Anda di halaman 1dari 9

PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN ANSIETAS PADA PASIEN GAGAL

JANTUNG KONGESTIF
ABSTRAK
Penyakit kardiovaskular seperti gagal jantung kongestif memiliki prevalensi yang tinggi yang dapat
disebabkan oleh perubahan pola hidup pada masyarakat urban. Kenaikan prevalensi penyakit
kardiovaskular berhubungan dengan proses urbanisasi yang progresif dan globalisasai dari pola hidup
tidak sehat yang ada pada masyarakat urban atau perkotaan. Tanda klinis yang muncul serta proses
hospitalisasi dapat menjadi salah satu faktor munculnya masalah psikososial pada pasien gagal jantung
kongestif. Masalah psikososial yang sering ditemukan adalah ansietas. Penulisan karya ilmiah ini
beretujuan memberikan analisis mengenai asuhan keperawatan ansietas pada pasien gagal jantung
kongestif. Intervensi yang dianalisis meliputi relaksasi napas dalam, hipnosis lima jari, distraksi
sosialisasi dan pemberian informasi. Evaluasi tindakan menunjukan bahwa lebih banyak tanda gejala
yang menghilang saat memberikan kombinasi tarik napas dalam dan hipnosis lima jari selama lima
hari perawatan. Klien menunjukan respon yang jauh lebih tenang setelah diberikan intervensi
pemberian informasi.

Kata kunci: Gagal Jantung Kongestif; Ansietas

APPLICATION OF ANSIETAS NURSING CARE IN CONESTIVE FAILURE


PATIENTS

ABSTRACT
Cardiovascular diseases such as congestive heart failure have a high prevalence which can be caused
by changes in lifestyle in urban communities. The increase in the prevalence of cardiovascular disease
is associated with a progressive and globalisation process of urbanization from unhealthy lifestyles
that exist in urban or urban communities. Clinical signs that appear and the hospitalization process
can be one factor in the emergence of psychosocial problems in patients with congestive heart failure.
Psychosocial problems that are often found are anxiety. The writing of this scientific paper is agreed
to provide an analysis of anxiety nursing care in patients with congestive heart failure. The
interventions analyzed included relaxation of deep breath, five-finger hypnosis, distraction of
information dissemination and information. Action evaluation shows that more signs of symptoms
disappear when giving a combination of deep breathing and five-finger hypnosis for five days of
treatment. Clients show a much calmer response after being given an information giving intervention.

