantung, denyut nadi, tekanan darah, perkembangan kepribadian, terapi serta
mengurangi ketegangan otot, memperbaiki komunikasi, penurunan depresi juga dapat
gerak dan kordinasi tubuh, memperkuat terjadi dengan adanya dukungan dari keluarga.
ingatan, meningkatkan produktivitas suhu Perjalanan penyakit yang kronis, dan
tubuh, serta mengatur hormon-hormon yang perawatan di rumah sakit yang berulang dapat
berkaitan dengan stres. Sedangkan secara menimbulkan gangguan emosional sehingga
psikologis, musik dapat membuat seseorang pasien memerlukan tempat untuk bicara,
menjadi lebih rileks, mengurangi stres, efektif, dukungan keluarga dan toleransi terhadap
efisien, dapat meningkatkan asmara dan ketidakmampuannya dan ketergantungannya.
seksualitas, menimbulkan rasa amandan Kritikan lingkungan atau lingkungan yang
sejahtera, melepas rasa gembira dan sedih, terlalu mencampuri privasi pasien dapat
menegaskan kemanusiaan bersama, dan memperlambat penyembuhan (Andri, 2010,
membantu serta melepaskan rasa sakit ¶14).
(Satiadarma, 2002 & Campbell, 2003).
Hal tersebut didukung oleh penelitian
Pada penelitian ini, setelah diberikan intervensi Primasari (2011) yang menunjukkan adanya
terjadi penurunan tingkat depresi paling hubungan antara dukungan keluarga dengan
banyak pada tingkat depresi ringan. Pada tingkat depresi penderita stroke dengan nilai
dasarnya yang dirasakan pasien dengan tingkat korelasi Spearman (r) penelitian sebesar -0,636
depresi ringan hampir sama dengan pasien dan hal tersebut menunjukkan bahwa semakin
tingkat depresi sedang, hanya saja terdapat tinggi dukungan keluarga, maka semakin
perbedaan pada lama gejala yang berlangsung rendah tingkat depresi pada penderita stroke.
kurang dari 2 minggu saja dan hanya memiliki Sayangnya terkadang depresi pasca stroke
sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan seringkali tidak terdiagnosis atau dianggap