Keywords: Congestive Heart Failure; Anxiety Menurut WHO (2013) estimasi kematian
karena penyakit tidak menular mencapai sekitar
PENDAHULUAN 60% di Indonesia. Salah satunya adalah
Masyarakat perkotaan memiliki karakter penyakit kardiovaskular adalah gagal jantung
khusus yang menjadikannya berbeda dengan kongestif (congestive heart failure/CHF).
kelompok masyarakat di pedesaan. Beberapa Gagal jantung termasuk pada delapan penyakit
karakter pembeda dari kedua kelompok ini tidak menular terbanyak yang terjadi di
diantaranya jumlah kepadatan penduduk, Indonesia (Riskesdas, 2013).
lingkungan hidup, mata pencaharian, corak
kehidupan sosial. Pada masyarakat perkotaan, Urbanisasi menjadikan individu – individu
karakter ini dipengaruhi dengan pesatnya mengubah kebiasaan memasak secara
perkembangan informasi, perubahan pola pikir tradisional menjadi makanan cepat saji dan
dan juga budaya. Salah satu hal penting yang tinggi proses yang memiliki kadar gula, garam,
terkena dampak dari perubahan pola hidup lemak jenuh dan tak jenuh yang tinggi (World
adalah kesehatan. Masyarakat dengan pola Heart Foundation, 2012). Selain itu, aktivitas
hidup yang tidak sehat secara signifikan fisik atau olahraga yang sudah jarang dilakukan
diketahui memiliki kondisi fisik dan mental
yang lebih buruk (Pisinger, 2009).
74
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 74 - 82, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
karena kepadatan aktivitas dapat menjadi faktor kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari –
pemicu munculnya masalah kesehatan. hari. Hal ini tentunya berkaitan dengan
munculnya gejala atau tanda klinis dari pasien
Gagal jantung kongestif merupakan masalah gagal jantung kongestif yang sering mengalami
mayor kesehatan masyarakat dengan prevalensi hambatan dalam beraktivitas dan merasakan
sebanyak sekitar 23 juta kejadian di dunia (Bui, gejala fisik yang memicu munculnya ansietas.
2011). Prevalensi gagal jantung di Indonesia
secara jelas belum diketahui. Namun Karya tulis ini memaparkan proses keperawatan
berdasarkan Riskesdas (2013) sebanyak 0.13 dan analisis terhadap intervensi yang telah
persen berdasarkan diagnosis dokter dan 0.3 diberikan pada Tn.W pasien gagal jantung
persen berdasarkan diagnosis dan gejala. Di dengan ansietas. Mahasiswa telah memberikan
provinsi Jawa barat, sebesar 0.3% prevalensi beberapa intervensi keperawatan untuk
gagal jantung di dapat dari diagnosis dokter dan mengatasi ansietas pada Tn.W.
munculnya gejala. prevalensi pada masyakarat Selanjutnya, dalam karya tulis ini akan dibahas
perkotaan diketahui lebih tinggi dibandingkan lebih mendalam mengenai analisis intervensi
dengan kejadian pada masyarakat pedesaan keperawatan yang telah diberikan pada Tn. W
yaitu sebanyak 0.2 persen berbanding 0.1 untuk mengatasi masalah psikososial ansietas.
persen (riskesdas, 2013).Menurut hasil survey
ruang gayatri, kejadian perawatan pasien METODE
dengan gagal jantung kongestif sendiri di ruang Karya ilmiah ini memberikan analisis proses
gayatri dari bulan januari – mei 2015 terdapat keperawatan psikososial secara komprehensif
sebanyak 32 orang. pada satu kasus pasien kelolaan selama praktek
di Ruang Gayatri RSMM – Bogor. Kasus yang
Gejala – gejala yang muncul seringkali diangkat adalah masalah psikososial ansietas
berpengaruh pada kondisi psikologis pasien pada pasien gagal jantung dengan riwayat
sebagai contoh kecemasan, berduka dan masalah kesehatan fisik atau psikososial yang
ketidakberdayaan. klien dengan gagal jantung berkaitan dengan perubahan gaya hidup di
kongestif seringkali ditemukan memiliki perkotaan. Pengkajian keperawatan dilakukan
masalah ansietas serta depresi karena kondisi di awal dan digunakan untuk merumuskan
fisiknya tersebut (Australia Heart Foundation, analisis data. Salah satu diagnosa keperawatan
2011). Selain karena kondisi fisik yang yang ditegakan adalah ansietas. Tahapan
berubah, hospitalisasi juga dapat menjadi faktor selanjutnya adalah perumusan rencana asuhan
penyebab dari munculnya ansietas pada pasien keperawatan dan implementasi keperawatan.
gagal jantung kongestif. ilmu keperawatan Implementasi dilakukan sampai dengan hari
bersifat holistik memandang penyelesaian rawat terakhir pasien dan dievaluasi setiap
masalah secara biologis, psikologis, sosio dan harinya. Analisis dilakukan pada setiap
spiritual. hal ini memiliki arti bahwa pasien implementasi.
dengan masalah fisik seperti gagal jantung
kongestif tidak hanya harus diberikan HASIL
intervensi keperawatan secara fisik. di ruang Pengkajian dilakukan pada tanggal 9 Mei
gayatri, RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi pada 2015Klien adalah Tn. W, laki – laki dengan
praktik profesi keperawatan kesehatan usia 62 tahun. Klien masuk dengan diagnosis
masyarakat perkotaan tahun 2015, masalah medis Congestive Heart Failure (CHF) atau
psikososial paling banyak yang ditemukan gagal jantung kongestif, dispepsia, Diabetes
adalah ansietas. Mellitus II dan Atrial Fibrilation serta
Corronary Artery Disease (CAD). Klien
Ansietas merupakan perasaan kekhawatiran memiliki riwayat penyakit DM II dari mulai
yang tidak jelas dan menyebar dan berkaitan tahun 2012 dan telah melakukan pengobatan di
dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya poliklinik RSMM Bogor. Klien mengatakan
(Stuart, 2005). Beberapa tanda fisik yang bahwa tahu memiliki penyakit jantung
muncul adalah palpitasi jantung, nyeri dada, dideritanya saat Februari 2013. Tanda awal
sesak napas. Stuart (2005) menyebutkan bahwa gejala yang dirasakan adalah adanya nyeri dada
stresor pencetus dari ansietas adalah ancaman sampai dengan punggung setiap melakukan
terhadap integritas fisik seperti disabilitas aktivitas sehari – hari. Klien juga sering merasa
fisiologis yang terjadi atau penurunan sesak secara tiba – tiba. Pengobatan CAD dan