8 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. … No. …


sebagai reaksi yang tidak terelakkan dari kecepatan dan volumenya berbeda-beda.
serangan stroke. Seharusnya depresi dilihat Gelombang suara bergerak melalui rongga
sebagai suatu hal yang tidak wajar dan telinga luar yang menyebabkan membran
ditatalaksana secara optimal bersamaan dengan timpani bergetar. Getaran-getaran tersebut
tatalaksana untuk strokenya (Andri, 2010, ¶8). selanjutnya diteruskan menuju inkus dan
stapes, melalui maleus yang terkait pada
Berdasarkan hasil pengukuran tingkat depresi membran tersebut. Karena gerakan-gerakan
sebelum pemberian terapi musik klasik, 26 yang timbul pada setiap tulang ini sendiri,
responden mengalami depresi tingkat sedang tulang-tulang tersebut memperbesar getaran
(78,8%) dan 7 responden mengalami depresi yang kemudian disalurkan melalui fenestra
tingkat parah (21,2%). Sedangkan sesudah vestibular menuju perilimfa. Getaran perilimfa
pemberian terapi musik klasik didapatkan hasil dialihkan melalui membran menuju endolimfa
9 responden normal atau sudah tidak dalam saluran koklea, dan rangsangan
mengalami depresi (27,3%) dan 24 responden mencapai ujung-ujung akhir saraf dalam organ
mengalami depresi tingkat ringan (72,7%). Corti untuk kemudian diantarkan menuju otak
Analisis uji Wilcoxon menunjukkan nilai P = oleh nervus auditorius (Pearce, 2009)
0,000 (< 0,05) maka Ha diterima dan Ho
ditolak yang artinya ada pengaruh pemberian Musik akan diterima langsung oleh Talamus,
terapi musik klasik terhadap penurunan tingkat yaitu suatu bagian otak yang mengatur emosi,
depresi pada pasien stroke non hemoragik. sensasi, dan perasaan, tanpa terlebih dahulu
dicerna oleh bagian otak yang berpikir
Menurut Eka (2011, ¶16), terapi musik mengenai baik-buruk maupun intelegensia.
memberikan kesempatan bagi tubuh dan Kemudian Hipotalamus mempengaruhi
pikiran untuk mengalami relaksasi yang struktur basal “forebrain” termasuk sistem
sempurna. Dalam kondisi relaksasi (istirahat) limbik. Hipotalamus merupakan pusat saraf
yang sempurna, seluruh sel dalam tubuh akan otonom yang mengatur fungsi pernapasan,
mengalami re-produksi, penyem buhan alami denyut jantung, tekanan darah, pergerakan otot
berlangsung, produksi hormon tubuh usus, fungsi endokrin, memori, dan lain-lain.
diseimbangkan dan pikiran mengalami Melalui axon neuron secara difusi
penyegaran. Mendengarkan musik secara mempersarafi neokorteks (Rusli, 2013).
teratur membantu tubuh relaks secara fisik dan
mental, sehingga membantu menyembuhkan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
dan mencegah rasa sakit. Bagi para penderita oleh peneliti, tingkat depresi pada pasien
nyeri kronis akibat suatu penyakit, terapi stroke setelah diberikan terapi musik klasik
musik terbukti membantu mengatasi rasa sakit. mengalami penurunan paling banyak menjadi
di tingkat ringan. Sesuai dengan kriteria
Musik memiliki kekuatan untuk mengobati evaluasi yang diharapkan, pasien tidak
penyakit dan meningkatkan kemampuan mengalami depresi dan stres, pasien tidak
pikiran seseorang. Ketika musik diterapkan mengalami insomnia, pasien tidak mengalami
menjadi sebuah terapi, musik dapat kesepian, pasien tidak mengalami kejenuhan
meningkatkan, memulihkan, dan memelihara dan raut wajah pasien tampak segar dan bugar
kesehatan fisik, mental, emosional, sosial dan (Setyoadi & Kushariyadi, 2011, hlm.45).
spiritual. Hal ini disebabkan musik memiliki
beberapa kelebihan, yaitu karena musik Menurut Turana (2006) dalam Setyoadi dan
bersifat nyaman, menenangkan, membuat Kushariyadi (2011, hlm.43), dianjurkan agar
rileks, berstruktur, dan universal (Eka, 2011, memilih lagu dengan tempo sekitar 60 ketukan
¶1). per menit yang bersifat rileks. Jika temponya
terlalu cepat maka secara tidak sadar stimulus
Suara ditimbulkan akibat getaran atmosfer yang masuk akan membuat kita mengikuti
yang dikenal sebagai gelombang suara yang irama tersebut sehingga tidak mencapai

Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan ...... (Y. Murtisari, 2014 ) 9
keadaan istirahat yang optimal. Musik klasik depresi. Menurut beberapa ahli yang telah
sering kali menjadi acuan untuk terapi musik, mempelajari dampak musik pada suasana hati,
diantaranya adalah karya Mozart. Hampir ada tiga cara yang dilakukan musik untuk
semua karya Mozart memiliki nada-nada mengurangi depresi: pengalih perhatian
dengan frekuensi tinggi, rentang nada luas dan ,membangkitkan semangat, membuat merasa
tempo yang dinamis. dimengerti.