75
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 74 - 82, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
gagal jantung kongestif diberikan setiap kontrol informasi dan distraksi sosialisasi. Hari
ke RSMM. perawatan pertama klien diajarkan teknik
relaksasi napas dalam. Klien diajak berdiskusi
Alasan klien dibawa ke rumah sakit adalah mengenai masalah ansietas, tanda dan gejala
munculnya sesak dan perasaan ngos – ngosan yang biasa dirasakan klien, akibat dari ansietas
selama kurang lebih 3 hari. Hal ini dan faktor pemicu munculnya ansietas. Setelah
menyebabkan klien kesulitan tidur. Klien melakukan teknik relaksasi, klien menyatakan
merasakan dada seperti tertekan dan tidak lebih lega dan lebih mudah bernapas, denyut
mampu bergerak. Klien mengaku sebelum nadi reguler dan tekanan darah turun sebesa 10
dibawa ke rumah sakit klien tidak dapat mmHg. Klien menyebutkan lebih tenang.
beraktivitas dan hanya bisa duduk dengan
sesak. Nyeri sampai punggung. Tanda vital Hari kedua klien menyatakan telah melakukan
tekanan darah 130/90 mmHg, kecepatan nadi relaksasi napas dalam satu kali saat sebelum
72 kali per menit, suhu 36,2 C dan laju tidur namun kesulitan karena klien mengalami
pernapasan 23 kali per menit. Bunyi napas sesak, hari kedua klien diajarkan teknik
ronchi dan wheezing, taktil fremitus positif, hipnotis lima jari. Klien terlihat lebih tenang
sputum ada dengan warna putih dan sulit dan tersenyum, denyut nadi reguler, laju napas
dikeluarkan. Pada sistem kardiovaskuler bunyi dalam batas normal.
jantung gallop dan nadi perifer irreguler lemah
serta palpitasi. Pada ekstremitas tidak Hari ketiga klien mengeluh cemas karena
ditemukan edema. muncul ketakutan – ketakutan baik yang jelas
maupun tidak jelas. Klien mengeluh tidak tahu
Klien memiliki ketakuan akan di operasi seperti cara untuk mengatasi penyakitnya sehingga
adiknya. Ada perasaan kaget saat mengetahui tidak tahu harus berubah seperti apa.
memiliki penyakit jantung. Tn.W menyebutkan Ketidaktahuan ini menyebabkan klien gelisah.
kadang hal tersebut menjadi pikiran. Saat nyeri Intervensi yang ketiga adalah pemberian
dada datang atau sesak, klien merasakan informasi mengenai pola makan yang baik
ketakutan. Klien menyatakan takut tidak bisa untuk diabetes mellitus. Setelah diberikan
napas. Perasaan saat memikirkan penyakit terus informasi klien menyebutkan lebih senang dan
menerus adalah kondisi yang tidak nyaman, lega karena tahu apa saja hal yang bisa dirubah.
adanya kecemasan, nyeri semakin menjadi dan
bertambah sesak. Saat diajak berinteraksi, klien Hari keempat klien melakukan
mengalami penurunan konsentrasi, gangguan distraksi sosialisasi dengan menceritakan
perhatian dan mengaku tidak fokus. Ekspresi pengalaman – pengalaman membahagiakan.
wajah saat berbicara berubah – ubah kadang Klien mengaku senang mengingat hal yang lucu
terlihat tegang dan pandangan kosong. Kontak namun sedikit terpikirkan mengenai
mata klien kurang. Saat merasa cemas tidak ada penyakitnya karena sekarang klien sudah
yang dilakukan oleh klien. Hal ini juga tidak bisa banyak beraktivitas.
menimbulkan kebingungan pada klien. Klien
mengaku pengalihan saat stres di rumah tidak Hari kelima dilakukan evaluasi hipnotis lima
ada selain menonton televisi dan mengasuh jari. Klien mengaku hipnotis lima jari juga
cucu. Klien kesulitan saat mengidentifikasi dilakukan sebelum tidur berbarengan dengan
kegiatan sehari – hari yang menyenangkan bagi relaksasi napas dalam. Klien menyebutkan
klien. lebih tenang jika diawali dengan relaksasi
Aktivitas fisik seperti olahraga diakui Tn.W napas dalam karena kepala menjadi lebih
tidak dilakukan baik saat masih bekerja ringan.
ataupun setelah pensiun. Tn.W menyebutkan
kesulitan dalam melakukan pengaturan makan PEMBAHASAN
karena sebelum tahu memiliki Klien adalah Tn.W usia 62 tahun dengan
penyakit jantung dan gula, klien tidak pernah diagnosis medis gagal jantung kongestif, CAD,
membatasi makanan. AF, DM II. WHO (2010) menyebutkan bahwa
salah satu penyakit yang ada pada kondisi
Mahasiswa merumuskan diagnosis perkotaan adalah penyakit degeneratif seperti
keperawatan psikososial Tn.W adalah ansietas. penyakit kardiovaskuler (gagal jantung
Intervensi yang dilakukan adalah relaksasi kongestif, CAD, dan AF). Dari hasil pengkajian
napas dalam, hipnotis lima jari, pemberian
76
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 74 - 82, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
didapatkan bahwa klien selalu sarapan di memberikan kesempatan klien untuk
rumah namun untuk makan siang dan sore klien mengekspresikan diri, mengerti masalah klien
terbiasa membeli makanan di luar rumah. Klien dan mendampingi indentifikasi dan resolusi
menyebutkan tidak ada pantangan dalam dari masalah (Townsend, 2009). Mahasiswa
makan. Klien memiliki preferensi makanan juga melakukan beberapa hal yang selalu
gurih, jeroan, daging – dagingan. Sebagai dilakukan saat berinteraksi dengan pasien untuk
contoh, saat makan siang klien mengaku sering menurunkan ansietasnya. Hal yang dilakukan
membeli mie instan atau bakso di dekat adalah pendekatan yang tenang dan
tempatnya bekerja dengan frekuensi rata – rata meyakinkan, menyarankan keluarga untuk tetap
satu sampai dua kali per minggu. bersama pasien dan menjelaskan seluruh
prosedur yang akan dilakukan (NANDA,
Kebiasaan makan yang tidak sehat menjadi 2015).
faktor resiko terjadinya penyakit degeneratif
pada kasus ini adalah CAD dan DM II. Penanganan ansietas pertama berupa relaksasi
Kolesterol merupakan konstituen dari plak telah dilakukan pada klien pada pertemuan
aterkosklerosis (Smeltzer, 2010). Perilaku lain pertama. Teknik relaksasi napas dalam
yang dapat menjadi faktor resiko dari mengurangi jumlah adrenalin yang dialirkan
munculnya penyakit kardiovaskular pada Tn.W pada sistem tubuh sehingga pemikiran menjadi
adalah minimalnya aktivitas fisik seperti lebih terbuka dan rileks (Student Counselling
olahraga. Aktivitas fisik sedang sampai tinggi Service UoC, 2015). Penggunaan teknik napas
berhubungan dengan penurunan resiko dari dalam terbukti mampu meningkatkan kadar
gagal jantung (Rahman, 2013). oksigen dalam darah. Kecemasan dapat
disebabkan karena kadar oksigen pada otak
Pada seorang yang memiliki gagal jantung kurang. Teknik napas dalam secara volunter
kongestif teridentifikasi bahwa kesehariannya mengubah pola napas, laju dan kedalaman
memiliki kondisi isolasi sosial, hidup dengan secara mudah sehingga membuka portal
ketakutan dan kehilangan kontrol (Jeun, 2010). komunikasi autonomik yang memberikan efek
Hal ini terjadi pada Tn.W yang menyatakan besar pada pusat otak mengatur pemikiran
bahwa sering mengalami ketakutan baik takut emosi dan perilaku (Brown, 2012). Respon
karena prognosis penyakit ataupun ketakutan relaksasi ditandai dengan respon parasimpatik
yang tidak jelas karena khawatiran munculnya seperti relaksasi otot, penurunan denyut
gejala penyakit yang bisa kapan saja terjadi. jantung, penurunan tekanan darah dan
Richardson (2013) menyebutkan bahwa pasien peningkatan mood (Schaffer, 2004).
dengan gagal jantung kongestif memiliki
pengalaman depresi dan ansietas yang Pada pertemuan pertama didapatkan data
mempengaruhi kualitas hidupnya. pada pasien ansietas mengekspresikan kekhawatiran,
gagal jantung kongestif prevalensi ansietas gelisah, kontak mata buruk, ketakutan,
tinggi yaitu 11 – 45% dari sampel penelitian khawatir, wajah tegang, keletihan, gangguan
yang dilakukan oleh yohannes pada tahun tidur, jantung berdebar-debar, peningkatan
2009. Menurut penghitungan dari skala ansietas pernapasan, kesadaran terhadap gejala,
Hamilton, skor yang didapat Tn.W adalah 18 kesulitan untuk berkonsentrasi, keterbatasan
dan ini dikategorikan pada ansietas ringan ke kemampuan untuk menyelesaikan masalah,
sedang. takut terhadap konsekuensi yang tidak spesifik.
Setelah diberikan kemampuan relaksasi napas
Interaksi awal bersama pasien ditujukan untuk dalam terdapat perubahan.
membina hubungan saling percaya. Mahasiswa
menerapkan teknik komunikasi terapeutik pada Pada pertemuan kedua sebelum dilakukan
klien. Di dalam komunikasi terapeutik, intervensi kedua, telah terlihat pengurangan
komunikasi yang efektif dapat menurunkan lima tanda dan gejala. Pertemuan kedua,
stres, meningkatkan kepatuhan pasien dan intervensi keperawatan terkait ansietas yang
menghasilkan pengalaman yang positif dilakukan adalah teknik hipnosis lima
(Tamparo, 2007). Dengan penerapan jariLatihan relaksasi lima jari terbukti dapat
komunikasi terapeutik, maka hubungan saling mereduksi ansietas (Davis, 2008).Dilaporkan
percaya akan terjalin antara mahasiswa dengan bahwa hipnosis memberikan manfaat untuk
klien. Penerapan teknik komunikasi terapeutik menurunkan ansietas pada pasien yang akan
dapat memberikan tiga manfaat yaitu
77
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 74 - 82, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
menjalani treatmen pengobatan gigi (Glaesmer, Respon dari kombinasi relaksasi napas dalam
2015). Horton dalam dengan hipnosis dapat meningkatkan efek yang
Vanhaudenhuyse (2014) menemukan bahwa dirasakan oleh pasien untuk mengurangi
terdapat struktur ukuran yang berbeda pada ansietas (Schaffer, 2004).
otak dengan pengaruh hipnosis rendah dan
tinggi. Pada otak dengan pengaruh hipnosis Intervensi relaksasi napas dalam juga harus
tinggi maka terjadi perluasan rostrum pada disesuaikan dengan kondisi dispnea pada klien
corpus callosum sehingga memiliki sistem gagal jantung kongestif karena klien akan
perhatian yang lebih efektif dan menghambat mengalami perubahan pola napas. dengan
stimulus yang tidk diinginkan dari kondisi demikian, alternatif cara lain yang dapat
sadar. dilakukan adalah pengembangan teknik
distraksi visual dan auditori dan juga kegiatan
Pertemuan awal ketiga ditemukan spiritual.
mengekspresikan kekhawatiran, ketakutan,
khawati, wajah tegang, keletihan, gangguan Teknik distraksi sosialisasi perlu melibatkan
tidur, peningkatan tekanan darah, kesulitan keluarga untuk tindakan secara mandiri. Hal ini
untuk berkonsentrasi. Setelah dikaji lebih lanjut dapat menguntungkan klien karena keluarga
ternyata didapatkan data bahwa klien terkadang cenderung lebih mengetahui mengenai
merasa takut akan kematian. Mahasiswa peristiwa – peristiwa menyenangkan dan
melakukan penjelasan mengenai diet. Jeun pengalaman bersama. Respon terhadap
(2010) menemukan bahwa sebanyak pembicaraan yang harus diperhatikan. Perawat
14 dari studi menyebutkan bahwa perlu yakin bahwa pemilihan tema pembicaraan
ketidakcukupan pengetahuan dan kuranganya adalah hal yang membuat senang dan tenang
pemahaman mengenai gagal jantung kongestif bukan membuat klien mengingat hal yang dapat
menghasilkan outcome yang buruk dalam menjadi stresor
perawatan, ekspektasi tidak realistis dari
pasien, kebingungan, timbulnya ansietas dan Pada pelaksanaan teknik hipnosis lima jari,
frustasi. Gravis (2011) menemukan bahwa terkadang klien kesulitan untuk fokus dan
tidak ada peningkatan level ansietas pada membayangkan hal yang disenangi. Maka dari