Irama pada musik klasik memiliki nada-nada Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
yang bervariasi, terkadang dari lambat ke cepat dilakukan oleh Primadita (2011) yang
dan kadang sebaliknya. Musik klasik juga menyatakan hasil uji perbedaan tingkat stres
mempunyai kategori frekuensi alfa dan theta sebelum dan sesudah dilaksanakan terapi
5000-8000 Hz. Frekuensi tersebut dapat musik diperoleh hasil perhitungan dengan nilai
merangsang tubuh dan pikiran menjadi rileks p value > 0,05 yang menunjukkan terdapat
sehingga merangsang otak menghasilkan perbedaan yang bermakna antara tingkat stres
hormon serotonin dan endorfin yang sebelum dan sesudah dilaksanakan terapi
menyebabkan tubuh menjadi rileks dan musik klasik.
membuat detak jantung menjadi stabil. Hal
inilah yang mendukung otak dapat SIMPULAN
berkonsentrasi dengan optimal dalam Berdasarkan hasil penelitian yang telah
membangun jaringan-jaringan sipnasis dengan dilakukan pada 33 responden penderita stroke
lebih baik (Irawaty, 2013, ¶10). non hemoragik di ruang rawat inap RSUD
Salatiga, dapat ditarik kesimpulan sebagai
Intervensi menggunakan terapi musik dapat berikut :
mengubah ambang otak yang dalam keadaan 1. Kelompok usia di RSUD Salatiga yang
stres menjadi lebih adaptif secara fisiologis dan paling banyak menderita penyakit stroke
efektif. Musik tidak membutuhkan otak untuk non hemoragik adalah pada kelompok usia
berpikir maupun menginterpretasi, tidak pula antara 61-70 (39,5%) sebanyak 13
dibatasi oleh fungsi intelektual maupun pikiran responden. Paling banyak diderita oleh laki-
mental. Musik tidak memiliki batasan-batasan laki sebanyak 19 responden (57,6%).
sehingga begitu mudah diterima organ 2. Tingkat depresi sebelum pemberian terapi
pendengaran. Musik dapat pula beresonansi musik klasik adalah paling banyak 26
dan bersifat naluriah sehingga dapat langsung responden (78,8%) mengalami depresi
masuk ke otak tanpa melalui jalur kognitif tingkat sedang.
(Setyoadi & Kushariyadi, 2011, hlm.43). 3. Tingkat depresi sesudah pemberian terapi
musik klasik adalah paling banyak 24
Menurut Miradi (2012, ¶1), suasana hati responden (72,7%) mengalami penurunan
mampu mempengaruhi pemikiran, dan hal depresi di tingkat ringan.
tersebut akan berdampak pada ativitas. Salah 4. Hasil analisis uji Wilcoxon untuk tingkat
satu hal yang paling penting untuk mengangkat depresi sebelum dan sesudah intervensi
suasana hati adalah dengan cara mengurangi menunjukkan nilai P = 0,000 (< 0,05),
depresi yang dialami. Menurut laporan sebuah artinya ada pengaruh pemberian terapi
studi dalam jurnal Terapi Pelengkap, musik musik klasik terhadap penurunan tingkat
ternyata mampu meredakan depresi. Musik depresi pada pasien stroke non hemoragik.
dapat mengubah suasana hati yang sedang
buruk menjadi lebih baik. Para peneliti
di National University of Singapore melakukan
penelitian terhadap efek musik pada telinga,
dan menemukan bahwa dengan memainkan
lagu favorit walaupun hanya seminggu sekali,
ternyata dapat membantu mengurangi gejala

10 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. … No. …


SARAN Meningkatkan Semangat Hidup Pasien
1. Sebagai perawat hendaknya kita mengkaji Hemiparese. Universitas Indonesia
pasien stroke tidak hanya dari fisiknya saja,
tetapi juga mengkaji psikisnya agar kita Campbell, D. (2003). Efek Mozart,
mengetahui pasien tersebut disertai depresi Memanfaatkan Kekuatan Musik untuk
atau tidak. Mempertajam Pikiran, Meningkatkan
2. Melakukan terapi musik klasik sendiri di Kreativitas dan Menyehatkan Tubuh.
rumah pasca pulang dari rumah sakit sangat Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
baik untuk penderita pasca stroke, karena
perawatan di rumah biasanya tingkat Dewanto, G.,, et al. (2009). Panduan Praktis
emosional penderita lebih tinggi daripada di Diagnosis & Tata Laksana Penyakit
rumah sakit. Syaraf. Jakarta: EGC
3. Dukungan keluarga yang kuat mampu
mempercepat pemulihan pasien stroke. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Keluarga dapat memotivasi penderita stroke (2012). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
untuk rutin melakukan terapi musik klasik Tengah.http://www.dinkesjatengprov.go
demi kesembuhan. .id/dokumen/2013/SDK/Mibangkes/prof
4. Untuk peneliti selanjutnya, dapat dianalisis il2012/BAB_I-VI_2012_fix.pdf.
lebih lanjut tentang faktor-faktor yang diperoleh tanggal 5 Januari 2014
mempengaruhi tingkat depresi pada pasien
stroke serta fisiologi depresi secara umum Dinata, C.A., Safrita, Y., & Sastri, S. (2012).
sehingga dapat memperkuat hasil Gambaran Faktor Resiko dan Tipe
penelitian. Stroke pada Pasien Rawat Inap
dibagian Penyakit Dalam RSUD
DAFTAR PUSTAKA Kabupaten Solok Selatan. Fakultas
Andri. (2010). Depresi Pasca Stroke. Kedokteran Universitas Andalas
http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwa
an /2010/10/29/depresi-pasca-stroke- _______. (2006). Terapi Musik Teori &
307087.html diperoleh tanggal 5 Mei Aplikasi. Yogyakarta: Galangpress
2013
Eddyanto. (2003). Pengaruh Musik terhadap
Anna, L.K. (2012). Pasca Stroke Pria Rentan Intensitas Depresi Tahanan di Rumah
Depresi. Tahanan Negara Kelas I Surakarta.
http://health.kompas.com/read/2012/09/ Universitas Sebelas Maret
14/13274725/Pascastroke.Pria.Rentan.D
epresi diperoleh tanggal 1 Juni 2014 Eka, E. (2011). Mengenal Terapi Musik.
http://www.terapimusik.com/terapimusi
Azizah, L.M. (2011). Keperawatan Lanjut k.htm. diperoleh tanggal 23 April 2013
Usia. Yogyakarta : Graha Ilmu
Hidayat, A. (2009). Metode Penelitian
Bali Post. (2010). Depresi dan Stroke Saling Kebidanan & Teknik Analisis Data.
Berhubungan. Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika
http://www.balipost.co.id/mediadetail.ph
p?module=detailberitaminggu&kid=24 Indriyani, W.N. (2009). Deteksi Dini Kolestrol,
&id=35486 diperoleh tanggal 15 Januari Hipertensi & Stroke. Milestone
2014
Irawaty, J. (2013). Mengapa Harus Musik
Banowati, L. (2011). Psikoterapi Suportif Klasik yang Dijadikan Terapi?
sebagai Teknik untuk Menurunkan
Derajat Depresi dan Ansietas serta

Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan ...... (Y.Murtisari, 2014) 11
http://www.deherba.com/terapi-musik- Pasiak, T. (2009). Unlimited Potency of The
klasik-rahasia-anak-jenius.html Brain: Kenali dan Manfaatkan
#ixzz2niZXWG28 diperoleh tanggal 15 Sepenuhnya Potensi Otak Anda yang
Januari 2014 Tak Terbatas. Bandung : Mizan Pustaka

Judha, M., & Rahil, N.H. (2011). Sistem Pearce, E.C. (2009). Anatomi dan Fisiologi
Persarafan dalam Asuhan Keperawatan. untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia
Yogyakarta: Gosyen Publishing Pustaka Utama

Mahendra, B. (2012). Atasi Stroke dengan Pieter, H., & Lubis, N.L. (2010). Pengantar
Tanaman Obat. Depok : Penebar Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta:
Swadaya Kencana
Primadita, A. (2011). Efektifitas Intervensi
Miradi, E. (2012). Lawan Depresi Dengan Terapi Musik Klasik terhadap Stress
Musik! dalam Menyusun Skripsi pada
http://kesehatan.segiempat.com/psikolog Mahasiswa PSIK Undip Semarang.
i/lawan-depresi-dengan-musik/ Universitas Diponegoro
diperoleh pada tanggal 18 Januari 2013
Primasari, V.O. (2011). Hubungan Dukungan
Muttaqin, A. (2008). Pengantar Asuhan Keluarga dengan Tingkat Depresi
Keperawatan Klien dengan Gangguan Penderita Stroke di Wilayah Kerja
Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Puskesmas Ambulu Kabupaten Jember.
Medika Universitas Jember