pasien yang diberikan akses secara lengkap itu, penting untuk dilakukan pengkajian awal
mengenai rekam medisnya dan pasien tersebut mengenai keempat peristiwa yang akan
melaporkan lebih puas dengan informasi yang dibayangkan sehingga perawat dapat mengkaji
didapatkan. kesesusuaian gambarannya.
Ansietas yang disebabkan oleh
Pertemuan keempat, mahasiswa melakukan ketidakadekuatan pengetahuan atau informasi
evaluasi pada tindakan relaksasi napas dalam mengenai penyakit fisik dapat langsung
dan melakukan teknik distraksi sosialisasi. Di ditangani dengan pemberian informasi atau
awal pertemuan keempat terlihat bahwa pengajaran. Hal yang perlu diperhatikan adalah
terdapat banyak penurunan tanda dan gejala. kemampuan klien dalam memproses informasi
Gejala yang telah masih ada meliputi yang diberikan dan media yang menarik dan
mengekspresikan kekhawatiran, perasaan takut, mudah untuk dipahami oleh klien.
wajah tegang, keletihan, peningkatan tekanan
darah dan peningkatan pernapasan. Klien SIMPULAN DAN SARAN
memilih topik yang disenangi yaitu mengenai Simpulan
pengalamannya saat masih bekerja. Namun Pemberian intervensi psikososial harus
setelah dilakukan evaluasi klien menyatakan disesuaikan dengan kemampuan klien dalam
sedikit kepikiran mengenai masa lalu walaupun mengikuti keseluruhan intervensi, terutama
senang membayangkan masa lalu namun saat disesuaikan dengan kondisi fisik klien.
ini tidak bisa klien lakukan. Vickers (1999) Begitupun masalah psikososial sangat penting
menyebutkan bahwa terkadang saat diatasi agar mendukung perbaikan penyakit
membayangkan imajinasi dapat memperburuk fisik klien. Evaluasi tindakan menunjukan
masalah psikososial yaitu dengan menginduksi penurunan tanda dan gejala lebih banyak
memori yang salah. ditemukan saat memberikan kombinasi tarik
napas dalam dan hipnosis lima jari selama lima
Pertemuan kelima, mahasiswa melakukan hari perawatan.
evaluasi pada tindakan hipnosis lima jari.
78
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 74 - 82, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
Pasien dengan ansietas ringan – sedang seperti DAFTAR PUSTAKA
pada kasus Tn.W efektif diberikan intervensi AHA. (2015). Classes of Heart Failure.
relaksasi napas dalam. Intervensi hipnosis lima New York: American Heart
jari dapat diberikan pada klien ansietas yang
Association.http://www.heart.org/HE
mengalami masalah tidur, peningkatan tekanan
darah, palpitasi, peningkatan frekuensi napas, ARTORG/Conditions/HeartFailure/
dan dapat berkonsentrasi. Intervensi distraksi AboutHeartFailure/Classes-of-
dapat diberikan pada pasien dengan ansietas HeartFailure_UCM_306328_Article.j
ringan secara mandiri dan ansietas sedang sp (Diakses pada 17/6/2015;22.15).
dengan bimbingan karena distraksi
memerlukan konsentrasi dari pengindraan. Ali, U., et all. (2010). The Effectiveness of
Pasien dengan tingkat ansietas yang tinggi sulit Relaxation Therapy in a Reduction of
berkonsentrasi sehingga intervensi distraksi Anxiety Related Symptom: A Case
sosialisai akan sulit dilakukan. Pendidikan Study. International Journal of
kesehatan harus diberikan pada seluruh pasien
Psychology Study Volume 2 No.2
dengan penerapan teknik komunikasi
terapeutik. Penyampaian informasi dapat
Desember 2010.
mengurangi kebingungan pasien dan http://www.ccsenet.org/journal/index
memberikan kejelasan kondisi pasien. .php/ijps/article/viewFile/8523/6378
(Diakses pada 18/6/2015; 01.10)
Saran
Teknik – teknik mengatasi ansietas harus lebih Asmadi. (2008). Teknik Prosedural
dikembangkan dan dipelajari saat mahasiswa Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
masih pada tahap pendidikan akademik. Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
Sehingga hal tersebut menjadi bekal mahasiswa Salemba Medika.
dalam menjalani praktek klinis profesi.
Keilmuan keperawatan jiwa juga diharapkan Australia Heart Foundation. (2011).
dapat bekerja sama dengan berbagai pihak Diagnosis and Management in
untuk membuat kegiatan pendalaman intervensi Chronic Heart Failure. National
keperawatan psikososial khususnya ansietas Heart Foundation of Australia. Dapat
pada klien – klien dengan penyakit fisik
diakses di
terutama klien dengan penyakit jantung.
Masalah ansietas dapat ditangani dengan
http://www.heartfoundation.org.au/Si
tindakan yang bervariasi dan disesuaikan teCollectionDocuments/Chronicheart
dengan kondisi klien sehingga perawat di -failure-QRG-2011.pdf.
lapangan harus banyak mengetahui mengenai
intervensi tersebut. Supervisi dari kepala Basavanthappa, S.L. (2007). Psychiatric
ruangan atau kepala tim di rumah sakit Mental Health Nursing. New Delhi:
mengenai aplikasi dari intervensi psikososial Ajanta Offset.
ansietas perlu dilakukan. Rumah sakit juga
perlu untuk mengadakan pelatihan atau Bennet, W.E. (2014). Hamilton Anxiety
kegiatan ilmiah lain bagi perawat ruangan Scale.
terkait penanganan masalah psikososial http://www.assessmentpsychology.c
terutama ansietas. Perawat ruangan juga perlu om/HAM-A.pdf
mengembangkan aplikasi dari buku Nursing
Intervention Clasiffication. Penulisan
Bhatta, B. (2010). Analysis of Urban
selanjutnya juga harus lebih memaparkan
mengenai perbedaan kondisi klien secara Growth and Sprawl from Remote
mendalam sebelum dan setelah diberikan Sensing Data. Berlin: Springer.
intervensi. Selanjutnya, diharapkan mahasiswa Dapat diakses di
dapat membandingkan keefektifan masing – http://www.springer.com/us/book/97
masing intervensi keperawatan untuk 83642052989 (Diakses pada tanggal
menangani masalah ansietas 18/6/2015; 12.18)