Napitupulu., & Yando, E. (2011). Pengaruh Pudiastuti, R.D. (2011). Penyakit Pemicu
Kadar Glukosa Darah Sewaktu Stroke; Dilengkapi dengan Posyandu
terhadap Keluaran Neurologik pada Lansia dan Posbindu PTM. Yogyakarta
Penderita Stroke Iskemik Fase Akut : Nuha Medika
Nondiabetik. Universitas Diponegoro
Ratnasari, P. (2012). Hubungan Antara
Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Tingkat Ketergantungan Activity Daily
Penelitian Kesehatan. Edisi 3. Jakarta: Living (ADL) dengan Depresi pada
PT. Rineke Cipta Pasien Stroke di RSUD Tugurejo
Semarang. Sekolah Tinggi Ilmu
Nur, I. (2013). Gambaran Tingkat Depresi Kesehatan Telogorejo
pada Lansia di Dusun Saukeng Desa
Singa Kecamatan Herlang Kabupaten Rudianto, S. (2010). Stroke & Rehabilitasi
Bulukumba. Universitas Indonesia Pasca – Stroke. Jakarta: PT Bhuana
Timur Ilmu Populer

Nuralita, N.S. (2012). Gambaran Simtom Rusli, S.W. (2013). Cara Musik
Depresif pada Pasien Pasca Stroke Mempengaruhi Otak.
dengan Menggunakan Skala Penilaian http://www.kilasinfo.com/2013/09/cara-
Beck Depression Inventory (BDI). musik-mempengaruhi-otak.html
Universitas Sumatra Utara diperoleh tanggal 27 Mei 2014

Paramita, S. (2013). Hubungan Usia Lanjut


dengan Kejadian Depresi pada Pasien
Pasca Stroke di RSUD Dr Moewardi
Solo. Universitas Sebelas Maret

12 Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. … No. …


Santoso, S., & Ismail, A. (2009). Memahami http://www.usu.go.id diperoleh tanggal
Krisis Lanjut Usia: Uraian Medis dan 25 April 2013
Pedagogis-Pastoral. Jakarta : Gunung
Mulia ________. (2009) . Perbedaan Depresi pada
Pasien Dispepsia Fungsional dan
Santrock, J.W. (2003). Adolescence Dispepsia Organik. http: //
Perkembangan Remaja. Jakarta : www.usu.go.id diperoleh tanggal 26 Mei
Erlangga 2014

Saraswati, S. (2009). Penyebab Stroke. Tarwoto., Wartonah., Suryati., & Eros, S.


http://penyebabstroke.com/. Diperoleh (2007). Keperawatan Medikal Bedah
tanggal 21 Mei 2014 Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta:
Sagung Seto
Satiadarma, M. (2002). Terapi Musik. Jakarta: Wicaksana, I. (2008). Mereka Bilang Aku Sakit
Milenia Populer Jiwa Refleksi Kasus-Kasus Psikiatri dan
Problematika Kesehatan Jiwa di
Setyoadi., & Kushariyadi. (2011). Terapi Indonesia. Yogyakarta : Kanisius
Modalitas Keperawatan pada Klien
Psikogeriatrik. Jakarta :Salemba Medika Wiwit, S. (2010). Stroke & Penanganannya :
Memahami, Mencegah & Mengobati
Stroke. Jogjakarta: Katahati
Sianturi. (2006). Pengertian Depresi.
http://www.psycholovegy.com/2012/05/ Yuliami, R. (2006). Pengaruh Depresi pada
pengertian-depresi.html diperoleh Awal Stroke (Minggu I) terhadap Waktu
tanggal 26 April 2013 Perbaikan Defisit Neurologis Penderita
Stroke Non Hemoragik. Universitas
Sindo. (2012). Depresi Pasca Stroke & Diponegoro
Pengobatannya.
http://health.okezone.com/read/2012/01/
19/482/559866/depresi-pascastroke-
pengobatannya. diperoleh tanggal 19
Januari 2014

Suhartini. (2008). Effectiveness of Music


Therapy Toward Reducing Patient’s
Anxiety in Intensive Care Unit. Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro

Suyanto., & Salamah, U. (2009). Riset


Kebidanan. Edisi 4. Yogyakarta: Mitra
Cendika Press

Suryana, D. (2012). Terapi Musik. Ebook


Therapy

Tarigan, C., & Julita. (2003). Perbedaan


Depresi pada Pasien Dispepsia
Fungsional dan Dispepsia Organik.

Pengaruh Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan ...... (Y. Murtisari, 2014 ) 13

Anda mungkin juga menyukai