79
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 74 - 82, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
Brioud, P. (2015). How to Easy Anxiety PlanningVolume 130, October 2014.
and Panick Attack: And Free your http://www.sciencedirect.com/scienc
self from them. e/article/pii/S0169204614001492
Evidence From Prospective
Brown, R.P & Gerbarg, P.R. (2012). The CrossCultural, Cohort, and
Healing Power of the Breath: Simple Intervention Studie. Cicluation AHA
Techniques to Reduce Stress and Journal.
Anxiety, Enhance Concentration, and http://circ.ahajournals.org/content/10
Balance Your Emotions. Boston: 5/7/893.full
Shambala Publication.
Freudenberg, N., Klitzman, S., Saegert, S.
Bui, A.L., Horwich, T.B., Fonarrow,G.C. (2009). Urban Health and Society:
Epidemiology and Risk Profile of Interdisciplinary Approaches to
Heart Failure. National Library of Research and Practice. San
Medicine. National Institute of Fransisco: John Wiley & Sons.
Health.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/art Galanes, S. (2012). Airway Clearance,
icles/PMC3033496/ Ineffective: Nursing Diagnoses. St.
Louis: Mosby.
Bulechek, G.M., et all. (2013). Nursing http://www1.us.elsevierhealth.com/
Intervention Classification (NIC) 6th MERLIN/Gulanick/archive/Construc
Edition. St.Louis: Mosby. tor/gulanick03.html
Davis, M., Eshelman, E.R., M.Kay, M. Glaesmer, H et all. (2015). A controlled
(2008). Relaxation and Stress trial on the effect of hypnosis on dental
Reduction Workbook 6th Edition. anxiety in tooth removal patients.
Readhowyouwant. Patient Education and Counseling.
https://books.google.co.id/books?id= Philadelphia: Elsevier.
nA8XAMZ7H30C&printsec=frontco
ver&hl=id#v=onepage&q&f=false Gravis, G., et all. (2011). Full access to
medical records does not modify
Doengoes, M. E, et all. (2006). Rencana anxiety in cancer patient. Journal
Asuhan Keperawatan : Pedoman Cancer Volume 117, Issue 20, pages
Untuk Perencanaan dan 4796–4804, 15 October 2011.
Pendokumentasian Perawatan American Cancer Society.
Pasien. Jakarta : EGC http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10
.1002/cncr.26083/full
Dunlay, S.M et all. (2009). Risk Factor of
Heart Failure: A Population – Based Gulanick, M. (2012). Cardiac Output,
Cased Control Study. Am J Med. Decreased: Nursing Diagnoses. St.
2009 Nov; 122(11): 1023–1028. US Louis: Mosby.
National Library of Medicine. http://www1.us.elsevierhealth.com/
National Institute of MERLIN/Gulanick/archive/Construc
Health. tor/gulanick10.html
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/art
icles/PMC2789475/. Herdman, T.H & Kamitsuru, S. (2014).
Nursing Diagnoses: Definitions &
Enqvist, J et all. (2014). Citizen networks Classification 2015 – 2017 10th
in the Garden City: Protecting urban Edition. West Sussex: Wiley Blackwell
ecosystems in rapid urbanization.
Journal Landscape and Urban

80
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 74 - 82, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
Holdevici, I. (2014). Relaxation and https://www.psychologytoday.com/b
Hypnosis in Reducing log/heart-and-soulhealing/201303/dr-
Anxiousdepressive Symptoms and herbert-benson-srelaxation-response
Insomnia among Adults. Journal
Procedia Social and Behavioral Mufidah, N.L. (2006). Pola Konsumsi
Sciences vol 127; 586 – 590. Masyarakat Perkotaan: Studi
Hosenpud, J.D & Greenberg, B.H. (2013). Deskriptif Pemanfaatan Foodcourt
Congestive Heart Failure: oleh Keluarga. Jurnal Unair.
Pathophysiology, Diagnosis and Surabaya: Universitas Airlangga.
Comprehensive Approach to Dapat diakses di
Management. New York: Springer – http://journal.unair.ac.id/filerPDF/05
Verlag. %20jurnal%20nur%20lailatul---Pola
%20pemanfaatan%20Foodcourt
Jeun, Y.H et all. (2010). The Experience %20oleh%20Keluarga.pdf (Diakses
of Living with Chronic Heart pada tanggal 18/6/2015; 21.00).
Disease: a Narrative Review of
Qualitative Studies.. Sydney: Price, S.A & Wilson, L.M. (2006).
Biomedical Center Health Service Patofisiologi konsep klinis
Research. Dapat diakses di prosesproses penyakit edisi 6 volume
http://www.biomedcentral.com/conte 1. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran
nt/pdf/1472-6963-10-77.pdf (Diakses EGC.
pada 18/6/2015; 21.05).
Psychology Foundation of Australia.
Keliat, B.A., Wiyono, A.P., Susanti, H. (2014). Depression Anxiety Stress
(2007). Manajemen Kasus Gangguan Scale (DASS). Sydney: University of
Jiwa: CMHN (Intermediate Course). South Wales. Dapat diakses di
Jakarta: EGC. http://www2.psy.unsw.edu.au/groups /
dass/ (Diakses pada 18/6/2015; 09.03).
Kemenkes RI. (2015). Pengembangan
Kesehatan Perkotaan. Balai Besar Rachman, S.. (2013). Clinical Psychology
Pelatihan Kesehatan Jakarta. Jakarta: A Modular Course: Anxiety 3rd
Kementrian Kesehatan Republik Edition. New York: Psychology Press.
Indonesia.
Rice, B.I. (2013). Relaxation Training And
Kromhout, D., et all. (2002). Prevention Its Role In Diabetes And Health.
of Coronary Heart Disease by Diet http://www.diabetesincontrol.com/in
and Lifestyle dex.php?
option=com_content&viewarticle&id
McKenzie, K et all. (2013). Do urban =2011
environments increase the risk of
anxiety, depression and psychosis? Richardson, L.G. (2014). Psychosocial
An epidemiological study. Journal of Issues in Patients with Congestive
Heart Failure. Medscape
Affective Disorder. 2013 Sep
Multispeciality.
25;150(3):1019-24. Mitchell, M. (2013). http://www.medscape.com/viewarticl
Dr. Herbert Benson’s Relaxation Respon: e/451763_2.
Learn
to counteract the physiological Riskesdas.(2013). Riset Kesehatan Dasar.
effects of stress. Heart and Soul Jakarta: Badan Penelitian dan
Healing. Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan Republik

81
Jurnal Keperawatan Jiwa, Volume 4 No 2, Hal 74 - 82, November 2016
FIKKes Universitas Muhammadiyah Semarang bekerjasama dengan PPNI Jawa Tengah
Indonesia. heartfederation.org/cardiovascularhealt
h/cardiovascular-disease-
Schaffer, S.D & Carolyn, B.Y. (2004). riskfactors/diet/
Relaxation & Pain Management.
American Journal of Nursing Vol 104 Yohannes, A.M., et all. (2009). Depression
No.8 Aug. 2004. Lippincott William & and anxiety in chronic heart failure
Wilkins. and chronic obstructive pulmonary
disease: prevalence, relevance,
Smeltzer, B et all. (2010). Brunner’s and clinical implications and management
Suddarth Textbook of Medical – principles. nternational Journal of
Surgical Nursing 12th Edition. Geriatric Psychiatry Volume 25, Issue
Philadelphia: Lippincot William & 12, pages 1209– 1221, December
Wilkins. 2010.
Stuart, G.W & Laraia, M.T. (2005).
Principles and Practice of
Psychiatric Nursing. St.Louis:
Mosby.

Tamparo, C.D & Lindh, W.Q. (2007).


Therapeutic Communication for
Health Profesional. New York:
Delmar.

Townsend, M.C. (2009). Psychiatric


Mental Health Nursing 6th Edition.
Philadelphia: F.A Davis Company.

Vanhaudenshuyse, A et all. (2014).


Neurophysiology of Hypnosis.
Neurophysiologie Clinique Journal.
Philadelphia: Elsevier.

Vickers, A & Zollman, C. (1999). ABC of


Complementary Medicine: Hypnosis
and Relaxation Therapies. British
Medical Journal Vol 319 No. 7221.
http://www.jstor.org/stable/2518639
8

WHO. (2013). Urban Planning Essential


for Public Health. Japan: WHO
Center for Health Development.
http://www.who.int/mediacentre/new
s/releases/2010/urban_health_20100
407/en/ (Diakses tanggal
18/06/2015)

World Heart Foundation. (2012).


Cardiovaskular Disease Risk Factors.
Geneva: World Heart Foundation.
http://www.world-
82

Anda mungkin juga menyukai